Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
1. AGNES 2014610003
2. ANGGA DEAN A. T 2014610012
3. IMELDA LADI 2014610068
4. KURNIAWAN 2014610079
5. YULIANTI MESA 2014610162
6. YUNITA BULU 2014610164
7. MUHAMMAD AHLAN 2014610103
MALANG2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke khadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul Sistem
Muskokeletal ini dengan baik
Karya ilmiah ini di ambil dari berbagai sumber-sumber terpercaya dan sudah banyak
di kenal masyarakat yang kami rangkum menjadi satu kesatuan. Karya ini di harapkan
mampu membantu kami dan anda sekalian yang membacanya untuk memperdalam
pemahaman tentang sistem muskkokeletal dan segala yang bersangkutan dengannya.
Selain itu, karya ini juga di harapkan dapat menjadi bacaan dan bahan ajaran para pembaca
sekalian.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih pada para pembaca yang berkenan untuk
membaca makalah ini dan untuk dosen pembimbing kami. Sebagai penyusun kami begitu
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran selalu kami nantikan untuk
pengembangan dan kesempurnaan makalah ini agar menjadi layak untuk di pelajari.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II ISI
A. Pengertian Sistem Muskokeletal ................................................................................. 3
B. Muskulus(Otot) ........................................................................................................... 3
1. Otot ............................................................................................................................. 3
2.Tendon......................................................................................................................... 7
3. Ligamen ...................................................................................................................... 7
C. Skeletal(Rangka)
1. Fungsi Rangka ............................................................................................................ 8
2. Klasifikasi Tulang ........................................................................................................ 8
3. Histologi Tulang .......................................................................................................... 12
4. Hubungan Antar Tulang .............................................................................................. 29
D. Kelainan Pada Sistem Muskokeletal .......................................................................... 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Baik disadari maupun tidak, tubuh manusia selalu melakukan gerak. Bahkan
seseorang yang memiliki ketidaksempurnaan alat gerak pun tetap melakukan gerak.
Saat tersenyum, mengedipkan mata, atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak
yang disebabkan oleh kontraksi otot. Dalam satu hari, banyak aktivitas yang kita lakukan,
misalnya mandi, makan, berjalan, berlari, berolahraga, dan sebagainya. Manusia dapat
melakukan segala macam aktivitas bergerak itu karena dia memiliki sistem organ gerak
yaitu sistem muskuloskeletal.
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik dari dalam maupun dari luar.
Gerak tidak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melelui mekanisme yang rumit dan
melibatkan banyak bagian tubuh.
Gerak pada manusia disebabkan oleh kontraksi otot yang menggerakkan tulang. Jadi,
gerak merupakan kerjasama antara tulang dan otot. Maka dari itu, tubuh manusia
terdapat sistem muskuloskeletal yang berperan dalam situasi tersebut. Muskuloskeletal
terdiri dari otot dan tulang. Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti
kendali otot, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi,
sehingga mampu menggerakan tulang.
Susunan tulang atau skelet (kerangka) merupakan salah satu unsure sistem
penegak dan penggerak tulang-tulang manusia yang dihubungkan satu dengan yang lain
melalui sambungan dengan tulang atau persendian sehingga terbentuk kerangka yang
merupakan sistem lokomotor pasif, selanjutnya akan diatur oleh alat-alat lokomtif aktif
dari otot.
Sistem skelet ini berfungsi untuk memberikan bentuk pada tubuh sehingga
terlihat bentuk yang sangat sempurna dibandingkan makhluk lain, menahan seluruh
tubuh supaya tidak roboh, dan tampak kuat dan kekar, melindungi alat yang lunak dan
penting seperti otak, jantung dan paru-paru, dan tempat melekatnya otot untuk
pergerakan tubuh dengan perantaraan otot, serta tempat pembuatan sel darah merah.
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem muskokeletal?
2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi dari sistem muskokeletal?
3. Bagaimana Klasifikasi tulang?
4. Bagaiamana Histologi tulang?
5. Apa yang dimaksud dengan sifat dinamis tulang?
6. Apa yang dimaksud dengan sistem muskulus serta pembagiannya?
7. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan tulang?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem muskokeletal
2. Untuk mengetahui anataomi dan fisiologi sistem muskokeletal
3. Untuk mengetahui klasifikasi tulang
4. Untuk mengetahui histologi tulang
5. Untuk mengetahui sifat dinamis tulang
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sistem muskulus serta pembagiannya
7. Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan tulang
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Muskulus(otot)
Sistem musculus terbagi menjadi otot,tendon dan ligamen.
1. Otot
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan
rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
ototdisebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.
Otot membentuk 40-50% berat badan; kira-kira1/3-nya merupakan protein tubuh
dan ½-nya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat. Terdapat lebih dari
600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada
tulang-tulang kerangka tubuh, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah
permukaan kulit.
6
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari :
Fascia, adalah jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan lunak. Fungsi
fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan tempat tambahan otot, memungkinkan
struktur bergerak satu sama lain dan menyediakan tempat peredaran darah dan
saraf.
Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang mengembung.
Tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari jaringan ikat dan
besrifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai
berikut.
a. Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b. Inersio. Merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika
otot berkontraksi.
Fungsi Sistem Otot
1. Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur
Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi
berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas
Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-Ciri Sistem Otot
Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika sedang
berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan. Relaksasi
otot terjadi jika otot sedang beristirahat. Dengan demikian otot memiliki 3 karakter,
yaitu:
1. Kontrakstilitas, yaitu serabut otot berkontraksi dan menegang, otot menjadi
lebih pendek dari ukuran semula.
2. Ekstensibilitas, yaitu serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang
melebihi panjang otot saat rileks (memanjang).
3. Elastisitas, yaitu serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi atau meregang.
7
Jenis-Jenis Otot
1. Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:
a. Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas perintah
dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat pada otot paha, otot
betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan kuat
Struktur mikroskopis otot skelet/rangka yaitu Memiliki bentuk sel yang
panjang seperti benang/filament. Setiap serabut memiliki banyak inti yang terletak
di tepi dan tersusun di bagian perifer. Serabut otot sangat panjang, sampai 30
cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100
mikron.
b. Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja secara
tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem
respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
Kontraksinya kuat dan lamban.
Struktur Mikroskopis Otot Polos yaitu memiliki bentuk sel otot seperti
silindris/gelendong dengan kedua ujung meruncing. Serabut sel ini berukuran
kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah). Memiliki satu buah
inti sel yang terletak di tengah sel otot dan mempunyai permukaan sel otot yang
polos dan halus/licin.
c. Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur yang
sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja terus-
menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa
istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. Memilki banyak inti sel yang terletak di tepi
agak ke tengah. Panjang sel berkisar antara 85-100 mikron dan diameternya
sekitar 15 mikron.
8
Otot Rangka Otot Polos Otot Jantung
9
terurai menjadi AMP (adenosin monofosfat) + Energi. Kreatinfosfat terurai menjadi
kreatin + fosfat + energi. Energienergi ini semua digunakan untuk kontraksi otot.
Rangsanganasetilkolinteruraimenjadiasetildankolinmiogenmerangsangaktindan
miosinbergeserototakanberkontraksiataumemendek
2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari
fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot
dengan otot.
Tendon Tendon
3. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang
yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
10
C. Skeletal(Rangka)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan
(kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti
kendali otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan
terjadi tanpa tulang.
Fungsi Rangka
1) Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan
lunak dan organ.
2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
3) Produksi sel darah (red marrow)
4) Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak.
5) Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak karena
adanya persendian.
Klasifikasi Tulang
1) Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:
a) Tulang Rawan (kartilago)
Ada 3 macam tulang rawan, yaitu:
(1) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa.
(2) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl.
Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.
(3) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan faring.
b) Tulang Sejati (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka.
Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis tipis
jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam
kanalikuli tulang kompak.
c) Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe
d) Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris
e) Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan-lempengan yang
mengandung sel tulang)
f) Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke
osteon)
11
2) Berdasarkan matriksnya, yaitu:
a) Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
b) Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.
3) Berdasarkan bentuknya, yaitu:
a) Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran panjangnya
terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.
b) Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek. Contohnya
tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang
belakang.
c) Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar. Contohnya os
scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.
d) Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk yang tak
tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).
e) Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla.
SISTEM SKELETAL
1. Axial skeletal:
TulangKepala
Tengkorakotak = 8 buah
Tengkorakwajah = 14 buah
Tulangtelinga = 6 buah
TulangBelakangdanpinggul = 26 buah
12
2. Appendicular skeletal/ rangkapendukunggerak:
a. Ekstremitasatas, tulang yang membentukanggotagerakatas = 64 buah
b. Ekstremitasbawah, tulang yang membentukanggotagerakbawah = 62 buah
TENGKORAK
Dibagimenjadi 2:
8 tulangkranium
14 tulangwajah
TulangKranium
1 tulangoksipital( tulangKepalaBelakang)
1 tulangetmoid (tulangtapis)
1 tulangsfenoid (tulangBaji)
13
KRANIUM
TulangWajah
Bagianrahang:
2 Osmaksila (tulangrahangatas)
1 Osmandibula (tulangRahangbawah)
2 Oszigomatikum (tulangpipi)
2 Ospalatum (tulangLangit-langit)
BagianHidung:
2 Osnasale (tulangHidung)
1 Osvomer (sekatronggahidung)
2 Oslakrimalis (tulangmata)
14
Tulangwajah
KolumnaVertebralis = 12 ruas
Tulang2 iga
15
Vertebra
TulangExtremitasAtas
Tulanggelangbahu:
16
Skapula 2 buah, Klavikula 2 buah, Humerus 2 buah
Lenganbawah
Radius 2 buah,Ulna 2 buah
Tangan
TulangPanggul (Pelvis)
Tulangsakrum : gabungandari 5 vetebrasakralis
o Tulangkoksigis : gabungandari 3 vetebrakoksigis
Tulangcoxae : Ilium (tulangusus), Pubis (tulangkemaluan), Iskhium (tulangduduk)
17
Truncusdan Pelvis
TulangEkstremitasBawah
Tulangpangkalpaha (Oscoxae)
Ilium (tulangusus)
Pubis (tulangkemaluan)
Iskhium (tulangduduk)
Femur: 2 buah
Patela: 2 buah
Tungkaibawah
Fibula: 2 bh
Tibia: 2 bh
Tulang2 Kaki :
Tarsal: 14 buah
Metatarsal: 10 buah
Falangus: 28 buah
18
A. Sel – Sel Penyusun Tulang
1) Osteobast, merupakan sel tulang muda yang menghasilkan jaringan
osteosit dan mengkresikan fosfatase dalam pengendapan kalsium dan
fosfat ke dalam matriks tulang.
2) Osteosit, yaitu sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melaui tulang yang padat
3) Osteoclast, yaitu sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matriks
tulang.
4) Sel osteoprogenitor , sel mesenchimal primitive yang menghasilkan
osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam
jaringan tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana
otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya
pergerakan.
Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium.
Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan
padat.
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari
jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain
:
19
1. Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh
substansi tulang.
2. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel
tulang.
3. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. Substansi interseluler
tulang selalu mengalami pengapuran.
B. Struktur Makroskopik Tulang
Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :
a. Substantia spongiosa (berongga)
b. Substantia compacta (padat)
Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa
dindingnya merupakan tulang padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar
merupakan tulang berongga yang dilapisi oleh tulang padat yang tipis.
Ruangan dari tulang berongga saling berhubungan dan juga dengan rongga
sumsum tulang.
C. Jenis Jaringan Tulang
Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :
a. Tulang muda/tulang primer
b. Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer
mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang
tulang sekunder tersusun secara teratur
20
Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk
jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga
mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit kalau
dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.
Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi
tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan
resilien.Karena itu pada tulang orang dewasa yang sehat itu hanya terdapat
lamella saja.
21
Berikut Penjabaran Faktor Genetik dan Hormon yang mempengaruhi Pertumbuhan
Tulang :
a. Herediter (genetic)
Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak dari
orang tua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggi juga.
b. Factor endokrin
Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam memelihara
kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara:
o Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium ke dalam darah.
o Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler dari kelenjar
tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsi tulang.
Hormone pertumbuhan yang di hasilkan hipofise anterior penting untuk proliferasi
(bertambah banyak) secara normal dari rawan epifisealis untuk memelihara tinggi
badan yang normal dari seseorang.
Tiroksi bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang yang layak, remodeling
tulang dan kematangan tulang.
HGH (Human Growth Hormone), yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary.
Semakin dewasa jumlah hormone ini semakin berkurang
Estrogen : mencegah proses perombakan tulang oleh osteoklas.
Progesteron : Pemberian terapi hormon estrogen disarankan tidak dipisahkan dari
terapi hormon progesteron. Memang estrogen akan mengurangi perombakan
tulang, tapi tidak meningkatkan pembentukan tulang baru. Akibatnya, otot yang
sudah tua dan rusak karena kerja fisik, tak diperbaharui. Untuk itulah diperlukan
progesteron, hormon yang berperan penting dalam pembentukan tulang baru.
Sebuah penilitian diketahui bahwa progesteron akan terikat pada osteoblas, sel
yang membuat tulang baru, dan membantu osteoblas menangkal efek negative
dari obat-obatan yang mengandung steroid.
22
2.3.5. Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang
Pada awal perkembangan janin manusia, kerangka seluruhnya terbuat dari
tulang rawan. Tulang rawan yang relatif lunak secara bertahap berubah menjadi
tulang keras melalui osifikasi.
1. Ossifikasi
Proses penulangan tulang dari tulang rawan menjadi tulang keras disebut
osifikasi. Proses ini dibedakan menjadi dua, yaitu osifikasi intramembranosa
dan osifikasi endocondral Osifikasi intramembranosa disebut juga
penulangan langsung (osifikasi primer). Proses ini terjadi pada tulang pipih,
misalnya tulang tengkorak. Penulangan ini terjadi secara langsung dan tidak
akan terulang lagi untuk selamanya. Contoh osifikasi endocondral adalah
pembentukan tulang pipa.
Tulang dewasa diklasifikasikan menurut bentuknya menjadi tulang
panjang (seperti femur), tulang pipih atau flat (seperti panggul), dan tulang
pendek (seperti tulang tangan dan kaki). Tulang panjang (dan beberapa
tulang pendek seperti tulang metakarpal) dibagi menjadi tiga wilayah
topografi: diafisis, epifisis, dan metafisis.
Diafisis merupakan bagian poros tulang. Epifisis tampak di kedua ujung
tulang dan sebagian tertutup oleh tulang rawan artikular. Metafisis merupakan
persambungan antara bagian diafisis dan epifisis. Dalam perkembangan
tulang, proses perkembangannya sendiri dimulai dari lempeng epifisis
(epifisis disk). Di tempat inilah di mana proses osifikasi endokhondral terjadi,
suatu proses pertumbuhan dimana terjadi secara longitudinal, kolom tulang
rawan diganti dengan massa tulang. Ketika tulang telah mencapai panjang
dewasa, proses ini berakhir, dan terjadi penutupan bagian epifisis, sehingga
tulang menjadi benar-benar kaku.
a. Ossifikasi Intramembranousa
Merupakan proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim
menjadi jaringan tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang
pipih. . Jaringan mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas, lalu
osteoblas mensekresi matriks organik membentuk osteoid dan
terkalsifikasi. Osteoid membentuk tulang spongeus dan berkondensasi
menjadi periosteum. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan
mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah.
23
Tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel mesenkim melalui proses
osifikasi intrammebrane.
24
b. Ossifikasi Endokhondral
Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim
berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubah
menjadi jaringan tulang, misal proses pembentukan tulang panjang, ruas
tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini bertanggungjawab pada
pemanjangan tulang dan pembentukan sebagian besar tulang manusia. Pada
proses ini sel-sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul di bagian
tengah dari tulang rawan yang disbeut center osifikasi. Osteoblas selanjutnya
berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat
pada mtariks tulang.
Osifikasi endokondral terjadi di dalam suatu potongan tulang rawan
hialin yang bentuknya mirip ukuran kecil tulang yang akan dibentuk. Jenis
osifikasi ini terutama bertanggung jawab untuk pembentukan tulang pendek
dan tulang panjang.
Tulang panjang dibentuk dari model tulang rawan dengan pelebaran
ujungujung (epifisis) suatu batang silindris (diafisis). Dalam pertumbuhan jenis
ini, urutan kejadian yang dapat diperhatikan adalah:
1. Kondrosit yang terdapat pada bagian tulang rawan hialin mengalami
hipertropik dan memulai sintesa kolagen X dan vascular endothelial cell
growth factor (VEGF)
2. Pembuluh darah pada perikondrium memasuki bagian tengah dari tulang
rawan, dimana matriks akan mengalami kalsifikasi, osifikasi primer
terbentuk
3. Sel-sel perikondrium bagian dalam membentuk bagian periosteal yang
tipis pada titik tengah poros tulang atau diafisis, periosteal (periosteum
yang membentuk dinding dari luar) akan membentuk tulang woven,
dengan pertumbuhan tulang intramembranosa yang nantinya akan
menjadi periosteum
4. Pembuluh darah menginvasi rongga yang sebelumnya dibentuk oleh
kondrosit yang hipertropik dan sel-sel osteoprogenitor, dan sel-sel
hematopoetik yang menembus jaringan perivaskular
5. Sel-sel osteoprogenitor yang berdifferensiasi menjadi osteoblas yang
tumbuh sejajar dengan kalsifikasi tulang rawan dan akan menempati
osteoid
25
Atau dengan penjabaran mekanisme berikut:
1. Pada tahap awal proses osifikasi, osteoblas akan membentuk suatu lapisan
kompak sehingga perikondrium berubah menjadi periosteum (selaput tulang
keras), setelah osteoblas mengisi jaringan sekelilingnya akan membentuk
osteosit (sel-sel tulang). Bersamaan dengan proses tersebut, pada bagian
tulang rawan di daerah diafisis atau pusat batang (pusat osifikasi primer), sel-
sel kondrosit membesar akhirnya pecah.
2. Sel-sel tulang dibentuk secara bertahap dari arah dalam ke arah luar sehingga
pembentukannya konsentris. Setiap sel-sel tulang ini melingkari suatu
pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem
havers. Selain itu disekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein
pembentuk matriks tulang dan akan mengeras karena adanya garam kapur
dan garam fosfat. Hal ini mengganggu komponen nutrisi bagi sel-sel kondrosit
akhirnya mati.
3. Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi
periosteum. Lapisan osteogenik didalam membentuk kolar tulang (klavikula),
dan kemudian mengelilingi kartilago yang telah terkalsifikasi.
4. Kondrosit (sel-sel kartilago) yang nutrisinya telah di putuskan oleh kolar akan
berdegenerasi dan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan matrik
kartilago.
5. Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang masuk
ke dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang di bentuk osteoklas
pada kolar tulang.
6. Jika kuncup periosteal mencapai puncak pertumbuhan akan menyebar dua
arah menuju epifisis.
7. Kemudian tumbuh pusat osifikasi sekunder dalam kartilago epifisis pada kedua
ujung tulang panjang.
8. Semua elongasi tulang yang terjadi selanjutnya adalah hasil dari pembelahan
selsel kartilago dalam lempeng epifisis.
9. Saat pertumbuhan seseorang penuh seluruh kartilago dalam lempeng epifisis
menjadi tulang dan akan berhenti.
26
Suplai Darah dan Persyarafan
1. Suplai Darah
Tulang-tulang panjang
a. Arteri nutrisia : arteri tunggal yang berbelok-belok masuk foramen nutrisia
oblik ke atas atau ke bawah menuju ke arah yang berlawwanan untuk
pertumbuhan tulang, satu arteri disertai dengan 1-2 buah vena selama
dalam korteks arteri memberikan cabang-cabang menuju kanalis havers.
b. Arteri periosteale : arteri kecil yang menyuplai perousteum berjalan
sepanjang perlengketan otot. c. Arteri metapisiale : rangkaian yang
membentuk anastomosis di sekeliling sendi yang di sebut sirkulus
vaskulosus, cabangnya masuk melalui foramina vaskularis tempat
keluarnya vena-vena epifise.
Tulang-tulang gepeng. Arteri epifisiale sebuah arteri nutrisia tunggal dan
bercabang-cabang, sejumlah cabang menyuplai substansia spongeosa dalam
substansia kompakta tulang.
Tulang-tulang iga. Arteri nutrisia memasuki tulang distalis dari tuberkulum
kosta dan membagi diri menjadi cabang-cabang anterior longus dan posterior
brevis yang menyuplai seluruh bagian tulang iga.
Tulang-tulang vertebrae. Terdapat 2 arteri yang besar memasuki permukaan
posterior korpus vertebrae. Arkus neuralis disuplai oleh pembuluh darah yang
memasuki prosesus transversus, bercabang menuju prosesus spinosus
foramina ke vena vertebralis pada permukaan posterior korpus vertebra
2. Aliran getah bening
Pada sum-sum tulang tidak terdapat aliran getah bening, tetapi periosteum
dan sistem havers mempunyai pembuluh getah bening yang berjalan sepanjang
pembuluh darah dan menyalurkan isinya menuju kelenjar getah bening regional
(daerah tertentu).
3. Persyararfan
Pada Manusia, khusus pada sum-sum tulang belakang merupakan
penghubung antara otak dan tubuh. Pada sum-sum tulang belakang terdapat 31
saraf yang di namakan saraf spinal. Selain pada sum-sum tulang belakang, saraf
juga terdapat di :
a. Persarafan pada tulang wajah
Foramen Supraorbital disarafi oleh nervus Supraorbitalis
27
Foramen Infraorbital disarafi oleh nervus Infraorbitalis
Os Mentalis disarafi oleh nervus Mentalis
Foramina fosa insisivus disarafi oleh nervus Nasopalatimus
Os maxilla disarafi oleh nervus maxilaris
Foramen mandibularis disarafi oleh nervus alveolaris inferior
Os zygomatikum disarafi oleh nervus infraorbitalis
Meatus auditori eksterna disarafi oleh nervus vestibulokoklearis
28
Karpal disarafi oleh nervus interoseus posterior
c. Persarafan pada tulang ekstermitas bawah
illium disarafi oleh nervus ilioinguinalis.
Foramen obturatorium disarafi oleh nervus obturatorius
Femur disarafi oleh nervus nervus femoralis dan nervus iskiadikus
Tibia disarafi oleh nervus tibialis
Fibula disarafi oleh nervus fibularis
Tarsal disarafi oleh nervus fibularis profunda dan nervus fibularis
superfisialis
Phalanges disarafi oleh nervus plantaris medialis dan nervus plantaris
lateralis
Hubungan Antar Tulang
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat bergerak,
diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Sendi yang menyusun kerangka manusia
terdapat di beberapa tempat
Terdapat tiga jenis hubungan antartulang, yaitu:
1. Sinartrosis
Sinartrosis disebut juga dengan sendi mati, yaitu hubungan antara dua
tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali. Artikulasi ini tidak memiliki celah
sendi dan dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang
pada tulang-tulang tengkorak yang disebut sutura/suture.
2. Amfiartosi
Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan dengan
kartilago. Dijumpai pada hubungan ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk
dengan tulang belakang.
3. Diartosi
Diartosis disebut juga dengan sendi hidup, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas. Untuk
melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi, di daerah persendian terdapat
rongga yang berisi minyak sendi/cairan synovial yang berfunggsi sebagai
pelumas sendi.
29
Diartosis dapat dibedakan menjadi:
a. Sendi Engsel
Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan
hanya satu arah saja. Dijumpai pada hubungan tulang Os. Humerus
dengan Os. Ulna dan Os. Radius/sendi pada siku, hubungan antar Os.
Femur dengan Os. Tibia dan Os. Fibula/sendi pada lutut.
b. Sendi Putar
Sendi putar yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu
tulang berputar terhadap tulang yang lain sebagai porosnya. Dijumpai pada
hubungan antara Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius, hubungan
antar Os. Atlas dengan Os. Cranium.
c. Sendi Pelana/Sendi Sellari
Sendi pelana yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke
segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula dengan
Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.
d. Sendi Kondiloid atau Elipsoid
Sendi Kondiloid yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan
berporos dua, dengan gerak ke kiri dan ke kanan; gerakan maju dan
mundur; gerakan muka/depan dan belakang. Ujung tulang yang satu
berbentuk oval dan masuk ke dalam suatu lekuk yang berbentuk elips.
Dijumpai pada hubungan Os. Radius dengan Os. Carpal.
e. Sendi Peluru
Sendi peluru yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke
segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula dengan
Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.
f. Sendi Luncur
Sendi luncur yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan
badan melengkung ke depan (membungkuk) dan ke belakang serta
gerakan memutar (menggeliat). Hubungan ini dapat terjadi pada hubungan
antarruas tulang belakang, persendian antara pergelangan tangan dan
tulang pengumpil.
30
D. Kelainan Pada Sistem Muskokeletal
31
7. Hipertropi
Suatu keadaan otot yang lebih besar dan lebih kuat. Hal ini disebabkan karena
otot sering dilatih bekerja dan berolahraga. Hipertrofi otot ini sering dimiliki oleh atlet
binaragawan.
8. Atrofi
Keadaan otot yang lebih kecil dan lemah kontraksinya. Kelainan ini disebabkan
karena infeksi virus polio. Pemulihannya dengan pemberian latihan otot, pemberian
stimulant listrik, atau dipijat dengan teknik tertentu.
32
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Muskuloskeletal adalah suatu sistem pada tubuh manusia yang meliputi sistem
gerak yang terdiri dari otot dan tulang. Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai
kemampuan berkontraksi untuk menggerakkan rangka. Sistem rangka adalah bagian
tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat
menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Otot merupakan alat gerak pasif dan memiliki karakteristik, antara lain
kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Berdasarkan perlekatannya, otot terdiri
atas origo dan insersi. Jenis-jenis otot antara lain yaitu otot lurik, otot polos, dan otot
jantung.
Tulang dibedakan menjadi skeleton aksial dan skeleton apendikuler. Skeleton
aksial terdiri atas tulang-tulang tengkorak, ruas tulang belakang, tulang iga atau rusuk,
dan tulang dada, sedangkan skeleton apendikuler terdiri atas tulang pinggul, bahu,
lengan, telapak tangan, tungkai dan telapak kaki. Berdasarkan jenisnya, tulang
dibedakan menjadi 2, yaitu tulang rawan dan tulang sejati. Tulang sejati, dilihat dari
matriksnya terdiri atas tulang kompak dan tulang spons. Berdasarkan bentuknya, tulang
dibedakan menjadi 3, yaitu tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Hubungan
antartulang disebut persendian atau artikulasi. Sendi dibedakan menjadi 3, yaitu
amfiartrosis, sinartrosis, dan diartrosis.
3.2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
33
DAFTAR PUSTAKA
C.Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Ethel, Sloane. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Gibson, John. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2003.
Lewis, Heitkemper & Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing. Mosby. Philadelphia.
34