You are on page 1of 18

i

MAKALAH

PAJAK DAERAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah : Perpajakan


Dosen Pembimbing : Dr. T. M. Jamil, M.Si

Disusun Oleh:

Nama : Ori Sarni F


NIM : 2016.01.0011

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


BANDA ACEH
2017

i
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya,

penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan makalah ini yang

berjudul “Pajak Daerah”.

Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan alam nabi besar

Muhammad SAW yang telah meletakkan landasan pendidikan bagi umat manusia.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, arahan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada Dr. T. M. Jamil, M.Si sebagai dosen pembimbing mata kuliah

Perpajakan yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik

dari bahasa maupun dari struktur kalimat, maka penulis membuka diri kepada para

pembaca untuk melakukan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan

penulisan. Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

pendidikan kearah yang lebih baik.

Banda Aceh, 8 November 2017

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pajak .............................................................................. 4
2.2 Jenis-Jenis Pajak .............................................................................. 5
2.3 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah........................................ 7
2.4 Pengaruh Pajak Terhadap Daerah .................................................... 9
2.4.1 Pengaruh Pajak Terhadap Konsumsi ...................................... 9
2.4.2 Pengaruh Pajak Terhadap Pembangunan ................................ 11
2.4.3 Pengaruh Pajak Terhadap Perekonomian ............................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sistem kenegaraan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

terbagi atas beberapa provinsi dan provinsi terbagi atas beberapa kabupaten dan kota.

Agar penyelengaraan pemerintahan dapat berjalan secara efektif maka diperlukan

terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah. Menurut UU No.32 tahun 2004 tentang

pemerintah daerah Pasal 1 ayat 5 bahwa “Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang undangan”.

Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah dipacu untuk mencari

sumber-sumber pendapatan daerah yang mendukung pengeluaran daerah. Hal ini

sesuai dengan pendapat Darise (dalam Novalistia, 2016:2) bahwa “Dalam mengelola

keuangannya, pemerintah daerah harus dapat menerapkan asas kemandirian dengan

mengoptimalkan penerimaan dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD)”. PAD

merupakan sumber penerimaan pemerintah daerah yang berasal dari daerah itu

sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Sumber pendapatan daerah terdiri

dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan pendapatan
daerah lainnya.
2. Dana Perimbangan.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
(UU No.32 Tahun 2004, Pasal 157)
2

Salah satu sumber penghasilan daerah adalah pajak. Menurut Prof. Dr. P.J.A.

Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)

yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan –peraturan umum

(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat

ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut data yang publikasi oleh Badan Pusat Statistik bahwa pada tahun

2016 pajak daerah seluruh Indonesia mencapai Rp. 42.611.630.920, retribusi daerah

mencapai Rp.9.901.330.308, hasil pengelolaan kekayaan daerah mencapai

Rp.3.674.045.632.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pajak daerah memegang peranan

yang sangat dominan dibanding penerimaan lainnya. Akibatnya pajak daerah

memberikan dampak yang sangat besar terhadap konsumsi daerah, diantaranya dapat

digunakan untuk membiayai dan memajukan suatu daerah, diantaranya digunakan

untuk pembangunan sekolah, pembangunan rumah sakit, pembangunan jalan raya,

serta pembangunan pasar. Tentu saja hal ini memberikan dampak positif pada daerah

yang bersangkutan.

Oleh sebab itu maka potensi-potensi pajak daerah yang ada di suatu daerah

seharusnya bisa dimaksimalkan lagi untuk menunjang PAD. Terutama mendorong

perekonomian melalui pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang

perekonomian masyarakat. Dengan adanya pembangunan tersebut diharapkan

perekonomian dapat berkembang sehingga tujuan akhir dapat dicapai yaitu


3

kesejahteraan masyarakat yang merata. Berdasarkan uraian di atas maka dalam

makalah ini, penulis hendak mengulas lebih lanjut mengenai pajak daerah dan

pengaruhnya terhadap konsumsi daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian pajak?

2. Apa-apa saja jenis pajak?

3. Apa saja sumber-sumber pendapatan asli daerah?

4. Bagaimana pengaruh pajak daerah terhadap konsumsi, pembangunan dan

perekonomian?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pajak

2. Untuk mengetahui apa-apa saja jenis pajak.

3. Untuk mengetahui sumber-sumber pendapatan asli daerah.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pajak daerah terhadap konsumsi,

pembangunan dan perekonomian.


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2009 bahwa pajak adalah “Kontribusi

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan umbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”. Sedangkan pengertian pajak menurut Supramono (2010:2) adalah “Sebagai

iuran tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum”. Dari kedua

definisi di atas dapat diuraikan beberapa unsyur pajak, antara lain:

1. Pajak merupakan iuran dari rakyat untuk negara. Yang berhak memungut pajak

adalah negara, baik melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan

iuran yang dibayarkan berupa uang, bukan barang.

2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Sifat pemungutan pajak adalah

dipaksakan berdasarkan kewenangan yang diatur undang-undang.

3. Tidak ada kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah dalam pembayaran

pajak.

4. Digunakan untuk membiayai keperluan negara.

Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa pajak memiliki peranan penting

dalam penerimaan negara karena pajak sendiri. Sesungguhnya fungsi pajak bukan

hanya sebagai salah satu sumber penerimaan negara tetapi juga meiliki fungsi
5

mengatur. Dalam fungi mengatur, pajak pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur

pelaksanaan kebijakan negara dibidang sosial ekonomi. Misalnya perbedaan tarif

pada pajak penghasilan dimana bagi orang yang berpenghasilan tinggi maka ia juga

harus membayar pajak yang tinggi, pajak yang tinggi untuk barang-barang mewah

supaya mengurangi gaya hidup konsumtif dan tarif pajak ekspor sebesar 0% untuk

mendorong ekspor.

2.2 Jenis-Jenis Pajak

Di Indonesia pada saat ini di kenal berbagai macam jenis pajak dan bisa

dikatakan pajak yang diberlakukan meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Ditinjau dari berbagai lembaga pemungutannya, pajak dibedakan menjadi dua yaitu

pajak pusat yang di sebut juga pajak negara dan pajak daerah.

1. Pajak pusat

Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui

undang-undang yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat, dan

hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat dan

pembangunan. Menurut Budiarto (2016:6) bahwa “Pajak pusat merupakan pajak

yang pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat. Lebih spesifik lagi, pajak

pusat mayoritas dikelola oleh Dirjen Pajak-Kementrian Keuangan”.Yang termasuk

dalam pajak pusat di Indonesia saat ini adalah:

a) Pajak Penghasilan (PPh)

b) Pajak pertembahan nilai atas barang dan jasa (PPN)

c) Pajak penjualan atas barang mewah (PPn BM)


6

d) Pajak bumi dan bangunan (PBB)

e) Bea materai

f) Bea perhotelan hak atas tanah dan bangunan (PBHTB)

g) Bea masuk, bea keluar (pajak ekspor), dan cukai (yang dikelola oleh

direktorat jendral bea dan cukai departement keuangan)

2. Pajak daerah

Menurut Budiarto (2016:9) bahwa “Pajak daerah adalah pajak-pajak yang

dikelola oleh pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun kabupaten atau kota.

Semua administrasi yang berhubungan dengan pajak daerah dilakukan di kantor

Dinas Pendapatan Daerah atau kantor sejenisnya yang dipayungi oleh pemerintah

daerah setempat”. Oleh karena itu pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan

oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah. Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua

yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota yang diberi

kewenangan untuki melaksanakan otonomi daerah, pajak daerah di indonesia saat ini

juga di bagi menjadi dua yaitu:

1. Pajak provinsi

a) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

b) Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
7

2. Pajak kabupaten atau kota

a) Pajak hotel

b) Pajak restoran

c) Pajak hiburan

d) Pajak reklame

e) Pajak penerangan jalan

f) Pajak pengambilan bahan galian golongan C

g) Pajak parkir

2.3 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah

Untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah, perlu ditunjang dengan

sumber daya yang memadai. Oleh karena itu dengan sekuat tenaga pemerintah

daerah telah mengerahkan semua aparaturnya untuk menggali semua potensi yang

dapat menghasilkan penerimaan daerah. Sumber penerimaan yang dapat digali

salah satunya berupa pajak daerah yang merupakan andalan bagi daerah dan

diharapkan dari sumber penerimaan tersebut dapat memberikan kontribusi yang

berarti terhadap Pendapatan Asli Daerah dimaksudkan sebagai berikut : Hasil Pajak

Daerah

Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menurut

Seragih (2003:61), yang dimaksud dengan pajak daerah adalah “Iuaran Wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung

yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-


8

undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penganggaran

pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

1. Hasil Retribusi daerah

Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih (2003:65) adalah

“pungutan daeraha sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang

pribadi atau badan”. Retribusi untuk kabupaten/kota dapat dibagi menjadi 2, yakni :

a) Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai kewenangan masing-

masing daerah yang terdiri dari 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi

perizinan tertentu.

b) Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai jasa/pelayanan yang

diberikan oleh masing-masing daerah, terdiri dari : 13 jenis retribusi jasa

usaha. (Kadjatmiko, 2002:78).

2. Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib yang dilakukan

oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, yang digunakan untuk pembiayaan penyelenggraan pemerintahan

daerah dan pembangunan daerah. Adapun jenis-jenis pajak yang dapat di terapkan di

kabupaten / kota terdiri dari : Jasa Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, Pajak

reklame, Pajak penerangan jalan, pajak bahan galian golongan C, Pajak parkir.
9

Pengertian pajak secara umum menurut Siahaan (2006:7) adalah pungutan

dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan Undang-undang yang

bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya

dengan mendapatkan presasi kembali secara langsung, yang hasilnya di

gunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dalam penyeleggaraan

pemerintahan dan pembangunan.

3. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah

Menurut Halim (2004:69), “pendapatan ini merupakan penerimaan

Daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah Daerah”.

2.4 Pengaruh Pajak terhadap Daerah

2.4.1 Pengaruh Pajak Terhadap Konsumsi

Telah diketahui bahwa pajak merupakan sumber pendapatan negara yang

terbesar. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak digunakan untuk pembangunan

dan untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi perekonomian antara daerah yang satu

dengan daerah yang lain tidak sama. Demikian juga dengan pendapatan masyarakat,

ada yang pendapatannya tinggi, menengah dan rendah. Oleh sebab itu, keberadaan

pajak sangat berpengaruh kepada pertumbuhan perekonomian daerah, pemerataan

kesejahteraan, dan pembangunan.

Dampak langsung dari pungutan pajak adalah pada pendapatan disposibel.

Pendapatan disposibel menurut Putong (2015:69) adalah pendapatan nasional yang

mempengaruhi konsumsi yang siap untuk dibelanjakan karena merupakan


10

pendapatan yang nasional yang bersih. Dapat dikatakan bahwa pendapatan disposibel

adalah pendapatan yang dapat dibelanjakan untuk konsumsi.

Ketika pungutan pajak dinaikkan, maka pendapatan disposibel menjadi turun.

Dengan menurunnya pendapatan disposibel maka konsumsi menjadi relatif turun

pula. Turunnya konsumsi akan berdampak pada turunnya pendapatan nasional

equilibrium. Demikian pula, jika pungutan pajak diturunkan, maka konsumsi relatif

menjadi naik. Naiknya konsumsi juga akan berdampak pada naiknya pendapatan

nasional. Identitas perhitungan pendapatan yang paling umum dapat dituliskan

sebagai berikut :

Y = C + I + G + (X - M)

Secara matematis, pengaruh pajak terhadap konsumsi dapat dinyatakan

dengan persamaan sebagai berikut:

C = C (Y-T)

Dimana :
C= Konsumsi
I=Investasi
X-M = Total bersih ekspor
G=Pembelian oleh pemerintah
T=pajak

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah. Artinya

peningkatan pungutan pajak secara langsung meningkatkan pendapatan pemerintah.

Dengan demikian, pungutan pajak akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

jika nilai konsumsi, investasi, dan neto ekspor minimal tetap. Pajak akan

menurunkan konsumsi, dilain pihak pajak menaikkan pendapatan pemerintah.

Karena nilai uang yang dikeluarkan dari rumah tangga maupun masyarakat untuk

pajak adalah sama dengan pendapatan pemerintah dari pajak.


11

2.4.2 Pengaruh Pajak Terhadap Pembangunan

Pajak dapat berfungsi sebagai pemerataan pendapatan. Pajak yang diperoleh

di daerah yang maju dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan ekonomi di

daerah yang tertinggal. Pajak juga dapat digunakan untuk membantu masyarakat

yang pendaptannya rendah. Contohnya hasil pungutan pajak dari masyarakat yang

berpenghasilan tinggi digunakan oleh pemerintah untuk membantu biaya produksi

obat-obatan, agar harga jualnya menjadi lebih murah karena biaya sudah ditanggung

dari pajak.

Pajak juga berperan sebagai pembantas suatu produk sehingga produk yang

dianggap sifatnya dapat membahayakan kehidupan manusia dapat dicegah sehingga

masyarakat suatu daerah terhindar dari bahaya akibat efek dari produk yang

menjadikan generasi dari daerah tersebut masih sehat dan daerah juga akan aman.

Dengan adanya pungutan pajak dan adanya kesadaran masyarakat suatu daerah

untuk membayar pajak sesuai dengan kewajibannya, maka daerah tersebut akan

berkembang dengan maju dan masyarakatnya akan sejahtera, karena pajak digunakan

dan diberikan untuk kepentingan masyarakat seperti:

a) Pembangunan sekolah,

b) Pembangunan rumah sakit,

c) Pembangunan jalan raya,

d) Pembangunan pasar.

2.4.3 Pengaruh Pajak Terhadap Perekonomian

Pengaruh pajak terhadap perekonomian dapat kita bedakan menjadi pengaruh


pajak terhadap produksi dan terhadap distribusi produksi.
12

a) Pengaruh terhadap produksi


Perngaruh pajak tehadap produksi dapat dibagi dalam pengaruhnya terhadap
produksi sebagai keseluruhan dan komposisi produksi. Pengaruhnya terhadap
produksi sebagai keseluruhan berlangsung melalui pengaruh-pengaruhnya terhadap
kerja, tebungan dan investasi. Kemudian lebih laju lagi kita melihat pengaruh-
pengaruh pajak terhadap kerja, tebungan dan investasi melalui kemampuan dan
keinginan; yaitu kemampuan dan keinginan untuk bekerja, menabung, dan
mengadakan investasi.

b) Pengaruh pajak terhadap kemampuan untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi


Kemampuan setiap orang untuk bekerja akan berkurang apabila ia dikenai
pajak yang dapat mengurangi efisiensi kerjanya. Oleh karena itu suatu pajak yang
dikenakan kepada golongan yang mempunyai tingkat penghasilan yang rendah dalam
suatu mesyarakat hanya akan menurunkan tingkat efisiensi baik bagi golongan
orang-orang dewasa maupun golongan anak-anak pada masa yang akan datang.

c) Pengaruh pajak terhadap kemauan untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi
Pada umunya dianggap bahwa pajak mempunyai pengaruh yang bersifat
diinseftif artinya ialah mengurangi keinginan untuk bekerja, menabung, dan
mengadakan investasi dari wajib pajak. Perlu ditambahkan bahwa hanya pajak yang
mempunyai sifat dikenakan secara terus menerus akan berpengaruh terhadap
keinginan untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. Sebagai contoh
adalah pajak penghasilan dan pbb

d) Pengaruh pajak terhadap komposisi produksi


Pajak dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dalam penggunaan faktor
produksi, yaitu penggunaan yang seharusnya dpat menghasilakan produksi
maksimum menuju kearah penggunaan yang menghasilkan produksi lebih sedikit.
Oleh karenanya pajak yang dikenakan jangan sampai mengakibatkan adanya
penyimpangan penggunaan faktor-faktor produksi atau kalau memang tidak dapat
13

dihindarkan, pajak yang dikenakan dlam perekonomian jangan sampai menimbulkan


terlalu benyak penyimpangan-penyimpangan.

e) Pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan


Baik atau tidaknya suatu kebijakan haruslah dipertimbangkan dari berbagai
segi. Hendaknya kita ketahui pula bahwa tujuan pembangunan suatu negara pada
umumnya adalah berupa peningkatan pendapatan nasional per kapita, penciptaan
lapangan kerja, distribusi pendapatan yang lebih merata dan keseimbangan dalam
neraca pembayaran internasional. Keempat tujuan umum pembangunan ini tidak
selalu sejalan dan selaras dalam pencapaiannya, melainakan seringkali untuk
mencapai tujuan yang satu terpaksa harus mengurangi keberhasilan dari tujuan yang
lain. Sebagai contoh untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
seringkali terjadi adanya distribusi pendapatan yang kurang/tidak merata.

f) Pengaruh pajak terhadap keinginan untuk bekerja


Pajak progresif adalah pajak yang dikenakan dengan persentase yang
semakin tinggi dengan semakin tingginya taxable capacity. Jadi rata-rata tingkat
pajak akan meningkatkan untuk setiap dasar pajak. Jika pajak progresif dikenakan
pada pendapatan kerja maka tenaga kerja tersebut akan berkurang keniginannya
untuk bekerja.
14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan umbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Di Indonesia pajak dibedakan menjadi dua yaitu pajak pusat yang di sebut juga
pajak negara dan pajak daerah.
3. Sumber-sumber pendapatan daerah adalah pajak daerah, retribusi, dan Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah.
4. Ketika pungutan pajak dinaikkan, maka pendapatan disposibel menjadi turun.
Dengan menurunnya pendapatan disposibel maka konsumsi menjadi relatif turun
pula. Turunnya konsumsi akan berdampak pada turunnya pendapatan.
15

DAFTAR PUSTAKA

Novalistia, Rizka Lutfita. 2016. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-
Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dan Bagi Hasil Pajak Terhadap
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten atau
Kota di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal. Semarang : Universitas Pandanaran
Semarang
Supramono. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Andi

Budiarto, Astrid. 2016. Pedoman Praktis Membayar Pajak. Depok :Genesis


Learning

Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Jakarta: Gahalia Indonesia.

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor public Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:
PS Salemba Empat

Putong, Iskandar. 2015. Ekonomi Makro: Pengantar Ilmu Ekonomi Makro untuk
Mahasiswa. Jakarta : Penerbit Andi

You might also like