You are on page 1of 17

Definisi

Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam
buku Nanda, (2013).

Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :

a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai


(masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari
haid yang teratur).
b. b. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang
dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk
masa kehamilan =KMK).
c. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

Klasifikasi
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai
untuk masa kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan

Etiologi
a) Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya,
perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion,
penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, infeksi trauma , dan lain-lain.
b) Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion,
ketuban pecah dini.
c) Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol,
dan status ekonomi sosial.

Manifestasi Klinik

1) Sebelum bayi lahir


a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus,
partus prematurus dan lahir mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c) Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi
lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut.
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai
menurut seharusnya.
e) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau
bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum
dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau
perdarahan ante partum.

2) Setelah bayi lahir

a. Berat lahir < 2500 gram

b. Panjang badan < 45 cm

c. Lingkaran dada < 30 cm

d. Lingkaran kepala < 33 cm

e. Umur kehamilan < 37 minggu

f. Kepala relatif lebih besar dari badannya


g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak

h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus

i. Tangisnya lemah dan jarang

j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea

k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi

l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus
dan kepala mengarah ke satu sisi.

m. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif

n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan

o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama

p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema

q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

Patofisiologi

Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah


masih menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya
kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-
anak dengan/tanpa sakit yang masa dewasa, kondisi ini sering
melahirkan bayi BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat,
komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang
menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan
transpor zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi
dengan baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup
di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin
kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan
akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka
kematiannya. Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam
tubuhnya, baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul
masalah misalnya :
a) Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan
mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan
yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit, permukaan tubuh yang relative lebih luas
dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang
berkurang
b) Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit
berat pada BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan
yang masih lemah
c) Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi
abdomen akibat dari motilitas usus kurang, volume lambung
kurang, sehingga waktu pengosongan lambung bertambah
d) Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis,
produksi urine berkurang
e) Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi
prematur relative belum sanggup membentuk antibodi dan
daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum
baik.
f) Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena
bayi premature sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom
pernapasan, akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan
hiperkapnea, di mana keadaan ini menyebabkan aliran darah
ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena
tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi premature
sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang
rapuh.

Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan
pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan,
pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.
1) Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita
Hypotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan
panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih
luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan
lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak coklat ( brown fat).
Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan
yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat
komsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk
bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gr adalah 35’C dan
untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai 2500 gr 34’C , agar ia
dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37’C. Kelembaban
inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang lebih
tinggi di perlukan pada bayi dengan sindroma gangguan
pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1’ C per
minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara
berangsur angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27’ C-29’C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan
dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di
sekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat
tempat tidur bayi atau dengan menggu nakan metode kangguru.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter
36’C-37’C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang
diselimuti pada bayi di dalam inkubator. Alat ini berguna untuk
mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini
telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat
temperatur sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di
kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol oleh alat
servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat
dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya.
Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang
sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini
penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan
umum,perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang
dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal
sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan
secepat ± cepatnya.
2) Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman
kedalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah
mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh kadar
imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas
baktersidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah
dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum.
Tetapi diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada
terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering
merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain :
malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat,
frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat badan
mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan
terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR
tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun. Digunakan masker dan abjun khusus dalam
penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata,
hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat ± alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio
perawat pasien yang idea, mengatur kunjungan, menghindari
perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan
pemberian antibiotik yang tepat.

3) Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara
pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan
kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan
pertama jioka bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan
dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI
tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat
digunakan susu formula yang komposisinya mirip mirip ASI
atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti
tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya
regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam
inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau
kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi
kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan
dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang
giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau
menetek pada ibunya, makanan diberikan melalui NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan
kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan
interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih
rendah.

4) Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung,
pharing, trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan
duktus alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas akan
menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain
itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang
terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan
asfiska perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan
apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya di peroleh
dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan
jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada
posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau
menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal , dilakukan ventilasi,
intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium
bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake
dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat
mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil
kematian bayi BBLR.

2.1 Askep BBLR


1) Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari
rata-rata 20 jam.
b. Pernafasan
 Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah
kelahiran cesaria atau persentasi bokong.
 Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan
gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan
adanya sekret yang mengganggu pernafasan,
mengorok, pernafasan cuping hidung,
c. Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500
gr menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi
harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi
infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks
menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi
baru lahir 120-150ml/kg BB/ hari.
d. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
e. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan.
f. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak
mengkilat dan kering.
2) Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
2. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
3. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


keperawatan ( NOC ) ( NIC )
( NANDA )
1.Ketidakefektifan NOC : NIC :
Pola nafas 1. Respiratory status : Airway Management
Definisi : Ventilation 1. Buka jalan nafas,
Pertukaran udara 2. Respiratory status : Airway guanakan teknik
inspirasi dan/atau patency. chin lift atau jaw
ekspirasi tidak 3. Vital sign Status thrust bila perlu
adekuat Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien
 Mendemonstrasikan untuk
batuk efektif dan suara memaksimalkan
nafas yang bersih, ventilasi
tidak ada sianosis dan 3. Identifikasi pasien
dyspneu (mampu perlunya
mengeluarkan sputum, pemasangan alat
mampu bernafas jalan nafas buatan
dengan mudah, tidak 4. Pasang mayo bila
ada pursed lips). perlu
 Menunjukkan jalan 5. Lakukan fisioterapi
nafas yang paten (klien dada jika perlu
tidak merasa tercekik, 6. Keluarkan sekret
irama nafas, frekuensi dengan batuk atau
pernafasan dalam suction
rentang normal, tidak 7. Auskultasi suara
ada suara nafas nafas, catat
abnormal). adanya suara
 Tanda Tanda vital tambahan
dalam rentang normal 8. Lakukan suction
(tekanan darah, nadi, pada mayo
pernafasan). 9. Berikan
bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi
dan status
O2 Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
2. Pertahankan jalan
nafas yang paten
3. Atur peralatan
oksigenasi
4. Monitor aliran
oksigen
5. Pertahankan posisi
pasien
6. Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
5. Monitor TD,
nadi, RR, sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas
dari nadi
7. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

2.Resiko infeksi NOC : NIC :


1. Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : 2. Knowledge : Infection infeksi)
Peningkatan resiko control 1. Bersihkan
masuknya 3. Risk control lingkungan setelah
organisme patogen. dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik
isolasi
 Klien bebas dari tanda 3. Batasi pengunjung
dan gejala infeksi bila perlu
 Menunjukkan 4. Instruksikan pada
kemampuan untuk pengunjung untuk
mencegah timbulnya mencuci tangan
infeksi saat berkunjung
 Jumlah leukosit dalam dan setelah
batas normal berkunjung
 Menunjukkan perilaku meninggalkan
hidup sehat pasien
5. Gunakan sabun
antimikrobia untuk
cuci tangan
6. Cuci tangan
setiap sebelum dan
sesudah tindakan
kperawtan
7. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan aseptic
selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV
perifer dan line
central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
11. Tingktkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan
teknik aspesis
pada pasien yang
beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
10. kemerahan, panas,
drainase
11. Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
12. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup

3. Risiko NOC : NIC :


ketidakseimbangan 1. Hydration Temperature Regulation
temperatur tubuh 2. Adherence Behavior (pengaturan suhu)
3. Immune Status 1. Monitor suhu
Definisi : Risiko 4. Infection status minimal tiap 2 jam
kegagalan 5. Risk control 2. Rencanakan
mempertahankan 6. Risk detection monitoring suhu
suhu tubuh dalam secara kontinyu
batas normal. 3. Monitor TD, nadi,
dan RR
4. Monitor warna dan
suhu kulit
5. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti piretik
jika perlu.
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008.
Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby
Elsevier

Herdman, T.H & Kamitsuru, S 2014. Nursing Diagnoses: Definitions &


Classification (NANDA) 2015 – 2017. Tenth edition . Oxford : Willey Blackwell.

Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008.


Nursing Outcomes Classification (NOC): Fourth Edition. Missouri: Mosby El

Maryunani, Anik dan Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : trans info media.

You might also like