You are on page 1of 13

TEKUK BAJA PROFIL IWF DAN HONEYCOMB (CASTELLA)

(TEORI DAN EKSPERIMENTAL)

Philip T Lamsihar Napitupulu1, Besman Surbakti2


1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email: philipnapitupulu@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus
USU Medan
Email:besman@usu.ac.id

ABSTRAK
Apabila sebuah batang lurus dibebani gaya tekan aksial dengan pemberian beban semakin lama
semakin tinggi, maka pada batang tersebut akan mengalami perubahan keadaan sumbu batang lurus
menjadi batang melengkung dinamakan tekuk. Terjadinya feno mena tekuk pada struktur baja
disebabkan karena elemen baja pada umumnya sangat tipis, sehingga mudah mengalami tekuk yang
akan mengurangi kapasitas dari struktur itu sendiri. Penelitian ini menggunakan benda uji berupa
profil baja iwf dan honeycomb (castella). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
tentang uji tekuk pada benda uji, menentukan berapa nilai beban kritis (Pkr), dan deformasi lendutan
yang terjadi pada benda uji, membandingkan beban kritis (Pkr) dan deformasi lendutan yang terjadi
pada benda uji dari hasil pengujian dan perhitungan analitis. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian
pada pro fil baja iwf yang memiliki dimensi 150. 75. 5 . 7 mm dan untuk profil baja honeycomb
memiliki d imensi 225. 75. 5 . 7 mm, masing- masing dengan tinggi batang 2,5 m (untuk dua
sampel). Profil memiliki perletakan sendi-sendi dan diberikan pembebanan aksial. Hasil yang
diperoleh secara pengujian untuk sampel I profil baja iwf, yaitu Pkr = 17000 kg dan untuk
sampel II diperoleh Pkr = 17100 kg. Sedangkan, hasil yang diperoleh secara perhitungan analitis yaitu
Pkr = 16398 kg. Adapun hasil yang diperoleh secara pengujian untuk sampel I profil honeycomb
(castella), yaitu Pkr = 19800 kg dan untuk sampel II diperoleh Pkr = 20000 kg. Sedangkan, hasil
yang dipero leh secara perhitungan analitis yaitu Pkr = 16326 kg. Semakin besar beban yang diberikan
maka semakin besar pula deformasi lendutan yang terjadi pada benda uji tersebut.

Kata kunci: baja, pengujian tekuk, beban kritis, profil baja iwf, profil baja honeycomb (castella).

ABSTRACT

If a straight rod axial compressive force saddled with the burden of giving higher and higher,
then to the shaft axis will change the state of a straight rod into curved rod called buckling. The
occurrence of the phenomenon of buckling of steel structures due to steel elements are generally very
thin, so it's easy to buckle that will reduce the capacity of the structure itself. This study uses a profile of a
test piece of steel IWF and honeycomb (castella). This study aimed to get an idea of bending test on a test
object, determine how the value of critical load (Pcr), and the deformation deflection occurs at the
specimen, comparing the critical loads (Pcr) and the deformation deflection occurs at the specimen from
the test results and calculations analytical. In this study, conducted testing on steel profiles IWF which
has dimensions of 150. 75. 5. 7 mm and to have dimensional honeycomb steel profiles 225. 75. 5.7 mm,
each with a stem height of 2.5 m (for two samples). Profile has the bearing joints and given axial loading.
The results obtained in the test for sample I IWF steel profile, which is Pcr = 17000 kg and for sample II
obtained Pcr = 17100 kg. Meanwhile, the results obtained by the analytical calculations namely Pcr = 16
398 kg. The results obtained in the test for sample I honeycomb profile (castella), namely Pcr = 19800 kg
and for sample II obtained Pcr = 20000 kg. Meanwhile, the results obtained by the analytical
calculations namely Pcr = 16326 kg. The greater the applied load, the greater the deflection deformation
that occurs in the test object.

Keywords: steel, buckling testing, critical load, IWF steel profiles, profile steel honeycomb (castella).
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Baja adalah paduan logam yang tersusun dari besi sebagai unsur utama dan karbon sebagai unsur
penguat yang digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi { Joseph E.Bowles, 1985}. Sifat-
sifatnya yang terutama dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dan
keliatannya. Keliatan (ductility) adalah kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum baja putus.
Kemampuan baja yang cukup besar untuk menahan kekuatan tarik dan tekan, serta baja juga
mempunyai perbandingan kekuatan tiap volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan-
bahan lain yang umumnya dipakai. . Suatu struktur dikatakan kuat atau aman apabila struktur
tersebut mampu memikul segala gaya, tegangan dan juga lendutan yang mungkin timbul akibat dari
pembebanan yang bersifat sementara. Baja berdeformasi secara nyata dapat dilihat pada konstruksi
portal sederhana. Portal terdiri dari elemen-elemen pelat, kolom, dan balok sehingga dalam
perencanaan, faktor yang harus mendapat perhatian utama adalah masalah kekuatan atau keamanan,
masalah keekonomisan dan masalah estetika dari struktur yang direncanakan.
Apabila sebuah batang lurus dibebani gaya tekan aksial dengan pemberian beban semakin lama
semakin tinggi, maka pada batang tersebut akan mengalami perubahan keadaan sumbu batang lurus
menjadi batang melengkung dinamakan tekuk.Suatu elemen yang mempunyai kekakuan kecil lebih
mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan elemen yang mempunyai kekakuan besar. Tekuk
terjadi akibat penekanan pada suatu batang dimana yang mengalami gaya tekan aksial.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan gambaran tentang uji tekuk profil baja IWF dan honeycomb (castella).
2. Menentukan berapa nilai beban kritis (Pkritis) dan deformasi lendutan yang terjadi pada profil baja
IWF dan honeycomb (castella).
3. Membandingkan beban kritis (Pkritis) dan deformasi lendutan yang terjadi pada profil baja IWF dan
honeycomb (castella) dari hasil pengujian dan perhitungan analitis.

1.3 Pembatasan Masalah

a. Aplikasi terhadap profil baja IWF dengan ukuran 150. 75. 5. 7 mm dan profil baja honeycomb
(castella) dengan ukuran 225. 75. 5. 7 mm. Masing-masing dengan tinggi batang 2,5 m (untuk dua
sampel).
b. Baja IWF 150.75.5.7 mm dibentuk menjadi baja honeycomb (castela) 225.75.5. 7 mm.
c. Struktur perletakan adalah dengan tumpuan sendi-sendi.
d. Bahan baja bersifat elastis linier sesuai dengan hukum Hooke.
e. Beban akibat berat sendiri diabaikan
f. Tekuk yang terjadi adalah tekuk elastis

Gambar 1. Benda Uji Profil IWF dan Honeycomb


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tekuk

Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap,
lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang untuk seterusnya akan melimpahkan
semua beban tersebut ke pondasi.

Dengan berbagai macam sebutan, seperti kolom, tiang, tonggak, dan batang desak, batang ini pada
hakekatnya jarang sekali mengalami tekanan aksial saja.Apabila sebuah batang lurus dibebani gaya
tekan aksial dengan pemberian beban semakin lama semakin tinggi, maka pada batang tersebut akan
mengalami perubahan. Perubahan dari keadaan sumbu batang lurus menjadi sumbu batang
melengkung dinamakan Tekuk.

Gambar 2. Batang yang Tertekuk akibat Gaya Aksial (sumber: Salmon, 1997)

Pada hakekatnya batang yang hanya memikul tekan aksial saja jarang dijumpai dalam struktur namun bila
pembebanan diatur sedemikian rupa hingga pengekangan (restrain) rotasi ujung dapat diabaikan atau
beban dari batang-batang yang bertemu diujung kolom bersifat simetris dan pengaruh lentur sangat
kecil dibandingkan dengan tekanan langsung maka batang tekan dapat direncanakan dengan aman
sebagai kolom yang dibebani secara konsentris.

Dari mekanika bahan diketahui bahwa hanya kolom yang sangat pendek dapat dibebani hingga mencapi
tegangan lelehnya, sedangkan keadaan yang umum yaitu lenturan mendadak akibat ketidakstabilan
terjadi sebelum kekuatan bahan batang sepenuhnya tercapai. Keadaan demikian yang kita sebut
dengan tekuk (buckling).

Considere dan Esengger pada tahun 1889 secara terpisah menemukan bahwa sebagian dari kolom
dengan panjang yang umum menjadi inelastis sebelum tekuk terjadi dan harga E yang dipakai
harus memperhitungkan adanya jumlah serat yang tertekan dengan regangan diatas batas
proporsional. Jadi mereka menyadari bahwa sesungguhnya kolom dengan panjang yang umum
akan hancur akibat tekuk inelastis dan bukan akibat tekuk elastis.

Akan tetap i pengertian yang menyeluruh tentang kolom dengan beban konsentris baru dicapai pada
tahun 1946 ketika Shanley menjabarkan teori yang sekarang ternyata benar. Ia mengemukakan
bahwa hakekatnya kolo m masih mampu memikul beban aksial yang lebih besar walaupun telah
melentur, tetapi kolom mulai melentur pada saat mencapai beban yang disebut beban tekuk, yang
menyertakan pengaruh inelastisitas pada sejumlah atau semua serat penampang lintang.

Untuk menentukan kekuatan kolom dasar, kondisi kolom perlu didealisir dengan beberapa anggapan.
Mengenai bahan, kita dapat menganggap :
1. Sifat tegangan-regangan tekan sama diseluruh titik pada penampang
2. Tidak ada tegangan internal seperti akibat pendinginan setelah
penggilingan (rolling)
3. Kolom lurus sempurna dan prismatis
4. Resultante beban bekerja melalui sumbu pusat batang sampai batang mulai melentur
5. Kondisi ujung harus statis tertentu sehingga panjang antara sendi-sendi ekivalen dapat ditentukan.
6. Teori lendutan yang kecil seperti pada lenturan yang umum berlaku dan gaya geser dapat diabaikan.
7. Puntiran atau distorsi pada penampang lintang tidak terjadi selama melentur
Setelah anggapan-anggapan diatas dibuat, sekarang disetujui bahwa kekuatan suatu kolom dapat
dinyatakan sebagai:

Dimana :

σcr = tegangan rata-rata pada penampang


E t = modulus tangen pada P/A
KL/r = angka kelangsingan efektif (ujung sendi ekivalen)

Seperti yang kita tahu batang tekan yang panjang akan runtuh akibat tekuk elastis dan batang tekan yang
pendek yang buntak dapat dibebani sampai bahan meleleh atau bahkan sampai daerah pengerasan
regangan (strain hardening). Pada keadaan yang umum, kehancuran akibat tekuk terjadi setelah sebagian
penampang melintang meleleh, keadaan ini disebut dengan tekuk inelastic.Tekuk murni akibat beban
aksial sesungguhnya hanya terjadi apabila anggapan dari (1) sampai (7) diatas berlaku. Kolom biasanya
merupakan satu kesatuan dengan struktur, dan pada hakekatnya tidak dapat berlaku secara independent.
Dalam praktek, tekuk diartikan sebagai pembatasan antara lendutan stabil dan tidak stabil pada batang
tekan: jika bukan kondisi sesaat yang terjadi pada batang langsing elastis yang diisolir. Banyak insinyur
menyebut “beban tekuk praktis” ini sebagai “beban batas ultimate”.

Dari mekanika bahan kita tahu bahwa batang tekan yang pendek akan dapat dibebani sampai beban
meleleh. Batang tekan yang panjang akan runtuh akibat tekuk elastis. Pada keadaan umum kehancuran
akibat tekan terjadi diantara keruntuhan akibat kelelehan bahan akibat tekuk elastis, setelah bagian
penampang melintang meleleh, keadaan ini disebut tekuk inelastis (inelastic buckling).
Ada tiga jenis keruntuhan batang tekan, yaitu:
1. Keruntuhan akibat tegangan yang terjadi pada penampang telah melalui materialnya.
2. Keruntuhan akibat batang tertekuk elastic (elastic buckling). Keadaan ini terjadi pada bagian
konstruksi yang langsing. Disini hukum Hooke masih berlaku bagi serat penampang dan tegangan yang
terjadi tidak melebihi batas proporsional.
3. Keruntuhan akibat melelehnya sebagian serat disebut tekuk inelastic (inelastic buckling). Kasus
keruntuhan semacam ini berada diantara kasus (1) dan kasus (2), dimana pada saat menekuk sejumlah
seratnya menjadi inelastic maka modulus elastisitasnya ketika tertekuk lebih kecil dari harga awalnya.

Gambar 3. Kolom dengan Kedua Ujungnya berupa Sendi

Bahwa batang yang ditekan akan mengalami bentuk yang sedik it melengkung seperti pada gambar
2.10. Jika sumbu koordinat diambil seperti dalam gambar, mo men dalam yang terjadi pada
penampang sejauh x dari sumbu asal adalah:
Mx = -EIy”
Gambar 4. Kolom Euler

Dengan menyamakan mo men lentur luar P.y, maka diperoleh persamaan:


EIy” + P. y = 0 (1)
Persamaan (2.21) adalah persamaan diferensial linear dengan koefisien konstan dan dapat
dirubah menjadi:
y” + k².y = 0 (2)
Dimana:
𝑃
𝐾 2 = 𝐸𝐼 (3)
Penyelesaian umum persamaan (1)
y = A sin kx + B cos kx (4)
Untuk menentukan besaran konstanta A dan B, maka menggunakan syarat batas: y = 0 dan x = 0
y = 0 dan x = 1
Dengan memasukkan syarat batas pertama ke dalam persamaan (4) maka dipero leh:
B=0
Sehingga d iperoleh:
y = A sin kx (5)
Dari syarat batas kedua diperoleh:
A sin kl = 0 (6)
Persamaan (6) dapat dipenuhi o leh tiga keadaan yaitu:
1. Konstanta A = 0, yaitu tidak ada lendutan (7)
2. Kl = 0, yaitu tidak ada beban luar (8)
3. Kl = nл, yakni syarat terjadi tekuk (9)
Substitusi persamaan (9) ke dalam persamaan (4 dan persamaan 6) diperoleh:
𝑛 2 𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃= (10)
𝑙2
𝑛𝜋𝑥
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝑙 (11)
Pada beban yang d iberikan oleh persamaan (10) kolom berada dalam
keadaan kesetimbangan dalam bentuk yang agak bengkok, dimana bentuk deformasinya
diberikan oleh persamaan (12).
Ragam (mode) tekuk dasar yaitu lendutan dengan lengkungan tunggal akan diperoleh jika
nilai n d iambil sama dengan 1, dengan demikian beban kritis Euler untuk kolom adalah:
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑘𝑟 = 𝑙 2 (12)
Dan persamaan lendutan menjadi:
𝜋𝑥
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝑙 (13)
3. METODOLOGI PENELITIAN MULAI

TEKUK PROFIL BAJA


IWF DAN
HONEYCOMB
(TEORI DAN
EKSPERIMENTAL)

- EKSPERIMEN
EKSPERIMEN - ANALITIS ANALITIS

BENDA UJI HITUNG


- Profil baja IWF(150.75.5. CEK KEMBALI
METODE
7mm) EULER
- Profil baja honeycomb
(castella) (225.75.5.7mm)
- Masing-masing tinggi
batang yaitu 2,5 m (dua
sampel) TIDAK

PERSIAPAN PENGUJIAN BANDINGKAN


- Persiapan benda uji DENGAN
- Persiapan alat HASIL EKSPERIMEN
- Pengujian kuat tekan aksial

HASIL
- Pembebanan (P)
- Deformasi (δ)

YA

SELESAI

Gambar 5. Bagan Alur Penelit


3.1 Persiapan Penelitian

Benda uji berupa profil baja IWF dengan ukuran 150.75.5.7 mm dan pro fil baja Honeycomb (Castella) dengan
ukuran 225.75.5.7 mm, masing- masing dengan tinggi batang 2,5 m (untuk dua sampel).

3.2 Prosedur Pengujian

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Hydraulic Jack dengan kapasitas 25 Ton untuk mendapatkan nilai beban
kritis (Pkr). Benda uji diletakan secara horizontal, lalu Jack diletakkan disalah satu profil. Kemudian tempatkan alat
berupa dial yang berhubung dengan jarum pengukur yang dapat menunjukkan pergerakan yang terjadi sampai
ketelitian 0,01 mm. Beban P secara bertahap ditambah besarnya lalu dicatat besarnya perubahan yang terjadi pada
batang. Beban harus ditambah sampai didapat besarnya beban kritis. Untuk setiap besar beban yang bekerja
diperoleh besarnya defleksi yang terjadi.

Gambar 6. Profil Baja IWF dan Honeycomb

Gambar 7. Proses Pembuatan Baja Honeycomb


4. ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Pada Profil Baja IWF

 E = 2,1 x 106 kg/cm2


 σ1 = 2400 kg/cm2 (BJ 37 / Fe 360)
 Untuk profil IWF dengan L = 2,5 m
 Iy = 49,5 cm4
 Ix = 666 cm4
 iy = 1,66 cm
 A = 17,85 cm2
𝜋2𝐸 𝐼
 𝑃𝑘𝑟 =
𝐿𝑘 2

3,14 2 2,1 𝑥 10 6 (49,5)


=
(250)2

= 16398,49 kg

4.2 Analisa Pada Profil Baja Honeycomb (Castella)


 E = 2,1 x 106 kg/cm2
 σ1 = 2400 kg/cm2 (BJ 37 / Fe 360)
 A = 13,85 cm2
 iy = 1,9 cm
 ix = 10,7 cm

Untuk profil Honeycomb (Castella) Potongan Penampang


Berlobang :
 𝐼𝑥 = 1498,72254 𝑐𝑚4
 𝐼𝑦 = 49,2822917 𝑐𝑚4

Untuk profil Honeycomb (Castella) Potongan Penanmpang


Penuh :
 𝐼𝑥 = 1498,72254 𝑐𝑚4
 𝐼𝑦 = 49,2822917 𝑐𝑚4

Digunakan profil Honeycomb dengan nilai Iy terkecil :

𝜋2𝐸 𝐼
 𝑃𝑘𝑟 =
𝐿𝑘 2

3,14 2 2,1 𝑥 10 6 (49,2822917 )


= (250)2

= 16326,36 kg
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Nilai Deformasi Profil Baja IWF

Beban Deformasi Pengujian Beban Deformasi Perhitungan


No (ton) Sisi A (cm) (ton) Analitis (cm)

1 0 0 0 0.000
2 0,5 0.012 0,5 0.036
3 1 0.019 1 0.073
4 1,5 0.041 1,5 0.109
5 2 0.062 2 0.145
6 2,5 0.071 2,5 0.182
7 3 0.095 3 0.218
8 3,5 0.12 3,5 0.254
9 4 0.15 4 0.291
10 4,5 0.189 4,5 0.327
11 5 0.204 5 0.363
12 5,5 0.237 5,5 0.400
13 6 0.27 6 0.436
14 6,5 0.304 6,5 0.472
15 7 0.355 7 0.509
16 7,5 0.38 7,5 0.545
17 8 0.408 8 0.582
18 8,5 0.434 8,5 0.618
19 9 0.477 9 0.654
20 9,5 0.502 9,5 0.691
21 10 0.52 10 0.727
22 10,5 0.542 10,5 0.763
23 11 0.586 11 0.800
24 11,5 0.62 11,5 0.836
25 12 0.665 12 0.872
26 12,5 0.711 12,5 0.909
27 13 0.744 13 0.945
28 13,5 0.788 13,5 0.981
29 14 0.82 14 1.018
30 14,5 0.974 14,5 1.054
31 15 1.039 15 1.090
32 15,5 1.121 15,5 1.127
33 16 1.203 16 1.163
34 16,5 1.318 16,398 1.192
35 17,1 1.402 - -
Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Nilai Deformasi Profil Baja Honeycomb (Castella)

Beban Deformasi Pengujian Beban Deformasi Perhitungan


No (ton) Sisi A (cm) (ton) Analitis (cm)
1 0 0 0 0.000
2 0,5 0.005 0,5 0.030
3 1 0.015 1 0.060
4 1,5 0.025 1,5 0.090
5 2 0.038 2 0.120
6 2,5 0.053 2,5 0.151
7 3 0.068 3 0.181
8 3,5 0.075 3,5 0.211
9 4 0.09 4 0.241
10 4,5 0.117 4,5 0.271
11 5 0.135 5 0.301
12 5,5 0.155 5,5 0.331
13 6 0.17 6 0.361
14 6,5 0.19 6,5 0.391
15 7 0.2 7 0.421
16 7,5 0.23 7,5 0.452
17 8 0.25 8 0.482
18 8,5 0.269 8,5 0.512
19 9 0.29 9 0.542
20 9,5 0.325 9,5 0.572
21 10 0.358 10 0.602
22 10,5 0.372 10,5 0.632
23 11 0.39 11 0.662
24 11,5 0.412 11,5 0.692
25 12 0.43 12 0.723
26 12,5 0.468 12,5 0.753
27 13 0.488 13 0.783
28 13,5 0.5 13,5 0.813
29 14 0.53 14 0.843
30 14,5 0.55 14,5 0.873
31 15 0.583 15 0.903
32 15,5 0.61 15,5 0.933
33 16 0.638 16 0.963
34 16,5 0.66 16,32636 0.983
35 17 0.68 - -
36 17,5 0.703 - -
37 18 0.726 - -
38 18,5 0.754 - -
39 19 0.788 - -
40 19,8 0.793 - -
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN DEFORMASI TEKUK
PROFIL BAJA IWF PADA SAMPEL I
18 1.402, 17
1.192, 16.3961.318, 16.5
1.163,
1.203,
16 16
1.121,
1.127,15.5
15.5
16 1.039,
1.091,
15 15
0.974, 14.5
1.054, 14.5
0.82, 14 1.018, 14
0.788, 13.5 0.981, 13.5
14 0.744, 13 0.945, 13
0.711, 12.5 0.909, 12.5
0.665, 12 0.872, 12
0.62, 11.5 0.836, 11.5
12 0.586, 11 0.800, 11
0.542, 10.5 0.763, 10.5
0.52, 10 0.727, 10
BEBAN (TON)

0.502, 9.5 0.691, 9.5


10 0.477, 9 0.654, 9
0.434, 8.5 0.618, 8.5
0.408, 8 0.582, 8
0.38, 7.5 0.545, 7.5 Deformasi Pengujian
8 0.355, 7 0.509, 7
0.304, 6.5 0.473, 6.5
0.27, 6 0.436, 6 Deformasi Perhitungan
0.237, 5.5 0.400, 5.5
6 0.204, 5 0.364, 5
0.189, 4.5 0.327, 4.5
0.15, 4 0.291, 4
0.12, 3.5 0.254, 3.5
4 0.095, 3 0.218, 3
0.071, 2.5 0.182, 2.5
0.062, 20.145, 2
0.041, 0.109,
1.5 1.5
2 0.019,0.073,
1 1
0.012,
0.036,
0.50.5
0.000,
0, 0 0
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
DEFORMASI (CM)

Gambar 8. Grafik Hubungan Beban Dengan Deformasi Profil Baja IWF

GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN DEFORMASI TEKUK


25 PROFIL BAJA HONEYCOMB (CASTELLA)

0.793, 19.8
20 0.788, 19
0.754, 18.5
0.726, 18
0.703, 17.5
0.68, 17
0.66, 16.5 0.983,
0.638, 16 0.963,16.32636
16
0.61, 15.5 0.933, 15.5
0.583, 15 0.903, 15
0.55, 14.5 0.873, 14.5
15 0.53, 14 0.843, 14
0.5, 13.5 0.813, 13.5
0.488, 13 0.783, 13
0.468, 12.5 0.753, 12.5
0.43, 12 0.723, 12
BEBAN (TON)

0.412, 11.5 0.692, 11.5


0.39, 11 0.662, 11
0.372, 10.5 0.632, 10.5 Deformasi
0.358, 10 0.602, 10
0.325, 9.5 0.572, 9.5
10 0.29, 9 0.542, 9 Pengujian
0.269, 8.5 0.512, 8.5
0.25, 8 0.482, 8
0.23, 7.5 0.452, 7.5 Deformasi
0.2, 7 0.421, 7
0.19, 6.5 0.391, 6.5
0.17, 6
0.155, 5.5
0.361, 6
0.331, 5.5
Perhitungan
0.135, 5 0.301, 5
0.117, 4.5 0.271, 4.5
5 0.09, 4 0.241, 4
0.075, 3.5 0.211, 3.5
0.068, 3 0.181, 3
0.053, 2.5 0.151, 2.5
0.038, 2 0.120, 2
0.025, 1.50.090, 1.5
0.015,0.060,
1 1
0.005,
0.030,
0.5 0.5
0.000,
0, 0 0
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
DEFORMASI (CM)

Gambar 9. Grafik Hubungan Beban Dengan Deformasi Profil Baja Honeycomb (Castella)
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN
DEFORMASI TEKUK PROFIL BAJA IWF DAN
25 HONEYCOMB (CASTELLA)

0.793, 19.8
20 0.788, 19
0.754, 18.5
0.726, 18
0.703, 17.5
0.68, 17 1.402, 17
0.66, 16.5 1.318, 16.5
0.638, 16 1.203, 16
0.61, 15.5 1.121, 15.5
0.583, 15 1.039, 15
0.55, 14.5 0.974, 14.5
15 0.53, 14 0.82, 14
0.5, 13.5 0.788, 13.5
BEBAN (TON)

0.488, 13 0.744, 13
0.468, 12.5 0.711, 12.5
0.43, 12 0.665, 12
0.412, 11.5 0.62, 11.5
0.39, 11 0.586, 11
0.372, 10.5 0.542, 10.5
0.358, 10 0.52, 10
0.325, 9.5 0.502, 9.5 Deformasi Baja IWF
10 0.29, 9 0.477, 9
0.269, 8.5 0.434, 8.5
0.25, 8 0.408, 8 Deformasi Baja Honeycomb
0.23, 7.5 0.38, 7.5
0.2, 7 0.355, 7
0.19, 6.5 0.304, 6.5
0.17, 6 0.27, 6
0.155, 5.5
0.237, 5.5
0.135, 0.204,
5 5
0.117, 4.5
0.189, 4.5
5 0.09, 40.15, 4
0.075, 0.12,
3.5 3.5
0.068,
0.095,
3 3
0.053,
0.071,2.5
2.5
0.038,
0.062,2 2
0.025,
0.041,1.51.5
0.015,
0.019, 11
0.005,
0.012,0.5
0.5
0, 0
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

DEFORMASI (CM)

Gambar 9. Grafik Hubungan Beban dengan Deformasi Tekuk Profil Baja iwf dan Honeycomb (Castella)

Tabel 3. Hasil Perbandingan Beban Kritis (Pkr) Pengujian, dan Perhitungan Analitis Profil Baja I WF

Keterangan Pengujian Perhitungan Analitis


(kg) (kg)
Pkr 17000 16398
% Relatif 100% 96.46%

Tabel 4. Hasil Perbandingan Beban Kritis (Pkr) Pengujian, dan Perhitungan Analitis Profil Baja
Honeycomb (Castella)

Keterangan Pengujian Perhitungan Analitis


(kg) (kg)
Pkr 19800 16326
% Relatif 100% 82.45%
5. KESIMPULAN

1. Profil baja IWF untuk sampel I dengan pengujian mencapai beban kritis pada beban (Pkr) sebesar 17000
kg.
2. Profil baja IWF untuk sampel II dengan pengujian mencapai beban kritis pada beban (Pkr) sebesar 17100
kg.
3. Profil baja IWF secara perhitungan analitis dengan metode Euler mencapai beban kritis pada beban
(Pkr) sebesar kg 16398 kg.
4. Profil baja Honeycomb (Castella) untuk sampel I dengan pengujian mencapai beban kritis pada beban
(Pkr) sebesar 19800 kg.
5. Profil baja Honeycomb (Castella) untuk sampel II dengan pengujian mencapai beban kritis pada beban
(Pkr) sebesar 20000 kg.
6. Profil baja Honeycomb (Castella) secara perhitungan analitis dengan metode Euler mencapai beban
kritis pada beban (Pkr) sebesar kg 16326 kg.
7. Profil baja Honeycomb lebih kuat menahan beban tekan aksial sentris dibandingkan dengan profil baja
IWF.

6. SARAN

1. Perlu juga dilakukan analisis kolom yang mengalami beban kritis dengan kondisi ujung lainnya,
seperti perletakan send i- jepit, jepit-jepit, dan lain lain, untuk mendapatkan hasil yang memiliki
nilai akurasi yang tinggi dan variatif pada penelitian selanjutnya.
2. Perlunya diadakan penelitian kembali pada profil baja Honeycomb dengan variasi teknis pembelahan
pelat badan profil seperti dibelah zig-zag horizontal, dibelah zig-zag miring atau dibelah miring pada
pelat badannya.
3. Perlunya diadakan penelitian kembali pada profil baja dengan mengikutkan berat sendiri sebagai
beban.
4. Perlunya alat-alat laboratorium yang memadai dan terbaru untuk mendapatkan hasil percobaan yang
lebih akurat.

7. REFERENSI

Chajes, A. (1974). Principles of Structural Stability Theory. Massachusetts: Department of Civil Engineering,
University of Massachusetts. .
Depari, Y. (2013). Eksperimen Tekuk P Kritis pada Circular Hollow Sections. Skripsi Bidang Studi Struktur
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Gunawan, R. (1987). Tabel Profil Konstruksi Baja. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Oentoeng. (1999). Konstruksi Baja. Yogyakarta: Andi.
Potma, A., & Vries. (2001). Konstruksi Baja Teori Perhitungan dan Pelaksanaan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Riza, M. M. (2011). Jasa Perencanaan, Pengenbangan, dan Evaluasi Desain Struktur. Retrieved from Perencanaan
Struktur: http://www.perencanaanstruktur.com/2011/04/perencanaan-balok-kastella-honey-comb.html
Salmon, C., & Johnson. (1990). Struktur Baja Disain dan Perilaku. Jakarta : Erlangga.
Setiawan, A. (2008). Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Jakarta: Erlangga.
Spiegel, L. (1998). Desain Baja Struktural Terapan (Applied Structural Steel Design). Bandung: Refika Aditama.
Sunggono, K. H. (1995). Buku Teknik Sipil. Bandung: Nova.

You might also like