You are on page 1of 9

BAB I

KONSEP MEDIK

A. PENGERTIAN
Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel
pilosebasea (folikel rambut) yang ditandai dengan adanya komedo, papula,
pustula, nodus atau kista pada daerah-daerah prediksinya.
Akne digolongkan ringan bila bentuknya masih komedo dengan jumlah
lesi kurang dari 30. apabila jumlah lesi berkisar antara 30-125 maka
dinamakan akne sedang (papula). Akne besar yang disebut nodul atau kista
bila lesi diatas 125.
Munculnya akne sering terjadi pada masa pubertas antara usia 14-19 tahun
yang disebabkan oleh perubahan hormon pada remaja.

B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang
berpengaruh, diantaranya :
1. Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang
keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak.
2. Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium
acness, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Dari ketiga
mikroba ini, yang terpenting yakni C. acness, yang bekerja secara tidak
langsung.
3. Herediter
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit
(glandula sebacea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas
akne, kemungkinan besar anaknya menderita akne.
4. Hormon
Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan penting karena
kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon ini
menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum
meningkat.

1
5. Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti akan hal ini belum diketahui
secara jelas. Terjadinya stress dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea,
baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis.
6. Kosmetika
Akne pada perempuan yang berusia sekitar 20-an, 30-an, 40-an seringkali
disebabkan olek kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya minyak dan
menimbulkan komedo. Agen komedogenik seperti petrolatum dan
kosmetik yang mengandung minyak juga dapat merangsang akne.
7. Obat-obatan
Obat-obatan juga dapat mencetuskan akne. Kortikosteroid oral kronik
yang dipakai untuk mengobati penyakit lain, dapat menimbulkan pustula
di permukaan kulit wajah, dada dan punggung. Obat-obatan lain yang
diketahui dapat mempercepat atau memperberat akne adalah bromida,
yodida, difenitoin, litium, dan hidrazid asam isonikotinat.
8. Iklim
Di daerah yang mempunyai empat iklim, biasanya akne bertambah hebat
pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.
Sinar UV mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit.
Selain itu, sinar ini juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat
membantu menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.
9. Faktor lain; usia, makanan, yang secara tidak langsung dapat memicu
peningkatan proses akne tersebut

C. PATOFISIOLOGI
Selama usia anak-anak, kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada
hakekatnya tidak berfungsi. Kelenjar ini berada di bawah kendali endokrin,
khususnya hormone-hormon androgen. Dalam usia pubertas, hormone
androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut
membesar serta mensekresikan suatu minyak alami, yaitu sebum, yang
merambas naik hingga puncak folikel dan mengalir ke luar pada permukaan
kulit. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi androgennik akan meningkatkan

2
daya responsive kelenjar sebasea sehingga akne terjadi ketika duktus
pilosebaseus tersumbat oleh tumpukan sebum.

D. MANIFESTASI KLINIK
Tempat prediksi akne vulgaris yang adalah di muka, bahu, dada bagian
atas dan punggung bagian atas. Erupsi kulit polimorfi berupa komedo, papul,
pustul, nodus atau kista. Komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi
kista biasanya pus dan darah. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya
keluhan penderita adalah keluhan estetis. Komedo adalah gejala
patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang ditengahnya mengandung
sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut
komedo hitam atau komedo terbuka (blackheads). Sedang bila berwarna putih
karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung melanin disebut
komedo putih atau komedo tertutup (whiteheads).

E. PENCEGAHAN
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dan perubahan isi
sebum dengan cara: a) Diet rendah lemak dan karbohidrat, b) Melakukan
perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotorandan
jasad renik yang mempunyai peran pada etiopatogenesis akne vulgaris.
2. Menghindari terjadinya factor pemicu terjadinya akne, misaknya: a) Hidup
teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari
stress; b) Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun
lamanya; c) menjauhi terpacunya kelenjar minyak; d) Menghindari polusi
debu, pemencetan lesi yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi.
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab
penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya, serta
prognosisnya.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Biopsi kulit : untuk memeriksa jaringan secara mikroskopi untuk
memastikan diagnosa yang tepat.
b. Imunoflurosensi (If) untuk mengidentifikasi suatu reaksi imun
c. Pengerokan kulit, sample kulit dikerok dari elasi yang dicurigai

3
d. Periksa hapisan (Tzanck) untuk memerikasa sel kulit yang melepyh
e. Pemeriksaan cahaya woods untuk membedakan lesi epidermis atau lesi
dermis
f. Foto klinis : untuk memperlihatkansifat, luasnya kelainan kulit
menentukan progresivitas setelah dilakukan pengobatan

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan terapi
topikal, terapi sistemik, terapi bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.
1. Terapi topikal
Terapi topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,
menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal
terdiri atas:
a. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya sulfur (4-
8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-
10%). Asam vitamin A (0,025-0,1%), dan asam azeleat (15-20%).
Akhir-akhir ini digunakan pula asam alfa hidroksi (AHA), misalnya
asam glikolat (3-8%).
b. Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam
folikel yang berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris, misalnya
oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (2%), klindamisin fosfat (1%).
c. Antiperadangan topikal, salap atau krim kortikosteroid kekuatan ringan
atau sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi
kortikosteroid kuat (triamsinolon asetonid 10mg/cc).
d. Etil laktat (10%) untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
2. Terapi sistemik
Terapi sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik
di samping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi
sebum, dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat
sistemik terdiri atas :
a. Anti bakteri sistemik; tetrasiklin (250mg-1,0 g/hari), eritromisin (4 x
250 mg/hari), doksisiklin (50 mg/hari), trimetropin (3 x 100 mg/hari).
b. Obat hormonal, misalnya estrogen (50 mg/hari), antiandrogen
siproteron asetat (2 mg/hari), pengobatab ini ditujukan untuk penderita

4
wanita dewasa akne vulgaris beradang yang gagal dengan terapi yang
lain. Kortikosteroid, misalnya prednison (7,5 mg/hari) atau
deksametason (0,25-0,5 mg/hari).
c. Vitamin A dan retinoid oral.
d. Obat lainnya, misalnya antiinflamasi nonsteroid ibuprufen
(600mg/hari), dapson (2 x 100 mg/hari), seng sulfat (2 x 200 mg/hari).
3. Terapi bedah kulit
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan untuk memperbaiki
jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering
menimbulkan jaringan parut. Jenis bedah kulit yang dipilih disesuaikan
dengan macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi. Tindakan
dilakukan setelah akne vulgarisnya sembuh.
a. Bedah skalpel, dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang
menonjol atau melakukan eksisi pada jaringan parut hipotrofik yang
dalam.
b. Bedah listrik, dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah
pengeluaran sebum atau pada nodula-kista untuk drainase cairan isi
yand dapat mempercepat penyembuhan.
c. Bedah kimia, dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan
jaringan parut yang berbenjol.
d. Bedah beku, dengan bubur CO2 beku atau N2 cair untuk mempersepat
penyembuhan radang.
e. Dermabrasi, untuk meratakan jaringan parut hipotrofi dan hipertrofi
pasca akne yang luas.

H. PROGNOSIS
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh
sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap
sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu di rawat-inap di
rumah sakit.

5
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat alergi (makanan, obat atau zat kimia)
b. Tanda-tanda gangguan kulit (nyeri, gatal)
c. Kaji riwayat kesehatan yang relevan dengan kelainan kulit
2. Pemeriksaan kulit
a. Warna kulit
b. Suhu kulit
c. Tekstur kulit
d. Timbulnya lesi
e. Elastisitas kulit
f. Turgor kulit
3. Mengkaji lesi pada kulit
Kaji lesi kulit apakah eflorerensi primer atau sekunder
Pengkajian awal :
- Kenali tipe kulit
- Tentukan : lesi primer / sekunder
- Distribusi lesi pada tubuh
- Catat warna dan bentuk lesi
- Palpasi : menentukan tekstur, konsistensi atau terfiksasi pada jaringan
sekitarnya
- Tentukan besarnya lesi
Pengkajian lanjut :
- Apakah nampak merah, panas, nyeri, dan bengkak
- Berapa besar kulit yang terkena, lokasinya
- Bagaimana distribusinya
4. Riwayat psikososial
- Gatal dan iritasi --»gangguan rasa nyaman
- Kelainan kulit berhubungan --»citra tubuh --» hubungan interpersonal
terganggu
Perawat perlu memenuhi kebutuhan psikologis melalui :

6
- Memberikan pengertian tentang masalah
- Memberikan instruksi tentang pengobatan tindakan keperawatan yang
tepat
- Membantu menyelesaikan masalah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
pada kulit
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa malu dan frustasi terhadap
tampilan dirinya.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang tentang
perawatan kulit.

C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
pada kulit
 Gunakan sabun yang tidak bersifat iritan
 Gunakan pelembab kulit yang baik atau sesuai dengan jenis kulit
 Hindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan masalah

2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi


 Kaji karakteristik nyeri
R/: Perubahan lokasi atau karakteristik nyeri dapat mengidentifikasikan
terjadinya komplikasi.
 Dorongan tentang rasa nyeri
R/: Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat
meningkatkan mekanisme koping.
 Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi
R/: Meningkatkan relaksasi; menurunkan tegangan otot atau kelemaham
umum.

7
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa malu dan frustasi terhadap
tampilan dirinya
 Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaannya
R/: Agar klien mampu mengungkapkan perasaannya tentang keadaan yang
dihadapinya
 Ciptakan sikap saling percaya dengan klien untuk meningkatkan
komunikasi
R/: Mengembangkan rasa saling percaya antara pasien dan perawat yang
dimana pasien bebas untuk mengekspresikan ketakutan untuk ditolak, tidak
berdaya mengenai perubahan yang terjadi
 Berikan dorongan psikologis
R/: Agar pasien dapat menerima keadaannya

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang tentang


perawatan kulit.
 Menjelaskan tentang perawatan kulit yang benar
 Menganjurkan untuk memakai kosmetika yang sesuai dengan jenis kulit
 Mengingatkan agar tidak menggosok atau memegang jerawat

D. EVALUASI
1. Memperlihatkan tidak adanya komplikasi
a. Melaporkan tidak adanya komplikasi
b. Mengutarakan bahwa memegang dan memijit jerawat/lesi akan
memperburuk keadaan
c. Mengatakan tidak adanya peningkatan intensitas lesi
d. Mematuhi terapi yang diresepkan
2. Mengembangkan kemampuan untuk menerima keadaan diri
a. Mengidentifikasi orang yang bisa diajak bicara mengenai masalah
pasien
b. Mengekspresikan optimisme tentang hasil akhir terapi
3. Mengembangkan peningkatan pemahaman terhadap masalah kulit

8
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel
pilosebasea (folikel rambut) yang ditandai dengan adanya komedo, papula,
pustula, nodus atau kista pada daerah-daerah prediksinya.
Yang dimana faktor penyebabnya belum diketahui secara jelas, tetapi
banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya; sebum, bakteria, hormon,
herediter, iklim, makanan, stress, kosmetik, serta obat-obatan.
Erupsi kulit polimorfi berupa komedo, papul, pustul, nodus atau kista.
Komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus dan
darah. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah
keluhan estetis. Tempat prediksi akne vulgaris yang adalah di muka, bahu,
dada bagian atas dan punggung bagian atas, tidak tertutup kemungkinan lokasi
lain juga dapat terkena.
Pengobatan yang dilakukan ialah; terapi topikal, terapi sistemik, dan terapi
bedah kulit.

You might also like