You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU GINJAL (URINARY CALCULI)

A. Pengertian
Batu Ginjal atau batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah
massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis,
nefrolitiasis).
Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk
di dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalam urin (Nursalam, 2006). Neprolithiasis : batu yang
terbentuk di paremkim ginjal. Ureterolithiasis: terbentuknya batu di ureter. Batu
yang terbentuk dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih
dan uretra dan ukurannya sangat bervariasi dari deposit granuler yang kecil yang
disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna
oranye.
B. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik yaitu:
1). Faktor intrinsik, meliputi:
- Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
- Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
- Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
2). Faktor ekstrinsik, meliputi:
- Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu).
1
- Iklim dan temperatur.
- Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
- Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
- Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:
1) Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2) Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-
kristal batu.
3) Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan
memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.

C. Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu
seperti Ca oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi
dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit
gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan
2
nyeri luar biasa dan tak nyaman. Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan
gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun
hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu.
Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan
muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan
abdominal dapat terjadi. Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang
proses pembentukan batu yaitu:
a. Teori inti (nucleus): Kristal dan benda asing merupakan tempat
pengendapan kristal pada urine yang sudah mengalami supersaturasi.
b. Teori matriks: Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine
memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
c. Teori inhibitor kristalisasi: Beberapa substansi dalam urine menghambat
terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi
ini memungkinkan terjadinya kristalisasi. Pembentukan batu
membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung dari
PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks.
D. Concept Map
Terlampir
E. Jenis- jenis Batu Ginjal
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
1). Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya
batu kalsium adalah:
Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat
terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria

3
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal
(hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria
resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak
dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan
kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan
sayuran hijau terutama bayam.
Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari
konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat.
Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal,
sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka
waktu lama.
Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium
akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah
ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.
2). Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya
batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat
menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui
hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium
amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

4
3). Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak
dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat
sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan,
alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami
penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah:
urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan
hiperurikosuria.

F. Manifestasi klinis
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu
dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri
di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis,
ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi
didapatkan demam/menggigil. Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya
leukosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur
urine mungkin menunjukkan adanya adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya
penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan
foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab
timbulnya batu salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam
darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya
batu radio-opak dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat
bersifat non opak (radio-lusen). Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan
menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya
batu semi opak atau batu non opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen.
Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
PIV seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada
pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli
(tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.
5
G. Gejala Urinary Calculy (Batu Ginjal)
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam
kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang
menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri
punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan
nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala
lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan
darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama
ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran
kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama,
air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan
yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal.

H. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari
jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat
murni. Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu
terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari
penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi
intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi

6
sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi
retrograd.
2. Ultrasonografi (USG)
Dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun
dan pada wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat
semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih.
Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan
pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan penyebab batu.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi
c. Mencegah terjadinya gagal ginjal
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Operasi, dilakukan jika:
a. Sudah terjadi stasis, bendungan.
b. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi.
3. Terapi
a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
b. Allopurinol untuk batu asam urat.
c. Renisillin untuk batu systin.
d. Antibiotika untuk mengatasi infeksi.
4. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
a. Batu kalsium
7
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan,
kopi, teh, dan coklat. Sedangkan baut kalsium fosfat : mengurangi makanan
yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden,
keju dan sari buah.

b. Batu urat
Makanan yang dikurangi: daging, kerang, gandum, kentang, tepung-
tepungan, saus dan lain-lain.

c. Batu struvite
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.

J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian fisik yang perlu dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
- Gejala : Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak
duduk
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
2) Sirkulasi
- Tanda : Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3) Eliminasi
- Gejala : Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
- Penurunan volume urine
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare
- Tanda : Oliguria, hematuria, piouria
- Perubahan pola berkemih

8
4) Makanan dan cairan:
- Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
- Tanda : Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
- Muntah
5) Nyeri dan kenyamanan:
- Gejala : Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung
lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
- Tanda : Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6) Keamanan:
- Gejala : Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil
7) Penyuluhan/pembelajaran:
- Gejala : Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan,
edema dan iskemia seluler.
2) Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3) Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf
abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
9
3.3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan,
edema dan iskemia seluler.
No Intervensi Rasional
1 Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
(skala 1-10) dan penyebarannya. kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul
Perhatiakn tanda non verbal seperti: sering menyebar ke punggung, lipat paha,
peningkatan TD dan DN, gelisah, genitalia sehubungan dengan proksimitas
meringis, merintih, menggelepar. pleksus saraf dan pembuluh darah yang
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
hebat dapat menimbulkan gelisah,
takut/cemas.
2 Jelaskan penyebab nyeri dan Melaporkan nyeri secara dini memberikan
pentingnya melaporkan kepada staf kesempatan pemberian analgesi pada waktu
perawatan setiap perubahan yang tepat dan membantu meningkatkan
karakteristik nyeri yang terjadi. kemampuan koping klien dalam
menurunkan ansietas.
3 Lakukan tindakan yang mendukung Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kenyamanan (seperti masase ketegangan otot
ringan/kompres hangat pada
punggung, lingkungan yang tenang)
4 Bantu/dorong pernapasan dalam, Mengalihkan perhatian dan membantu
bimbingan imajinasi dan aktivitas relaksasi otot
terapeutik
5 Batu/dorong peningkatan aktivitas Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat
(ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai meningkatkan lewatnya batu, mencegah
asupan cairan sedikitnya 3-4 liter stasis urine dan mencegah pembentukan
perhari dalam batas toleransi jantung. batu selanjutnya.
6 Perhatikan peningkatan/menetapnya Obstruksi lengkap ureter dapat

10
keluhan nyeri abdomen. menyebabkan perforasi dan
ekstravasasiurine ke dalam area perrenal,
hal ini merupakan kedaruratan bedah akut.
7 Kolaborasi pemberian obat sesuai Analgetik (gol. narkotik) biasanya
program terapi: diberikan selama episode akut untuk
Analgetik, menurunkan kolik ureter dan meningkatkan
Antispasmodik, relaksasi otot/mental
Kortikosteroid Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.
Mungkin digunakan untuk menurunkan
edema jaringan untuk membantu gerakan
batu.
8 Pertahankan patensi kateter urine bila Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan
diperlukan risiko peningkatan tekanan ginjal dan
infeksi

2) Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
No Intervensi Rasional
1 Awasi asupan dan haluaran, Memberikan informasi tentang fungsi ginjal
karakteristik urine, catat adanya dan adanya komplikasi. Penemuan batu
keluaran batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi
2 Tentukan pola berkemih normal Batu saluran kemih dapat menyebabkan
klien dan perhatikan variasi yang peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
terjadi menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih
segera. Biasanya frekuensi dan urgensi
meningkat bila batu mendekati pertemuan
uretrovesikal.
3 Dorong peningkatan asupan Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri,

11
cairan. darah, debris dan membantu lewatnya batu
4 Observasi perubahan status Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
mental, perilaku atau tingkat elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
kesadaran
5 Pantau hasil pemeriksaan Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
laboratorium (elektrolit, BUN, menjukkan disfungsi ginjal
kreatinin)
6 Berikan obat sesuai indikasi: Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
Asetazolamid (Diamox), menurnkan pembentukan batu asam.
Alupurinol (Ziloprim) Mencegah stasis urine ddan menurunkan
Hidroklorotiazid (Esidrix, pembentukan batu kalsium.
Hidroiuril), Klortalidon Menurunkan pembentukan batu fosfat
(Higroton) Menurnkan produksi asam urat.
Amonium klorida, kalium atau Mungkin diperlukan bila ada ISK
natrium fosfat (Sal-Hepatika) Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi
Agen antigout mis: Alupurinol selama pembuangan bikarbonat dan atau
(Ziloprim) alkalinisasi urine, dapat mencegah
Antibiotika pemebntukan batu.
Natrium bikarbonat Mengasamkan urine untuk mencegah
Asam askorbat berulangnay pembentukan batu alkalin
7 Pertahankan patensi kateter tak Mungkin diperlukan untuk membantu
menetap (uereteral, uretral atau kelancaran aliran urine.
nefrostomi).
8 Irigasi dengan larutan asam atau Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan
alkali sesuai indikasi batu dan mencegah pembentukan batu
selanjutnya
9 Siapkan klien dan bantu prosedur Berbagai prosedur endo-urologi dapat
endoskopi dilakukan untuk mengeluarkan batu.

12
2) Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf
abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
No Intervensi Rasional
1 Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan
ginjal.
2 Catat insiden dan karakteristik Mual/muntah dan diare secara umum
muntah, diare. berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf
ganglion seliaka menghubungkan kedua
ginjal dengan lambung.
3 Tingkatkan asupan cairan 3-4 Mempertahankan keseimbangan cairan untuk
liter/hari homeostasis, juga dimaksudkan sebagai
upaya membilas batu keluar.
4 Awasi tanda vital Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
5 Timbang berat badan setiap hari Peningkatan BB yang cepat mungkin
berhubungan dengan retensi.
6 Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.
elektrolit.
7 Berikan cairan infus sesuai program Mempertahankan volume sirkulasi (bila
terapi. asupan per oral tidak cukup)
8 Kolaborasi pemberian diet sesuai Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas
keadaan klien saluran cerna, mengurangi iritasi dan
membantu mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.
9 Berikan obat sesuai program terapi Antiemetik mungkin diperlukan untuk
(antiemetik misalnya Proklorperasin/ menurunkan mual/muntah.
Campazin).

13
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
No Intervensi Rasional
1 Tekankan pentingnya memperta- Pembilasan sistem ginjal menurunkan
hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan
batu.
2 Kaji ulang program diet sesuai Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan
indikasi tipe batu yang ditemukan
3 Diet rendah purin Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan
tipe batu yang ditemukan
4 Diet rendah kalsium Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan
tipe batu yang ditemukan
5 Diet rendah oksalat Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan
tipe batu yang ditemukan
6 Diet rendah kalsium/fosfat Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan
tipe batu yang ditemukan
7 Diskusikan program obat-obatan, Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan
hindari obat yang dijual bebas tipe batu yang ditemukan
8 Jelaskan tentang tanda/gejala yang Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk
memerlukan evaluasi medik (nyeri mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine
berulang, hematuria, oliguria) tergantung penyebab dasar pembentukan batu
9 Tunjukkan perawatan yang tepat Meningkatakan kemampuan rawat diri dan
terhadap luka insisi dan kateter bila kemandirian.
ada

DAFTAR PUSTAKA

14
Price & Wilson (2005), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.8, EGC,
Jakarta
Purnomo, BB ( 2003), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta
Soeparman & Waspadji (2008). Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Nursalam, 2006., askep pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan, edisi 1,
salemba medika, Jakarta.

15

You might also like