Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Dorlan Natalina Purba 1706006782
Eni Purwanty 1706006795
Eva Nilam Permata 1706006826
Harin Hidayahturochmah 1706006864
Ina Nurul Rahmahwati 1706006914
Ismail Fahmi 1706006920
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model
Konseptual Dorothy E. Johnson”. Penyusunan makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa
arahan dan bimbingan dari dosen / fasilitator. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini,
penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih atas bimbingan dari dosen/fasilitator mata
ajar Sains Keperawatan yakni ibu Prof. Dr. Yati Afiyanti S.Kp, MN.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar dapat memperbaiki kekurangan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Konsep Definisi
Johnson mendefiniskan perilaku seperti yang disepakati oleh
para ahli biologi dan perilaku, yaitu suatu keluaran dari struktur
intraorganisme dan proses yang terkoordinasi didalamnya serta
dimunculkan dan direspon untuk mengubah stimulasi sensori.
Perilaku
Johnson menitikberatkan pada perilaku yang dipengaruhi secara
actual atau potensial terhadap segala sesuatu yang
membutuhkan adaptasi atau penyesuaian keadaan yang
bermakna (Johnson, 1980 dalam Alligood, 2010)
Johnson menggunakan definisi sistem yang dicetuskan oleh
Rapoport (1968) yaitu “Suatu sistem adalah suatu keseluruhan
fungsi sebagai semua bagian yang memiliki ketergantungan
antar bagian yang menyusun didalamnya”. Johnson sepakat
dengan pendapat yang diungkapkan oleh Chin yang menyatakan
Sistem
bahwa “adanya suatu organisasi, interaksi, interdependensi dan
integrasi dari seluruh unsur pendukungnya”. Selain itu, seorang
manusia berusaha untuk mempertahankan suatu keseimbangan
melalui perubahan dan penyesuaian terhadap kekuatan yang
mempengaruhinya (Johnson, 1980 dalam Aligood 2010)
Suatu sistem perilaku mencakup cara-cara berperilaku yang
terpola, berulang dan memiliki tujuan. Cara berperilaku ini
membentuk suatu fungsi unit yang tertata dan terintegrasi yang
membedakan dan membatasi interaksi antara seseorang dan
dengan lingkungannya serta membentuk suatu relasi antara
Sistem seseorang dengan benda, peristiwa dan situasi yang ada pada
perilaku lingkungan tempatnya berada. Biasanya suatu perilaku dapat
dideskripsikan dan dijelaskan. Manusia sebagai suatu sistem
perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan keseimbangan
dengan melakukan perubahan dan adaptasi, kondisi ini akan
berhasil jika menggunakan fungsi yang efektif dan efisien yang
ada dalam dirinya.
Sistem perilaku mempunyai beberapa aktivitas yang dilakukan,
bagian dari sistem akan membentuk suatu subsistem yang
memiliki aktivitas yang lebih spesifik. Suatu subsistem adalah
suatu sistem kecil yang mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri
yang dapat dipelihara sepanjang hubungan dengan subsistem
atau lingkungan yang lain tidak terganggu. Ketujuh subsistem
yang teridentifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terkait satu
dengan lainnya dan saling berhubungan satu dengan lainnya.
Input dan hasil (output) merupakan komponen dari subsistem
tersebut (Grubbs, 1980 dalam Alligood, 2010). Adanya motivasi
Subsistem
dapat mengarahkan aktivitas subsistem yang senantiasa berubah
melalui proses maturasi, pengalaman dan pembelajaran. Sistem
ini menggambarkan seluruh proses yang terjadi di berbagai
situasi dengan latar belakang budaya yang berbeda serta
dikendalikan oleh faktor biologis, psikologis dan sosial. Ketujuh
subsistem ini adalah keterikatan-afilasi (attachment-affiliative),
ketergantungan (dependency), in gestif (ingestive), eliminasi
(eliminative), seksual (sexual), pencapaian (achievement) dan
agresif-proteksi (aggressive-protective) (Johnson, 1980 dalam
Alligood, 2010).
Subsistem yang paling kritis karena membentuk landasan untuk
Subsistem semua organisasi sosial. Pada kondisi umum, hal ini menjadi
keterikatan- bagian pertahanan (survival) dan keamanan (security). Sebagai
afilasi konsekuensinya adalah inklusi sosial, kedekatan (intimacy),
(attachment- susunan dan pemeliharaan ikatan sosial yang kuat.
affiliative)
Dalam konteks yang luas, subsistem ketergantungan
mengembangkan perilaku pemberian pertolongan (helping
Subsistem behavior) yang memunculkan adanya suatu respon terhadap
ketergantungan kebutuhan pemberian asuhan keperawatan. Konsekuensinya
(dependency) adalah bantuan persetujuan, perhatian/pengenalan dan bantuan
fisik. Pengembangannya, perilaku ketergantungan berubah dari
perilaku bergantung dengan orang lain secara total menjadi
lebih mandiri.
Subsistem ingestif adalah “segala sesuatu yang harus dikerjakan
Subsistem kapan, bagaimana, apa, berapa banyak makanan yang kita
ingestif makan”. Hal ini menunjukkan fungsi yang luas dari kepuasan
(ingestive) apetitif (appetitive). Perilaku itu berhubungan dengan
pertimbangan sosial, psikologis dan biologis.
Subsistem eliminasi membahas tentang “kapan, bagaiman dan
kondisi tertentu yang memerlukan tindakan eliminasi”. Dalam
Subsistem
hal ini, faktor sosial dan psikologis yang mempengaruhi aspek
eliminasi
biologis dari subsistem ini dan memungkinkan pada suatu
(eliminative)
waktu tertentu bisa mengalami konflik dengan subsistem
eliminasi.
Subsistem ini memiliki fungsi ganda yaitu berkaitan dengan
reproduksi (procreation) dan hal yang menciptakan kesenangan
Subsistem
(gratification) yang didalamnya bukan hanya mencakup
seksual
aktifitas seksual dengan pasangannya saja. Sistem respon ini
(Sexual)
dimulai dengan perkembangan peran dari identitas gender dan
perilaku peran seksual.
Subsistem ini dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan.
Subsistem
Hal ini berfungsi sebagai pengendalian atau penguasaan
pencapaian
terhadap suatu aspek dari diri atau lingkungan untuk mencapai
(achievement)
suatu keberhasilan yang diharapkan.
Fungsi dari subsitem ini adalah perlindungan dan pemeliharaan.
Subsistem Hal tersebut lebih dikembangkan berdasarkan alur berfikir.
Agresif-proteksi Perilaku agresif tidak hanya dipelajari, tetapi memiliki
(aggressive- intensitas primer untuk menyakiti orang lain. Masyarakat
protective) membutuhkan perlindungan diri sendiri (self-protection) serta
segala sesuatu kepemilikkannya perlu dihargai dan dilindungi.
2.3.2.2 Manusia
Menurut Johnson (1980), manusia dipandang sebagai suatu sistem perilaku
yang mempunyai pola yang terjadi secara berulang untuk menghubungkan
seseorang dengan lingkungannya. Manusia merupakan suatu sistem perilaku
dimana manusia mengenali stresor fisik ,psikologis dan sosial yang bekerja
diluar diri. Keseimbangan sistem perilaku memerlukan keteraturan dan
perilaku yang konstan. Keseimbangan sitem perilaku akan tercapai jika
seseorang mampu beradaptasi terhadap stressor yang muncul dari luar diri
untuk tetap menjaga fungsi efisien dan efektif dari seseorang.
2.3.2.3 Kesehatan
Johnson merefleksikan kesehatan sebagai suatu keadaan yang dinamis,
seimbang, teratur, terintegrasi seluruh sub sistem dari sistem perilaku.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu mencapai keseimbangan sistem
perilaku menuju kepada perilaku fungsional yang akhirnya mencapai beberapa
keadaan diantaranya pengeluaran energi yang lebih sedikit daripada energi
yang dibutuhkan, kemampuan bertahan secara biologis dan sosial, dan
beberapa tingkatan dari kebutuhan pribadi telah tercapai.
2.3.2.4 Lingkungan
Teori Johnson mengemukakan bahwa lingkungan adalah semua faktor yang
bukan dari sistem perilaku. Perawat bisa memanipulasi beberapa aspek dari
lingkungan sehingga tujuan untuk mencapai keseimbangan sistem perilaku bisa
tercapai bagi seorang pasien (Brown, 2006). Sistem perilaku menentukan dan
membatasi interaksi antara seseorang dan lingkungannya dan membangun
suatu hubungan antara seseorang terhadap benda, peristiwa, dan situasi yang
terdapat dalam lingkungan tersebut. Sistem perilaku berupaya untuk
mempertahankan keseimbangan untuk merespon faktor lingkungan dengan
cara menyesuaikan diri dengan kekuatan yang memengaruhi seseorang.
Lingkungan juga merupakan sumber dari perlindangan, pemeliharaan, dan
stimulasi yang diperlukan sebagai syarat untuk memelihara kesehatan
Dari hasil analisa diatas, kelompok menyimpulkan bahwa kekuatan pada konsep
perilaku ini adalah Johnson memberikan kerangka acuan bagi perawat yang bersangkutan
dengan perilaku klien tertentu. Model perilaku Johnson dapat digeneralisasikan di seluruh
jangka hidup dan lintas budaya. Sedangkan kelemahan dari konsep ini adalah Johnson tidak
secara jelas menggambarkan hubungan antar konsepnya dalam subsistem. Kurangnya definisi
yang jelas untuk hubungan timbal balik antara dan antara subsistem membuat sulit untuk
melihat seluruh sistem perilaku sebagai suatu entitas. Kurangnya keterkaitan yang jelas antara
konsep menciptakan kesulitan dalam mengikuti logika kerja Johnson.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model konseptual keperawatan Dorothy Johnson melakukan pendekatan pada
sistem perilaku dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin
mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal, serta memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh
yang ditimbulkannya. Sebagai suatu sistem, maka di dalamnya terdapat komponen sub
sistem yang membentuk sistem perilaku tersebut, yaitu ingestif, achievement, agresif,
eliminasi, seksual, gabungan/tambahan, ketergantungan. Asuhan keperawatan dilakukan
untuk membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit.
Manusia merupakan makhluk yang utuh yang terdiri dari sistem perilaku tertentu.
Lingkungan, termasuk masyarakat, adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap
perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons / berperilaku
adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal
dengan harapan dapat memelihara kesehantanya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang
dilakukan ketika ia sakit. Menurut Johnson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada
individu yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat,
mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
3.2 Saran
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya menerapkan model
konseptual keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Untuk itu, diperlukan
pemahaman yang baik dari perawat tentang berbagai model konsep keperawatan agar
dapat memilih model apa yang akan digunakan, sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan berkualitas dan bermutu.
DAFTAR REFERENSI
Alligood, Martha, R & Tomey, Ann, M. (2010). Nursing Theorist and Their Work, Seventh
Edition. St.Louis.Missouri: Mosby Elsivier.
Alligood, Martha, R. (2014). Nursing Theorist and Their Work, Eight Edition.
St.Louis.Missouri: Mosby Elsivier.
Brown, V. M. (2006). Behavioral System Model. In A. M. Tomey & M. R. Alligood (Eds.),
Nursing theorists and their work (6th ed., pp. 386-404) Philadelpia: Mosby/Elsevier
Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge : Analysis and Evaluation of Nursing
Models and Theories (2nd ed). Philadelpia : F.A. Davis.
Grubbs, J. (1980). An Interpretation of the Johnson Behavioral System Model for Nursing
Practice In J. P. Riehl & C. Roy (Eds), Conceptual models for nursing practice (pp.
217-254). New York: Appleton-Century-Crofts.
Johnson, D. E. (1968). One Conceptual Model in Nursing. Unpublished Lecture, Vanderbilt
University, Nashville, TN.
Johnson, D. E. (1978). Implications fo Research – The Johnson Behavioral System Model.
Paper presented at the Second Annual Nurse Educator Conference, New York City
Johnson, D. E. (1980). The Behavioral System Model For Nursing In J.P. Riehl & C. Roy
(Eds), Conceptual models in nursing practice (2nd ed). New York: Appleton-
Century-Crofts.
Johnson, D. E. (1990). The Behavioral System Model For Nursing In M. E. Parker (Ed.),
Nursing theories in practice. New York: National League for Nursing.