You are on page 1of 10

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1.GAMBARAN UMUM

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Simpur yang terletak di Jalan Tamin No.
121 Kelurahan Kelapa Tiga, berdiri dan diresmikan tanggal 31 Maret 2009 berdasarkan
keputusan Walikota Bandar Lampung No. 184/09/HK/2009. Ditinjau dari letaknya
Puskesmas Simpur cukup strategis dengan luas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur
seluas 138 Ha dan merupakan salah satu Puskesmas di Kota Bandar Lampung yang
menyediakan fasilitas rawat jalan dan rawat inap dengan 10 tempat tidur. Dibantu dnegan 2
puskesmas pembantu, puskesmas Simpur membawahi 3 kelurahan wilayah kerja yakni
kelurahan Kelapa Tiga, kelurahan Kaliawi Persada, dan kelurahan Pasir Gintung.

Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Simpur tahun 2017, jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Simpur sebanyak 20.811 jiwa. Pelayanan yang terkait dengan hipertensi di
Puskesmas Simpur yaitu Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) yang dilaksanakan
setiap satu minggu sekali yaitu setiap hari jumat, Prolanis diperuntukan pada pasien yang
menderita penyakit kronis (termasuk hipertensi), pelaksanaan prolanis berupa pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan darah (bagi penderita Diabetes), senam dan pemberian obat
(Puskesmas Simpur, 2017).

4.2.HASIL PENELITIAN

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel baik variabel


bebas maupun variabel terikat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pengolahan
data univariat terkait variabel yang diteliti dapat dilihat sebagai berikut:

4.2.1.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepatuhan

a. Tingkat Kepatuhan

Distribusi tingkat kepatuhan melakukan pengobatan pada penderita hipertensi dalam


menjalani pengobatan di Puskesmas Simpur dengan menggunakan metode MMAS (Modified
Morisky Adherence Scale) dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepatuhan

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Patuh 78 46%
Tidak Patuh 90 54%
Jumlah 168 100
(Sumber: Hasil Penelitian 2017)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi tingkat kepatuhan dalam
menjalani pengobatan pada penderita hipertensi di Puskesmas Simpur berdasakan kategori
kepatuhan menjalani pengobatan berdasarkan skor yang diperoleh dari kuisioner MMAS,
didapatkan hasil berupa dari 168 subjek uji, didapatkan hasil bahwa pasien yang tidak patuh
dalam menjalani pengobatan sebanyak 90 responden (54%) dan banyak responden yang
patuh menjalani pengobatan sebanyak 78 responden (46%).

b. Alasan Tidak Rutin Melakukan Pemeriksaan ulang

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui 45 responden yang dinyatakan tidak patuh
dalam menjalani pengobatan hipertensi. Alasan ketidakpatuhan melakukan kontrol
pemeriksaan ulang pada pasien hipertensi di Puskesmas Simpur dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut:

Tabel 4.2 Alasan Tidak Rutin Melakukan Kontrol Berobat

Alasan tidak patuh Frekuensi Persentase (%)


Merasa tidak ada keluhan 42 47
Ada kesibukan lain 22 24
Takut efek samping obat 12 13
Lupa waktu kontrol 8 9
Pengobatan alternatif 6 7
Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak melakukan
kontrol pemeriksaan ulang karena sebagian besar yaitu 42 responden (47%) beralasan tidak
merasakan adanya keluhan lagi/merasa dirinya sehat (over estimated), 22 responden (24%)
memilki kesibukan lain seperti bekerja, 12 responden (13%) menyatakan takut bahaya efek
samping obat, 8 responden (9%) lupa mengingat waktu kontrol, dan 6 responden (7%)
melakukan pengobatan alternatif/minum obat tradisional

4.2.1.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Distribusi menurut jenis kelamin responden yang ditemukan di Puskesmas Simpur dapat
dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Perempuan 110 65,5%
Laki-laki 58 34,5%
Jumlah 168 100
(Sumber: Hasil Penelitian 2017)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi responden menurut jenis
kelamin tertinggi adalah perempuan yaitu sebanyak 110 pasien (65,5%), sedangkan pada
responden laki-laki sebanyak 58 pasien (35,5%).

4.2.1.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir

Distribusi responden menurut pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Pendidikan Rendah 128 76,2%
Pendidikan Tinggi 40 23,8%
Jumlah 168 100%
(Sumber: Hasil Penelitian 2017)

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa 128 responden (76,2%) masuk dalam kategori
pendidikan rendah yaitu 8 responden tidak sekolah (5%), 108 responden tamat SD (64%),
dan 12 responden tamat SMP (7%). Sedangkan 40 responden (23,8%) masuk kedalam
kategori tinggi yaitu 34 responden tamat SMA (20%) dan 6 responden lulus Perguruan tinggi
D3/S1 (4%).

4.2.1.4 Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan

Distribusi frekuensi responden menurut status pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai
berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan

Status Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)

Status Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Tidak Bekerja 104 61,9%
Bekerja 64 38,1%
Jumlah 168 100%
(Sumber: Hasil Penelitian 2017)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memiliki
pekerjaan/tidak bekerja yaitu sebanyak 104 responden (61,9%) sebagai ibu rumah tangga dan
pensiunan. Sedangkan, 64 responden (38,1%) lainya bekerja sebagai Buruh (28%), Pedagang
(19%), Supir (9%), Wiraswasta (22%), PNS (16%) dan Karyawan pabrik (6%).

4.2.1.5 Distribusi Responden Menurut Lama Menderita Hipertensi

Distribusi responden menurut lama menderita hipertensi dapat diketahui pada tabel 4.6
sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Lama Menderita Hipertensi

Status Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Kurang dari 5 tahun 74 44%
Lebih dari 5 tahun 94 56%
Jumlah 168 100%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang telah menderita hipertensi ≤5
tahun (semenjak terdiagnosis pertama kali menderita hipertensi) sebanyak 74 responden
(44%) dan responden yang telah menderita hipertensi >5 tahun (semenjak terdiagnosis
pertama kali menderita hipertensi) sebanyak 94 responden (56%).

4.2.1.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi.

Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang hipertensi dapat dilihat pada tabel
4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi Pendidikan
Terakhir Frekuensi Prosentase (%)

Status Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Berpengetahuan rendah 96 57,1%
Berpengatahuan tinggi 72 42,9%
Jumlah 168 100%
(Sumber: Hasil Penelitian 2017)

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa 96 responden (57,1%) memiliki pengetahuan rendah
tentang hipertensi dan 72 responden (42,9%) memiliki pengetahuan tinggi tentang hipertensi.
4.2.1.7 Distribusi Responden Menurut Keterjangkauan Akses ke Pelayanan Kesehatan

Distribusi frekuensi responden menurut keterjangkauan akses ke pelayanan kesehatan dapat


dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9Distribusi Responden Menurut Keterjangkauan Akses Ke Pelayanan Kesehatan

Akses ke Pelayanan Frekuensi Persentase (%)


Kesehatan
Akses kurang 56 33,3%
Akses baik 112 66,7%
Jumlah 168 100%
(Sumber: Hasil Penelitian 2017)

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa responden dengan keterjangkauan akses ke pelayanan
kesehatan yang kurang baik sebanyak 56 responden (33,3%) dan 112 responden (66,7%)
sudah memiliki keterjangkauan akses ke pelayanan kesehatan yang baik.

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap data variabel yang diduga berhubungan


(Notoatmodjo,2010). Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan
dalam menjalani pengobatan hipertensi di Puskesmas Simpur, sedangkan variabel bebasnya
adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, status pekerjaan,tingkat pengetahuan
tentang hipertensi, dan keterjangkauan akses ke pelayanan kesehatan,

Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan
yang diukur dengan menggunakan metode MMAS (Modified Moriky Adherence Scale)
dengan 8 item pertanyaan dan penilaian akhir menjadi 3 kategori dengan ketentuan:
kepatuhan rendah (skor <6), kepatuhan sedang (skor 6-7) dan kepatuhan tinggi (skor
8)selanjutnya dilakukan penggabungan sel. Setelah melakukan penggabungan sel tersebut
maka akan terbentuk tabel BxK yang baru. Penggabungan sel tersebut mengubah tabel BxK
awal menjadi tabel 2x2. Sehingga dapat di uji dengan uji Chi-Square, namun apabila syarat
uji Chi- Square tidak terpenuhi yaitu ketika nilai expected count kurang dari 5 dan tidak lebih
dari 20% maka dilakukan uji alternatif dari uji Chi-Square yaitu uji Fisher. Setelah dilakukan
penggabungan sel pada variabel terikat maka kategori berubah menjadi tidak patuh (skor <6)
dan kategori patuh (skor ≥6).
Tabel 4.13 Penggabungan sel pada variabel

Variabel Kategori Awal Kategori hasil penggabungan sel


Kepatuhan dalam - Rendah : Skor <6 - Tidak patuh : Skor <6
Menjalani - Sedang : Skor 6-7 - Patuh : Skor ≥6
pengobatan - Tinggi : Skor 8
Hipertensi

4.2.2.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kepatuhan dalam Menjalani


Pengobatan Hipertensi

Berdasarkan pengujian hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.14. Hasil Uji Chi-Square Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kepatuhan dalam
Menjalani Pengobatan Hipertensi

Tingkat Kepatuhan
No Jenis Kelamin Tidak Patuh Patuh Total P value
F % f % f %
1. Laki-laki 36 62 22 38 58 100 0,366
2. Perempuan 54 49 56 51 110 100
Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 4.14 hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan dalam
menjalani pengobatan hipertensi, diperoleh bahwa dari 58 responden berjenis kelamin laki-
laki yang tidak patuh menjalani pengobatan hipertensi yaitu 36 responden (62,1%) dan yang
patuh menjalani pengobatan hipertensi sebanyak 22 responden (37,9%). Sedangkan dari 110
responden berjenis kelamin perempuan sebesar 54 responden (29,5%) dinyatakan tidak patuh
patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi dan 56 responden (25,5%) patuh dalam
menjalani pengobatan hipertensi. Selain itu, hasil analisis uji Chi-Square diperoleh nilai
p=0,366 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi di Puskesmas Simpur Kota Bandar
Lampung.
4.2.2.2 Hubungan antara Tingkat PendidikanTerakhir dengan Kepatuhan dalam
Menjalani Pengobatan Hipertensi

Berdasarkan pengujian hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan kepatuhan dalam
menjalani pengobatan hipertensi menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil sebagai
berikut:

Tabel 4.15. Hasil Uji Chi-Square Hubungan antara Tingkat Pendidikan Terakhir dengan
Kepatuhan dalam Menjalani Pengobatan Hipertensi

Tingkat Kepatuhan CI
Tingkat
Tidak Patuh Total P PR 95%
No Pendidikan Patuh value Min-
Terakhir Max
f % f % f %
1. Rendah 84 65,6 44 34,4 128 100 0,000 4,375 1,518-
2. Tinggi 6 15,0 34 85,0 40 100 12,606
Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 4.15 hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi, diperoleh bahwa dari 168 responden
berpendidikan rendah sebanyak 84 responden (65,6%) tidak patuh menjalani pengobatan
hipertensi dan 44 responden (34,4%) patuh menjalani pengobatan hipertensi. Sedangkan dari
40 responden berpendidikan tinggi sebesar 6 responden (15%) dinyatakan tidak patuh dan 34
responden (85%) patuh dalam menjalani pengobatan. Hasil uji chi square diperoleh bahwa
nilai P value =0,000 (p<0,05), sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan
antara tingkat pendidikan terakhir dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi.
Dari analisis diperoleh nilai PR (Prevalen Ratio) 4,375 dan nilai rentang CI (Confident
Interval) pada tingkat kepercayaan 95% yaitu 1,518-12,606 (tidak melewati angka 1) yang
berarti bahwa tingkat pendidikan terakhir merupakan faktor risiko yang mempengaruhi
ketidakpatuhan pasien hipertensidan orang dengan pendidikan rendah berisiko 4 kali tidak
patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung.

4.2.2.3 Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Kepatuhan dalam Menjalanani


Pengobatan Hipertensi

Menjalani Pengobatan Hipertensi Berdasarkan pengujian hubungan antara status pekerjaan


dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi menggunakan uji Chi-Square
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.16. Hasil Uji Chi-Square Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Kepatuhan
dalam Menjalani Pengobatan Hipertensi

Tingkat Kepatuhan
No Status Pekerjaan Tidak Patuh Patuh Total P
f % f % f % value
1. Tidak Bekerja 54 51,9 50 48,1 104 100 0,872
2. Bekerja 36 56,2 28 43,8 64 100
Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa dari 104 responden yang tidak bekerja sebanyak 54
responden (51,9%) tidak patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi dan 50 responden
(48,1%) patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi. sedangkan dari 64 responden yang
bekerja sebesar 36 responden (56,2%) dinyatakan tidak patuh dan 28 responden (43,8%)
patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi. Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel
mengenai hubungan antara status pekerjaan dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan
hipertensi diperoleh nilai p value=0,872 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan
antara status pekerjaan dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi di
Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung.

4.2.2.4 Hubungan antara Lama Menderita Hipertensi dengan Kepatuhan dalam


Menjalani Pengobatan Hipertensi

Berdasarkan pengujian hubungan antara lama waktu menderita hipertensi dengan kepatuhan
dalam menjalani pengobatan hipertensi menggunakan uji Chi- Square diperoleh hasil sebagai
berikut:

Tabel 4.17. Hasil Uji Chi-Square Hubungan antara Lama Menderita Hipertensi

dengan Kepatuhan dalam Menjalani Pengobatan Hipertensi

Tingkat Kepatuhan CI
Lama
Tidak Patuh Total P PR 95%
No Menderita Patuh value Min-
Hipertensi Max
F % F % f %
1. ≤ 5 tahun 26 35,1 48 64,9 74 100 0,005 1,937 0,319-
2. >5 tahun 64 68,1 30 31,9 94 100 0,834
Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa dari 74 responden yang menderita hipertensi ≤ 5
tahun sebanyak 26 responden (35,1%) tidak patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi
dan 48 responden (64,9%) patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi. Sedangkan dari 94
responden sudah menderita hipertensi >5 tahun sebanyak 64 responden (68,1%) dinyatakan
tidak patuh dan 30 responden (31,9%) patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi.
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel mengenai hubungan antara lama menderita
hipertensi dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi diperoleh nilai p
value=0,005 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara lama menderita hipertensi
dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi. Dari analisis diperoleh nilai PR
1,937 yang berarti bahwa orang yang sudah menderita hipertensi >5 tahun berisiko 2 kali
untuk tidak patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi di Puskesmas Simpur Kota Bandar
Lampung.

4.2.2.5 Hubungan antara Tingkat pengetahuantentang Hipertensi dengan Kepatuhan


dalam Menjalani Pengobatan Hipertensi

Berdasarkan pengujian hubungan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan


kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensidi Puskesmas Simpur menggunakan uji
Chi-Square diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.19. Hasil Uji Chi-Square Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi
dengan Kepatuhan dalam Menjalani Pengobatan Hipertensi

Tingkat Tingkat Kepatuhan CI


Pengetahuan Tidak Patuh Total P PR 95%
No tentang Patuh value Min-
Hipertensi f % f % f % Max
1. Rendah 70 72,9 26 27,1 96 100 0,000 2,625 1,508-
2. Tinggi 20 27,8 52 72,2 72 100 4,569
Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa dari 96 responden yang memiliki tingkat
pengetahuan tentang hipertensi rendah sebanyak 70 responden (72,9%) tidak patuh dalam
menjalani pengobatan hipertensi dan 26 responden (27,1%) patuh dalam menjalani
pengobatan hipertensi. Sedangkan dari 72 responden yang memiliki tingkat pengetahuan
tentang hipertensi tinggi sebanyak 20 responden (27,8%) dinyatakan tidak patuh dan 52
responden (72,2%) patuh dalam menjalani pengobatan hipertensi. Hasil uji chi square
diperoleh bahwa nilai p velue=0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan
hipertensi. Dari analisis diperoleh nilai PR (Prevalen Ratio) 2,625 dan nilai rentang CI
(Confident Interval) 95% 1,508-4,569 (tidak melewati angka 1) yang berarti bahwa tingkat
pendidikan terakhir merupakan faktor risiko yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien
hipertensi dan orang dengan pengetahuan yang rendah berisiko 3 kali untuk tidak patuh
dalam menjalani pengobatan hipertensi di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung.
4.2.2.6 Hubungan antara Keterjangkauan Akses Pelayanan Kesehatan dengan
Kepatuhan dalam Menjalani Pengobatan Hipertensi

Berdasarkan pengujian hubungan antara keterjangkauanakses kepelayanan kesehatan dengan


kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi menggunakan uji Chi-Square diperoleh
hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20. Hasil Uji Chi-Square Hubungan antara Keterjangkauan Akses ke Pelayanan
Kesehatan dengan Kepatuhan dalam Menjalani Pengobatan Hipertensi

Keterjangkauan Tingkat Kepatuhan


No Akses ke Pelayanan Tidak Patuh Patuh Total P
Kesehatan f % F % f % value
1. Akses Kurang baik 38 67,9 18 32,1 56 100 0,104
2. Akses Baik 52 46,4 60 53,6 112 100
Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa dari 56 responden yang memiliki akses ke pelayanan
kesehatan kurang baik sebanyak 38 responden (67,9%) tidak patuh dalam menjalani
pengobatan hipertensi dan 18 responden (32,1%) patuh dalam menjalani pengobatan
hipertensi. Sedangkan dari 112 responden memiliki akses ke pelayanan kesehatan baik
sebanyak 52 responden (46,5%) dinyatakan tidak patuh dan 60 responden (53,6%) patuh
dalam menjalani pengobatan hipertensi.Hasil uji chi square diperoleh bahwa nilai p
velue=0,104 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara keterjangkauan akses ke
pelayanan kesehatan dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi di Puskesmas
Simpur Kota Bandar Lampung.

You might also like