You are on page 1of 17

LAPORAN RESMI

PROYEK BIOLOGI
Perilaku Makhluk Hidup terhadap Suatu Stimulan

Oleh:

Bella Dwi Utami ( 16312241035 )

Fitri Nur Aini ( 16312241036 )

Aulia Rizki ( 16312241038 )

Pendidikan IPA D

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016
A. JUDUL
Perilaku Makhluk Hidup terhadap Suatu Stimulan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perilaku jangkrik jantan dan bunga pukul empat?
2. Bagaimana pengaruh jumlah jangkrik betina terhadap perilaku mengkerik pada
jangkrik jantan?
3. Bagaimana pengaruh intensitas air terhadap perilaku mekarnya bunga pukul
empat?
C. TUJUAN
Setelah melakukan kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menunjukkan salah satu perilaku pada jangkrik jantan (Gryllus assimilis) dan
bunga pukul empat (Mirabilis jalapa)
2. Mengetahui perilaku jangkrik jantan (Gryllus assimilis) akibat adanya jangkrik
betina dengan jumlah tertentu.
3. Megetahui perilaku bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) akibat dikenai intensitas
air tertentu.
D. DASAR TEORI

Perilaku adalah bertindak, bereaksi atau berfungsi dalam suatu cara tertentu
sebagai respons terhadap beberapa rangsangan (stimulus). Perilaku dihasilkan oleh
gen dan faktor-faktor lingkungan. ( Tim Biologi Umum, 2016 : 19 )

Ethologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku hewan (animal behavior)
di lingkungan alami dan di lingkungan lain di mana hewan tersebut bisa hidup.
Hewan merupakan makhluk hidup yang selalu berinteraksi secara dinamis dengan
lingkungannya. Interaksi tersebut ditunjukkan perilaku yang terlihat dan saling
berkaitan secara individual maupun kolektif.

Contoh perilaku makhluk hidup:

1. Kinesis : yaitu gerak pindah yang diinduksi oleh stimulus, tetapi tidak diarahkan
dalam tujuan tertentu. Meskipun demikian, perilaku ini masih terkontrol.
2. Tropisme : yaitu orientasi dalam suatu arah yang ditentukan oleh arah datangnya
rangsangan yang mengenai organisme, pada umumnya terjadi pada tumbuhan.
Meskipun tropisme menunjukan suatu perilaku yang agak tetap, tetapi
tidak mutlak. Tetapi tanggapan yang terjadi dapat berbeda terhadap intensitas
rangsang yang tidak sama.
Misalnya : pada cahaya lemah terjadi fototropisme (+), tetapi pada cahaya kuat
yang terjadi fototropisme (-).
3. Taksis : yaitu gerak pindah secara otomatis oleh suatu organisme motil
(mempunyai kemampuan untuk bergerak), akibat adanya suatu rangsangan.

Perbedaan antara tropisme dengan taksis adalah pada taksis seluruh organisme
bergerak menuju atau menjauhi suatu sumber rangsang, tetapi pada
tropisme hanya bagian organisme yang bergerak.
Perilaku Menghindari Predator:
1. Perilaku Altruistik
Perilaku ini lebih mementingkan keselamatan kelompok daripada
dirinya sendiri.
Misalnya:
 Rusa (Muskoxen) di daerah tundra di Antartika, bila tidak bisa
melarikan diri dari predator (serigala) akan mengirimkan bau dari jari
kakinya yang disebut karre.
2. Kamuflase (penyamaran)
Yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Misalnya :
 Kupu-kupu daun mati (Kallima) dari Amerika Selatan sayapnya sangat
mirip dengan daun yang dihinggapi sehingga dapat terhindar dari
burung pemangsanya, tetapi karena sangat mirip dengan daun maka
kadang-kadang ada insekta lain yang bertelur di atas sayapnya.
3. Mimikri
Yaitu menyerupai hewan yang lain, dapat dibagi menjadi mimikri
Miller, mimikri Bates dan mimikri agresif.
Mimikri Miller adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan
hewan yang tidak dapat dimakan.
Misalnya kupu-kupu pangeran tidak mengandung racun dalam tubuhnya dan
enak dimakan seperti roti bakar, sangat mirip dengan kupu-kupu raja yang
mempunyai racun dalam tubuhnya.
Mimikri Bates adalah hewan yang tidak berbahaya menyerupai hewan
lain yang berbahaya.
Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak berbahaya memiliki warna seperti
ular tanah yang sangat berbisa.
Mimikri agresif adalah mengembangkan alat untuk mengelabui
mangsanya.
Misalnya : Kunang-kunang jantan dan betina saling tertarik dengan cahaya
kelap-kelipnya, pola kelap-kelip ini berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada
suatu spesies kunang-kunang betina yang dapat meniru kelap-kelip spesies
yang lain, bila jantan spesies yang lain itu datang akan dimakan.

1) Jangkrik Jantan (Gryllus assimilis)


Jangkrik adalah serangga yang termasuk family Grilydae dari ordo
arthropoda. Serangga jenis ini memiliki komunikasi yang unik, yaitu melalui
suara yang berasa dari sayap jangkrik jantan, atau yang disebut dengan
perilaku nyanyian jangkrik. Terdapat beberapa jenis nyanyian jangkrik yang
masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda-beda, yaitu mating call untuk
menarik perhatian betina dan nyanyian jangkrik berupa ancaraman agonistik
untuk mengancam jangkrik jantan yang lainnya apabila dalam keadaan
terancam. (Simmons, 2010)
Morfologi jangkrik pada umumnya adalah badan berwarna cokelat
gelap dan terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada
bagian kepala terdapat sepasang antenna pajang. Pada bagian anterior, terdapat
sepasang mata majemuk. Pada bagian ventral terdapat mulut yang terbagi
menjadi labrum, mandibles, maxillae, dan labium. Pada bagian toraks dibagi
menjadi tiga, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Terdapat dua
pasang sayap yang terdapat pada mesotoraks dan metatoraks. Sayap depan
memiliki panjang yang bervariasi tetapi hal yang pasti adalah sayap depan
menutupi setidaknya setengah hingga seluruh bagian abdomen dan berbentuk
datar terhadap badan jangkrik kemudian sayap belakang lagi tertutupi oleh
sayap depan dan terlipat. Pada betina tampak ovipositor yang lebih panjang
dibandingkan jantan. Baik betina dan jantan memiliki cerci.
Habitat jangkrik adalah daerah yang intensitas cahayanya rendah
sehingga sering kali dapat dijumpai di bawah bebatuan, tumpukan kayu-kayu,
celah-celah perabotan rumah, dan di bawah naungan dedaunan atau
rerumputan seperti di bawah padang rumput, ladang pertanian, dan
sebagainya. Persebaran jangkrik cukup luas meliputi Eropa tengah dan selatan,
Asia, dan Afrika Utara.
Jangkrik juga memiliki organ sensori lain pada ujung posteriornya,
organ ini disebut cerci. Terdapat sepasang cerci yang ditutupi oleh rambut-
rambut. Rambut ini berfungsi untuk mendeteksi arah angina, seperti untuk
mendeteksi udara yang bergerak dari lidah katak yang akan memangsanya,
sehingga jangkrik bisa melakukan respon yang lebih cepat. Ganglion dan
sistem syaraf jangkrik dapat menghantarkan impuls dengan cepat karena
diameter interneuronnya yang besar. Hal itu juga yang menyebabkan jangkrik
sulit ditangkap.
Organ sensori dapat ditemui pada individu jantan. Organ tersebut
bernama organ stridulasi yang berfungsi untuk menghasilkan suara.
Karakteristik chirping tersebut dihasilkan dari gesekan antara bagian kasar
( scraper ) di balik sayap depan dan bagian kasar ( file ) dari permukaan sayap
belakang. Pada sayap depan juga terdapat struktur yang disebut harp, struktur
ini berperan dalam memperbesar suara yang dihasilkan oleh file dan scarper.
Resultan dari bunyi tersebut dinamakan stridulasi. Bunyi jangkrik akan
menghasilkan rangkaian nada yang berfungsi untuk menarik perhatian betina
atau perilaku agonistik. Saat bunyi dihasilkan, sayap jangkrik jantan akan
terangkat. Modifikasi bentuk sayap ini diperlukan untuk menghasilkan
stridulasi sehubungan dengan adanya dimorfisme seksual pada venasi sayap
depan. Struktur penghasil bunyi tidak akan ditemukan pada jangkrik yang
belum dewasa (nimfa). (Fox, 2006 )
2) Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa)
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Nyctaginaceae
Genus: Mirabilis
Spesies: Mirabilis jalapa L.
Herba tahunan, tegak, tinggi 20 cm - 80 cm, berasal dari Amerika
Selatan, banyak ditanam orang sebagai tanaman hias di pekarangan atau
sebagai pembatas pagar rumah. Tumbuh di dataran rendah yang cukup
mendapat sinar matahari maupun di daerah perbukitan. Termasuk suku
kampah-kampahan, berbatang basah, daunnya berbentuk jantung, warna hijau
tua, panjang 2 cm - 11 cm, lebar 8 mm - 7 cm, pangkal daun membulat, ujung
meruncing, tepi daun rata, letak berhadapan, mempunyai tangkai daun yang
panjangnya 6 mm - 6 cm.

Bunganya berbentuk terompet, dengan banyak macam warna, antara


lain: merah, putih, jingga, kuning, kombinasi/belang- belang. Mekar di waktu
sore hari dan kuncup kembali pada pagi hari menjelang fajar.
Membuka dan menutupnya bunga pukul empat ternyata dipengaruhi
oleh rangsangan cahaya. Saat tidak ada cahaya, bunga akan mekar. Apabila
ada cahaya bunga akan menguncup. Gerak membuka dan menutupnya bunga
pukul empat karena rangsangan cahaya ini disebut gerak fotonasti.

E. HIPOTESIS
1. Jangkrik mengkerik pada malam hari dan bunga pukul empat mekar pada pukul
16.00 WIB.
2. Semakin banyak jangkrik betina yang berada di dekat jangkrik jantan, maka
semakin sering jangkrik jantan mengkerik.
3. Semakin banyak intensitas air, maka waktu yang diperlukan untuk mekarnya
bunga pukul empat semakin lama.
F. METODOLOGI KEGIATAN
1. Tempat : Depan Kos Blok A34 dan Kos Aulia Rizki Blok D7b, Karangmalang.
2. Waktu : Sabtu, 26 November 2016 sampai Senin, 12 Desember 2016
3. Alat dan Bahan
1) Alat dan Bahan pada Tanaman Bunga Pukul 4
 Alat

1. Kamera HP

2. Botol air mineral

 Bahan
1. Air
 Objek
1. Tanaman Bunga Pukul 4
2) Alat dan Bahan pada Jangkrik

• Alat

1. Botol air mineral

2. Pisau

• Bahan

1. Makanan jangkrik

• Objek

1. Jangkrik jantan dan betina

4. Langkah Kerja
4.1 Langkah Kerja pada Percobaan Bunga Pukul 4
Menyiapkan alat dan bahan (bunga pukul 4 )

Menentukan waktu untuk pengamatan (dimulai dari pukul 15.30)

Mendokumentasikan keadaan bunga dari keadaan awal hingga mekar


4.2 Langkah Kerja pada Percobaan Jangkrik

Menyiapkan alat dan bahan (jangkrik)

Memasukkan jangkrik jantan dengan variasi jangkrik betina ke dalam


botol air mineral (2 buah)

5.

Menempatkan masing-masing botol di setiap sudut ruangan

Menentukan waktu untuk mengamati perilaku mengekrik jangkrik

Variabel-variabel
5.1. Jangkrik

a) Variabel Kontrol : Makanan, Tempat


Mengamati perilaku mengekrik setiap 5 menit
b) Variabel Bebas : Jumlah stimulan (jangkrik betina), Waktu

Merekam suara jangkrik


c) Variabel Terikat : Mengkerik

5.2. Bunga Pukul Empat

a) Variabel Kontrol : Media tanam, tanaman


b) Variabel Bebas : Air
c) Variabel Terikat : Waktu mekar

G. DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel Pengamatan Mekarnya Bunga Pukul Empat
Intensitas air 0 satuan volume/30detik

No Waktu Gambar
1. 1
Desember
2016
15.58
WIB

2. 1
Desember
2016
16.01
WIB

3. 1
Desember
2016
16.09
WIB

4. 1
Desember
2016
16.23
WIB
5. 1
Desember
2016
16.25
WIB

6. 1
Desember
2016
16.27
WIB

Intensitas air 4 satuan volume/30 detik

No Waktu Gambar
.
1. 11
Desember
2016
16.45 WIB

2. 11
Desember
2016
16.51 WIB
3. 11
Desember
2016
17.04WIB

4. 11
Desember
2016
17.19 WIB

5. 11
Desember
2016
17.24 WIB

Tabel Pengamatan Mengkeriknya Jangkrik Jantan

Pukul 21.00-22.00 WIB (malam hari)

Ketentua Menit ke-


n
Jangkrik
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 x x x x x x x x x x x x
Jangkrik
jantan
1 x x x x x x x x x + + +
Jangkrik
jantan+2
Jangkrik
betina
1 x x x x x x x x x x + X
Jangkrik
jantan+5
Jangkrik
betina

Tabel frekuensi jangkrik

5 1 Jangkrik jantan 1 Jangkrik jantan+2 1 Jangkrik jantan+5


meni Jangkrik betina Jangkrik betina
t ke-
1 x x X
2 x x X
3 x x X
4 x x X
5 x x x
6 x x x
7 x x x
8 x x x
9 x x x
10 x x

11 x
12 x X

Pukul 05.00-06.00 WIB (pagi hari)

Ketentua Menit ke-


n
Jangkrik
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 x x x x x x x x + + + +
Jangkrik
jantan
1 x x x x x x x + + + + +
Jangkrik
jantan+2
Jangkrik
betina
1 x x x x ±20 ±57 ±71 ±64 ±95 ±96 ±97 ±1.05
Jangkrik 0 3 4 0 8 5 7 3
jantan+5
Jangkrik
betina

Tabel Frekuensi

5 1 Jangkrik jantan 1 Jangkrik jantan+2 1 Jangkrik jantan+5


meni Jangkrik betina Jangkrik betina
t ke-
1 x x X
2 x x X
3 x x x
4 x x X
5 x x

6 x x

7 x x

8 x

10
11

12

H. Pembahasan
Percobaan yang berjudul “Pengaruh Stimulan Terhadap Perilaku Hewan dan
Tumbuhan” memiliki tujuan untuk menunjukkan salah satu perilaku pada jangkrik
jantan dan bunga pukul empat. Selain itu, percobaan ini juga untuk membandingkan
perilaku jangkrik jantan dan bunga pukul empat akibat adanya stimulan.
Ada dua jenis perilaku dalam percobaan ini, yaitu mengamati perilaku
jangkrik dan perilaku bunga pukul empat. Pada percobaan yang mengamati perilaku
bunga pukul 4 langkah-langkah yang dilakukan adalah pertama yaitu menyiapkan alat
dan bahan (bunga pukul 4), kemudian menentukan waktu untuk pengamatan (dimulai
dari pukul 15.30). Dan terakhir adalah mendokumentasikan keadaan bunga setiap 10
menit.
Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 26-27 November 2016 di Kulon
Progo. Pada pengamatan ini, praktikan menggunakan bunga pukul empat berwarna
putih. Dari pengamatan tersebut, didapati bahwa pada hari pertama, bunga pukul
empat atau Mirabilis jalapa mekar pada pukul 16.13 WIB. Pada hari berikutnya,
terjadi hujan deras, sehingga bunga pukul empat yang praktikan amati tidak mekar.
Dari hasil tersebut, praktikan merancang sebuah percobaan guna mengamati
mekarnya bunga pukul empat pada intensitas air tertentu. Percobaan dimulai pada
tanggal 1 Desember 2016 bertempat di lorong depan kos A34 Karangmalang.
Praktikan melakukan pengamatan pada hari itu mulai dari pukul 15.45 WIB. Pada
pengamatan tersebut praktikan menfokuskan pada satu tangkai bunga pukul empat.
Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa bunga tersebut masih menguncup pada pukul
15.45 WIB, kemudian mulai ada tanda-tanda akan mekar pada pukul 15.58 WIB.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya bunga pukul empat mekar sempurna
pada pukul 16.27 WIB.
Beberapa hari kemudian, praktikan kembali melakukan percobaan namun
dengan hujan buatan dengan intensitas air 4 satuan volume/30 detik. Pada pengamatan
kali ini, diperoleh hasil bunga yang masih menguncup pada pukul 16.35 WIB, dan
mulai menunjukkan tanda-tanda akan mekar pada pukul 16.45 WIB. Kemudian,
bunga mekar pada pukul 17.24 WIB. Namun, mekarnya bunga pukul empat yang
dikenai air dengan intensitas 4 satuan volume/30 detik ini tidak sesempurna bunga
yang tidak dikenai air pada pengamatan sebelumnya. Selain itu, waktu yang
diperlukan juga relatif lebih lama. Hal ini dikarenakan mahkota bunga yang sedikit
terbebani oleh air ketika ingin membuka.
Untuk pengamatan pada perilaku hewan jangkrik langkah-langkah yang
dilakukan adalah pertama menyiapkan alat dan bahan (jangkrik), kemudian
memasukkan jangkrik jantan dengan variasi jangkrik betina ke dalam botol air
mineral (2 buah). Setelah itu praktikan menempatkan masing-masing botol di setiap
sudut ruangan untuk mengurangi resiko percampuran suara antara botol yang satu
dengan yang lain. Kemudian menentukan waktu untuk mengamati perilaku mengekrik
jangkrik, setelah itu kemudian mengamati perilaku mengkerik setiap 5 menit. Dan
yang terakhir merekam suara jangkrik tersebut.
Pada pengamatan kali ini, jangkrik yang digunakan adalah Jangkrik Jawa.
Pada pengamatan pertama yang dilakukan praktikan, yaitu pada malam hari pukul
21.00-22.00 WIB diperoleh hasil hanya jangkrik jantan dengan dua jangkrik betina
dan tiga jangkrik betina yang berbunyi menjelang pukul 22.00 WIB. Hal ini
dikarenakan usia jangkrik yang belum terlalu dewasa, sehingga masih jarang
berbunyi, selain itu, jangkrik juga sedang beradaptasi dengan lingkungannya yang
baru.
Pada percobaan berikutnya, praktikan mencoba melakukan pengamatan pada
pagi hari, dan diperoleh hasil ketiga jangkrik berbunyi setelah beberapa menit
pengamatan. Hal ini dikarenakan pengamatan kedua yang dilakukan oleh praktikan
tidak langsung dilakukan pada hari berikutnya setelah pengamatan pertama, jadi
jangkrik telah lebih dewasa sehingga lebih sering berbunyi. Dari pengamatan kali ini,
pada jangkrik jantan tanpa jangkrik betina, berbunyi pada lima menit ke sembilan,
jangkrik jantan dengan dua betina pada lima menit kedelapan, jangkrik jantan dengan
lima betina pada lima menit ke lima.
Dari hasil pengamatan yang didapat praktikan, dapat diketahui bahwasanya
kecenderungan jangkrik untuk berbunyi dipengaruhi oleh stimulan yang dalam hal ini
berupa jangkrik betina. Namun, adanya stimulan tersebut, bukan merupakan satu-
satunya faktor jangkrik dapat berbunyi. Faktor lain yang mempengaruhi jangkrik
dalam berbunyi di antaranya adalah jenis dan usia jangkrik. Umumnya, jangkrik yang
biasa disebut Jangkrik Jawa cenderung lebih sering berbunyi dan suaranya nyaring.
Selain faktor jenis, faktor usia juga sangat mempengaruhi, jangkrik yang masih muda
belum dapat mengerik karena belum mempunyai sayap, yang di mana sayap tersebut
adalah sumber jangkrik dapat mengerik.

I. Kesimpulan
Bunga pukul empat tidak mekar tepat pada pukul empat dan tiap bunga
memiliki waktu mekar yang berbea-beda. Sedangkan pada jangkrik jantan tidak hanya
mengerik pada malam hari, melainkan sebenarnta bisa sepanjang hari tergantung pada
usia jangkrik, keadaan di sekitar dn jenis jangkriknya.
Pada bunga pukul empat,mekarnya bunga akan semakin lama saat intensitas
air semakin besar dan tidak mekar saat terjadi hujan deras. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya ketahanan kuncup saat diberi air dengan intensitas tertentu.
Pada hewan jangkrik jantan, didapati bahwa mengeriknya jangkrik jantan
tidak hanya dipengaruhi oleh stimulan, namun juga jenis jangkrik, usia jangkrik,
waktu, dan juga keadaan di sekitarnya.
J. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A. dkk. 2010. Biologi Edisi 8 Jilid 1. Jakarta : Erlangga


http://ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/2860/Perilaku.doc
http://dares-perilakuhewan.blog.com/ diunduh pada tanggal 9 Desember 2016 pukul
20.22 WIB
http://sudaryanto2007.blogspot.com/ diunduh pada tanggal 9 Desember 2016 pukul
20.35 WIB
Suyitno, Al.2006.Petunjuk Praktikum Biologi Umum.Yogyakarta:Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

K. Lampiran
(Terlampir pada folder GAMBAR DAN VIDEO)

You might also like