Professional Documents
Culture Documents
MEMULAI USAHA
OLEH :
NI PUTU DEVI AGUSTINA NIM. 1513011073
LUH PUTU DIAN PUSPITA PUTRI NIM. 1513011030
ESSA CAHYA MAS BALI NIM. 1513011048
I MADE SUKMA PRADNYANA NIM. 1513011047
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat-Nyalah
kami berhasil menyelesaikan makalah Kewirausahaan yang berjudul“MEMULAI
USAHA” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam menulis makalah ini, syukurnya kami tidak mendapatkan kendala-kendalayang
sangat berarti, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan isi dari makalah ini agar memenuhi tujuan. Dan semoga makalah
yang kami buat dapat bermanfaat bagi para menbaca.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Dan jika ada kesalahan dalam penulisan
ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
“Om Santih, Santih, Santih Om”
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi .3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Beberapa Kekeliruan Saat Memulai Usaha 5
2.1.1 Anggapan Bahwa Rencana Yang Bagus Akan Menghasilkan Kenyataan Yang Bagus 5
2.1.2 Anggapan Bahwa Kalau Ada Yang Tak Sesuai Rencana, Semua Akan Berubah Dengan
Sendirinya Kearah Yang Seperti Yang Dibayangkan 6
2.1.3 Anggapan Bahwa Kegagalan Berarti Realitas Memang Tak Mungkin Untuk Dilakukan 6
2.2 Memulai Usaha Dari Dan Dengan Asumsi Yang Benar 7
2.3 Memulai Usaha Dengan Memanfaatkan Checklist Kesiapan Memulai Usaha 8
2.3.1 Persiapan Produk 10
2.3.2 Persiapan Pemasaran 11
2.3.3 Persiapan Kelembagaan 11
2.3.4 Persiapan Permodalan 12
2.3.5 Persiapan Perencanaan Keuangan 12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan dan dunia bisnis merupakan dua dunia yang sepintas sangat berbeda tapi
pada dasarnya saling terkait dan saling bergantung satu sama lainnya. Oleh karena itu maka
seseorang dari dunia pendidikanpun perlu mempelajari bagaimana cara memulai sebuah usaha.
Selain itu juga sebuah wirausaha bisa sangat menunujang kemandirian suatu sistem pendidikan
dari sisi ekonomi juga bisa meningkatkan taraf hidup orang-orang yang bergelut di dunia
pendidikan dan semua pihat yang terkait.
Peluang untuk memulai suatu usaha sebenarnya ada di sekeliling kita, hanya saja ada
individu yang hisa melihatnya sebagai sebuah peluang untuk memulai suatu usaha dan ada juga
yang tidak bisa melihatnya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor informasi
yang dimiliki. Informasi memungkinkan seseorang mengetahui bahwa peluang ada saat orang
lain tidak menghiraukan situasi tersebut. Akses terhadap informasi dipengaruhi oleh pengalaman
hidup dan hubungan sosial.
Disamping pengaruh lingkungan hidup dan sosial tersebut, sebagai wirausaha kita juga
dituntut mempunyai keberanian unutuk menanggung kemungkinan resiko yang akan didapat
setelah melakukan usaha tersebut
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kekeliruan saan memulai usaha?
2. Bagaimana cara memulai usaha dari dan dengan asumsi yang benar?
3. Bagaimana cara memulai usaha dengan memanfaatkan checklist kesiapan memulai usaha?
1.3 Tujuan
1. Memahami kekeliruan-kekeliruan dalam memulai usaha
2. Memahami cara memulai usaha secara benar
3. Memahami cara memulai usaha dengan memanfaatkan checklist kesiapan memulai usaha
1.4 Manfaat
1. Mampu memahami apa saja kekeliruan-kekeliruan saat memulai usaha
2. Mampu memahami cara memulai usaha dari dan dengan asumsi yang benar
3. Mampu memahami cara memulai usaha dengan memanfaatkan checklist kesiapan memulai
usaha
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Beberapa Kekeliruan Saat Memulai Usaha
Setelah selesai menyusun rencana usaha langkah berikutnya adalah menjalankan rencana usaha
itu. Karena keterbatasan wawasan dan pengalaman usaha, seringkali wirausahawan pemula jatuh
kedalam beberapa kekeliruan yang berdampak pada semangat dan kemauannya untuk
berwirausaha. Beberapa kekeliruan tersebet ialah:
2.1.1 Anggapan Bahwa Rencana Yang Bagus Akan Menghasilkan Kenyataan Yang Bagus
Anggapan ini sering kali membuat wirausahawan pemula tidak peka dengan lekak lekuk
realitas yang jauh berbeda yang jauh berbeda dari yang dibayangkannya. Seringkali calon
wirausaha saat menyusun rencana usaha, berangkat dari bayangan-bayangan indah engenai apa
yang akan terjadi di dalam realitas, an bukan berdasarkan pengamatan empiris. Hal ini wajar
terutama sekali ketika wirausawahan tersebut mempunyai produk yang diani baru dan inovatif.
Karena tidak ada yang bisa dijadikan patokan untuk menilai berhasilnya atau tidak produk
tersebut diterima oleh pasar, maka niscaya calon wirausahawan tersebut hanya bergantung pada
bayangan mengenai respon pasar terhadap produk baru dan inovatifnya tersebut. Sejauah ini tak
ada yang salah karena memang sifat dari rencana usaha adalah bayangan mental mengenai
realitas.
Namun sering kali dilupakan ialah bahwa rencana itu lebih merupakan sebuah asumsi
mengenai realitas, dan bukan realitas itu sendiri. Sebagai asumsi rencana itu tidakboleh terlalu
lama dipegang secara terlalu kuat. Realita pasti memiliki logikanya sendiri yang tak selalu
sejalan dengan apa yang dibayangkannya. Contohnya: mungkin dalam rencana usaha anda, kita
membayangkan bahwa setiap harinya kita akan berhasi menjual rata-rata 100 porsi mangkok
bakso special kita, namun dalam kenyataannya sebulan awal total yang kita jual tak lebih dari
100 porsi mangkok bakso.
Dalam menyusun usaha, kita memnag bisa dan berhak mematok angka berapapun sebanyak
yang kita mau. Namu angka tersebut hanyalah angkan tentative atau sementara yang
kebenarannya hanya merupakan peluang dengan presentasi tertentu, dan idak absolute 100%
Kekeliruan anggapan yang pertama ini seringkali bisa melahirkan kekagetan atau shock saat
berusaha. Respon yang muncul biasanya adalah menurunkan semngat dan kemauan untuk
berusaha. Wurausahawan pemula dengan cepat beralih dari pandangan terlalu optimis
mengenai usahanya menjadi terlalu pesimis mengenai usahanya. Logika realitas menghadirkan
pengalaman yang terlalu keras dan bareat baginya sehinga aehungga merontokan satu persatu
bayangan optimistis yang munculbergelora saat dirinya menyusun rencana usaha. Bukannya
elakuakan evaluasi dan revisi terhadap rencana-rencana usahanya, yang dilakukan justru
membuang ide untuk memasarakan produknya yang baru dan inovatif (setidaknya menurut
penilaiannya). Terlalu mudah optimis seringkali diimbangi oleh terlalu cepat pesimis.
Namun, bahaya laian selain turunnya semanangat dan kemauan berusaha ialah tak adanya
kesadaran akan pendtingya mengantisipasi kenyataan yang berdeda dari bayangan. Ketidak
sadaran ini semakin kuat ketika dibarengan dengan anggapan yang kedua berikut ini.
2.1.2 Anggapan Bahwa Kalau Ada Yang Tak Sesuai Rencana, Semua Akan Berubah
Dengan Sendirinya Kearah Yang Seperti Yang Dibayangkan
Mungkin ada wirauasawan pemula yang ketika langkah awalamya berhadapan dengan
pengalaman-pengalaman yang jauah dari yang dibayangkan yang masih bertahan dengan idi
bisnis darai produknya karena deranggapan bahwa segala sesuatu akan berubah dangan
sendirinyakearah yang seperti dibayangkannya. Realitas yang dibayangkannya sebagai
sesutuyang memang terkadang menyimpang dari apa yang dibayangkan, namaun pada saat yang
bersaman realitas memiliki mekanisme otomatis yang bisa membuatnya bosa kembali berjalan
persis seperti apa yang diharapkannya.
Misalkan saja seorang wirausahawan muda beranggapan bahwa dibulan pertama usaha jualan
baksonya memang sepi pembeli, namun ia percaya dibulan bulan berikutnya pelanggan akan
dating dengan sendirinya dan usahanya ramai secara otomatistanpa harus berusaha apapun.
Kombinasi antara anggapan yang pertama dan yang kedua mendorong seorang calon
wirausahawan untuk ogah-ogahan menganalisa apa yang salah, merevisi strategi usaha, dan
mengantisipasi respon pasar sebagai akibat dari revisi strategi usaha. Dalam usahanya, dia akan
lebih memilih bersikap pasif dan menunggu perubahan dating dengan sendirinya. Ditengah
persaiangan memperebutkan pelanggan, langkah pasif dan menunggu ini jelas berakibat buruk
pada nasib usaha. Ketiadaan langkah aktif dan kreatif untuk memposisikan diri dalam
persaiangan pasar berarti kemunduran usaha.
2.1.3 Anggapan Bahwa Kegagalan Berarti Realitas Memang Tak Mungkin Untuk Dilakukan
Anggapan yang ketiga ini muncul ketika kegagalan menghadapi rentetan kesulita demi
kesulitan menciptakan ketidak berhasilan merealisasikan target dan tujuan seperti telah dipetakan
dalam rencana usaha atau business plan. Bukannya melakukan refleksi atas ketidak tepatan
asumsi dan langkah yang telah diambil, yang mucul justru adalah presepsi akan tak tertembusnya
realitas oleh usahanya. Meski jerih payah yang dilakuakn belumlah maksimal atau optimal
namun kegagalan demi kegagalan merealisasikan target bisnis tidak membuatnya sadar akan
kelemahan tersebutkesimpulan yang ditarik bukanlah : ” Aku harus menyusun rencana baru”
namun “ Aku tak berdaya apa-apa menghadapi situasi yang ada.
Rencana usahapun ditinggalkan berikut dengan usahanya. Calon wirausahapun kembali
menjadi lebih tertarik menjadi pegawai atau karyawan karena egala sesuatunya lebih mudah dan
pasti. Dia merasa tak berbakat menjadi seorang wirausahadan sudah nasibnya menjadi pegawai
atau karyawan.
Perhatikan bagaimana wirausahawan berangkat dari antusiasme dan semangat besar, dibarengi
dengan penyusunan business plan yang rapi dan bagus, dan bahkan dengan idi produk yang
inovatif, namun karena dikombinasikan dengan anggapan-anggapan yang keliru saat memulai
usaha, yang terjadi justru meredupnya semangat berwirausaha. Kegagalan menjadi wirausa justru
terjadi pada saat memulai usahanya.
Inti dari anggapan yang benar ialah anggapan bahwa keberhasilan dating seiring dengan pilihan
sikap dan tindakan yang diambil, bukan sesuatu yang dating dengan sendirinyahanya karena
memiliki rencana usaha yang bagus. Realitas selalu lebih komplek dari pada apa yang
direncanakan karena realitas itu melibatkan apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh orang-orang
lain, dan bukan sekedar apa yang kita bayangkan.
Jika anda telah selesai mengisi table di atas, sekarang hitung berapa banyak jawaban ‘Ya’ dari
pengisian table. Sebagai patokan, berikut interpretasinya.
Jika kita simak tabel checklist diatas, maka kita bisa kelompokkan daftar pertanyaan di dalam
checklist di atas ke dalam 5 kelompok pertanyaan pengecekan, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan untuk mengecek:
1. Persiapan Produk
2. Persiapan Pemasaran
3. Persiapan Kelembagaan
4. Persiapan Permodalan
5. Persiapan Perencanaan Keuangan
Berikut penjelasan singkat mengenai apa yang terjadi jika kelima hal tersebut terlewatkan dalam
perjalanan usaha.
2.3.1 Persiapan Produk
Bagi kebanyakan jenis bisnis, bahan baku untuk produk yang dibuat adalah sesuatu yang sangat
krusial. Bahan baku untuk produk utama ataupun bahan baku tambahan harus dapat tersedia
dengan baik dan tepat waktu, memiliki kualitas yang baik, kontinuitas, dan biaya pengadaan
bahan baku yang terjangkau, jika dari bahan baku tersebut sudah tidak maksimal dan kuranng
berkualitas maka produk yang dihasilkan juga akan kurang nilai jualnya. Disamping bahan baku
sebelum memulai suatu usaha maka hal yang terpenting adalah pemahaman kita akan konsep
produk atau jasa yang akan menjadi bisnis inti. Kita perlu memahami bukan hanya secara teknis
produksi tetapi juga pasar dan prospek mulai daripada lingkungan yang terkecil kepada
lingkungan yang terbesar. Dalam topik ini dibahas secara menyeluruh aspek-aspek yang penting
dalam melakukan analisa atas kelayakan dan prospek produk termasuk produk-produk yang
sama sekali baru dengan melihat sisi human behavior, kebutuhan pasar dan lainnya.
2.3.2 Persiapan Pemasaran
Pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan penjualan produk atau jasa. Sebaik apapun
produk atau jasa tanpa pemasaran yang baik maka akan sangat sukar untuk meningkat penjualan
dan keuntungan usaha. Di lain pihak tanpa pelayanan yang baik kepada pelanggan maka akan
sangat sukar suatu usaha untuk memperoleh pelanggan yang loyal yang merupakan kunci
perkembangan usaha. Dengan pelanggan yang loyal maka pekerjaan pemasaran akan lebih
mudah karena pelayanan yang baik akan menciptakan product brand yang baik kepada calon
pelanggan baru. Dalam topik ini akan dibahas secera menyeluruh semua aspek penting dalam
membuat strategi pemasaran, identifikasi pelayanan yang dibutuhkan pelanggan dan bagaimana
menciptakan product brand dan efeknya kepada keberhasilan usaha. Karena itu, bisnis anda
harus punya strategi marketing yang efektif dalam memasarkan produk-produk yang anda jual.
Kita bisa mempertimbangkan banyak opsi, namun pastikan hanya memilih strategi pemasaran
yang efektif, baik secara offline maupun secara online.
2.3.3 Persiapan Kelembagaan
Banyaknya orang yang tertarik untuk mendirikan suatu badan usaha tak luput
dari pentingnya izin usaha sebagai aspek hukum yang harus dipenuhi. Demi
keamanan dan kelancaran proses berjalannya suatu usaha diperlukan beberapa
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Mengingat negara kita ini adalah negara yang
berdiri dengan dasar-dasar hukum yang telah ditetapkan dan terbagi dalam pasal-
pasal.
Memulai suatu usaha atau mendirikan bisnis baru memerlukan berbagai macam
persiapan. Berbagai macam faktor perlu dipertimbangkan misalnya saja seberapa besar modal
yang dimiliki, bagaimana tingkat keseriusan usaha dalam artian usaha tersebut merupakan bisnis
utama atau bisnis sampingan belaka dst. Hal-hal tersebut tersebut diupayakan dengan tujuan
usaha yang sudah dirintis dapat dipertahankan keberadaan dan kelangsungannya bahkan
ditingkatkan lagi. Selain faktor kesiapan diawal usaha didirikan dan aliran penghasilan yang
diperoleh yang tergantung pada minat konsumen terhadap komoditas atau jasa yang dijual,
keberlangsungan suatu usaha dipengaruhi juga oleh keberadaanunsur legalitas dari
usaha tersebut. Dengan memiliki unsur legalitas tersebut menandakan bahwa pengusaha telah
mematuhi aturan-aturan hukum yang berlaku. Dengan mematuhi hukum yang berlaku, secara
tidak langsung ia telah menegakkan budaya disiplin pada diri. Kepatuhan pengusaha tersebut
merupakan bentuk paling terkecil dari tindakan yang dapat dilakukan terhadap negara dan
pemerintahan.
Dalam suatu usaha faktor legalitas ini berwujud pada kepemilikan izin usaha yang
dimiliki. Dengan memiliki izin usaha maka kegiatan usaha yang dijalankan tidak disibukkan
dengan isu-isu penertiban atau pembongkaran. Manfaat yang diperoleh dari kepemilikan izin
usaha tersebut adalah sebagai sarana perlindungan hukum.
Berbicara mengenai fakta di lapangan, tidak sedikit kios-kios pedagang ditertibkan atau
terkena tindakan pembongkaran lantaran tidak memiliki izin usaha. Kejadian tersebut kerap
sekali menimpa para pedagang kecil dimana pun mereka berada. Namun, penertiban hanya akan
diberlakukan lantaran tidak ada unsur legalitas dalam usaha yang didirikan. Untuk itu,
keberadaan izin usaha dalam melengkapi kegiatan perdagangan yang dilakukan sangat memiliki
arti penting.
Pemahaman atas aspek ini adalah sangat penting dalam perkembangan usaha anda. Seringkali
produksi terganggu karena pengelolaan keuangan yang tidak baik seperti kekurangan dana untuk
pembelian bahan baku, alat-alat produksi dan lainnya. Dalam topik ini akan dibahas pengetahuan dasar
atas cash flow atau arus kas yang seperti darah dalam tubuh manusia, biaya pendanaan, pembiayaan
modal kerja dan investasi, struktur modal, aset perusahaan, penyertaan modal dan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Setelah melewati tahapan menyusun action business plan, maka anda akan memulai suatu usaha
yang akan anda kerjakan. Dalam memulai usaha anda harus mengetahui beberapa kekeliruan saat
memulai usaha, diantaranya : anggapan bahwa rencana yang bagus akan menghasilkan
kenyataan yang bagus, anggapan bahwa kalau ada yang tak sesuai rencana, semua akan berubah
dengan sendirinya kearah yang seperti yang dibayangkan, dan anggapan bahwa kegagalan berarti
realitas memang tak mungkin untuk dilakukan. Dan saat memulai usaha harus berdasarkan
asumsi yang benar, juga ketika anda memulai usaha haruslah dengan memanfaatkan checklist
kesiapan memulai usaha, melalui table checklist anda dapat mengelompokkan pertanyaan-
pertanyaan yang ditujukan untuk mengecek, diantaranya : persiapan
produk, persiapan pemasaran,persiapan kelembagaan, persiapan permodalan, ersiapan
perencanaan keuangan.
3.2 Saran
Sebagai Calon Wirausahawan Muda Indonesia wirausahawan berangkat dari antusiasme dan
semangat besar, dibarengi dengan penyusunanbusiness plan yang rapi dan bagus, dan bahkan
dengan ide produk yang inovatif kita harus mempertimbangakn kekeliruan-kekeliruan dalam
memulai usaha. Dan saat memulai usaha harus berdasarkan asumsi yang benar, juga ketika anda
memulai usaha haruslah dengan memanfaatkan checklist kesiapan memulai usaha, melalui table
checklist.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok, Mufti. 2013. Manajemen Praktis Kewirausahaan. Surabaya:
http://pendidikan776.blogspot.com/2013/07/cara-memulai-usaha-cara-mendirikan-usaha-atau-
cara-merintis-usaha-dari-nol.html
http://zonapeluangusaha.blogspot.com/2013/09/pengertian-peluang-usaha-yang-mudah-di.html
http://teddywirawan.wordpress.com/2009/08/04/pengertian-kewirausahaan/
http://celphee-surf.blogspot.com/2012/06/memulai-usaha-baru.html