You are on page 1of 44

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat dan ridha-
Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “tumor testis”. Penulisan referat ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian radiologidi
RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan referat ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dr.Ida
Widayanti, Sp.Rad dan dr. Indra Kelana, Sp.Rad yang telah memberikan arahan serta bimbingan
ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan referat ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan
ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan penulisan referat ini. Akhir kata penulis berharap penulisan referat
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Serang, Mei 2017

Penulis

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Tumor traktus urogenetalia merupakan keganasan yang sering dijumpai di tempat praktek
sehari-hari yang mungkin terlewatkan karena kekurang waspadaan dokter dalam mengenali
penyakit ini. Tumor urogenetalia dapat tumbuh di seluruh organ urogenetalia mulai dari ginjal
beserta salurannya, ureter, buli-buli, prostat, uretra, testis dan penis.1

Semua gambaran atau manifestasi klinis tumor urogenital tergantung dari letak tumor,
stadium, dan penyulit yang disebabkan oleh tumor. Metastasis pada paru, otak, tulang dan liver
dapat menyebabkan gangguan organ tersebut dan memberikan manifestasi klinis sesuai dengan
gejala organ yang terkena. Diantara keganasan urogenetalis, karsinoma kelenjar prostat
merupakan keganasan yang angka kejadiannya paling banyak, kemudian disusul oleh keganasan
buli-buli.2

Tumor testis relatif jarang ditemukan, walaupun insidennya menunjukkan peningkatan


pada tahun-tahun terakhir ini. Di Inggris ditemukan kurang dari 1 % dari seluruh kematian akibat
kanker.2

Penatalaksanaan kanker testis dianggap sebagai keberhasilan onkologis karena kebanyakan


kasus dapat disembuhkan dengan kemajuan kemotherapy. American Cancer Society
memperkirakan 8820 kasus baru kanker testis telah di terdiagnosa di United States pada tahun
2014 tetapi hanya 380 individu meninggal karena penyakit tersebut. Kanker testis merupakan
tumor yang paling umum terjadi pada laki – laki dewasa muda, dan sebagian besar kasus diderita
oleh dewasa muda dengan usia 15-35 tahun. Ahli radiologi memiliki peran penting dalam
mengidentifikasi tumor primer, menentukan stadium penyakit secara akurat, dan melakukan
tindak lanjut pada pencitraan. (jurnal)

Dari semua tumor maligna pada laki-laki 1-2% terlokalisasi di dalam testis. Kira-kira
90% dari semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel embrional, selanjutnya dapat dijumpai
tumor sel Sertoli-Leydig dan limfoma maligna. Insidensi tumor sel embrional maligna di
Nederland adalah kira-kira 4 per 100.000 laki-laki tiap tahun. Ini berarti bahwa tiap tahun kira-
kira 300 penderita baru didiagnosis dengan kelainan maligna ini. Tumor-tumor sel embrional
maligna testis merupakan tumor maligna yang paling sering terdapat pada laki-laki usia 20-40
tahun meskipun pada penderita kurang dari 5 tahun dan lebih dari 70 tahun juga dapat dijumpai
tumor testis.7

Pemeriksaan radiologi pada tumor testis dipercaya dapat membantu menegakkan diagnosis
penyakit tumor testis ini. Pemeriksaan dapat berupaUltrasonografi (USG), Computed
Tomography (CT), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Tumor testis adalah tumor yang berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis.
Dimana terjadi pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan
testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).6

Tumor testikuler menempati peringkat pertama dalam kematian akibat kanker diantara
pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker yang paling umum pada pria yang
berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi yang paling umum kedua pada
kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun.6

Sebagian besar (+ 95%) tumor testis primer, berasal dari sel germinal sedangkan sisanya
berasal dari non germinal. Tumor germinal testis terdiri atas seminoma dan non seminoma.
Seminoma berbeda sifat-sifatnya dengan non seminoma, antara lain sifat keganasannya, respon
terhadap radioterapi, dan prognosis tumor. Tumor yang bukan berasal dari sel-sel germinal atau
non germinal diantaranya adalah tumor sel Leydig, sel sertoli dan gonadoblastoma. Selain berada
di dalam testis, tumor sel germinal juga bisa berasa di luar testis sebagai Extragonadal Germ
Cell Tumor antara lain di mediastinum, retroperitoneum, daerah sakrokoksigeus, dan glandula
pineal.7

Seminoma testis adalah tumor testis yang paling umum sekitar 45% dari semua tumor
testis. Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis. Seminoma
berasal dari sel benih yang tumbuh dari epitel tubulus seminiferus. Testis membesar berupa
tumor solid berwarna putih, homogen dan keras. Tumor ini mengganti seluruh bagian tubuh
testis. Sekelompok kecil sisa testis terdesak pada salah satu tepi tumor.7

Lima jenis seminoma berdasarkan gambaran histologis ialah :

 Klasikal
 Spermatositik
 Anaplastik
 Disertai sel raksasa sinsitiotrofoblas
 Campuran dengan jenis lain tumor sel benih

Pada pemeriksaan kasar , seminoma berwarna pucat abu-abu untuk nodul kuning yang seragam
atau sedikit lobulated dan sering tonjolan dari permukaan potongan.7

2.2. Anatomi dan Fisiologi Testis8

3
Struktur reproduksi pria terdiri dari penis, testis dalam kantong skrotum, sistem duktus yang
terdiri dari epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius, dan urethra; dan glandula asesoria
yang terdiri dari vesikula seminalis kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretralis.

Gambar Sistem Reproduksi Pria

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa
adalah 4 x 3 x 2,5 cm, dengan volume 15 – 25 ml, berbentuk uvoid.8

Gambar Anatomi Testis (Pandangan Sagital)

Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar
tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta
tunika dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan
mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil. Testis
bagian dalam terbagi atas lobulus yang berjumlah + 250 lobuli.8

Tiap lobulus terdiri dari tubulus seminiferus, sel-sel sertoli dan sel-sel leydig. Produksi sperma
atau spermatogenesis terjadi pada tubulus seminiferus. Di dalam tubulus seminiferus terdapat
sel-sel spermatogonia dan sel-sel sertoli, sedang diantara tubuli seminiferi terdapat sel-sel
Leydig.8

4
Sel-sel spermatogonium pada prosis spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel sertoli
berfungsi memberi makan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel
interstitial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.8

Gambar Anatomi Testes (Potongan Sagital)

Pada bagian posterior tiap-tiap testis, terdapat duktus melingkar yang disebut epididimis. Sel-sel
spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan
atau maturasi di epididimis. Setelah matur (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan
getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah
bercampur dengan cairan-cairan epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
membentuk cairan semen atau mani.8

Vas deferens adalah duktus ekskretorius testis yang membentang hingga ke duktus vesikula seminalis,
kemudian bergabung membentuk duktus ejakulatorius. Duktus ejakulatorius selanjutnya bergabung
dengan uretra yang merupakan saluran keluar bersama baik untuk sperma maupun kemih.8

Testis mendapatkan pasokan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu (1) arteri spermatika
interna yang merupakan cabang dari aorta, (2) arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis
inferior, dan (3) arteri kremastika yang merupakan cabang dari arteri epigastrika. Pembuluh vena
yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus pampiniformis. Pleksus ini pada
beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.8

5
Gambar Anatomi Testis dan Hubungan Vaskuler

2.3. Insiden

Insiden kanker testis di Eropa meningkat, dengan dua kali lipat setiap 20 tahun. Insiden
saat ini adalah 63/100 000/tahun, dengan tingkat tertinggi di negara-negara Eropa Utara (68/100
000/tahun). Angka kematian sangat rendah (3,8 cases/100 000/tahun). Tumor testis, 40% adalah
seminoma dan 60% non-seminoma. Kanker testis invasif berkembang dari karsinoma in situ
(CIS) / intraepithelial neoplasia testis (TIN), sering ditemukan dalam jaringan testis sisa
nonmalignant. Pada biopsi acak, 2% -5% pasien kanker testis memiliki CIS di testis
kontralateral. Hal ini sesuai dengan tingkat 2% -3% dari kanker testis kontralateral sinkron atau
metachronous.

2.4. Etiologi 6

Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang pasti
tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker testis:

 Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum) atau kriptorkismus

Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis. Dikatakan


bahwa 7 – 10% pasien karsinoma testis, menderita kriptorkismus. Proses
tumorigenesis pasien maldensus 48 kali lebih banyak daripada testis normal.
Meskipun sudah dilakukan orkidopeksi, resiko timbulnya degenerasi maligna tetap
ada. Pria dengan testis undesenden mempunyai risiko 10 kali untuk mendapat tumor
dibandingkan dengan mereka yang mempunyai testis intraskrotal.

 Atrofi Testis.

Kagagalan testis untuk bertumbuh menjadi matur atau mencapai ukuran normal.
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi mumps, torsi atau trauma.

 Terpapar dengan bahan kimia dan polutan.

6
Terpapar dengan substansi/zat toksin dapat menyebabkan perkembangan yang
abnormal dari testis. Hal ini meningkatkan frekuensi tumor testis pada usia 30-40
tahun.

 Pemaparan Dietilstilbesterol (DES).

Pada anak-anak yang lahir dari wanita dengan level estrogen yang tinggi selama
hamil sangat beresiko untuk terdapatnya tumor testis dan kriptorkidisme.

 Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan


rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia)
dan testis yang kecil).

 Ada riwayat kanker testis dalam keluarga

2.5. Patofisiologi6

Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang sangat kuat
bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh
invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis.6

Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke


kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju ke kelenjar
mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma menyebar secara hematogen ke paru,
hepar, dan otak. 6

2.6. Patologi7

Seminoma
Makroskopik : Permukaan homogen putih kotor, lobuler, perdarahan/nekrosis.
Mikroskopik : Membran sel berbeda, sitoplasma jernih tampak berair, inti ditengan dan besar
dengan 1-2 nukleoli prominen, mitosis jarang, tidak mengandung AFP.

Nonseminoma

Makroskopik : Warna abu-abu pucat, lunak.

Mikroskopik :

7
 Ukuran sel kecil (6-8 µm).Sitoplasma eosinofilik dengan tepi tipis mirip spermatosit
sekunder.
 Ukuran sel sedang (15-18 µm).Mengandung banyak inti bulat dan sitoplasma eosinofilik
 Ukuran sel besar (50-100 µm). Sel-sel tumor menunjukan gambaran sitoplasma
eosinofilik dengan inti spermatositik matur.

2.7.Gambaran Klinis7

Gambaran khas tumor testis ialah benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri. Biasanya
tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epidimis pada palpasi yang
dilakukan dengan telunjuk ibu jari.

Gejala pada umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa nyeri
adalah temuan yang paling umum dijumpai tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama
sekali. Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak
nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit
pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan,
dan kelemahan diagnostik yang signifikan.7

Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis mandiri. Suatu
bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan mandiri.
Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting untuk deteksi dini penyakit
ini. 7

Berikut beberapa gejala dari tumor testis adalah7

 Pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun 30% mengeluh nyeri dan terasa
berat pada kantung skrotum, sedangkan 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum.
 Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
 Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
 Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
 Ginekomastia

Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar bHCG di dalam sirkulasi sistematik
yang banyak terdapat pada koriokarsinoma.

8
 Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat

2.8.Diagnosa9

Anemnesa

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi tetapi
kadang-kadang nyeri pada perabaan dan konturnya bisa sangat ireguler atau sedikit ireguler dan
tidak menunjukkan tanda transiluminasi.

Pertumbuhan dan Penyebaran

Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb :

Stadium A atau I : tumor testis terbaas pada testis, tidak ada bukti penyebaran baik

secara klinis maupun radiologis.

Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta)

atau nodus limfatikus iliaka. Stadium II A untuk pembesaran

limfonodi para aorta yang belum teraba, stadium II B untuk

pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10 cm).

Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah

mengadakan metastasis supradiafragma.5,6

Tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe. Kelenjar limfe terletak para aortal kiri
setinggi L2 tepat dibawah hilus ginjal dan di sebelah kanan antara aorta dan v.kava setinggi L3
dan prakava setinggi L2. Metastasis di kelenjar inguinal hanya terjadi setelah penyusupan tumor
ke dalam kulit skrotum atau setelah dilakukan pembedahan pada funikulus spermatikus.
Penyebaran hematogen luas pada tahap dini merupakan tanda koriokarsinoma.4

Rute penyebaran hematogen primer adalah melalui sirkulasi darah dari testis ke paru, rute
kedua adalah dari metastasis kelenjar retroperitoneal melalui ductus thoracicus dan v.subclavia
ke paru. Kecepatan terjadinya metastasis sering tampak ada hubungan dengan subtipe

9
histologiknya. Seminoma bermetastasis lambat dan terutama ke kelenjar paralumbal,
koriokarsinoma bermetastasis cepat dan kebanyakan hematogen.7

Untuk klasifikasi tingkat penyebaran, digunakan sistem TNM Karsinoma Testis.

T. Tumor primer

Tis Pra invasif (intratubular)

T1 Testis dan retetestis

T2 Di luar T.albuginea atau epididimis

T3 Funikulus spermatikus

T4 Skrotum

N. Kelenjar limfe

N0 Tidak ditemukan keganasan

N1 Tunggal < 2 cm

N2 Tunggal 2-5 cm ; multiple < 5 cm

N3 Tunggal atau multiple > 5 cm

M. Metastasis jauh

M0 Tidak dapat ditemukan

M1 Terdapat metastasis jauh

Pemeriksaan Radiologi

1. USG10

Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan transduser linier frekuensi tinggi untuk


membandingkan echotexture dari 2 testis untuk area heterogenitas. Kanker testis bersifat
hypoechoic dibandingkan dengan parenkim sekitarnya pada sekitar 95% kasus. Temuan
yang dipublikasikan menunjukkan bahwa seminoma sering lebih homogen hypoechoic

10
dan lesi nonseminomatous seringkali lebih bersifat kistik, dengan area kalsifikasi
diselingi.

Seminoma biasanya muncul sebagai massa testis homogen echogenicity rendah


dibandingkan dengan jaringan testis normal. Massa biasanya oval dan didefinisikan
dengan baik tanpa adanya invasi lokal. Aliran darah Internal terlihat. Daerah fibrosis dan
kalsifikasi kurang umum daripada non-seminomatous tumor sel kuman. Seminoma lebih
besar dapat tampil lebih beragam.

Ultrasonografi testis digunakan untuk menentukan lokasi massa yang teraba saat
diduga menderita kanker testis. Umumnya, lesi ekstra-testis yang jelas terlihat jinak. Di
sisi lain, massa intratesticular, terutama jika teraba, cenderung ganas dan harus
dieksplorasi secara operasi. Oleh karena itu, ultrasonografi berguna untuk lokalisasi
teraba kelainan.

Jenis jaringan tumor tidak dapat dibuktikan secara andal dengan penampilan
ultrasonografi. Umumnya, seminoma didefinisikan dengan baik dalam tunika albuginea
dan hipoechoik homogen. Kanker sel embrio biasanya bersifat hypoechoic, diselingi
dengan komponen cystik. Teratoma dan koriokarsinoma sering heterogen dengan
beberapa kalsifikasi internal yang ada. Tumor sel stroma (misalnya tumor sel Leydig dan
Sertoli) umumnya didefinisikan dengan baik dan hypoechoic, namun kalsifikasi sering
ditemukan. Limfoma dan leukemia dari testis umumnya tidak jelas, proses difus dari
echogenicity yang menurun.

Bila ada banyak lesi, diagnosis banding harus diperluas untuk mencakup proses
metastatik, seperti leukemia dan limfoma, dan proses inflamasi, seperti sarkoid. Limfoma
testis bisa sulit untuk didiagnosis saat kedua testis homogen hypoechoic.

Mikrolitiasis testis (≥ 5 atau lebih microcalcifications dalam testis) dihasilkan dari inti
kalsifikasi serat kolagen intrasubstensi. Studi kasus pasien dengan tumor testis
menunjukkan tingkat mikrolithiasis yang tinggi, namun evaluasi prospektif terhadap
pasien dengan mikrolithiasis telah gagal menunjukkan lebih dari sedikit peningkatan
frekuensi tumor tersebut. Skrining ultrasonografi tahunan pasien dengan mikrolithiasis
telah disarankan oleh beberapa penulis, namun penelitian prospektif telah gagal
menunjukkan rasio biaya-manfaat positif saat ini.

11
Klasik testis mikrolitiasis. Pada pria 24 tahun. Grayscale Gambar ultrasonografi
menunjukkan banyak (> 5 Per gambar) non-shadowing ekogenik Microcalcifications
pada parenkim testis

Gambaran di sini adalah klasik untuk seminoma. Keganasan testis muncul sebagai
massa hypoechoic pada sebagian besar kasus.

12
Dibandingkan dengan jenis tumor lainnya, tumor sel kuman campuran lebih cenderung
memiliki daerah kistik dan kalsifikasi yang berserakan di dalam tumor.

Ini adalah seminoma lain. Pada sonogram, seminoma sering lebih homogen daripada
kanker nonseminomatous.

13
Ini adalah tumor sel germinal campuran. Kanker testis bisa tidak jelas dan halus.

Ini adalah seminoma. Kadang-kadang, tumor testis terjadi pada stadium lanjut. Jika
seluruh testis dilibatkan, perbandingan dengan sisi normal mungkin menunjukkan
ekogenisitas yang menurun. Terkadang, invasi epididimis dapat dicatat pada sonogram.

14
Testis kanker. Ultrasonografi menunjukkan tumor gema miskin di testis kanan,dan
testis kiri normal.

Gambar Ultrasonografi dari Testis Kanan.

Sebuah gambar melintang melalui testis kanan (Panel A) menunjukkan massa


intratesticular kompleks dengan cysticcomponent (panah) dan komponen padat (panah).
Jaringan testis normal terlihat di sepanjang aspectof anterior massa. Sebuah gambar Doppler
(Panel B) mengungkapkan minimalvascularity dalam komponen padat (panah)

15
Longitudinal testis dengan seminoma pada seorang pria yang mengalami infertilitas,
oligospermia berat dan testis yang besar sebelah kanan keras

Pandangan longitudinal testis menunjukkan suatu massa padat homogen hypoechoic


khas sebuah seminoma

16
Hasil negatif palsu paling sering terjadi pada proses ganas infiltratif. Bila kondisi seperti
leukemia atau limfoma menyebabkan ekogenisitas yang menurun secara bilateral, proses ganas
infiltratif sulit dikenali.

Hasil positif palsu terlihat dalam berbagai kondisi. Testis retina yang dilatasi bisa bersifat
seperti massa, dan mereka dapat mensimulasikan massa kistik yang didominasi. Karakteristik
pencitraan tumor epidermoid dapat dibedakan dari lesi sel germinal. Cho dkk melaporkan bahwa
penampilan klasik untuk epidermoid adalah massa heterogen, mungkin dengan lapisan
hiperkooik dan hypoechoic konsentris membentuk sebuah cincin. Epidermoid sering bersifat
avaskular. Abses atau phlegmon dari testis bersifat hypoechoic dan sering dikaitkan dengan
peningkatan vaskularitas. Infarksi testis dapat hadir sebagai ekogenisitas penurunan yang tidak
jelas pada testis, menunjukkan adanya proses ganas infiltrasi yang difus.

17
Infark testis dapat meniru tumor infiltratif.

Testis retina yang dilatasi dapat meniru neoplasma kistik, namun biasanya memanjang
pada pandangan ortogonal dan secara jelas terletak pada mediastinum testis.

18
Sarkoid testis bisa meniru seminoma bila muncul seperti massa testis solid

Epidermoid testis dapat meniru keganasan solid

19
Penjelasan Seputar Colour Doppler USG (CDUSG)10

Sonografi Resolusi Tinggiadalah evaluasiyang cepatsederhana, tersedia secara luas, murah


dannon-penyinaran, noninvasif, praktis, berulang, memungkinkandan secara
luasditerimasebagaimetode pilihan untukskrining dandiagnosisspektrumpatologiskrotum. Karena
lokasinyaskrotumdangkaldan kemajuanteknologi yang cepatdansonografiresolusi
tinggiDopplerwarnamemberikanrincianyang sangat baikdarianatomidindingskrotum, testis,
epididimis dantestisperfusi. Hal inisecara luasditerimasebagaimetode pilihan untukskrining
dandiagnosispenyakitskrotum. Dalamulasan bergambar ini,
temuansonografidariberbagailesiskrotumdisajikan, pencitraantemuantumorintratesticular,
lesiintratesticularjinak, tumortestisekstra, lesiinflamasi daniskemik, dan kondisi
sepertihematoma. Semua kasusyang dilakukan menggunakanstandarmesinUSG(Philips
EnvisorPJK, BelandaUSA) dilengkapidenganresolusi tinggidan
warnaDopplerpenyelidikanlineardari7,5-12MHz. Pemeriksaandilakukandalam posisi terlentang
denganhandukdilipatdiposisikan antarakaki pasienuntuk mendukungskrotum. Gambarmelintang
dansagitalSerialdari masing-masingtestisdanepididimisdiperolehdankedua
testisdibandingkanteksturgemadan aliranwarna.10

Berikut gambaran normal CDUSG Testis:11

Gambar 1. Normal testis. Transverse color Doppler image demonstrates uniform


echogenicity and flow throughout the testicle

20
Gambar 2. Normal testes. Transverse color Doppler images of both testes demonstrate
symmetric echogenicity and flow.

Doppler image shows diffuse, normal flow to the testis and epididymis.2

GAMBARAN CDUSG PADA MALIGNA DAN BENIGNA PADA TESTIS 1

A. Malignant Testicular Tumors 10

1. Seminoma

Sekitar 95% tumor testis ganas germ cell tumor, yang seminoma adalah subtipe histologis
yang paling umum. Dibandingkan dengan tumor germ cell nonseminomatous, seminoma terjadi
pada populasi pasien yang lebih tua, dengan usia rata-rata sekitar 40 tahun. Pada Gray Scale scan
USG, muncul sebagai lesi hypoechoic homogen, yang sesuai dengan tampilan seragam dari
spesimen bruto [Gambar 1 A].

21
Gambar 1A.Seminoma.Longitudinal scan of both testis shows well defined hypoechoic area
replacing entire testis, lobulated contour with enlarged testis. On color Doppler shows increased
flow.

Ultrasonografi digunakan untuk membedakan antara massa intratesticular, yang lebih


sering ganas, dan massa ekstratesticular, yang lebih umum jinak. Ultrasonografi juga dapat
digunakan untuk membedakan secara akurat massa solid intratesticular, yang seringkali ganas,
dari lesi kistik, yang biasanya bersifat jinak dan mungkin termasuk ektasia tubular testis rete,
kista sederhana, dan kista tunika albuginea (Gambar 4). Massa padat biasanya tampak
hipoechoic relatif terhadap parenkim testis yang berdekatan, dan vaskularitas internal biasanya
terdeteksi dengan pencitraan Doppler berwarna. Sebagai perbandingan, kista muncul secara
anechoic, tanpa vaskularitas internal, dan biasanya menunjukkan peningkatan akustik posterior.
(jurnal)

22
Gambar 4. Struktur kistik testis jinak pada tiga pasien yang berbeda. (A) Ultrasonografi
Doppler Warna menunjukkan sebuah kista albuginea algaechoik (panah) dengan
peningkatan akustik posterior dan tidak ada vaskularitas internal. (B) Ultrasonografi Doppler
Warna menunjukkan kista intratkular anechoik (panah) tanpa vaskularitas internal. (C)
Doppler Warna Ultrasonografi menunjukkan beberapa struktur kistik anechoik berkerumun
(panah) tanpa vaskularitas internal, temuan yang sesuai dengan ektasia tubular testis rete.

Nonseminomatous Germ Cell Tumor (NSGCT) 10

Ini termasukyolksactumor, cellcarcinomaembrional, teratoma, dankoriokarsinomadan


tumorgermcellcampuran. CampurantumorgermcelladalahNSGCTpaling umum. Sonographicaly,
NSGCTcenderung lebihheterogen dalamechotexture, dengan keduakomponenpadat dankistik
danfokusechogenic, denganmargintidak teratur atautidak jelas[Gambar 2A, 2B, 2C].
Fokusechogenicdapatdisebabkan olehpengapuran, perdarahanfibrosis, atau.

23
Gambar 2A.Mixed germ cell tumor of testis. Longitudinal USG scan in a 24 yrs old man
with painless right scrotal mass showed enlarged testis(arrow), with heterogenicity with
cystic areas (C) and solid areas (S).

Gambar 2B.Mixed germcell tumor of testis. Gross specimen after high inguinal
orchiectomy specimen shows corresponding, large mass in testis.(M) and cystic areas(c).

24
Gambar 2C. Mixed germcell tumor of testis. histological picture.

Gambar 5. Seminoma pada pria berusia 33 tahun. (A) Ultrasonografi skala abu-abu
menunjukkan massa intratesticular lobular homogen (panah). (B) Citra Doppler Warna
Ultrasonografi menunjukkan aliran darah dalam massa (panah). (C) Foto dari spesimen

25
kotor menunjukkan Massa homogen lobular (panah). (D) Photomicrograph (perbesaran asli,
× 400; hematoxylin-eosin [H-E] noda) dari Spesimen menunjukkan sel neoplastik seperti telur
goreng (panah). Homogenitas relatif populasi sel relative. Homogenitas terlihat pada
ultrsonografi.

Gambar 6. Campuran NSGCT pada pria berusia 57 tahun. (A) Ultrasonografi skala
abu-abu menunjukkan intratesticular sebagian kistik dan sebagian massa padat (panah). (B)
Doppler Warna Ultrasonografi menunjukkan aliran darah dalam massa (panah). (C) Foto
dari spesimen patologis kasar menunjukkan ruang kistik dalam massa (panah). (D)
Photomicrograph (perbesaran asli, × 200; Pewarnaan H-E) spesimen menunjukkan unsur
karsinoma yolk sac dan embrio (panah), temuan yang menjelaskan heterogenitasnya terlihat
di Ultrasonografi.10

26
Lymphoma 10

Ini adalah tumor testis yang paling umum setelah usia 60, dengan keterlibatan bilateral di
40% dari pasien. Limfoma testis yang paling utama adalah non-Hodgkin limfoma. Namun,
keterlibatan sekunder jauh lebih umum daripada neoplasma primer. Pada ultrasonography,
beberapa massa hypoechoic focal mungkin pembesaran hadir atau difus dapat terjadi [Gambar
3A, 3B]. Colour Doppler USG menunjukkan vaskularisasi meningkat terlepas dari ukuran lesi.

Gambar 3A.Lymphoma.Longitudinal USG scan of right testis in a 60 year old man shows
hypoehoic area with increased vascularity.

Gambar 3B.Lymphoma. Gross specimen showing corresponding findings.

27
Gambar 8. Limfoma testis pada pria berusia 77 tahun yang melahirkan testis kiri
bengkak. (A) skala abu-abu Amerika Serikat gambar menunjukkan massa, 2 cm yang tidak
jelas, heterogen (panah). (B) Warna Doppler Gambar AS menunjukkan aliran darah yang
intens dalam massa (panah).10

28
Benign Testicular Lesions 10

Kebanyakantumorganasintratesticular, mayoritaslesikistikintratesticularadalah jinak,


yangdapat hadir sebagaimassatestismenyakitkan, diagnosis yang benarini
dapatmencegaheksplorasibedahyang tidak perlu.Cysts of the tunica albuginea.
Mereka dapatunilokularataumultilocularukuran2-5mm. Merekaseringterdeteksi
ketikapasienmenyajikandengan massateraba. etiologinyatidak diketahui, tetapikista
inidiyakinimesothelialberasal. Kista inikadang-kadangkapur,
yangmelemparkansebuahbayanganakustik[Gambar 4].

Gambar 4.Tunica albugineal cyst. Longitudinal USG scan of right testis shows well defined
anechoic cyst arising from tunica albugenia.

1. Simple cysts 10

Simple cysts seringkebetulanterdeteksipada priasekitar40tahun, biasanyasoliter, bervariasi


dalam ukuran dari2mm sampai2cm. PadaAS, mereka muncul sebagaianechoic, tanpa
dindingjelasdan denganditingkatkan melaluitransmisi[Gambar 5].

29
Gambar 5.Simple cysts of testis. Longitudinal USG of testis shows a well defined small cystic
area in testis of 40 yr old man.

2. Tubular ectasia of rete testis 10

Tubular ectasia dari retetestis adalah kondisi jinak, terjadi pada pria lebih tua dari 55 tahun
dan sering bilateral. Temuan dilatasi kistik di atau berdekatan dengan testis mediastinum
merupakan karakteristik tubular ektasia dan membantu membedakannya dari tumor ganas testis
kistik, yang dapat terjadi di mana saja di parenkim testis. Penampilan AS berisi cairan struktur
tubular [Gambar 6].

Gambar 6. Tubular ectasia of rete testis. Longitudinal scan of both testes shows multiple tubular
anechoic structures with absent vascularity on colour doppler suggestive of dilated rete testis.

3. Intratesticular abscess 10

Abses biasanya sekunder untuk epididymo-orchitis, namun penyebab lain dari abses
intratesticular termasuk gondok, trauma, dan infark testis. Fitur AS termasuk hypoechoic testis
intra, dinding tidak teratur shaggy, unifocal atau multifokal, dengan tingkat rendah gema
internal, dan, pada warna Doppler, menunjukkan hiper vaskular margin [Gambar 7A, 7B].

30
Gambar 7A.Intratesticular abscess. Longitudinal power Doppler USG of left testis right shows
irregular hypoehoic area, with irregular margins (arrow), on shows peripheral vascularity.

Gambar 7B.Intratesticular multifocal abscess. Longitudinal USG in a patient with acute EO,
shows multiple hypoechoic areas with internal echoes.

2. CT Scan

CT abdomen dan panggul yang penting dalam memvisualisasikan metastasis baik sebagai
bagian dari seminoma stadium primer tetapi juga dalam diagnosis utama ketika massa testis tidak
diketahui. Metastasis ke para-aorta kelenjar getah bening pada tingkat pembuluh ginjal adalah
situs pertama khas karena menyebar ke drainase limfatik dari testis berhubungan dengan
penurunan testis embriologi. Metastasis nodal sering besar, kepadatan homogen dan cenderung
untuk membungkus vessles sekitarnya. Metastasis kelenjar getah inguinalis atau iliaka simpul
menyarankan limfatik menyebar melalui skrotum dan ekstensi tumor itu lokal di luar tunika
vaginalis. Metastasis visceral terlihat di sekitar 5% pasien pada presentasi (paru-paru, hati,
tulang, otak). Staging CT dada hanya ditunjukkan ketika daerah getah bening para-aorta
penyebaran simpul hadir atau jika ada Foto toraks abnormal. Setelah metastasis kelenjar getah

31
terapi simpul mengurangi nyata dalam ukuran tetapi beberapa jaringan abnormal tidak aktif tetap
ada yang dapat sulit dibedakan dari penyakit sisa dan pemantauan sementara diperlukan.

Kedua computed tomography (CT) scan dan ultrasonografi telah digunakan untuk mencari
limfadenopati retroperitoneal metastasis, namun CT scan lebih umum digunakan.CT scan dada
sangat berguna ketika mediastinum atau parenkim paru penyakit yang disebabkan oleh kanker
testis dicurigai. Ini modalitas atau magnetic resonance imaging (MRI) juga diindikasikan pada
pasien dengan tanda-tanda atau gejala neurologis.Situs yang paling umum kekambuhan penyakit
adalah retroperitoneum, dengan demikian, CT scan adalah alat terbaik untuk mendeteksi
kekambuhan.False positif / negatifLimfoma bisa sulit untuk membedakan dari kanker testis
metastasis. Gunakan sampel jaringan dari testis yang abnormal untuk membuat perbedaan ini.13

Gambar 1. Chest CT Scan. This image shows a 5 mm tumor in the right cardiophrenic lymph
node adjacent to the heart. The existence of a tumor in the chest indicates stage III testicular
cancer.14

32
Gambar 2. Chest CT Scan. This image shows a 1 cm tumor in the right retrocrural
lymph node. The existence of a tumor in the chest indicates stage III testicular cancer.14

Gambar diatas. sel tumor germinal "Terbakar" pada pria berusia 43 tahun. (A)
tomografi terkompresi kontras dengan kontras aksial (CT) gambar menunjukkan massa
retroperitoneal besar (> 5 cm) (panah) yang mengelilingi aorta pada tingkat ginjal. (B)
Ultrasonografi skala abu-abu gambar menunjukkan dua struktur hypoechoic yang
berdekatan, kecil, (panah padat) dan kalsifikasi bayangan (panah putus-putus). Histologis
analisis menunjukkan seminoma layak di retroperitoneum. Dalam spesimen orchiectomy,
tidak ada tumor yang layak ditemukan di testis10

33
Stadium IIA penyakit testis. (A)
Ultrasonografi Doppler Warna
menunjukkan gambaran testis dengan
massa kistik heterogen dan solid kiri
(panah) yang terbukti pada histologi
menjadi tumor sel germinal campuran
(65% karsinoma embrio, seminoma
20%, 14% Tumor yolk sac). (B)
Gambar CT scan aksial menunjukkan
beberapa pembesaran Kelenjar getah
bening paraaortik kiri (panah)
berukuran sampai 1,2 Cm, temuan
menunjukkan stadium klinis IIA.10

34
3. MRI

Biasanya muncul sebagai tumor multinodular intensitas uniformsignal 3-4.

 T2: hipo intens untuk jaringan testis yang normal


 C+ (Gd) : band seperti struktur mewakili fibro-vaskular septa dapat menunjukkan
enhancment

Testis kanker. Signalpoor proses di testis kiri, sedangkan testis kanan memiliki sinyal
homogen tinggi pada gambar T2-tertimbang

35
Gambar. Campuran GCT (seminoma digabungkan dan koriokarsinoma) dari testis pada
pria 31 tahun dengan testis membesar berisi massa teraba. (A) Coronal T2-tertimbang gambar
MR menunjukkan tumor, lancar marginated bulat. Meskipun bagian atas tumor muncul
secara homogen padat, bagian bawah adalah fibrosis. (B) Coronal kontras ditingkatkan T1-
tertimbang gambar MR menunjukkan beberapa septa fibrovascular (panah), yang adalah
indikasi dari sebuah seminoma. Pada analisis patologis dari spesimen resected, bagian atas
tumor didiagnosis sebagai sebuah seminoma. (C)

Gambar. Tumor Testis Sel Leydig (nonseminoma) (a) belum berkembang (b) stage
tumor T1 dengan lokasi perifer di parenkim testis (c) stage tumor T2 di area sentral bekas
luka dengan sinyal yang tinggi (d) Gambaran patologi menunjukkan tumor berbentuk lobus
dengan ukuran 2 cm. Jaringan parut terlihat.

Penyakit testis stadium IIB. (A) Warna Doppler Gambar AS menunjukkan massa testis
kanan dengan aliran darah internal (panah), temuan yang terbukti pada histologi menjadi

36
tumor sel kuman campuran (teratoma 50%, karsinoma embrio 45%,3% tumor kantung
kuning telur, koriokarsinoma 2%). (B) Gambar stasioner T2 tertimbang aksial MRI
menunjukkan kelenjar getah bening aortocaval 3,7 cm (panah), temuan indikasi penyakit
stadium IIB.

MRI mengungkapkan massa multilobular sekitar 18-cm, dengan pusat di retroperitoneum


kiri. Massa tampaknya terpisah dari ginjal kiri dan terlantar itu anterolaterally (Gambar 2a, 2b).
Aorta dan vena cava inferior yang terbungkus oleh massa dan pengungsi anterior. Void aliran
normal terlihat dalam aorta dan arteri ginjal bilateral. Massa menyerang tubuh L1 vertebral dan
diperpanjang melalui foramen L1 kiri saraf (Gambar 2c, 2d). Pertimbangan diagnostik
diferensial, dalam rangka preferensi, termasuk metastasis, limfoma, sarkoma retroperitoneal, dan
karsinoma sel ginjal. Karena dari lokasi massa dan usia pasien, USG skrotum dilakukan untuk
mengevaluasi untuk kanker testis utama dari testis kiri. Gray-skala dan Doppler AS
mengungkapkan massa hypervascular dalam testis kiri yang diukur 1,8 cm dalam dimensi
terbesar. Microcalcifications tersebar juga terlihat dalam testis kiri (Gambar 3) dan testis
kontralateral, yang tidak mengandung massa intratesticular.

Gambar 2a Gambar 2b

Gambar 2c Gambar 2d

37
Gambar (a, b) Axial (185/2.1 [pengulangan waktu msec / gema waktu msec]) (a) dan
koronal (160/1.3) (b)gradientecho MRI menunjukkan perpindahan anterolateral dari ginjal
kiri polikistik olehretroperitoneal besar soft-jaringan massa. Massa menyelubungi arteri aorta
dan ginjal, dan aorta normal dan void arteri ginjal aliran terlihat (panah pada b). (c) Aksial
cepat spin-echoMRI (2367/87) menunjukkan perpanjangan massa retroperitoneal ke dalam
tubuh vertebral L1 (panah). (d) Axial MRI diperoleh pada tingkat yang lebih rendah
menunjukkan tumor memperluas melalui foramen saraf kiri dan berbatasan kantung teka
(panah).

Gambar 3. Sagital citra US dari testis kiri menunjukkan massa di inferior. Massa
adalah hypoechoic, dan microcalcifications tersebar terlihat. Sifat hypervascular dari massa
terlihat di Doppler US (inset).

38
2.9 Diagnosa Banding7
Diagnosis banding meliputi setiap benjolan di dalam skrotum yang berhubungan dengan
testis seperti hidrokel, epididimitis, torsio testis.

1. Torsio testis
Dopplerultrasonografiadalah pemeriksaanyang paling tepat untukmelakukan ketikatorsi
testisdiduga.Demonstrasialiran darah padamediastinumtestishampir
selalumengesampingkantorsi testis, karena torsiyang paling seringterjadidi
sumsumspermatehanyaproksimalke tingkat ini. AtauMRI atauskintigrafidapat dilakukan,
yang terakhir akan menunjukkandaerahkekuranganfotondi lokasitestistorsed.

2. Hidrokel

Gambar. Hidrokel(panah), spematocele(panah) dan


varikokel(panahterbuka)padaultrasonografiskrotum.

39
3. Epididimitis

2.10 .Penatalaksanaan6

Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker
ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya
ditentukan stadiumnya:

1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis


2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati
atau paru-paru.

40
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:6

2. Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar getah bening


(limfadenektomi).
3. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya,
seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
4. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk
membunuh sel-sel kanker.Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita
tumor non-seminoma.
5. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan
pada sumsum tulang penderita.

Terapi yang dilakukan jika tumor seminoma berdasarkan stadium adalah: 6

1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut.
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi
dengan sisplastin.
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.

Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan


kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).

Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan. Pemilihan
pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis diangkat dengan
orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi korda spermatikus.6

Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang hilang. setelah
orkhioektomi unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien tidak mengalami fungsi
endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami penurunan kadar hormonal, yang
menandakan bahwa testis yang sehat tidak berfungsi pada tingkat yang normal. Diseksi nodus
limfe retroperineal (RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin
dilakukan setelah orkhioektomi.6

Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan setelah RPLND, pasien
mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan akibat infertilitas. Menyimpan sperma di
bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi pertimbangan.6

Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka digunakan untuk
mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja. Testis lainnya dilindungi dari
radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga digunakan untuk pasien yang tidak
menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk
dilakukan pembedahan nodus limfe.6

41
2.11 Prognosis

Prognosis umumnya memuaskan, kecuali pada penderita dengan metastasis banyak di


paru atau bila terdapat kekambuhan dengan kadar petanda tumor yang tinggi. Prognosis tumor
testis bukan hanya bergantung kepada sifat histologiknya, melainkan terutama pada stadium
tumor. Ketahanan hidup 5 tahun adalah sebagai berikut 4,7 :

o Seminoma, stadium I dan II : 95%

o Seminoma, stadium III-IV : 70-90%

o Non-seminoma, stadium I : 99%

o Non-seminoma, tumor sedikit : 70-90%

o Non-seminoma, tumor banyak : 40-70%

Pada tumor testis follow up harus dijalankan sebagai berikut : tahun ke-1 tiap 1 bulan ;
tanuh ke-2 tiap 2 bulan ; tahun ke-3 tiap 3 bulan ; tahun ke-4 dan 5 tiap 6 bulan ; tahun ke-6
hingga 10 tiap tahun. Pada waktu kontrol harus diperhatikan khusus zat-zat penanda tumor,
pemeriksaan abdomen (CT scan retroperitoneum), dan testis sisi lainnya, deteksi limfoma
supraklavikuler, pemeriksaan paru (foto thorak dan CT) dan keadaan umum penderita.7

42
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tumor testis merupakan tumor yang berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis.
Tumor testis cukup penting, banyak mengenai pria dewasa muda dan merupakan keganasan yang
paling sering ditemukan pada kelompok ini. Dalam diagnosa penyakit diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologi.

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain : CT Scan, MRI, dan USG. CT-
Scan berguna untuk menentukan stadium pada tumor testis. Ultrasonografi pada testis digunakan
untuk menentukan penempatan suatu massa yang dapat teraba ketika dicurigai adanya tumor
pada testis. Biasanya, lesi ekstratestikular yang dapat diraba bersifat jinak. Pada sisi lain, massa
intratestikular, terutama jika teraba, bersifat ganas dan harus segera dioperasi. Sedangkan MRI
dapat melihat gambaran jaringan dari tumor testis tersebut.

Ketiga macam pemeriksaan radiologi tersebut penting dalam menegakkan diagnosis tumor
testis.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Umbas, R., Tumor Ganas dalam Bidang Urologi, (Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Ed:
Reksoprodjo, S, dkk), Bagian Bedah Staf Pengajar Universitas Indonesia, Ed. 2 Jakarta,
2000.
2. Coup. A.J., Traktus Genitalia Pria, (Patologi umum dan sistemik, Ed. Sarjadi), EGC, Ed. 2
Jakarta, 2000.
3. Anonim, 2004, Tumor Genitalia Pria, www.satumed.com
4. Purnomo, B.B., Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Ed. 2, Jakarta. 2003.
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Ed. 2, 1997.
6. Piehl. EJ.,Gangguan Sistem Reproduksi Pria (Patofisiologi, Ed: Price, S.A. Wilson, L.M).
EGC. Ed. 2, Jakarta, 1999.
7. http://www.scribd.com/doc/97554401/76750231-REFERAT-RADIOLOGI
8. http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-radiology/volume-12-number-
2/pictorial-essay-of-high-resolution-and-colour-doppler-sonography-of-scrotal-
pathologies.html
9. http://emedicine.medscape.com/article/381204-overview
10. http://radiographics.rsna.org/content/29/7/2177.full

11. http://emedicine.medscape.com/article/381007-overview#a20
12. http://www.kantrowitz.com/cancer/staging.html

44

You might also like