Professional Documents
Culture Documents
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat dan ridha-
Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “tumor testis”. Penulisan referat ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian radiologidi
RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan referat ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dr.Ida
Widayanti, Sp.Rad dan dr. Indra Kelana, Sp.Rad yang telah memberikan arahan serta bimbingan
ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan referat ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan
ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan penulisan referat ini. Akhir kata penulis berharap penulisan referat
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Tumor traktus urogenetalia merupakan keganasan yang sering dijumpai di tempat praktek
sehari-hari yang mungkin terlewatkan karena kekurang waspadaan dokter dalam mengenali
penyakit ini. Tumor urogenetalia dapat tumbuh di seluruh organ urogenetalia mulai dari ginjal
beserta salurannya, ureter, buli-buli, prostat, uretra, testis dan penis.1
Semua gambaran atau manifestasi klinis tumor urogenital tergantung dari letak tumor,
stadium, dan penyulit yang disebabkan oleh tumor. Metastasis pada paru, otak, tulang dan liver
dapat menyebabkan gangguan organ tersebut dan memberikan manifestasi klinis sesuai dengan
gejala organ yang terkena. Diantara keganasan urogenetalis, karsinoma kelenjar prostat
merupakan keganasan yang angka kejadiannya paling banyak, kemudian disusul oleh keganasan
buli-buli.2
Dari semua tumor maligna pada laki-laki 1-2% terlokalisasi di dalam testis. Kira-kira
90% dari semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel embrional, selanjutnya dapat dijumpai
tumor sel Sertoli-Leydig dan limfoma maligna. Insidensi tumor sel embrional maligna di
Nederland adalah kira-kira 4 per 100.000 laki-laki tiap tahun. Ini berarti bahwa tiap tahun kira-
kira 300 penderita baru didiagnosis dengan kelainan maligna ini. Tumor-tumor sel embrional
maligna testis merupakan tumor maligna yang paling sering terdapat pada laki-laki usia 20-40
tahun meskipun pada penderita kurang dari 5 tahun dan lebih dari 70 tahun juga dapat dijumpai
tumor testis.7
Pemeriksaan radiologi pada tumor testis dipercaya dapat membantu menegakkan diagnosis
penyakit tumor testis ini. Pemeriksaan dapat berupaUltrasonografi (USG), Computed
Tomography (CT), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tumor testis adalah tumor yang berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis.
Dimana terjadi pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan
testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).6
Tumor testikuler menempati peringkat pertama dalam kematian akibat kanker diantara
pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker yang paling umum pada pria yang
berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi yang paling umum kedua pada
kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun.6
Sebagian besar (+ 95%) tumor testis primer, berasal dari sel germinal sedangkan sisanya
berasal dari non germinal. Tumor germinal testis terdiri atas seminoma dan non seminoma.
Seminoma berbeda sifat-sifatnya dengan non seminoma, antara lain sifat keganasannya, respon
terhadap radioterapi, dan prognosis tumor. Tumor yang bukan berasal dari sel-sel germinal atau
non germinal diantaranya adalah tumor sel Leydig, sel sertoli dan gonadoblastoma. Selain berada
di dalam testis, tumor sel germinal juga bisa berasa di luar testis sebagai Extragonadal Germ
Cell Tumor antara lain di mediastinum, retroperitoneum, daerah sakrokoksigeus, dan glandula
pineal.7
Seminoma testis adalah tumor testis yang paling umum sekitar 45% dari semua tumor
testis. Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis. Seminoma
berasal dari sel benih yang tumbuh dari epitel tubulus seminiferus. Testis membesar berupa
tumor solid berwarna putih, homogen dan keras. Tumor ini mengganti seluruh bagian tubuh
testis. Sekelompok kecil sisa testis terdesak pada salah satu tepi tumor.7
Klasikal
Spermatositik
Anaplastik
Disertai sel raksasa sinsitiotrofoblas
Campuran dengan jenis lain tumor sel benih
Pada pemeriksaan kasar , seminoma berwarna pucat abu-abu untuk nodul kuning yang seragam
atau sedikit lobulated dan sering tonjolan dari permukaan potongan.7
3
Struktur reproduksi pria terdiri dari penis, testis dalam kantong skrotum, sistem duktus yang
terdiri dari epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius, dan urethra; dan glandula asesoria
yang terdiri dari vesikula seminalis kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretralis.
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa
adalah 4 x 3 x 2,5 cm, dengan volume 15 – 25 ml, berbentuk uvoid.8
Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar
tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta
tunika dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan
mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil. Testis
bagian dalam terbagi atas lobulus yang berjumlah + 250 lobuli.8
Tiap lobulus terdiri dari tubulus seminiferus, sel-sel sertoli dan sel-sel leydig. Produksi sperma
atau spermatogenesis terjadi pada tubulus seminiferus. Di dalam tubulus seminiferus terdapat
sel-sel spermatogonia dan sel-sel sertoli, sedang diantara tubuli seminiferi terdapat sel-sel
Leydig.8
4
Sel-sel spermatogonium pada prosis spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel sertoli
berfungsi memberi makan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel
interstitial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.8
Pada bagian posterior tiap-tiap testis, terdapat duktus melingkar yang disebut epididimis. Sel-sel
spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan
atau maturasi di epididimis. Setelah matur (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan
getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah
bercampur dengan cairan-cairan epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
membentuk cairan semen atau mani.8
Vas deferens adalah duktus ekskretorius testis yang membentang hingga ke duktus vesikula seminalis,
kemudian bergabung membentuk duktus ejakulatorius. Duktus ejakulatorius selanjutnya bergabung
dengan uretra yang merupakan saluran keluar bersama baik untuk sperma maupun kemih.8
Testis mendapatkan pasokan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu (1) arteri spermatika
interna yang merupakan cabang dari aorta, (2) arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis
inferior, dan (3) arteri kremastika yang merupakan cabang dari arteri epigastrika. Pembuluh vena
yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus pampiniformis. Pleksus ini pada
beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.8
5
Gambar Anatomi Testis dan Hubungan Vaskuler
2.3. Insiden
Insiden kanker testis di Eropa meningkat, dengan dua kali lipat setiap 20 tahun. Insiden
saat ini adalah 63/100 000/tahun, dengan tingkat tertinggi di negara-negara Eropa Utara (68/100
000/tahun). Angka kematian sangat rendah (3,8 cases/100 000/tahun). Tumor testis, 40% adalah
seminoma dan 60% non-seminoma. Kanker testis invasif berkembang dari karsinoma in situ
(CIS) / intraepithelial neoplasia testis (TIN), sering ditemukan dalam jaringan testis sisa
nonmalignant. Pada biopsi acak, 2% -5% pasien kanker testis memiliki CIS di testis
kontralateral. Hal ini sesuai dengan tingkat 2% -3% dari kanker testis kontralateral sinkron atau
metachronous.
2.4. Etiologi 6
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang pasti
tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker testis:
Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum) atau kriptorkismus
Atrofi Testis.
Kagagalan testis untuk bertumbuh menjadi matur atau mencapai ukuran normal.
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi mumps, torsi atau trauma.
6
Terpapar dengan substansi/zat toksin dapat menyebabkan perkembangan yang
abnormal dari testis. Hal ini meningkatkan frekuensi tumor testis pada usia 30-40
tahun.
Pada anak-anak yang lahir dari wanita dengan level estrogen yang tinggi selama
hamil sangat beresiko untuk terdapatnya tumor testis dan kriptorkidisme.
2.5. Patofisiologi6
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang sangat kuat
bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh
invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis.6
2.6. Patologi7
Seminoma
Makroskopik : Permukaan homogen putih kotor, lobuler, perdarahan/nekrosis.
Mikroskopik : Membran sel berbeda, sitoplasma jernih tampak berair, inti ditengan dan besar
dengan 1-2 nukleoli prominen, mitosis jarang, tidak mengandung AFP.
Nonseminoma
Mikroskopik :
7
Ukuran sel kecil (6-8 µm).Sitoplasma eosinofilik dengan tepi tipis mirip spermatosit
sekunder.
Ukuran sel sedang (15-18 µm).Mengandung banyak inti bulat dan sitoplasma eosinofilik
Ukuran sel besar (50-100 µm). Sel-sel tumor menunjukan gambaran sitoplasma
eosinofilik dengan inti spermatositik matur.
2.7.Gambaran Klinis7
Gambaran khas tumor testis ialah benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri. Biasanya
tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epidimis pada palpasi yang
dilakukan dengan telunjuk ibu jari.
Gejala pada umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa nyeri
adalah temuan yang paling umum dijumpai tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama
sekali. Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak
nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit
pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan,
dan kelemahan diagnostik yang signifikan.7
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis mandiri. Suatu
bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan mandiri.
Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting untuk deteksi dini penyakit
ini. 7
Pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun 30% mengeluh nyeri dan terasa
berat pada kantung skrotum, sedangkan 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum.
Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
Ginekomastia
Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar bHCG di dalam sirkulasi sistematik
yang banyak terdapat pada koriokarsinoma.
8
Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat
2.8.Diagnosa9
Anemnesa
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi tetapi
kadang-kadang nyeri pada perabaan dan konturnya bisa sangat ireguler atau sedikit ireguler dan
tidak menunjukkan tanda transiluminasi.
Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb :
Stadium A atau I : tumor testis terbaas pada testis, tidak ada bukti penyebaran baik
Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta)
Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
Tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe. Kelenjar limfe terletak para aortal kiri
setinggi L2 tepat dibawah hilus ginjal dan di sebelah kanan antara aorta dan v.kava setinggi L3
dan prakava setinggi L2. Metastasis di kelenjar inguinal hanya terjadi setelah penyusupan tumor
ke dalam kulit skrotum atau setelah dilakukan pembedahan pada funikulus spermatikus.
Penyebaran hematogen luas pada tahap dini merupakan tanda koriokarsinoma.4
Rute penyebaran hematogen primer adalah melalui sirkulasi darah dari testis ke paru, rute
kedua adalah dari metastasis kelenjar retroperitoneal melalui ductus thoracicus dan v.subclavia
ke paru. Kecepatan terjadinya metastasis sering tampak ada hubungan dengan subtipe
9
histologiknya. Seminoma bermetastasis lambat dan terutama ke kelenjar paralumbal,
koriokarsinoma bermetastasis cepat dan kebanyakan hematogen.7
T. Tumor primer
T3 Funikulus spermatikus
T4 Skrotum
N. Kelenjar limfe
N1 Tunggal < 2 cm
M. Metastasis jauh
Pemeriksaan Radiologi
1. USG10
10
dan lesi nonseminomatous seringkali lebih bersifat kistik, dengan area kalsifikasi
diselingi.
Ultrasonografi testis digunakan untuk menentukan lokasi massa yang teraba saat
diduga menderita kanker testis. Umumnya, lesi ekstra-testis yang jelas terlihat jinak. Di
sisi lain, massa intratesticular, terutama jika teraba, cenderung ganas dan harus
dieksplorasi secara operasi. Oleh karena itu, ultrasonografi berguna untuk lokalisasi
teraba kelainan.
Jenis jaringan tumor tidak dapat dibuktikan secara andal dengan penampilan
ultrasonografi. Umumnya, seminoma didefinisikan dengan baik dalam tunika albuginea
dan hipoechoik homogen. Kanker sel embrio biasanya bersifat hypoechoic, diselingi
dengan komponen cystik. Teratoma dan koriokarsinoma sering heterogen dengan
beberapa kalsifikasi internal yang ada. Tumor sel stroma (misalnya tumor sel Leydig dan
Sertoli) umumnya didefinisikan dengan baik dan hypoechoic, namun kalsifikasi sering
ditemukan. Limfoma dan leukemia dari testis umumnya tidak jelas, proses difus dari
echogenicity yang menurun.
Bila ada banyak lesi, diagnosis banding harus diperluas untuk mencakup proses
metastatik, seperti leukemia dan limfoma, dan proses inflamasi, seperti sarkoid. Limfoma
testis bisa sulit untuk didiagnosis saat kedua testis homogen hypoechoic.
Mikrolitiasis testis (≥ 5 atau lebih microcalcifications dalam testis) dihasilkan dari inti
kalsifikasi serat kolagen intrasubstensi. Studi kasus pasien dengan tumor testis
menunjukkan tingkat mikrolithiasis yang tinggi, namun evaluasi prospektif terhadap
pasien dengan mikrolithiasis telah gagal menunjukkan lebih dari sedikit peningkatan
frekuensi tumor tersebut. Skrining ultrasonografi tahunan pasien dengan mikrolithiasis
telah disarankan oleh beberapa penulis, namun penelitian prospektif telah gagal
menunjukkan rasio biaya-manfaat positif saat ini.
11
Klasik testis mikrolitiasis. Pada pria 24 tahun. Grayscale Gambar ultrasonografi
menunjukkan banyak (> 5 Per gambar) non-shadowing ekogenik Microcalcifications
pada parenkim testis
Gambaran di sini adalah klasik untuk seminoma. Keganasan testis muncul sebagai
massa hypoechoic pada sebagian besar kasus.
12
Dibandingkan dengan jenis tumor lainnya, tumor sel kuman campuran lebih cenderung
memiliki daerah kistik dan kalsifikasi yang berserakan di dalam tumor.
Ini adalah seminoma lain. Pada sonogram, seminoma sering lebih homogen daripada
kanker nonseminomatous.
13
Ini adalah tumor sel germinal campuran. Kanker testis bisa tidak jelas dan halus.
Ini adalah seminoma. Kadang-kadang, tumor testis terjadi pada stadium lanjut. Jika
seluruh testis dilibatkan, perbandingan dengan sisi normal mungkin menunjukkan
ekogenisitas yang menurun. Terkadang, invasi epididimis dapat dicatat pada sonogram.
14
Testis kanker. Ultrasonografi menunjukkan tumor gema miskin di testis kanan,dan
testis kiri normal.
15
Longitudinal testis dengan seminoma pada seorang pria yang mengalami infertilitas,
oligospermia berat dan testis yang besar sebelah kanan keras
16
Hasil negatif palsu paling sering terjadi pada proses ganas infiltratif. Bila kondisi seperti
leukemia atau limfoma menyebabkan ekogenisitas yang menurun secara bilateral, proses ganas
infiltratif sulit dikenali.
Hasil positif palsu terlihat dalam berbagai kondisi. Testis retina yang dilatasi bisa bersifat
seperti massa, dan mereka dapat mensimulasikan massa kistik yang didominasi. Karakteristik
pencitraan tumor epidermoid dapat dibedakan dari lesi sel germinal. Cho dkk melaporkan bahwa
penampilan klasik untuk epidermoid adalah massa heterogen, mungkin dengan lapisan
hiperkooik dan hypoechoic konsentris membentuk sebuah cincin. Epidermoid sering bersifat
avaskular. Abses atau phlegmon dari testis bersifat hypoechoic dan sering dikaitkan dengan
peningkatan vaskularitas. Infarksi testis dapat hadir sebagai ekogenisitas penurunan yang tidak
jelas pada testis, menunjukkan adanya proses ganas infiltrasi yang difus.
17
Infark testis dapat meniru tumor infiltratif.
Testis retina yang dilatasi dapat meniru neoplasma kistik, namun biasanya memanjang
pada pandangan ortogonal dan secara jelas terletak pada mediastinum testis.
18
Sarkoid testis bisa meniru seminoma bila muncul seperti massa testis solid
19
Penjelasan Seputar Colour Doppler USG (CDUSG)10
20
Gambar 2. Normal testes. Transverse color Doppler images of both testes demonstrate
symmetric echogenicity and flow.
Doppler image shows diffuse, normal flow to the testis and epididymis.2
1. Seminoma
Sekitar 95% tumor testis ganas germ cell tumor, yang seminoma adalah subtipe histologis
yang paling umum. Dibandingkan dengan tumor germ cell nonseminomatous, seminoma terjadi
pada populasi pasien yang lebih tua, dengan usia rata-rata sekitar 40 tahun. Pada Gray Scale scan
USG, muncul sebagai lesi hypoechoic homogen, yang sesuai dengan tampilan seragam dari
spesimen bruto [Gambar 1 A].
21
Gambar 1A.Seminoma.Longitudinal scan of both testis shows well defined hypoechoic area
replacing entire testis, lobulated contour with enlarged testis. On color Doppler shows increased
flow.
22
Gambar 4. Struktur kistik testis jinak pada tiga pasien yang berbeda. (A) Ultrasonografi
Doppler Warna menunjukkan sebuah kista albuginea algaechoik (panah) dengan
peningkatan akustik posterior dan tidak ada vaskularitas internal. (B) Ultrasonografi Doppler
Warna menunjukkan kista intratkular anechoik (panah) tanpa vaskularitas internal. (C)
Doppler Warna Ultrasonografi menunjukkan beberapa struktur kistik anechoik berkerumun
(panah) tanpa vaskularitas internal, temuan yang sesuai dengan ektasia tubular testis rete.
23
Gambar 2A.Mixed germ cell tumor of testis. Longitudinal USG scan in a 24 yrs old man
with painless right scrotal mass showed enlarged testis(arrow), with heterogenicity with
cystic areas (C) and solid areas (S).
Gambar 2B.Mixed germcell tumor of testis. Gross specimen after high inguinal
orchiectomy specimen shows corresponding, large mass in testis.(M) and cystic areas(c).
24
Gambar 2C. Mixed germcell tumor of testis. histological picture.
Gambar 5. Seminoma pada pria berusia 33 tahun. (A) Ultrasonografi skala abu-abu
menunjukkan massa intratesticular lobular homogen (panah). (B) Citra Doppler Warna
Ultrasonografi menunjukkan aliran darah dalam massa (panah). (C) Foto dari spesimen
25
kotor menunjukkan Massa homogen lobular (panah). (D) Photomicrograph (perbesaran asli,
× 400; hematoxylin-eosin [H-E] noda) dari Spesimen menunjukkan sel neoplastik seperti telur
goreng (panah). Homogenitas relatif populasi sel relative. Homogenitas terlihat pada
ultrsonografi.
Gambar 6. Campuran NSGCT pada pria berusia 57 tahun. (A) Ultrasonografi skala
abu-abu menunjukkan intratesticular sebagian kistik dan sebagian massa padat (panah). (B)
Doppler Warna Ultrasonografi menunjukkan aliran darah dalam massa (panah). (C) Foto
dari spesimen patologis kasar menunjukkan ruang kistik dalam massa (panah). (D)
Photomicrograph (perbesaran asli, × 200; Pewarnaan H-E) spesimen menunjukkan unsur
karsinoma yolk sac dan embrio (panah), temuan yang menjelaskan heterogenitasnya terlihat
di Ultrasonografi.10
26
Lymphoma 10
Ini adalah tumor testis yang paling umum setelah usia 60, dengan keterlibatan bilateral di
40% dari pasien. Limfoma testis yang paling utama adalah non-Hodgkin limfoma. Namun,
keterlibatan sekunder jauh lebih umum daripada neoplasma primer. Pada ultrasonography,
beberapa massa hypoechoic focal mungkin pembesaran hadir atau difus dapat terjadi [Gambar
3A, 3B]. Colour Doppler USG menunjukkan vaskularisasi meningkat terlepas dari ukuran lesi.
Gambar 3A.Lymphoma.Longitudinal USG scan of right testis in a 60 year old man shows
hypoehoic area with increased vascularity.
27
Gambar 8. Limfoma testis pada pria berusia 77 tahun yang melahirkan testis kiri
bengkak. (A) skala abu-abu Amerika Serikat gambar menunjukkan massa, 2 cm yang tidak
jelas, heterogen (panah). (B) Warna Doppler Gambar AS menunjukkan aliran darah yang
intens dalam massa (panah).10
28
Benign Testicular Lesions 10
Gambar 4.Tunica albugineal cyst. Longitudinal USG scan of right testis shows well defined
anechoic cyst arising from tunica albugenia.
1. Simple cysts 10
29
Gambar 5.Simple cysts of testis. Longitudinal USG of testis shows a well defined small cystic
area in testis of 40 yr old man.
Tubular ectasia dari retetestis adalah kondisi jinak, terjadi pada pria lebih tua dari 55 tahun
dan sering bilateral. Temuan dilatasi kistik di atau berdekatan dengan testis mediastinum
merupakan karakteristik tubular ektasia dan membantu membedakannya dari tumor ganas testis
kistik, yang dapat terjadi di mana saja di parenkim testis. Penampilan AS berisi cairan struktur
tubular [Gambar 6].
Gambar 6. Tubular ectasia of rete testis. Longitudinal scan of both testes shows multiple tubular
anechoic structures with absent vascularity on colour doppler suggestive of dilated rete testis.
3. Intratesticular abscess 10
Abses biasanya sekunder untuk epididymo-orchitis, namun penyebab lain dari abses
intratesticular termasuk gondok, trauma, dan infark testis. Fitur AS termasuk hypoechoic testis
intra, dinding tidak teratur shaggy, unifocal atau multifokal, dengan tingkat rendah gema
internal, dan, pada warna Doppler, menunjukkan hiper vaskular margin [Gambar 7A, 7B].
30
Gambar 7A.Intratesticular abscess. Longitudinal power Doppler USG of left testis right shows
irregular hypoehoic area, with irregular margins (arrow), on shows peripheral vascularity.
Gambar 7B.Intratesticular multifocal abscess. Longitudinal USG in a patient with acute EO,
shows multiple hypoechoic areas with internal echoes.
2. CT Scan
CT abdomen dan panggul yang penting dalam memvisualisasikan metastasis baik sebagai
bagian dari seminoma stadium primer tetapi juga dalam diagnosis utama ketika massa testis tidak
diketahui. Metastasis ke para-aorta kelenjar getah bening pada tingkat pembuluh ginjal adalah
situs pertama khas karena menyebar ke drainase limfatik dari testis berhubungan dengan
penurunan testis embriologi. Metastasis nodal sering besar, kepadatan homogen dan cenderung
untuk membungkus vessles sekitarnya. Metastasis kelenjar getah inguinalis atau iliaka simpul
menyarankan limfatik menyebar melalui skrotum dan ekstensi tumor itu lokal di luar tunika
vaginalis. Metastasis visceral terlihat di sekitar 5% pasien pada presentasi (paru-paru, hati,
tulang, otak). Staging CT dada hanya ditunjukkan ketika daerah getah bening para-aorta
penyebaran simpul hadir atau jika ada Foto toraks abnormal. Setelah metastasis kelenjar getah
31
terapi simpul mengurangi nyata dalam ukuran tetapi beberapa jaringan abnormal tidak aktif tetap
ada yang dapat sulit dibedakan dari penyakit sisa dan pemantauan sementara diperlukan.
Kedua computed tomography (CT) scan dan ultrasonografi telah digunakan untuk mencari
limfadenopati retroperitoneal metastasis, namun CT scan lebih umum digunakan.CT scan dada
sangat berguna ketika mediastinum atau parenkim paru penyakit yang disebabkan oleh kanker
testis dicurigai. Ini modalitas atau magnetic resonance imaging (MRI) juga diindikasikan pada
pasien dengan tanda-tanda atau gejala neurologis.Situs yang paling umum kekambuhan penyakit
adalah retroperitoneum, dengan demikian, CT scan adalah alat terbaik untuk mendeteksi
kekambuhan.False positif / negatifLimfoma bisa sulit untuk membedakan dari kanker testis
metastasis. Gunakan sampel jaringan dari testis yang abnormal untuk membuat perbedaan ini.13
Gambar 1. Chest CT Scan. This image shows a 5 mm tumor in the right cardiophrenic lymph
node adjacent to the heart. The existence of a tumor in the chest indicates stage III testicular
cancer.14
32
Gambar 2. Chest CT Scan. This image shows a 1 cm tumor in the right retrocrural
lymph node. The existence of a tumor in the chest indicates stage III testicular cancer.14
Gambar diatas. sel tumor germinal "Terbakar" pada pria berusia 43 tahun. (A)
tomografi terkompresi kontras dengan kontras aksial (CT) gambar menunjukkan massa
retroperitoneal besar (> 5 cm) (panah) yang mengelilingi aorta pada tingkat ginjal. (B)
Ultrasonografi skala abu-abu gambar menunjukkan dua struktur hypoechoic yang
berdekatan, kecil, (panah padat) dan kalsifikasi bayangan (panah putus-putus). Histologis
analisis menunjukkan seminoma layak di retroperitoneum. Dalam spesimen orchiectomy,
tidak ada tumor yang layak ditemukan di testis10
33
Stadium IIA penyakit testis. (A)
Ultrasonografi Doppler Warna
menunjukkan gambaran testis dengan
massa kistik heterogen dan solid kiri
(panah) yang terbukti pada histologi
menjadi tumor sel germinal campuran
(65% karsinoma embrio, seminoma
20%, 14% Tumor yolk sac). (B)
Gambar CT scan aksial menunjukkan
beberapa pembesaran Kelenjar getah
bening paraaortik kiri (panah)
berukuran sampai 1,2 Cm, temuan
menunjukkan stadium klinis IIA.10
34
3. MRI
Testis kanker. Signalpoor proses di testis kiri, sedangkan testis kanan memiliki sinyal
homogen tinggi pada gambar T2-tertimbang
35
Gambar. Campuran GCT (seminoma digabungkan dan koriokarsinoma) dari testis pada
pria 31 tahun dengan testis membesar berisi massa teraba. (A) Coronal T2-tertimbang gambar
MR menunjukkan tumor, lancar marginated bulat. Meskipun bagian atas tumor muncul
secara homogen padat, bagian bawah adalah fibrosis. (B) Coronal kontras ditingkatkan T1-
tertimbang gambar MR menunjukkan beberapa septa fibrovascular (panah), yang adalah
indikasi dari sebuah seminoma. Pada analisis patologis dari spesimen resected, bagian atas
tumor didiagnosis sebagai sebuah seminoma. (C)
Gambar. Tumor Testis Sel Leydig (nonseminoma) (a) belum berkembang (b) stage
tumor T1 dengan lokasi perifer di parenkim testis (c) stage tumor T2 di area sentral bekas
luka dengan sinyal yang tinggi (d) Gambaran patologi menunjukkan tumor berbentuk lobus
dengan ukuran 2 cm. Jaringan parut terlihat.
Penyakit testis stadium IIB. (A) Warna Doppler Gambar AS menunjukkan massa testis
kanan dengan aliran darah internal (panah), temuan yang terbukti pada histologi menjadi
36
tumor sel kuman campuran (teratoma 50%, karsinoma embrio 45%,3% tumor kantung
kuning telur, koriokarsinoma 2%). (B) Gambar stasioner T2 tertimbang aksial MRI
menunjukkan kelenjar getah bening aortocaval 3,7 cm (panah), temuan indikasi penyakit
stadium IIB.
Gambar 2a Gambar 2b
Gambar 2c Gambar 2d
37
Gambar (a, b) Axial (185/2.1 [pengulangan waktu msec / gema waktu msec]) (a) dan
koronal (160/1.3) (b)gradientecho MRI menunjukkan perpindahan anterolateral dari ginjal
kiri polikistik olehretroperitoneal besar soft-jaringan massa. Massa menyelubungi arteri aorta
dan ginjal, dan aorta normal dan void arteri ginjal aliran terlihat (panah pada b). (c) Aksial
cepat spin-echoMRI (2367/87) menunjukkan perpanjangan massa retroperitoneal ke dalam
tubuh vertebral L1 (panah). (d) Axial MRI diperoleh pada tingkat yang lebih rendah
menunjukkan tumor memperluas melalui foramen saraf kiri dan berbatasan kantung teka
(panah).
Gambar 3. Sagital citra US dari testis kiri menunjukkan massa di inferior. Massa
adalah hypoechoic, dan microcalcifications tersebar terlihat. Sifat hypervascular dari massa
terlihat di Doppler US (inset).
38
2.9 Diagnosa Banding7
Diagnosis banding meliputi setiap benjolan di dalam skrotum yang berhubungan dengan
testis seperti hidrokel, epididimitis, torsio testis.
1. Torsio testis
Dopplerultrasonografiadalah pemeriksaanyang paling tepat untukmelakukan ketikatorsi
testisdiduga.Demonstrasialiran darah padamediastinumtestishampir
selalumengesampingkantorsi testis, karena torsiyang paling seringterjadidi
sumsumspermatehanyaproksimalke tingkat ini. AtauMRI atauskintigrafidapat dilakukan,
yang terakhir akan menunjukkandaerahkekuranganfotondi lokasitestistorsed.
2. Hidrokel
39
3. Epididimitis
2.10 .Penatalaksanaan6
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker
ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya
ditentukan stadiumnya:
40
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:6
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut.
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi
dengan sisplastin.
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan. Pemilihan
pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis diangkat dengan
orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi korda spermatikus.6
Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang hilang. setelah
orkhioektomi unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien tidak mengalami fungsi
endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami penurunan kadar hormonal, yang
menandakan bahwa testis yang sehat tidak berfungsi pada tingkat yang normal. Diseksi nodus
limfe retroperineal (RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin
dilakukan setelah orkhioektomi.6
Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan setelah RPLND, pasien
mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan akibat infertilitas. Menyimpan sperma di
bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi pertimbangan.6
Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka digunakan untuk
mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja. Testis lainnya dilindungi dari
radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga digunakan untuk pasien yang tidak
menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk
dilakukan pembedahan nodus limfe.6
41
2.11 Prognosis
Pada tumor testis follow up harus dijalankan sebagai berikut : tahun ke-1 tiap 1 bulan ;
tanuh ke-2 tiap 2 bulan ; tahun ke-3 tiap 3 bulan ; tahun ke-4 dan 5 tiap 6 bulan ; tahun ke-6
hingga 10 tiap tahun. Pada waktu kontrol harus diperhatikan khusus zat-zat penanda tumor,
pemeriksaan abdomen (CT scan retroperitoneum), dan testis sisi lainnya, deteksi limfoma
supraklavikuler, pemeriksaan paru (foto thorak dan CT) dan keadaan umum penderita.7
42
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tumor testis merupakan tumor yang berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis.
Tumor testis cukup penting, banyak mengenai pria dewasa muda dan merupakan keganasan yang
paling sering ditemukan pada kelompok ini. Dalam diagnosa penyakit diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain : CT Scan, MRI, dan USG. CT-
Scan berguna untuk menentukan stadium pada tumor testis. Ultrasonografi pada testis digunakan
untuk menentukan penempatan suatu massa yang dapat teraba ketika dicurigai adanya tumor
pada testis. Biasanya, lesi ekstratestikular yang dapat diraba bersifat jinak. Pada sisi lain, massa
intratestikular, terutama jika teraba, bersifat ganas dan harus segera dioperasi. Sedangkan MRI
dapat melihat gambaran jaringan dari tumor testis tersebut.
Ketiga macam pemeriksaan radiologi tersebut penting dalam menegakkan diagnosis tumor
testis.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Umbas, R., Tumor Ganas dalam Bidang Urologi, (Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Ed:
Reksoprodjo, S, dkk), Bagian Bedah Staf Pengajar Universitas Indonesia, Ed. 2 Jakarta,
2000.
2. Coup. A.J., Traktus Genitalia Pria, (Patologi umum dan sistemik, Ed. Sarjadi), EGC, Ed. 2
Jakarta, 2000.
3. Anonim, 2004, Tumor Genitalia Pria, www.satumed.com
4. Purnomo, B.B., Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Ed. 2, Jakarta. 2003.
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Ed. 2, 1997.
6. Piehl. EJ.,Gangguan Sistem Reproduksi Pria (Patofisiologi, Ed: Price, S.A. Wilson, L.M).
EGC. Ed. 2, Jakarta, 1999.
7. http://www.scribd.com/doc/97554401/76750231-REFERAT-RADIOLOGI
8. http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-radiology/volume-12-number-
2/pictorial-essay-of-high-resolution-and-colour-doppler-sonography-of-scrotal-
pathologies.html
9. http://emedicine.medscape.com/article/381204-overview
10. http://radiographics.rsna.org/content/29/7/2177.full
11. http://emedicine.medscape.com/article/381007-overview#a20
12. http://www.kantrowitz.com/cancer/staging.html
44