Professional Documents
Culture Documents
Sakit kepala (headache) memiliki dua tipe dalam penggolongannya, yang pertama
yaitu tipe intrakranial headache dan yang kedua yaitu ekstrakranial headache. Ekstrakranial
headache merupakan salah satu tipe sakit kepala yang memiliki struktur sensitif tehadap
rangsangan nosiseptor. Struktur yang dimaksud adalah kulit, jaringan subkutan, otot, arteri
dan tulang tengkorak (periosteum). Kelainan seperti pada mata, sinus, telinga, gigi, hidung
dan tulang rahang juga memungkinkan untuk terjadinya sakit kepala ekstrakranial.
Mekanisme dari nyeri kepala ekstrakranial hampir sama dengan nyeri kepala
intrakranial. Rangsangan seperti daya tarik , dilatasi , dan spasme dari pembuluh darah, iritasi
dari saraf serta inflamasi dari bermacam-macam struktur yang dapat menyebabkan sakit
kepala ekstrakranial.
Nyeri kepala ekstrakranial yang biasanya ditemukan adalah seperti tipe tegang dan tipe
sindrom temporomandibular.
a. Tipe Tegang
Nyeri kepala tipe tegang, menurut Lence dapat didefinisikan sebagai sensasi ketat atau
menekan,biasanya bilateral, yang pada awalnya dapat terjadi secara episodik dan
berhubungan dengan stress, ansietas, atau depresi. Dalam bentuk kronik dapat kambuh lebih
sering tanpa disertai faktor-faktor psikologik yang nyata. Dan oleh IHS nyeri tegang diartikan
sebagai nyeri yang ketat/terikat erat atau menekan,dengan intensitas nyeri ringan sampai
sedang, biasanya bilateral dan tidak memburuk dengan aktifitas aktif rutin. Dapat disertai
gejala mual, fonofobia, atau fotofobia tanpa disertai gejala muntah.
a. Nyeri otot
Bila pasien merasakan adanya rasa sakit, maka yang paling penting untuk diketahui
adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya sakit tersebut. Waktu timbulnya rasa sakit juga
dicatat, misalnya pagi hari atau setelah makan. Jika sakit kepala merupakan keluhan pasien,
maka penting untuk diketahui lokasi, sifat, frekuensi dan lama timbulnya sakit kepala tersebut
b. Ketegangan otot
Ketegangan otot dihasilkan dari nyeri dan miopasme otot yang berlebihan. Dengan
keadaan tersebut, gerakan pada daerah yang nyeri dapat merangsang peningkatan miospasme
otot. Hal ini menyebabkan nyeri yang berlebihan dan rangsangan yang dapat menyebabkan
lebih banyak miospasme otot.
Kumpulan (nodul) jaringan otot yang mengalami kemunduran dapat terjadi sebagai akibat
ketegangan otot kronik. Ini disebut sebagai titik pencetus. Itu semua dapat menyebabkan
nyeri otot yang meluas dan yang berkenaan dengan hal tersebut, serta dapat mencetuskan
miospasme otot dan ketegangan lebih lanjut. Tititk pencetus semacam itu terjadi dalam otot
pengunyahan.
c. Dislokasi tulang
e. Stres yang dapat menyebabkan otot-otot wajah dan rahang menjadi tegang
f. Ansietas/rasa gelisah
g. Spasme otot
6. Cara Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Subjektif
- Gejala yang ada. Nyeri, kekakuan, tegangan otot sendi, masalah sendi, kepekaan atau
dapat menghasilkan nyeri otot yang berlebihan. Nyeri setempat pada otot dapat
menunjukkan titik pencetus. Otot yang harus diraba ; masseter, temporal, pterigoid
waktu timbulnya bunyi abnormal secara lebih tepat. Penentuan kliking dan besar
TTH)
- Mengurangi kelelahan otot rahang. Hal yan harus diperhatikan dengan tidak
membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai kesempatan. Contohnya jangan tertawa
berlebihan.
memijat otot rahang. Sebagai tambahan juga mungkin akan diberikan petunjuk
bagaimana posisi kepala, leher, dan bahu yang tepat dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
- Terapi obat-obatan,untuk mengurangi rasa sakit otot dan bengkak, dapat digunakan
Sumber :
- Headache Classification Commite of the International Headache Society :
Classification and Diagnostic criteria for headache disorders, cranial neualgias and
facial pain. Cephalgia, 1998 : 8 (suppl 7)