You are on page 1of 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstipasi adalah kebiasaan seseorang melakukan defekasi

berbeda-beda dan disaat seseorang mengalami kesulitan saat defekasi

serta pola defekasi yang berbeda dari biasanya dapat dikatakan orang

tersebut mengalami konstipasi. Defekasi dapat terjadi akibat adanya

gerakan peristaltik yang menggerakkan massa feses ke depan. Kajadian

ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks

gastrokolik setelah makan, khususnya setelah makanan pertama masuk

pada hari itu (Price & Wilson, 2002). Konstipasi merupakan masalah

kesehatan masyarakat pada umumnya terjadi pada lansia. Menurut para ahli

faktor penyebab terjadinya konstipasi adalah rendahnya tingkat aktivitas fisik

seseorang dan perbedaan jenis kelamin terutama yang sering mengalami

konstipasi ialah perempuan (Brown et.al., 2009).

Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia

individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak,

jantung, hati dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh

berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari

berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan

jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal menghilang,

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (Fatmah, 2010).

1
2

Pada seorang lansia konstipasi merupakan keluhan yang sangat

mengganggu , karena masalah tersebut dianggap sebagai masalah yang

biasa saja. konstipasi bisa menjadi masalah yang kronis karena penanganan

yang tidak efektif, pola aktivitas sehari-hari yang tidak baik dan kebiasaan

diet akan menyebabkan perubahan patofisiologi pada usus ( Amir A.A 2009).

Menurut WHO pada tahun 2014 9 juta penduduk dunia mengalami

konstipasi, WHO memperkirakan bahwa jumlah terbesar kasus konstipasi

pada tahun 2014 terjadi di asia tenggara region, yang menyumbang 35%

dari kasus insden global (WHO 2014). Namun, diperkirakan tingkat kejadian

konstipasi meningkat seiring bertambahnya umur, terutama usia 65 tahun ke

atas. Pada suatu penelitian pada orang berusia usia 65 tahun ke atas,

terdapat penderita konstipasi sekitar 34% wanita dan pria 26%. Di Inggris

ditemukan 30% penduduk di atas usia 60 tahun merupakan konsumen yang

teratur menggunakan obat pencahar. Di Australia sekitar 20% populasi di

atas 65 tahun mengeluh menderita konstipasi dan lebih banyak pada wanita

dibanding pria. Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991,

sekitar 4,5 juta penduduk Amerika mengeluh menderita konstipasi terutama

anak-anak, wanita dan orang usia 65 tahun ke atas.

Jumlah penduduk wanita konstipasi Indonesia mencapai 19,32 juta

orang atau 8,37% dari total seluruh penduduk Indonesia. Dibandingkan

tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk wanita konstipasi

dimana pada tahun 2005 jumlah penduduk wanita konstipasi sebesar 16,803

juta orang. Angka ini naik menjadi 18,96 juta orang pada tahun 2007, dan

menjadi 19,32 juta orang pada tahun 2009 (BPS, 2010). Di Jawa Timur pada

tahun 2009 lebih dari 32% wanita konstipasi mempunyai keluhan konstipasi,
3

mereka mengeluh susah untuk buang air besar (Winarsih. 2011). Bila dilihat

dari tingkat II, didapatkan beberapa daerah dimana didapatkan presentase

penduduknya yang mengalami konstipasi antara lain: sumenep memeliki

angka tertinggi mengalami konstipasi dengan mencapai (37%) sedangkan

situbondo (15%) berada di urutan ke 5 setelah lamongan, gresik,

probolinggo, dan banyuwangi (DepKes, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 13 Mei 2017 dengan

menggunaan metode wawancara di desa kedung dowo kecamatan arjasa

kabupaten situbondo. Didapatkan hasil survei yang di wawancarai sebanyak

10 (100%) orang yang mengalami konstipasi mayoritas pekerjaan petani.

Konstipasi bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan

gejala dari adanya suatu penyakit atau masalah dalam tubuh. Perubahan-

perubahan anatomis yang berkaitan dengan usia pada traktus

gastrointestinal bawah berkontribusi terhadap lama transit dan berkurangnya

kandungan air dalam feses. Perubahan-perubahan tersebut meliputi atrofi

dinding usus, berkurangnya suplai darah, dan perubahan-perubahan

neuronal intrinsik. Walaupun demikian, tidak terdapat perubahan-perubahan

fungsional yang signifikan pada traktus gastrointestinal yang menua sekresi,

dan absorpsi relatif konstan. Hal ini mungkin akibat proses repetisi setiap

segmen traktus intestinal. Waktu transit saluran cerna dan motilitas kolon

serupa pada usia tua dan muda yang sehat. Usia tua yang menderita

penyakit kronis dan mengalami konstipasi memiliki pemanjangan waktu

transit saluran cerna total sampai 4-9 hari (normal < 3 hari), evakuasi

tertunda saat melalui bagian terbawah usus besar dan rektum. Fungsi kolon

tampaknya lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan


4

penuaan (penyakit kronis, imobilisasi, dan pengobatan) dibanding usia itu

sendiri. Perubahan-perubahan neurodegeneratif sistem saraf enterik atau

enteric nervous system (ENS) yang berkaitan usia mungkin merupakan

kunci perubahan-perubahan fungsional pada usia lanjut. Pada kolon orang

berusia lebih dari 65 tahun didapatkan kehilangan 37% neuron-neuron

enterik dibandingkan pada usia dewasa muda. Orang tua mengalami

penurunan tekanan sfingter anal internal dan kekuatan otot pelvis, begitu

juga perubahan sensitivitas rektum dan fungsi anal. Wanita mengalami

penurunan tekanan pemerasan lebih besar berkaitan dengan usia, terutama

setelah menopause dan akibat cedera persalinan pervaginam. Perubahan-

perubahan ini meningkatkan risiko ataupun potensi terjadinya konstipasi (

Sianipar Nicholas, 2012).

Responden diharapkan mengkonsumsi air mineral 2000ml-2500ml

perhari. Karena dengan mengkonsumsi air dapat membantu proses

pencernaan lebih cepat sehingga sisa-sisa makanan yang akan dikeluarkan

untuk menjadi feses tidak mengalami pengerasan yang dapat menyebabkan

susahnya BAB.

Selain itu responden di harapkan untuk meningkatkan aktifitas

dengan cara mengayun sepeda karena dengan mengayun sepeda dapat

mengencangkan otot-otot abdomen dan dapat menstimulasi kontraksi usus,

serta dapat meningkatkan pergerakan feses.

Berdasarkan kajian data di atas, maka peneliti bermaksud

mengadakan suatu penelitian tentang analisis faktor yang mempengaruhi

terjadinya konstipasi pada lansia di desa Kedung Dowo Arjasa Situbondo.


5

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan

yaitu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis factor yang

memengaruhi terjadinya konstipasi pada lansia di desa Kedung Dowo Arjasa

Situbondo.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui analisis faktor yang mempengaruhi terjadinya

konstipasi pada lansia di desa Kedung Dowo Arjasa Situbondo.

1.4 Tujuan khusus

1. Menganalisis pengaruh makanan terhadap kejadian konstipasi pada

lansia di desa kedung dowo

2. Menganalisis pengaruh minum air terhadap kejadian konstipasi pada

lansia di desa kedung dowo

3. Menganalisi pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian konstipasi pada

lansia di desa kedung dowo

4. Menganalisis pengaruh menahan buang air besar terhadap kejadian

konstipasi pada lansia di desa kedung dowo

5. Menganalisis pengaruh kecemasan terhadap kejadian konstipasi pada

lansia di desa kedung dowo

6. Menganalisis pengaruh depresi terhadap kejadian konstipasi pada

lansia di desa kedung dowo


6

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Bagi institusi pendidikan keperawatan

Sebagai bahan refrensi di dalam mengembangkan proses belajar

mengajar dalam program pendidikan.

1.5.2 Bagi profesi keperawatan

Menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga bagi

mahasiswa khususnya ilmu Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul

Hasan Genggong sebagai wacana pengembangan wawasan ke ilmuan

tentang analisis faktor yang mempengaruhi terjadinya konstipasi pada

lansia.

1.5.3 Bagi lahan penelitian

Menambah pengetahuan masyarakat khususnya untuk mereka

yang tergolong dalam resiko tinggi terkena konstipasi agar dapat

mengantisipasi terjangkitnya penyakit ini salah satunya dengan

keselamatan dan kesehatan.

1.5.4 Bagi responden

Untuk membantu lansia dalam meningkatkan kemandirian dalam

memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dan dapat meningkatkan

kesehatan pada lansia di desa Kedung Dowo Arjasa Situbondo.


7

1.5.5 Bagi peneliti

Sebagai salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang di peroleh selama mengikuti masa perkuliahan di

program studi ilmu keperawatan dan merupakan wawasan yang dapat

menambah ilmu serta pengetahuan yang berkaitan dengan analisis faktor

yang mempengaruhi terjadinya konstipasi pada lansia.

1.5.6 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan acuan bagi para peneliti untuk melakukan penelitian

selanjutnya yang lebih mendalam dan relevan.


8

You might also like