You are on page 1of 16

UNTUK

KALANGAN
SENDIRI
Kos Percetakan
Malaysia RM 2.00

ISI
Inisiatif Damai>>>>>1-2
Poltik Acheh Dibelah, Indonesia Siapkan
Plan B>>>>3-4
Politik : Laporan HRW dan Reputasi
Susilo >>>5-6
HAM : Laporan HRW dan Laporan
Amnesty>>> 6-7
Senat A.S Halang Bantuan Militer untuk
Indonesia>>>>8
Kampanye : Penang dan Hanoi>>>>9
Opini : Self Determination >>>10-13
Acheh Berduka: Ishak Daud dan Munir
Meninggal>>>> 14-15
Biografi Merdeka >>>16
suara acheh di negeri seberang " Edisi II/ 2004

A dalah B. Lynn Pascoe diplomat senior yang telah


mengabdikan 37 tahun umurnya untuk urusan luar negeri
Amerika yang mula-mula mencuatkan pentingnya proses
damai kembali dibuka di Acheh. Pascoe yang segera
menggantikan posisi Ralph L. Boyce untuk jabatan duta besar
di Indonesia melontarkan bahwa penugasan utamanya di
Indonesia adalah memfasilitasi proses damai di Acheh.
Ungkapan itu disampaikan dalam pertemuan dengan para
senator Amerika awal September lalu. Di depan wakil-wakil
negara bagian Amerika, Pascoe yang pernah bertugas di
China, Thailand dan terakhir di Malaysia itu yakin negaranya
mampu membantu untuk memfasilitasi perdamaian di Acheh.
Pascoe juga menyebutkan pergantian status Darurat Militer
(DM) kepada Darurat Sipil (DS) tidak banyak memberi
perubahan keadaan di Acheh.
Setelah negara Paman Sam, pejabat Jepang pula buka
suara. Negara matahari terbit yang sejak awal tidak setuju
Perundingan di Tokyo yang di fasilitasi kwartet Amerika, Jepang, Uni Eropa
dengan pendekatan militer yang dilakukan Indonesia kembali
dan Bank Dunia. Kalah dengan kelompok garis keras Indonesia
menyuarakan pendiriannya. Akhir September lalu dalam
kunjungannya ke Acheh, Konsul Jepang Hiroharu Hashi
menyatakan harapannya agar konflik di Acheh dapat
diselesaikan dengan cara damai. Hiroharu juga menegaskan
bahwa pemerintahnya selama ini terus mendukung agar
INISIATIF DAMAI DARI upaya-upaya mewujudkan perdamaian di Acheh.
Usaha-usaha untuk membuka kembali proses damai di

KWARTET, Acheh, juga terlihat dilakukan oleh Uni Eropa yang saat ini
presidennya dipegang oleh negara Belanda. Bulan lalu,
kedutaan negara itu di Jakarta mencoba menggagas
AKANKAH DIALOG DIBUKA pertemuan dengan pemerintahan sipil dan kalangan NGO di
Acheh untuk melihat peluang-peluang mewujudkan
LAGI? perdamaian di Acheh. Namun kerena tidak ada izin dari
Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD) maka pertemuan itu
dibatalkan.
Bak gendang bersambut tiba-tiba suara-suara untuk Usaha-usaha yang dilakukan Amerika, Jepang dan Uni
mengembalikan proses damai di Acheh mulai bersahutan Eropa ini menimbulkan spekulasi akan dibukanya kembali
dalam sebulan terakhir. Mula-mula suara gendang itu perundingan di Acheh. Bagimana tidak, negara-negara itu
terdengar di gedung parlemen Amerika, kemudian ditambah dengan Bank Dunia digelar sebagai kwartet yang
disambut oleh diplomat Jepang dan seterusnya Susilo pernah memfasilitasi perundingan RI-GAM di Tokyo tahun
Bambang Yudhoyono yang menggantikan rezim Megawati lepas. Apalagi inisiatif ini dimunculkan menjelang wujudnya
menabuhkan nada yang sama. Akankan pintu dialog yang pemerintahan baru di Indonesia dan berakhirnya darurat sipil
sudah setahun setengah ditutup di Acheh dibuka di Acheh. Spekulasi ini semakin kuat setelah Susilo Bambang
kembali? Ataukah kelompok garis keras yang terus Yudhoyono yang terpilih sebagai presiden baru Indonesia juga
melantunkan lagu perang yang akhirnya menguasai irama melontarkan nada yang serupa. “Konflik di Acheh harus
dalam konflik di Acheh? diselesaikan secara adil dan dengan cara yang paling damai”
kata mantan Jendral itu selepas dipastikan memenangkan
kursi nomor satu di Indonesia.
Sementara pihak pejuang Acheh, melalui juru bicara GAM
di Swedia, Bakhtiar Abdullah kembali menegaskan

edisi II/2004
fokus

komitmennya untuk menempuh cara-cara damai dan beradab daerah telah meminta perpanjangan status darurat di Acheh.
dalam penyelesaian konflik dengan Indonesia. Tentunya Kapolda Acheh ini berargumen masih ada 2.000 anggota
untuk memulai dialog, Indonesia harus menghentikan GAM dengan 900 pucuk senjata yang harus diburu. Padahal
peperangan yang dilancarkan dengan Acheh “Bagaimana sebelumnya PDSD juga mengumumkan telah melumpuhkan
dialog boleh berjalan sementara perang masih berlangsung? lebih 6.500 anggota GAM, baik dibunuh, ditangkap atau
Bagaimana Anda bicara tentang perdamaian dan disaat yang menyerah. Dan semua orang masih ingat bahwa sebelum
sama pergi berperang?” kata Bakhtiar Abdullah kepada kantor DM Mai 2003 lalu, pihak militer menyatakan GAM yang harus
berita AP minggu lalu. ditumpas di Acheh berjumlah 5.000 orang.
Selain karena adanya pemerintahan baru, momentum Bagi militer dan kelompok garis keras Indonesia yang
untuk menyuarakan kembali perdamaian di Acheh juga tetap menginginkan pertumpahan darah di Acheh segala cara
didukung oleh kegagalan pendekatan militer yang telah boleh dihalalkan agar tujuannya tercapai. Selain itu mereka
dijalankan Indonesia. Dikalangan kelompok moderat memiliki strategi, pengalaman dan kekuasaannya yang
Indonesia sudah muncul anggapan bahwa militer Indonesia sangat besar di Indonesia. Sehingga bukan perkara mudah
yang telah diberi kesempatan yang sangat besar untuk untuk membuka kembali dialog di Acheh, meski inisiatif ini
menyelesaikan konflik Acheh ternyata kembali menunjukkan datangnya dari kwartet yang kekuatannya mendominasi politik
kegagalan. Kalangan DPR di Indonesia mulai memunculkan dan ekonomi dunia.
wacana untuk menghentikan status darurat sipil di Acheh. Selain itu, rakyat Achehpun harus selalu ingat bahwa
“Jika darurat sipil tidak dituntaskan, kondisi Aceh tidak pernah inisiatif pihak dari luar itu belum tentu seirama dengan
normal” kata Mawardi Abdullah anggota tim pemantau Acheh aspirasi yang paling mendasar rakyat Acheh yakni
di DPR RI. kemerdekaan. Sehingga rakyat Acheh perlu senantiasa
Namun usaha-usaha untuk mengembalikan pendekatan menggagas agenda, inisiatif dan strategi sendiri agar cita-
non kekerasan dalam penyelesaian konflik Acheh tentu akan cita politiknya dapat tercapai. Dan juga harus jeli mengambil
berhadapan dengan kelompok-kelompok yang tetap keuntungan dari agenda-agenda yang dijalankan pihak luar,
menginginkan Acheh berada dalam kekuasaan militer. Awal- baik kwartet, kelompok moderat bahkan kelompok garis keras
awal lagi Irjend Bachrumsyah sebagai penguasa darurat sipil di Indonesia. Semoga.

aspirasi
HENTIKAN PEMBANTAIAN SIPIL AGAR TAK di lakukan oleh TNI/POLRI. Selain itu tidak kurang juga pemuda-pemuda
Acheh yang mengalami stres dan hilang ingatan akibat penganiayaan
ADA LAGI ACHEH PUNGO oleh TNI/POLRI . Kini lebih 200 orang sakit jiwa di Hospital Zainal
Abidin Banda Acheh. Ini semua akibat penganiayaan dan juga akibat
Keganasan dan pembantaian terhadap rakyat sipil terus berlaku di trauma kerana yang disebabkan suami , anak , dan saudara mara di
wilayah-wilayah Acheh yang kini masih terus bergolak. Sejak bunuh di depan mata.
berlakunya Darurat Militer 19 Mai 2003 hinggga bertukar status setahun Namun sebegitu penderitaan yang harus dialami, sampai hari ini
kemudian menjadi Darurat Sipil lebih 2000 rakyat sipil terkorban dalam nasib bangsa Acheh belum lagi terbela sebagaimana bangsa-bangsa
pembantaian atau boleh dikatakan penghapusan etnik baik yang lain yang tertindas. Tangisan dan jeritan-jeritan yang tidak lagi bersuara
dilakukan oleh TNI maupun POLRI. Walaupun pemerintah Indonesia masih lagi terkurung ,tergantung dalam tembok –tembok penyiksaan
terus menafikan tindakan TNI/POLRI dalam pembunuhan rakyat sipil, yang di miliki oleh TNI/POLRI, tak ubah seperti penjara-penjara yang
namun bukti-bukti di lapangan merekalah yang membunuh rakyat sipil dimiliki oleh PolPot semasa perang Vietnam dulu dalam pembantaian
Acheh dan sangat sedikit dari yang menjadi korban di Acheh yang rakyat nya sendiri.
merupakan anggota Gerakan Acheh Merdeka (GAM). Kini bangsa Acheh telah menjadi pelarian dari negara nya sendiri,
Peristiwa terbaru adalah penembakan terhadap Razali Husen (40). dan tidak kurang juga yang menjadi hamba kepada penjajah. Mereka-
Lelaki ini tewas pada tanggal 16 September 2004 di Kampong mereka yang masih bersemangat untuk bertahan dengan
Panteerheng Samalanga Acheh Jeumpa yang dilakukan oleh TNI dari perjuangannya harus hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan
Korps Marinir. Razali Husen adalah seorang nelayan, yang sehari- dalam mencapai cita-citanya.
hari turun ke laut untuk memancing ikan. Dia telah 20 tahun menjalani Akhirnya, hal yang paling utama yang ingin saya sampaikan adalah
mencari jalan untuk menyelesaikan konflik Acheh dengan jalan kembali
profesinya. Namun takdir menjemputnya lebih cepat, pada hari naas
kemeja perundingan. Ini agar tidak ada lagi pembantaian terhadap
itu pukul 5 pagi tubuhnya tersungkur di dalam sampannya, akibat di rakyat sipil yang tidak berdosa, serta mengurangkan orang-orang
terjang 3 biji timah panas di dadanya dari senapan serdadu Indonesia. Acheh menjadi gila, supaya tidak ada lagi gelaran “Acheh Pungo”.
Kini Razali telah menghadap Ilahi Rabbi dengan meninggalkan isteri
dan tujuh orang anaknya yang mesih kecil. Namun kesedihan dan MUZAKKIR SLG
tangisan bukan saja terdengar dari keluarga Razali, tetapi seluruh
rakyat Acheh masih terus menangis, bahkah tak pernah berhenti
menangis. Namun sayangnya, tangisan mereka tidak ada lagi yang
mendengar. Hanya mereka yang kehilangan suami, anak dan juga
saudara mara-nya yang berusaha membendung kepiluan yang
SUARAKAN ASPIRASI ANDA
dialaminya. Sementara manusia-manusia yang selalu menjulang dan
melaungkan Hak Asasi Manusia (HAM) terus membisu seribu bahasa Kolom aspirasi ini terbuka untuk seluruh pembaca yang
seakan tidak ada apa yang berlaku di Bumi Serambi Mekkah. Dan tidak ingin menyuarakan aspirasi, ide-ide dan gagasan
ada lagi keadilan dunia yang sering memperjuangkan hak-hak berkenaan dengan perjuangan pembebasan Bangsa
masyarakat Pribumi yang seakan hilang di telan oleh sang penjajah. Acheh dari penjajahan Indonesia. Tulisan boleh dalam
Sejak setengah abad penjajahan Indonesia keatas Acheh, telah bahasa Acheh, Melayu dan Inggris dan tidak mesti diketik.
banyak rakyat yang menjadi korban kekejaman serdadu-serdadu Tulisan dapat dikirimkan kepada e-mail
Indonesia dalam operasi-operasinya memburu pejuang-pejuang duta_acheh@yahoo.com atau melalui distributor-distribu-
kemerdekaaan. TNI juga telah menjadikan masyarakat sipil Acheh tor Duta Acheh edisi cetak yang berdekatan dengan anda.
sebagai perisai dalam operasi ketentraan mereka yang sangat Redaksi berhak melakukan editing untuk perbaikan
bertentangan dengan undang-undang antarbangsa. Kesan konflik ini
juga berlaku kaum wanita. Ramai dari mereka yang harus menerima
bahasa
tekanan mental akibat dari perlecehan seksual dan pemerkosaan yang

2 edisi II/2004
politik

membagi Papua memang sudah mendesak. Mereka telah


mencium keterlibatan negara luar, terutama Australia dalam
konflik di Papua. “Seorang Jenderal yang menjadi komandan
Interfet di East Timor, sekarang mengepapali desk Papua di
Australia. Tentu kami tidak ingin Papua terlepas” demikian
penuturan seorang sumber di Dephankam RI seperti dikutip
Papua Post, Februari 2003 lalu. Episode pemekaran Papua
ini juga dikhabarkan berimbas kepada Sidney John.
Diberitakan pengusiran aktivis International Crisis Group (ICG)
dari Indonesia dua bulan lalu ini terkait dengan laporannya
tentang keterlibatan BIN dalam memekaran propinsi di
Papua.
Modus membagi wilayah ini juga dilakukan di Riau,
Bangsa Melayu yang pernah mencetuskan ide merdeka dari
Demo meminta pembentukan “propins”i Acheh Leuser Antara, di Jakarta Indonesia ini juga harus mengalami nasib yang sama. Belum
September lalu. Terjebak Skenario Indonesia lagi sempat gerakan Riau Merdeka yang dicetus Prof Tabrani
Rab memperkuat diri, akhir Februari lalu wilayah Riau

ACHEH DI BAGI TIGA


TIGA, telahpun dibelah dua; propinsi Riau dan Kepulauan Riau.
Untuk Acheh sebagai sebuah wilayah terus memberikan

INDONESIA SIAPK AN PL
SIAPKAN AN B
PLAN
perlawanan sejak terbentuk Indonesia politik pecah belah
tentu semakin penting. Selain untuk melokalisir kekuatan
perlawanan, strategi ini untuk jangka panjang merupakan
plan B bagi Indonesia. Artinya kalaupun suatu saat Indonesia

T
untutan pembentukan dua “propinsi” baru di Acheh
belakangan ini semakin marak disuarakan, baik tidak berhasil mempertahankan seluruh wilayah Acheh, seti-
melibatkan massa yang berdemontrasi maupun lobi- daknya wilayah-wilayah yang telah dikeluarkan dari wilayah
lobi yang dilakukan para elit lokal. Kedua “propinsi” yang utama Acheh akan sanggup dikekalkan dalam wilayah
Indonesia. Karena pemisahan administrasi pemerintahan
direncanakan itu adalah Leuser Antara, yang meliputi Acheh
merupakan awal dari upaya pemisahan identitas yang pada
Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Acheh Tenggara dan
akhirnya, rakyat di wilayah “propinsi” baru tidak lagi merasa
Acheh Singkil dan satu lagi “propinsi” Acheh Barat Selatan
bagian dari Acheh tidak akan merasa memiliki perjuangan
yang meliputi Acheh Jaya, Acheh Barat, Nagan Raya, Acheh dan perasaan yang sama dengan rakyat Acheh. Apalagi harus
Barat Daya, Simeulue, Acheh Selatan, dan Acheh Singkil. diakui bahwa perlawanan yang ditunjukkan di wilayah-wilayah
Di Leuser Antara, usaha mewujudkan “propinsi” baru itu tidak sekuat perlawanan di wilayah-wilayah yang akan
sudah terdengar sejak tahun 2001 sedangkan Acheh Barat kekal dalam “propinsi” NAD.
Selatan cetuskan di Meulaboh pada April 2003 dalam Kalau ini terjadi, maka Bangsa
pertemuan elit masyarakat dari wilayah-wilayah calon Acheh akan mundur kembali 500 “Sejak tahun 1999 konsep
“propinsi” baru itu. Bagi pemerintah Indonesia aspirasi ini tahun ke belakang. Pada masa itu,
bak gayung bersambut. Karena bagi Indonesia ide ini
pemekaran ini sudah
wilayah Acheh sekarang hanya
memang bagian dari strategi mereka untuk mereduksi menjadi proposal project
merupakan beberapa kerajaan
perlawanan di Acheh. Menurut Ketua Adnin Foundation Acheh, kecil, yakni Aru, Lamuri, Pedir, yang detail di BIN”
Hasanuddin Yusuf usaha pemecahan Acheh itu adalah Perelak, Nakur, Benua (Tamiang),
upaya-upaya Indonesia untuk menghilangkan rasa Jaya, Linge, Daya, Samudera dan Pasai. Baru pada abad
patriotisme dan fanatisme ke-Acheh-an yang selama ini awal abad ke 16, Sultan Mugayat Shah menggabungkan
menjadi duri dalam daging bagi RI. Hasanuddin yang juga kerajaan-kerajaan itu, yang kemudian menjadi kerajaan yang
mahasiswa program doktor di Universitas Malaysia Sabah disegani di Selat Malaka. Kerajaan Acheh semakin kuat pada
(UMS) usaha pembelah Acheh memiliki tujuan yang sama abad ke 17, sebagian kerajaan di Sumatera dan
dengan program pertukaran pemuda Jawa dengan Acheh, Semenenjung Malaya masuk dalam konfederasi Acheh,
proyek transmigrasi, bahkan sama dengan DOM dan darurat termasuk Palembang, Padang, Deli, Pahang, Perak, Johor
militer serta darurat sipil. “Indonesia ingin Acheh secara dan Kedah.
keseluruhan betul-betul membumi dengannya sehingga Sejarah menyaksikan kerajaan-kerajaan taklukan itu
berbagai upaya yang halal, syubhat maupun haram masuk dan keluar dari kekuasaan Acheh. Yang menjadi
dilakukan” tegas Hasanuddin. catatan adalah wilayah-wilayah Acheh yakni wilayah yang
Lebih jelas lagi, Teuku Kemal Fasya, Dosen Unima mula-mula disatukan oleh Mugayat Shah merupakan wilayah
Lhokseumawe menyatakan bahwa memang Badan Intelijen yang terus berada dalam sebuah ikatan, baik secara territorial
Negara (BIN) telah melakukan riset kemiliteran tentang ide maupun emosial. Bahkan perjalanan Acheh menghadapi
membelah Aceh dan juga Papua untuk melemahkan tekanan yang hebat saat perang dengan Belanda, kesatuan
perlawanan dikedua wilayah tersebut. “Sejak tahun 1999 wilayah ini tetap terjaga dan rakyatnya bahu membahu
konsep pemekaran ini sudah menjadi proposal project yang menghadapi agresi asing tersebut.
detail di BIN” urai Kemal dalam sebuah artikelnya yang Hari ini bayang-bayang tercerai berainya sebuah
diterbitkan Acehkita.com bulan lalu. komunitas Bangsa yang telah terbentuk 5 abad lalu itu
Di Papua usaha ini sudah lebih maju. BIN dilaporkan semakin nyata didepan mata. Dan ini terjadi hanya karena
mendesak Megawati untuk segera mengeluarkan Inpres kerena kepentingan beberapa elit yang ingin memperbesar
untuk membagi Papua. Padahal pihak DPR Indonesia telah kekuasaannya yang bekerjasama dengan penjajah yang ingin
mengesah-kan UU Otonomi Khusus untuk Papua yang salah semakin leluasa menngontrol tanah jajahannya. Kalau
satu point-nya menyebutkan setiap pemekaran wilayah di episode buruk dalam sejarah Acheh ini menjadi kenyataan,
Papua harus dengan persetujuan Majelis Rakyat Papua maka para pejuang kemerdekaan harus mengakui bahwa
(MRP). Namun belum lagi lembaga perwakilan rakyat Papua taktik penjajahan Indonesia lebih cerdik dari Belanda. Karena
itu dibentuk, wilayah itu sudah dibagi empat. Januari 2003 70 tahun Belanda di Acheh tak sampai mampu membelah
Megawati, yang harus menyerahkan kursi ke-presidenannya teritori Acheh yang telah diwariskan Mugayat Shah diawal
kepada Yudhoyono, meneken Inpres yang membelah Papua abad ke 16 lalu. Dan agaknya kita harus segera
menjadi empat yakni propinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya mempersiapkan plan B sebelum pemisahan teritori itu
Barat, Irian Jaya, dan Papua. Bagi inteleijen Indonesia berlanjut dengan pemisahan identiti.

edisi II/2004 3
politik

“PROPINSI” BARU TERBENTUK


RAKYAT KECIL SEMAKIN MISKIN
Usaha untuk menambah dua “propinsi” di Acheh bersandar dari pusat yang jumlahnya
semakin hari semakin pasti. Pada tanggal 28 lebih kecil. Dan sialnya, sebagian besar
September lalu DPR RI melakukan sidang pleno dan pemasukan itu akan digunakan untuk
telahpun bersetuju untuk dilakukan pembahasan kepentingan elite yakni eksekutif dan
usulan pembentukan “propinsi” Acheh Leuser Antara legislatif dalam bentuk dana rutin. Dana
(ALA). Sedangkan “propinsi” Aceh Barat Selatan telah rutin ini termasuk membiayai tunjungan
pula mendapat lampu hijau dari Hari Subarno, Menteri jabatan, kenderaan operasional kepala
Dalam Negari (Mendagri) Indonesia. Hal ini seperti daerah, DPDR dan Dinas, juga untuk
diungkapkan Tjut Agam, ketua Panitia Pembentukan membangun gedung baru pimpinan
“Propinsi” Aceh Barat Selatan kepada media baru-baru daerah.
ini. Dana rutin ini, menurut Lukman
Pembentukan “propinsi” baru di Acheh dirancang setiap tahunnya bisa mencapai 60%
dengan memanfaatkan elite-elite politik lokal yang haus hingga 70%. Sehingga rakyat hanya
kekuasaan dan tokoh-tokoh daerah tersebut yang ada akan memperoleh 30-40% dari dana
di Jakarta. Selain lobi-lobi dan berbagai pertemuan, pembangunan yang membuat dana
sejumlah demontrasi dan aksi massa telah dilakukan. perkapita penduduk akan sangat kecil
Akhir Agustus lalu ratusan masyarakat dari Forum dibandingkan dana pejabat dan
Gayo Singkil (FORGAS) yang ada di Jakarta melakukan pegawai negari yang diterima melalui
unjuk rasa ke Gedung MPR. Kemudian baru-baru, dana rutin. “Artinya rakyat akan lebih
seratusan mahasiswa yang berasal dari Acheh Singkil, terpinggirkan dan miskin keadaannya
Acheh Tenggara, Gayo Luwes, Acheh Tengah dan Bener daripada keadaan saat ini hidup dalam
Meriah yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa satu propinsi” tegas Lukman yang juga
Leuser Antara (AMLA) bersama dengan FBLMA (Forum dosen di Fakultas Ekonomi Unsyiah itu.
Bersama Masyarakat Leuser Antara) dilaporkan Lukman juga mengingatkan bahwa
melakukan unjuk rasa dengan menduduki kantor kesiapan wilayah-wilayah itu untuk
perwakilan Pemda NAD di Jakarta. Aksi ini dilanjutkan menjadi sebuah “propinsi” sangat
di gedung DPR RI pada 28 September 2004 ketika menyangsikan. “Kalau mau jujur”, kata
anggota dewan bersidang untuk memutuskan perlu lelaki bertubuh gempal itu, “potensi
tidaknya usulan pembentukan “propinsi” ALA dibahas. ekonomi wilayah-wilayah tersebut
Aksi-aksi dan berbagai lobi-lobi ini membuat konsep sangatlah kecil. Buktinya, sumbangan
pemecahanan Acheh ini bergulir dengan cepat. PDRB (Pendapatan Domestik Regional
Bagi pembenarannya, para pengagasnya Bruto) kabupaten atau kota dari wilayah
menyatakan ide pembentukan provinsi baru ini adalah itu terhadap “propinsi” NAD hanya
untuk memacu ekonomi dan kesejahteraan rakyat di dibawah 25% pada tahun 2003”.
wilayah propinsi baru nanti. Selain itu mereka juga Dari segi Pendapatan Asli Daerah
berargumen bahwa selama dalam propinsi Acheh, (PAD) lebih merisaukan lagi, menurut
rakyat diwilayah-wilayah itu terus dimarginalkan. Isu Lukman, kalau digabungkan—
marjinalisasi, kurang perhatian dan lambatnya misalnya—ke lima “kabupaten” calon
pembangunan selama berada dalam propinsi Acheh “propinsi” ALA maka PAD-nya maka
ini digunakan untuk memobilisasi rakyat untuk jumlahnya sekitar cuma Rp 6 milyar atau
mendukung ide ini. Padahal menurut Hasanuddin Yusuf hanya setara dengan PAD Kotamadya
sumber ketidakadilan berasal dari pemerintah Banda Acheh. Dengan keterbatasan ini
Indonesia yang cendrung sentralistik. “Sistem dan dikhawatirkan “propinsi” baru nantinya
operasional pemerintah Indonesia sampai hari ini sangat bergantung kepada dana rutin
belum lagi memihak kepada rakyat kecil dan wilayah yang berasal dari pusat, yang sudah kita
terpencil” kata Hasanuddin. ketahui sebagian besar akan masuk ke
Apa yang dikatakan Hasanuddin ini sulit untuk kantong elit birokrat dan politik lokal.
dibantah, contoh dekat adalah kawasan Sedangkan rakyat banyak semakin
Lhokweumawe dan Acheh Utara yang meskipun bergelimang dengan ketertinggalan dan
merupakan wilayah sumber utama devisa dan yang lebih menyakitkan kehilangan
pendapatan daerah, namun wilayah itu juga sebagai semangat untuk mekespersikan
daerah yang paling banyak desa miskinnya di Acheh perlawanan terjadap penindasan.
dan dengan kasat mata kita boleh lihat rendahnya taraf Lukman Hakim yang melihat tidak
ekonomi rakyat disekeliling industri-industri raksasa adanya alasan pembangunan dan
yang ada disana. kesejahteraan rakyat dalam
Harapan rakyat akan lebih makmur dengan pembentukan “propinsi” baru, diakhir
“propinsi” baru juga ditepis Lukman Hakim peneliti dari tulisannya menyebutkan “Jadi
Center for Development Studies (CDS). Menurutnya pemekaran wilayah lebih cendrung
justru rakyat di “propinsi” baru nanti akan merasakan sebagai prilaku politik devide et ampere
kerugian dari segi ekonomi. Karena selama ini dana yang pernah diterapkan kolonial
pemasukan dan roda pembangunan diwilayah itu Belanda ketika menjajah Indonesia.”
digerakkan oleh pembagian hasil kekayaan yang Semoga kita lebih cermat.
sebagian besar berasal dari wilayah Acheh Utara dan
Timur. Dengan pemisahan diri menjadi propinsi baru *) Sebagai media pembebasan Acheh,
maka wilayah-wilayah itu tidak akan memperoleh redaksi tidak mengakui penyebutan propinsi
cipratan rezeki dari wilayah kaya di Acheh. Sehingga, untuk wilayah Acheh. Sehingga dalam setiap
seperti ditutur Lukman dalam artikelnya di Serambi kata propinsi/kabupaten redakasi meletakkan
Indonesia, pemasukan “propinsi” baru nantinya akan koma dua diatas (“)

4
edisi II/2004
politik

LAPORAN HRW
DAN REPUTASI SUSILO kabar
dari
Tanpa banyak diketahui ramai Indonesia. Cuma respon kali ini
orang, Human Right Watch (HRW) awal sangat bertolak belakang denga luar
tahun ini mengirimkan tim investasinya repson yang diberikan Indonesia
ke Jawa Tengah, Indonesia. Kasus HAM terhadap laporan-laporan HRW
apa yang berlaku di Jawa Tengah, sebelumnya. Tak tanggung-
sehingga NGO HAM tersohor yang tanggung, sehari setelah dipublika- pendapat-
bermarkas di New York harus datang sikan Mabes TNI segera memben- pendapat
kesana? Jawabannya baru diketahui tuk tim yang langsung dipimpin oleh diplomat asing
publik setelah September lalu lembaga Komandan Pusat Polisi Militer yang sangat berpengaruh dengan
itu mengeluarkan laporan setebal 50 (Kapuspom) Mayjen TNI Rucyan dan kebijakan luar negari Indonesia.
halaman yang isinya tentang kekerasan dibantu oleh Mayjen TNI FX Sukirman, Misalnya pada halaman delapan dikutip
yang dilakukan aparat Indonesia Kepala Badan Pembina Hukum pernyataan Matthew Daley, wakil
terhadap tahanan-tahanan Acheh. Puspom TNI. Tim itu dibentuk untuk sekretaris Amerika untuk Urusan Asia
Lalu hubungannya dengan tim yang menyelidiki kebenaran laporan HRW itu. Timur dan Pasifik, yang menyatakan
dikirim ke Jawa Tengah? Ternyata ini “Bila laporan itu benar kami akan “Acheh adalah wilayah dengan tingkat
taktik HRW untuk memperoleh data mengambil tindakan yang tegas, tapi krisis kemanusiaan yang paling serius
setelah Indonesia membatasi aktivis bila tak terbukti kami akan menempuh di Asia Tenggara saat ini” atau pada
HAM internasional masuk ke Acheh. Di jalur hukum terhadap LSM itu” demikian bagian lain seorang pejabat kedutaan
Jawa Tengah aktivis HRW berkunjung kata Mayjen Sjafrie Syamsuddin, Kepala Amerika di Jakarta menyatakan “Saya
ke lima penjara yang ada disana dan Pusat Penerangan TNI. sangat yakin tidak seorangpun dari
mewancarai 35 orang tahanan Acheh Hal ini ditambah lagi dengan mereka yang dihukum di Acheh
yang dibuang ke-sana. HRW yang telah pernyataan juri bicara Penguasa Darurat menjalani proses hukum yang
berkali-kali Sipil Daerah (PDSD) Letnan Kolonel mengukuti standar internasional
mengeluarkan Yani Basuki yang menyatakan bahwa bahkan standar Indonesia. Saya secara
“Saya sangat yakin laporan tentang Acheh terbuka bagi pekerja kemanu- terus menerus telah menyampaikan
tidak seorangpun dari Acheh juga mela- siaan dari Indonesia ataupun asing bahwa kebanyakan dari mereka
mereka yang dihukum kukan taktik yang untuk berkunjung ke Acheh. dihukum tanpa saksi yang cukup,
sama ketika me- Seorang pengamat Acheh kebanyakan saksi hanyalah polisi atau
di Acheh menjalani nerbitkan laporan menganggap respon positif dari militer militer yang kadang tidak hadir ke
proses hukum yang diawal pember- itu sangat tergantung dengan kondisi pengadilan.”
mengukuti standar lakuan Darurat politik Indonesia saat laporan itu Bukan hanya dari Amerika,
internasional bahkan Militer (DM). dikeluarkan. sebagaimana yang kita beberapa diplomat dari negara Eropa
Pada masa ketahui laporan HRW ini dikeluarkan dan PBB juga dijadikan dasar dalam
standar Indonesia...” itu situasinya disaat kemenangan Susilo Bambang penyusunan laporan HRW kali ini.
lebih ketat, Yudhoyono dalam pertarungan Sehingga tentu saja militer Indonesia
semua saluran memperebutkan kursi kepresidenan tidak seenaknya saja merespon laporan
informasi dari Acheh dikuasai militer, sudah ditangan. Dan Susilo yang ini, sudah pasti para diplomat itu akan
orang asing apalagi NGO dilarang selama ini tampil sebagai militer terus mengamati gelagat negara ini
masuk ke Acheh. Koran dan media reformis bagi publik Indonesia tentu dalam menyikapi laporan ini.
massa yang menulis tentang Acheh juga harus bertindak cantik menyikapi Namun terlepas dari apapun, bagi
terjebak untuk melaporkan propaganda laporan seperti ini. rakyat Acheh memberi kepercayaan
militer. Akibatnya laporan yang “Kita tahu militer mendukung SBY, kembali terhadap inisiatif Indonesia
independen tentang bagaimana tentu mereka tidak mau jika belum apa- apalagi militernya adalah sebuah
keadaan di Acheh sangat susah didapat apa image Susilo jatuh hanya karena kemustahilan. Pengalaman dalam
pada waktu itu. Tak kehabisan akal, mereka membantah laporan yang hubungan Acheh-Indonesia memberi
HRW mengirimkan dua aktivisnya ke publik tahu bahwa itu adalah benar” kata banyak pelajaran bahwa selalu ada
Malaysia. Gelombang pengungsian pengamat yang aktif disebuah lembaga pengorban yang harus diberikan rakyat
rakyat Acheh pada masa itu, membuat kajian di Jakarta itu. Apalagi Susilo awal- Acheh dalam setiap kepercayaan yang
mereka dengan menemukan 85 orang awal sudah menyatakan akan diberikan.
yang baru tiba dan bersedia menyelesaikan konflik Acheh secara Cuma ada satu pelajaran yang
diwawancarai. Tak lama kemudian damai. dapat dipetik dari laporan HRW dan
terbitlah laporan yang berjudul “Acheh Sebenarnya bukan hanya kepada respon militer Indonesia ini yakni bahwa
under Martial Law : Inside the Secret War” publik Indonesia Susilo harus menjaga lembaga musuh utama rakyat Acheh itu
(Aceh di Bawah Darurat Militer: di Dalam reputasinya sebelum dia memegang semakin berhati-hati, semakin
Perang Rahasia). Laporan yang jabatan tertinggi di negara itu. profesional dan dengan naiknya Susilo
menceritakan suasana kepahitan yang Perancang darurat militer di Acheh ini akan semakin berkuasa. Sehingga mau
dialami rakyat Acheh selama juga harus mempertimbangkan tidak mau rakyat Acheh dan terutama
pemberlakuan DM itu membuat gerah kemanuan kekuatan-kekuatan pejuang kemerde-kaan
pejabat Indonesia. Mulai dari Menteri negara asing terutama Amerika harusnya lebih mem-perbaiki
Luar Negeri Hassan Wirajuda sampai agar naiknya menjadi presiden diri, lebih profesio-nal dan
Koordinator Menkopolkam kala itu berjalan mulus. Dan yang lebih berdisiplin kalau
Susilo Bambang Yodhoyono membuat Susilo dan pendu- memang ingin mengalahkan
melontarkan protesnya. kung-nya harus hati-hati, laporan mereka. **
Laporan HRW kali inipun segera HRW kali bukan hanya mengutip
mendapat reaksi dari pejabat militer testimony korban, tapi juga
5
edisi II/2004
hak asasi manusia

Human Right Watch :


MENYIKSA TAHANAN, INDONESIA
HARUS UNDANG SPESIAL
REPORTER PBB
Berbeda dengan laporan sebelumnya, laporan HRW kali
ini mendapat respon positif dari Jakarta. Sehari sepelas
diterbitkan, Mabes TNI segera membentuk tim untuk
menyelidikan kebenaran laporan tersebut. Meski ada
spekulasi respon TNI ini sangat berkaitan dengan reputasi
presiden baru Susilo Bambang Yudhoyono, namun tetap
menarik untuk disimak apa sebenarnya isi laporan HRW kali
ini. menginterogasi tahanan secara benar.” Pasukan Kopassus,
Laporan kali ini menekankan tentang penyiksaan yang di dalam laporan ini, diidentifikasi oleh sejumlah korban
dilakukan aparat keamanan Indonesia terhadap para tahanan sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk penyiksaan dan
di Acheh. Menurut HRW pasukan keamanan Indonesia di pelanggaran lainnya.
Aceh secara sistematis melakukan penyiksaan terhadap para “Indonesia memang benar mengkritik Amerika Serikat
tahanan tersangka pendukung Gerakan Aceh Merdeka (GAM). untuk apa yang terjadi di Abu Ghraib,” ungkap Brad Adams,
Pengakuan paksa para tahanan secara rutin diberikan Direktur Eksekutif untuk Divisi Asia HRW dalam siaran pers-
sebagai dasar untuk dakwaan di dalam laporan yang gagal nya. “Tapi meluasnya penyiksaan terhadap tahanan di Aceh
untuk memenuhi standar pengadilan yang adil di bawah menunjukkan bahwa militer Indonesia melakukan jenis
hukum Indonesia dan Internasional. penganiayaan yang sama terhadap warga negara Indonesia”
Untuk itu Human Rights Watch meminta Indonesia untuk Para tahanan menggambarkan penganiayaan yang
mengundang Special Rapporteur PBB untuk Penyiksaan dan mengerikan oleh pasukan keamanan Indonesia. Seorang
Kekejaman, Perlakuan tidak laki-laki Acheh mengatakan kepada Human Rights Watch
manusiawi atau Merendahkan bahwa ia telah ditahan oleh petugas Kopassus sewaktu
“Selama Acheh masih tetap atau Hukuman (Special operasi militer di desanya, 5 Juni 2003. Ia menggambarkan
tertutup untuk penyelidikan Rapporteur on Torture and Cruel, kejadiannya: Setelah saya ditangkap saya dibawa ke sebuah
seksama yang independen, Inhuman or Degrading Treatment pos tidak resmi. Itu adalah tempat penyiksaan. Saat itu saya
penganiayaan semacam ini or Punishment) dan Special diinterogasi dan dianiaya. Mereka mengikat tangan dan
Rapporteur PBB untuk Keman- menutup mata, dan memukuli badan saya berkali-kali,
kemungkinan akan terus
dirian Hakim dan Pengacara kemudian mereka menyetrum dengan listrik, hingga saya
berlanjut.” luka-luka memar.
(Special Rapporteur on the
Independence of Judges and HRW juga meminta Susilo Bambang Yudhoyono, calon
Lawyers) untuk menyelidiki dan melaporkan pernyataan- pemerintah yang akan datang, seorang mantan jenderal
pernyataan tersebut dan membuat rekomendasi- Angkatan Darat Indonesia, untuk menanggapi pernyataan di
rekomendasi yang relevan kepada Pemerintah Indonesia laporan ini dengan cepat dan dalam sikap yang serius dan
mengenai bagaimana menghentikan penganiayaan transparan.
semacam itu. Human Rights Watch meminta kepada pemerintah
Selain itu kepada masyarakat internasional, khususnya Indonesia dan militer untuk mengambil semua tindakan yang
yang disebut kwartet (Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang diperlukan untuk segera mengakhiri penyiksaan dan
dan Bank Dunia) diminta mendesakkan Indonesia untuk penganiayaan terhadap para tahanan. Pemerintah harus
membuka Acheh untuk jurnalis independen nasional dan melakukan penyelidikan terhadap pernyataan-pernyataan
internasional, pekerja-pekerja hak asasi manusia, para mengenai penyiksaan dan pelanggaran lainnya. Petugas
diplomat dan pengamat. militer dan polisi harus melakukan penyelidikan ke dalam
Laporan HRW disusun berdasarkan wawancara dengan dan menghukum anggotanya yang terbukti atau membiarkan
35 orang dewasa dan anak-anak tahanan dari Aceh, yang tindakan-tindakan semacam itu atau mereka yang telah
ditahan di lima penjara di Jawa Tengah. Laporan setebal 55 terlibat atau lalai dalam membiarkan hal tersebut terjadi.
halaman yang berjudul “Acheh at War: Torture, Ill-Treatment Adam juga menyebutkan bahwa penyiksaan,
and Unfair Trials,” itu menyebutkan penyiksaan rutin, penangkapan yang sewenang-wenang dan pengadilan yang
termasuk penggunaan penyetruman, penyundutan dengan tidak adil tumbuh dengan subur di bawah lindungan
rokok, pemukulan, ancaman dan intimidasi terhadap para kerahasiaan. “Selama Acheh masih tetap tertutup untuk
tahanan tersangka anggota atau pendukung Gerakan Acheh penyelidikan seksama yang independen, penganiayaan
Merdeka. semacam ini kemungkinan akan terus berlanjut.” kata Adam
Dalam laporan itu Human Rights Watch juga mencatat Sejak kembali terbukanya konflik, Human Rights Watch
bahwa pejabat Indonesia telah menggritik penyiksaan dan telah menerbitkan serangkaian laporan mengenai perang di
penganiayaan tahanan muslim oleh Amerika Serikat di Aceh yang mendokumentasikan pelanggaran serius oleh
penjara Abu Ghraib, Irak. Mei lalu, juru bicara Kementerian militer Indonesia, termasuk pembunuhan-pembunuhan di
Luar Negeri (Indonesia) mengatakan, “Pemerintah Amerika luar hukum, orang hilang, penangkapan-penangkapan
Serikat tidak mempunyai otoritas moral untuk menilai atau sewenang-wenang, dan penyiksaan. Sebagaimana
bertindak sebagai hakim terhadap negara-negara lain, disebutkan dalam laporan ini, angkatan darat tampaknya
termasuk di Indonesia, mengenai hak asasi manusia, mengincar orang-orang muda yang mereka percaya, bahkan
khususnya setelah skandal penganiayaan di penjara Abu tanpa bukti, menjadi anggota atau pendukung GAM.
Ghraib, Irak.” Sementara, juru bicara untuk Kopassus, unit “Meskipun pemimpin senior militer Indonesia secara
pasukan khusus militer Indonesia yang dikenal mempunyai terbuka telah berjanji pada diri sendiri untuk mengikuti hukum
reputasi buruk, mengatakan, “Perlakuan terhadap tahanan internasional dalam melaksanakan operasi militer mereka
Irak jelas-jelas tidak manusiawi karena militer seharusnya di Aceh, kelakuan dari pasukan keamanan Indonesia di
mempunyai standar yang ketat mengenai bagaimana lapangan menceritakan hal yang sama sekali berbeda,”Adam
berkata.

6 edisi II/2004
hak asasi manusia

aspal panas hingga telapak kakinya lecuh.


Juga seorang pemilik kedai yang diwawancarai oleh
Amnesty Internasional pada bulan Mei 2004 masih nampak
berpuluh-puluh luka bakar di lengannya tiga bulan setelah
dia ditangkao dan disiksa. Katanya dia dituduh sebagai intel
GAM, setelah menolak memberi “wang rokok” kepada
seorang anggota Polis Indonesia.
“Militer Indonesia tidak perduli sama sekali akan
keselamatan warga sipil. Yang paling terancam adalah para
pemuda kerana mereka dicurigai sebagai anggota Gerakan
Acheh Merdeka (GAM). Kami telah diberitahu tentang lelaki,
perempuan dan kanak-kanak yang dipaksa ikut dalam
operasi-operasi militer sebagai perisai hidup. Perempuan
dewasa dan anak-anak dara telah diperkosa dan dikenakan
kekerasan-kekerasan sex lainnya.” Urai Allen seterusnya.
Amnesty Internasional :
Status pemerintahan di Acheh telah diturunkan dari
TAK SATU ASPEK KEHIDUPAN DI ACHEH darurat militer ke darurat sipil dalam bulan Mei yang lalu,
YANG TERLEPAS DARI PELANGGARAN HAM tetapi laporan-laporan penyiksaan berlanjutan terus.
Beberapa ribu orang yang dicurigai sebagai anggota atau
Awal bulan ini Amnesty Internasional kembali pendukung GAM telah ditahan dalam masa 16 bulan yang
menerbitkan laporan tentang Acheh. Laporan yang berjudul lalu. Beratus-ratus orang telah dinyatakan bersalah dan
“Operasi Militer yang Baru, Pola Lama Pelanggaran HAM di dijatuhkan hukuman penjcara setelah melalui proses
Acheh” menceritakan tentang penyiksaan, pembunuhan peradilan yang tidak adil - sering sekali berdasarkan
politik dan serangan bersenjata yang telah menghancurkan pengakuan yang didapatkan dengan penyiksaan.
kehidupan di Acheh. “Indonesia membanggakan diri dengan kemajuan yang
Dalam laporan itu lembaga HAM yang berkedudukan di dicapai dalam menuju ke arah
Inggris itu menyatakan bahwa ketika wilayah-wilayah sistem pemerintahan demo-
Seorang pemuda berusia 22
Indonesia lainya merayakan pilihan raya presiden secara krasi, namun nasib bangsa
Acheh tetap tidak berubah.
tahun melaporkan telah dipukul,
langsung untuk pertama kalinya, Acheh terus berkecamuk dibakar, dan diinjak-injak oleh 30
dalam huru-hara. Mereka hidup dalam sebuah
kawasan konflik yang telah serdadu, ditelanjangkan dan
Menurut laporan yang dikeluarkan pada 7 Oktober itu,
pembunuhan politik, penyiksaan, dan serangan-serangan dilupakan dan menghadapi dipaksa melakukan sex-mulut
bersenjata atas rumah-rumah rakyat dan kampung-kampung pelanggaran-pelanggaran dengan seorang tahanan lainnya,
masih terus menghancurkan kehidupan di Acheh dan dahsyat atas hak-hak asasi kemudian dipaksa berlari-lari
memaksa beratus-ratus orang melarikan diri. mereka setiap hari tanpa ada tanpa kasut di atas aspal panas
“Pada dasarnya tidak ada satu aspek kehidupan di Acheh jalan untuk mendapatkan hingga telapak kakinya lecuh.
yang terlepas dari pelanggaran-pelanggaran hak-hak asasi pertolongan.” kata Allen.
manusia yang dilakukan di bawah undang-undang darurat Berhadapan dengan
militer dan kini di bawah darurat sipil” kata Kate Allen, Direktor kondisi-kondisi seperti itu,
Amnesty Internasional dalam siaran pers-nya. beratus-ratus orang Acheh telah melarikan diri ke Malaysia.
Namun demikian, lanjut Allen, pelanggaran-pelanggaran Setibanya di negara tetangga itu mereka terpaksa pula
yang begitu bersimaharajalela secara luas itu masih saja menghadapi risiko ditangkap dan ditahan di pusat-pusat
tetap tersembunyi dari pandangan dunia luar. tahanan imigrasi yang sangat buruk keadaannya. Malaysia
“Masyarakat biasa telah diseret ke dalam kancah konflik bahkan telah menghantar balik para pengungsi Acheh
antara angkatan bersenjata Indonesia dan pihak pemisah. beberapa kali, walaupun undang-undang internasional
Rakyat di peras, dipaksa menjalankan tugas jagamalam dan melarang memulangkan orang-orang yang menghadapi
menghadiri upacara-upacara menyata-kan taat setia kepada pelanggaran serius atas hak-hak asasi mereka di negara
negara” tegasnya. Dan barangsiapa menolak dituduh sendiri.
bersimpati dengan GAM dan ditangkap, disiksa, bahkan Amnesty Internasional menggesa presiden baru
dibunuh. Indonesia untuk menyatakan dengan terbuka dan jelas
Seorang petani yang diwawancarai oleh Amnesty tentangannya terhadap pelanggaran-pelanggaran hak-hak
International menggam-barkan bagaimana adiknya yang asasi manusia dan membentuk sebuah tim tinggkat tinggi
berumur 25 tahun bernama Ilhami, telah ditembak oleh beranggotakan pakar-pakar yang bebas untuk mengadakan
serdadu Indonesia ketika sedang memotong rumput untuk penyelidikan atas pelanggaran-pelanggaran hak-hak asasi
lembunya pada bulan April 2004. manusia yang dilakukan di Acheh.
Seorang petani lainnya melaporkan melihat seorang “Adalah sangat perlu juga agar supaya badan-badan hak-
belia berumur 16 tahun, Muliadi, yang sedang bekerja di hak asasi manusia dan bantuan kemanusiaan - termasuk
sawah telah dipanggil oleh seorang serdadu. Muliadi coba pakar-pakar PBB- supaya dibenarkan melawat Acheh.” pinta
melarikan diri, tetapi telah ditembak di kaki dan ditangkap. Amnesty
Keberadaannya kini tidak diketahui. Kepada negara-negara asing, Amnesty meminta untuk
Menurut Amnesty mereka yang ditangkap oleh sebab- meningkatkan tekanan secara drastis atas Indonesia untuk
sebab politik sering disiksa untuk mendapatkan pengakuan membuka Acheh bagi amatan pakar-pakar hak asasi
sebagai anggota GAM. manusia, dan membenarkan badan-badan bantuan
Kasus lain yang dilaporkan Amnesty tentang seorang kemanusiaan untuk menjalankan khidmat mereka dan
pemuda berusia 22 tahun yang melaporkan telah dipukul, membawa mereka yang bertanggungjawab atas pelang-
dibakar, dan diinjak-injak oleh 30 serdadu, ditelanjangkan garan-pelanggaran hak-hak asasi manusis ke depan
dan dipaksa melakukan sex-mulut dengan seorang tahanan pengadilan.
lainnya, kemudian dipaksa berlari-lari tanpa kasut di atas

edisi II/2004 7
diplomasi

demokrasi di negara itu,” kata John M. Miller, jurubicara ETAN


SENAT A.S MENERUSKAN HALANGAN (Jaringan Aksi untuk Timor Timur), yang telah berkampanye
BANTUAN UNTUK MILITER INDONESIA kuat dan terus menerus untuk mendapatkan larangan
tersebut.
ETAN sedang mendesak Kongres untuk selanjutnya

S
enat Amerika Serikat pada 24 September 2004 lalu meluaskan larangan tersebut bagi bantuan latihan anti-
telah meluluskan pembaruan larangan bantuan untuk teroris, yang pendanaannya diatur di bawah undang-undang
Indonesia di bawah program IMET (Latihan dan yang berbeda. “Kongres haruslah mengenakan syarat-syarat
Pendidikan Militer Antarabangsa) dan FMF (Bantuan Dana yang sama ke atas program-program bantuan militer lainnya
Militer Asing). Senat dalam konstitusi Amerika merupakan seperti yang dikenakan atas IMET dan FMF,” kata Miller.
salah satu dari dua badan yang ada di parlemen AS. Senat “Ramai anggota Kongres yang tidak puas hati dengan
merupakan wakil dari negara-negara bagian. Sebuah badan taraf kerjasama Indonesia dalam menyelesaikan penye-
lagi adalah kongres yang merupakan dewan perwakilan lidikan atas serangan terhadap sebuah bus sekolah Amerika
rakyat. Sebelum sesebuah ranca- di Papua Barat tahun lalu,” kata Karen Orenstein, Koordinator
ngan undang-undang disahkan ETAN untuk Washington.
maka kedua badan perwakilan “Indonesia masih lagi belum memenuhi syarat-syarat
tersebut mesti meluluskannya. yang telah ditetapkan bagi mendapatkan bantuan IMET,
Ketika meluluskan undang- termasuk pertanggunganjawab atas pelanggaran-pelang-
undang Belanjawan Operasi Militer garan HAM di Timor Timur dan di Indonesia sendiri, serta
Luarnegeri, Senat setuju untuk transparensi dalam belanjawan militer. Bahkan, pihak militer
meneruskan sekatan terhadap terus saja secara sistematik melanggar hak-hak asasi
bantuan peralatan militer melalui manusia, terutama di Acheh dan di Papua Barat. Pembesar-
pendanaan FMF dan pengeluaran pembesar militer yang telah diputuskan mahkamah sebagai
lesen-lesen export untuk peralatan- penjenayan kemanusiaan di Timor Timur masih terus saja
peralatan perang. Selain itu, Senat memegang jabatan-jabatan tinggi dalam angkatan bersenjata
juga meluaskan larangan untuk Indonesia,” katanya.
program IMET hingga State Rancangan undang-undang itu memperuntukkan US$6
Department (Kementerian Luar juta untuk Angkatan Laut Indonesia bagi program
Negeri) menentukan bahwa angka- “keselamatan maritim” negara kepulauan itu. Peluncuran
tan bersenjata dan pemerin-tah dana tersebut tertakluk pada pengesahan bahwa ALRI tidak
Indonesia telah memberi kerjasa- “membuat pelanggaran serius hak-hak asasi manusia” dan
ma penuh kepada FBI dalam bekerjasama dengan Unit Jenayah Besar PBB di Timopr
penyelidikannya atas pembunuhan Timur, yang sedang menyelidiki tindakan-tindakan jenayah
warganegara-warganegara AS di yang berlaku dalam tahun 1999 semasa referendum
Papua Barat. kemerdekaan Timor Timur dilaksanakan.
“Dilanjutkannya larangan prog- Versi Kongres bagi rancangan undang-undang yang telah
ram bantuan IMET dan FMF mem- diluluskan pada bulan Juli yang lalu itu, mengandung syarat-
beri tanda kepada pemerintah baru syarat yang sama terhadap IMET dan melarang FMF
Indonesia bahwa Kongres berpen- sepenuhnya tanpa syarat.
dapat reformasi militer di Indonesia Satu musyawarah komite bersama akan menyelaraskan
adalah vital bagi perkembangan perbedaan-perbedaan yang mungkin ada antara kedua versi
rancangan undang-undang itu sebelum pengesahan akhir.**
penyelidikan terhadap serang hendap tahun 2002 itu. Pihak pemerintah
LATAR BELAKANG Bush baru-baru ini telah mulai mendakwa bahwa syarat tersebut
SEKATAN BANTUAN US telah dipenuhi.
Walaupun seorang rakyat Papua Barat telah dinyatakan sebagai
TERHADAP MILITER tertuduh oleh AS bagi pembunuhan-pembunuhan di Timika (Papua
INDONESIA Barat) itu, sejumlah badan-badan Kongres berkeras bahwa syarat
yang dikenakan atas IMET mesti diteruskan hingga investigasi
Kongres mula-mula sekali membuat pembantaian itu selesai sepenuhnya dan yang bertanggungjawab
hambatan bagi Indonesia untuk diberi dibawa kedepan pengadilan. Indonesia masih belum lagi membawa
bantuan di bawah program IMET, yang seorangpun yang bertanggungjawab atas pembunuhan-pembunuhan
membawa perwira-perwira militer asing tersebut ke pengadilan. TNI telah dinyatakan terlibat dalam serangan
ke AS untun menjalani latihan, sebagai bulan Ogos 2002 atas guru-guru dan murid-murid sekolah Amerika di
reaksi terhadap pembantaian Santa Cruz konsesi lumbung emas Freeport-McMoRan yang berpusat Louisiana
yang terjadi pada 12 November, 1991. itu. Dalam serangan tersebut dua orang warga Amerika dan seorang
Dalam peristiwa itu lebih dari 270 Indonesia terbunuh dan 11 orang lainnya, termasuk kanak-kanak
penduduk awam di Timor Timur di bunuh berumur 6 tahun cedera kena tembak.
oleh militer Indonesia. Semua hubungan Syarat-syarat yang dikenakan Senat AS untuk membolehkan
militer dengan Indonesia diputuskan Indonesia mendapatkan bantuan FMF serupa dengan yang telah
dalam bulan September 1999 ketika TNI diluluskan oleh Kongres tahun lalu dan termasuk seruan supaya ada
dan grup-grup militia yang didukungnya transparansi dalam belanjawan TNI dan pernyataan President AS
membumihanguskan Timor Timur. bahwa angkatan bersenjata Indonesia “sudah tidak melakukan
Untuk tahun belanjawan 2004, pelanggaran hak-hak asasi manusia,” dan bahwa pemerintah
Kongres melarang IMET bagi Indonesia Indonesia sedang membawa ke pengadilan anggota-anggota
setelah satu debat hangat dan angkatan bersenjata negara itu yang diduga melakukan keganasan
meluluskan rancangan undang-undang atau membantu grup-grup militia dan sedang menghukum mereka yang
itu dalam bulan Januari hingga State didapati bersalah melakukan hal-hal tersebut.
Department (Kementerian Luar Negeri) TNI mesti bekerjasama dengan Unit Jenayah Berat PBB di Timor-
menentukan bahwa militer dan Timur yang dibentuk oleh Dewan Keamanan badan dunia itu, termasuk
pemerintah Indonesia telah bersedia menyerahkan mereka yang terlibat untuk diadili oleh Mahkaham UN itu
bekerjasama dengan FBI dalam di Timor Timur. Lebih dari dua pertiga dari mereka yang dituduh terlibat

8 edisi II/2004
kampanye

melaksanakan aksi tersebut yakni Penang Support Group for


Aceh, Citizens International, Suara Rakyat Malaysia, Solidarity
for Aceh, TERAS, Persatuan Ulama Pulau Pinang, Sahabat
Alam Malaysia, HAKAM dan Acheh Refugee Centre
Aksi yang diliput beberapa media negara Malaysia itu berlang-
sung selama 2 jam lebih. Dalam siaran pers-nya peserta aksi
meminta pemerintah Malaysia lebih aktif dalam upaya
mewujudkan perdamaian di Acheh. Pemerintah Malaysia juga
diharapkan dapat mendesak Indonesia dan GAM untuk kembali
ke perundngan.

Bunga Perdamaian untuk Acheh


Petisi untuk Aceh di Hanoi, Vietnam
Menyambut hari perdamaian se-dunia, 9 September lalu,
aktivis NGO bersama masyarakat Acheh di Penang
Lebih 150 aktivis dari berbagai negara di Asia dan Eropa
melancarkan aksi bagi-bagi bunga kepada pengunjung
menandatangi petisi yang berisikan seruan agar penyelesaian
pusat perbelanjaan di Komplek Tun Abdul Razak (Komtar)
konflik Aceh dengan pendekatan militer dihentikan. Mereka
Penang. Aksi bagi punya yang membawa pesan bagi
meminta konflik Acheh diselesaikan dengan pendekatan dialog
perdamaian di Acheh itu mendapat sambutan simpatik
damai dan demokratis. Mereka juga menilai kebijakan Indonesia
dari pengunjung Komtar. Banyak dari masyarakat Penang
menetapkan Acheh sebagai daerah darurat militer sejak tahun
yang ingin tahu lebih lanjut tentang keadaan konflik di
lalu telah menyebabkan ratusan warga sipil menjadi korban
Acheh. Menurut beberapa pengunjung selama ini mereka
lebih banyak mengerti tentang konflik di Irak dan Palestine
Petisi yang ditandatangani pada 7 September lalu, diprakarsai
berbading konflik Acheh yang wilayahnya hanya terpisah
beberapa aktivis Aceh yang ikut dalam pertemuan Asia Europe
sebuah selat dengan Malaysia. Selain bunga kepada
Forum (ASEM) di Hanoi, Vietnam. Dalam pertemuan tersebut,
pengunjung dibagikan brosur informasi tentang konflik
para peserta forum dari beberapa negara Asia dan Eropa, banyak
Aceh dan sebuah kartu yang berjudul “Bunga Perdamaian
membicarakan berbagai perang di belahan dunia, termasuk
untuk Acheh”.
konflik di Aceh dan Papua. Pertemuan Hanoi itu sendiri
berlangsung sejak 6-9 September 2004.
Dalam kartu itu berisi kalimat “Di saat kita hidup dalam
perdamaian, rakyat Aceh hidup dalam ketakutan. Lebih Raihana Diani, salah seorang peserta yang hadir dalam Forum
4,000 orang Aceh terkorban tahun lalu tanpa ada ASEM itu kepada Acehkita.com mengatakan, sejumlah peserta
perhatian simpati daripada masyarakat antarabangsa. menyatakan prihatin terhadap melarutnya konflik bersenjata di
Hari ini, 21 September 2004, pada hari Perdamaian Se- Acheh.
Dunia rakyat Aceh merayu kepada masyarakat antara-
bangsa, khasnya kepada rakyat Malaysia untuk menye- “Kita berharap peserta yang menandatangani petisi itu nantinya
dari penderitaan yang mereka alami sekarang dan dapat mengampanyekan perdamaian di Acheh,” terang Raihana
yang juga Ketua Organisasi Perempuan Acheh Demokratik
membantu mereka mewujudkan perdamaian.” Diakhir
(Orpad) yang pernah 6 bulan mendekam dalam penjara
kalimat disebutkan kelompok-kelompok yang Indonesia itu.

dalam jenayah-jenayah serious dan kejahatan terhadap pengaruhnya atas Pemerintah Indonesia untuk mempastikan
kemanusiaan di Timor Timur sekarang berada di Indonesia. Sejumlah organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan antara bangsa, media
perwira tinggi militer dan polisi serta pemimpin-pemimpin militia masih dan institusi-institusi hak-hak asasi manusia internasional diberikan
aktif dalam operasi-operasi militer di Acheh dan di Papua Barat. akses yang tidak dihambat-hambat di Acheh. Laporan itu juga
Angkatan Laut Indonesia sering dipandang sebagai lebih selanjutnya menyatakan keprihatinan tentang pembalakan liar secara
menghormati hak-hak asasi manusia daripada Angkatan Darat. besar-besaran yang dibiarkan dan bahkan digalakkan oleh pihak
Namun, kapal-kapal ALRI adalah merupakan bahagiah yang integral militer Indonesia.
daripada operasi militer besar-besaran Indonesia yang dengan Senat menyediakan $22,000,000 bantuan ekonomi untuk Timor,
sistematik telah menghancurkan Timor Timur dan memindahkah lebih dari jumlah yang di minta oleh Pemerintah AS. Berkenaan dengan
dengan paksa sepertiga penduduknya dalam tahun 1999. Pada bulan perbatasan wilayah perairan antara Australia dan Timor Timur,
Juli 1998, anggota-anggota Angkatan Laut Indonesia membantai para laporan Komite itu menyeru “agar ke dua belah pihak berunding
penunjukrasa damai di Biak, Papua Barat, dan membuang mayat- dengan prasangka baik sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
mayat mereka ke laut. Kejahatan ini tidak pernah diselidiki oleh antarabangsa”.
Pemerintah Indonesia. Pasukan Marinir ikut aktif dalam operasi- 70 organisasi AS dan internasional baru-baru ini menulis surat
operasi militer di Acheh, dimana berbagai pelanggaran hak-hak asasi kepada Setia Usaha Negara Colin Powel menyatakan tentangan
manusia yang serius telah terjadi. mereka bagi rancangan Pemerintah AS menyediakan bantuan FMF
Baru pertengahan September ini, kapal perang Indonesian dan IMET kepada Indonesia, karena Indonesia belum lagi memenuhi
mengancam dan mengejar sebuah motor boat pelancongan jauh di syarat-syarat yang sudah dikenakan di masa lalu dan syarat-syarat
dalam kawasan perairan Timor Timur. Menteri Administrasi Dalam baru yang sekarang sudah ditetapkan oleh Kongres.
Negeri Timor Timur, Rogerio Lobato, berkata bahwa kapal-kapal Kampanye sekatan bantuan militer ini dipelopori oleh ETAN (East
perang Indonesia sering menceroboh perairan negaranya. Bulan Timor Action Network) yang merupakan sebuah organisasi HAM
Desember yang lalu, sebuab kapal perang Indonesian memembak internasional yang berpusat di AS yang menuntut demokrasi, keadilan
ke sebuah pulau yang dipertikaian di kawasan pantai Oecussi. dan hak-hak asasi manusia di Timor Timur dan di Indonesia. ETAN
Dalam sebuah laporan yang dilampirkan dengan rancangan menuntut diadakannya sebuah mahkamah internasional untuk
undang-undang itu, Komite Belanjawan Senat AS menyatakan mengadili kejahatan-kejahatan kemanusiaan yang berlaku di Timor
“kemarahan dan kekecewaan dengan pembebasan petinggi-petinggi Timur sejak 1975 dan supaya hambatan-hambatan bantuan militer
militer Indonesian dalam hubungan dengan kekejaman yang berlaku AS untuk Indonesia diteruskan hingga Indonesia betul-betul
dalam tahun 1999 di Timor Timur dan cara-cara mahkamah ad-hoc melaksanakan reformasi atas angkatan bersenjatanya. Setelah East
hak asasi manusia yang dibentuk Indonesia itu melakukan tugasnya.” Timor berhasil merdeka dari Indonesia, ETAN mulai memperluas fokus
Ia juga menyeru kepada State Department supaya “menggunakan advokasinya yakni Acheh dan Papua. (MND)

9
edisi II/2004
opini

REFERENDUM SELF- DETERMINATION SEBAGAI


KOMPROMI POLITIK RAKYAT ACHEH
Fikran Hariri
Mahasiswa Sains Politik Universiti Kebangsaan Malaysia

A
cheh, sebuah nama negeri di Kepulauan Melayu- anti Belanda yang dinilai telah merusak Acheh juga berupaya
Sumatera yang ucapannya cukup singkat bagi lidah menekan ulama-ulama lainnya dari kalangan tradisionalis
kita tentunya, tetapi dia sekali lagi Acheh telah yang terkesan tidak setuju dengan RI. Sehingga akhirnya
menyimpan banyak sejarah, pengalaman dan realiti dukungan yang mengatasnamakan ulama seluruh Acheh
yang sangat panjang serta beragam. Dari upaya-upaya dikeluarkan sebagai fatwa yang dimaklumkan dan
pengintegrasian kerajaaan-kerajaan yang kecil seperti, ditandatangani oleh empat orang ulama untuk mendukung
Peureulak, Pasai, Pedier, Gayo, Singkil dan lain-lain yang RI Soekarno, Cs pada 15 Oktober 1945.
menjadi negara bahagian (Federal) pada masa kejayaannya
yang sempat menguasai beberapa wilayah lain seperti Dukungan ini dapat dipahami dan sampai sekarang menjadi
semenanjung Melayu, Riau, Malaka, Jambi dan Palembang pengetahuan umum (bukan rahasian umum) majoriti rakyat
sebagai negara-negara konfederasi, namun di masa Acheh, adalah bukan dikarenakan oleh suatu latar belakang
kemundurannya menjelang agresi Belanda yang kemudian kesadaran, identiti dan entiti yang dibentuk atau didorong oleh
menciptakan perang nasional Acheh yang paling lama dan faktor-faktor historis, politis, ideologis, sosiologis,
penuh darah, hingga nasib yang sama masih dirasakan oleh antropologis, kultural dan geografis Acheh yang
generasi-generasi sekarang disebabkan praktek aneksa- berkonsekwensi kepada perlunya pembentukan negara dan
sionisme, kolonialisme dan fasisme pemerintah RI. Acheh nasionalisme baru Indonesia. Jadi berbeza dengan sebuah
di bawah cengkeraman RI ini ternyata lebih berdarah-darah kesadaran nasionalisme yang lazimnya selalu dengan
lagi dan membuat kita atau siapapun yang memiliki nurani sengaja membentuk sebuah negara dan bangsa,
kemanusiaan boleh tersayat-sayat. sebagaimana terjadi dalam perjuangan anti penjajahan dan
keinginan penentuan nasib sendiri di dunia. Tetapi kebijakan
Pergerakan Politik dan Aneksasi NBRI (Negara Baru politik baru Acheh yang tiba-tiba dilakukan oleh beberapa elit
Republik Indonesia) ke Acheh ini adalah konsekwensi dari konflik sosial-historis internal
yang memanfaatkan situasi politik baru lainnya yang ada di
Dari situasi konflik sosial-historis internal Acheh yang luar. Sedangkan pihak luar (Jakarta) yang memang
digambarkan itu, tentu merupakan suatu kesempatan emas menguasai situasi politik baru ini juga lebih memanfaatkan
bagi Soekarno, Cs untuk melakukan aneksasi negara baru kondisi sosial-historis internal Acheh, sebab Acheh adalah
RI mereka ke Acheh dahulunya. Terlebih lagi seorang putra sesuatu yang sangat signifkan saat itu untuk kemerdekaan
Acheh Mr. Teuku Muhammad Hasan memang telah direkrut RI.
dengan sangat baik, ditambah lagi dengan proklamasi dan
kemerdekaan RI sama sekali tidak mau diakui oleh kolonial Sebaliknya dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan dan
Belanda karena tidak satupun wilayah RI yang diklaim NBRI yang dimunculkan di pulau Jawa adalah berdasarkan
Soekarno ada yang merdeka, minimal secara de facto. Tetapi faktor-faktor ideologis dan politis yang membentuk
situasi Acheh yang saat itu tetap merdeka dan memiliki nasionalisme Indonesia sesuai dengan keinginan
banyak modal adalah sesuatu yang penafsirannya. Ini tentu boleh dipahami, sebab
sangat perlu dieksploitasi untuk bagaimanapun, Soekarno yang saat itu sebagai presiden
membuat Belanda dan dunia dan menilai dirinya sebagai pemimpin revolusi adalah orang
Sedangkan pihak luar
internasional mengakui RI. Dari jawa asli. Serta pengalaman Jawa yang menikmati, melihat
(Jakarta) yang memang sejarah ini sudah boleh ditebak dan bekerjasama dengan kenyataan penjajahan Belanda
menguasai situasi politik apa yang akan terjadi terhadap dan selama 350 tahun, lalu tiba-tiba Belanda dikalahkan oleh
baru ini juga lebih dialami Acheh selanjutnya. Jepang dan kemudian Jepang dikalahkan oleh sekutu adalah
memanfaatkan kondisi sesuatu yang sangat melekatkan Jawa secara sadar dengan
sosial-historis internal Adalah sesuatu yang mengheran- nasionalisme Indonesia menurut interpretasi serta aksinya,
Acheh, sebab Acheh kan apabila kemudian kita yang kemudian diimplimentasikan dalam praktek-praktek
adalah sesuatu yang mengenang bagaimana proses NBRI yang masih kita lihat sekarang.
sangat signifkan saat itu sejarah aneksasinya terjadi, waktu
NBRI (negara baru republik Namun berbeza dengan apa yang terjadi di Acheh, kerana
untuk kemerdekaan RI.
Indonesia) dimerdekakan, di Acheh kenyataan bahawa kesadaran entiti dan identiti nasionalisme
belum dan bahkan tidak memberi- Indonesia sebagaimana dihembuskan oleh Soekarno Cs
kan dukungannya secara formal, legal dan kolektif, namun tidak dimiliki oleh rakyat Acheh, termasuk integrator-integrator
lembaga-lembaga pemerintah sipil RI dan beberapa Acheh ke dalam NBRI itu sendiri. Sementara di sisi lain
organisasi yang bersifat kemiliteran bawah tanah dibentuk kesadaran ke-Acheh-an sebagai sebuah bangsa tetap
sebagai pola aneksasi awal di Acheh. Angkatan Pemuda dijaga, bahkan tetap diimplimentasikan dalam praktek-
Indonesia (API: mirip milisi pro integrasi dan kemudian praktek pemerintahan Acheh awal ketika sudah diklaim
menjadi cikal-bakal militer RI di Acheh) serta Komite Nasional sebagai Indonesia. Tentu kondisi yang demikian adalah
Indonesia (KNI: sipil) adalah wujud daripadanya yang telah sesuatu yang sangat unik tetapi riskan, karena dengan cepat
dibentuk langsung berdasarkan instruksi Jakarta dan Mr. pasti menimbulkan konflik politik hebat di kemudian hari.
Muhammad Hasan yang telah lebih dahulu dijadikan sebagai sebelum NBRI diproklamirkan, Soekarno sendiri sudah
Gubernur Sumatera Utara oleh Jakarta, bukan berdasarkan menampakkan dirinya untuk menjadikan negara baru ini
inisiatif serta keinginan (Kesepakatan) kolektif rakyat Acheh. sebagai neo-kolonial fasis-rasis yang bercampur hegemoni
Sementara itu sekali lagi, PUSA pimpinan Tgk. Muhammad kehidupan Jawa dan kerajaan kuno yang lebih feodal.
Daoed Beureueh yang memang sangat anti ulee balang dan

10 edisi II/2004
opini

Apa yang disampaikan oleh Soekarno dalam pidatonya di Sangat wajar apabila rakyat Acheh telah merespon dan
depang sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan berpartisipasi aktif dalam memperjuangkan hak penentuan
Kemerdekaan Indonesia adalah bahawa : “…Nasionalisme nasib sendiri melalui instrument hak penentuan nasib sendiri
Staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri tegak di (Referendum) untuk menghilangkan neo-kolonialisme,
zaman Sriwijaya dan Majapahit dan kini pula harus kita dirikan seperti terlihat dalam pelbagai aksi dan simbol perjuangan
bersama-sama.” Ternyata, Soekarno telah menunjukkan hingga sampai saat sekarang. Rakyat Acheh lebih
ambisinya yang sangat liar, hal mana menurutnya Indonesia memperlihatkan wilayah dan masyarakatnya sebagai sebuah
adalah apa yang telah ada pada masa bangsa sendiri yang berbeza, dan RI
Sriwijaya dan Majapahit. Mungkin dia dikonklusikan sebagai neo-kolonial
tidak mengetahui atau tidak mau fasis-rasis. Banyak elemen di Acheh
mengetahui, bahawa Acheh tidak selalu menilai dan mengatakan bahawa
termasuk ke dalam kedua kerajaan itu. partisipasi sosio-politik kolektif Acheh
Tetapi kemudian dalam tindakannya yang menginginkan pelaksanaan
Acheh dengan cepat telah dianeksasi. referendum kemerdekaan dalam tiga
Lalu, bagaimana mungkin bahawa tahun terakhir ini jauh berbeza dengan
Soekarno boleh mengharapkan adanya kondisi keinginan PUSA yang
nasionalisme Indonesia pada diri rakyat mendukung kemerdekaan RI yang
Acheh untuk menentukan masa depan dilatarbelakangi oleh konflik sosial-
NBRI buatannya, sementara Indonesia historis internal dan tidak dipartisipasi
menurutnya adalah kedua kerajaan yang oleh kolektif rakyat secara langsung. Dan
sangat berbeza dengan situasi Acheh. Penilaian ini, tidak dimaksudkan untuk
Tetapi sesuatu yang jelas adalah, di mendiskreditkan PUSA, yang diakui atau
depan sebuah sidang, inti pidato tidak telah berhasil beberapa saat
Soekarno telah mengumumkan terang- memanfaatkan adanya kekalahan
terangan bahawa Indonesia adalah neo- Jepang dan kemudian mendukung
kolonial yang penuh dengan hegemoni kemerdekaan RI, pada saat yang sama
Jawa. mempertahankan kondisi Acheh yang
otonom sebagai strategi pertahanannya
terhadap entiti, identiti dan karakter
Kompromi politik rakyat Acheh
Acheh sebagai sebuah bangsa sendiri.
Kolonial Belanda tidak menunjukkan Sehingga kemudian pada saat RI diakui
tanggungjawab politik serta moralnya oleh Belanda, pemimpin-pemimpin
untuk memperbaiki kondisi Acheh Acheh yang beorientasi PUSA sendiri
setelah dirusaknya. Bahkan, Belanda secara resmi turut sebahagian ada yang menarik loyalitinya dari mendukung
menyerahkan kedaulatan Acheh kepada NBRI dalam RI.
Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949 di Den
Haag. Hal ini memberikan konsekwensi politik kepada Ketidakseriusan Tgk. Muhammad Daoed Beureueh untuk
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk turut mengabaikan menyerah dan tunduk kepada RI secara sadar ini, telah
situasi-situasi Acheh yang tidak menentu, sehingga membuktikan lagi dukungannya yang aktif terhadap
persoalan kedaulatan NBRI pun diakui oleh Belanda sebagai perjuangan kemerdekaan yang menggunakan strategi baru
negara merdeka dalam konferensi tersebut, yang di dalamnya (tanpa melakukan pengintegrasi , koalisi dan asosiasi)
ada wilayah Acheh sebagai NBRI yang memang dieksploitasi teritorial dan politik Acheh dengan
oleh Soekarno Cs. Padahal situasi Acheh yang masih memiliki negara lain, tetapi Acheh
persoalan yang sangat rumit yang ditinggalkan oleh para dijadikan sebagai negara
penjajah Belanda dan Jepang, serta kemudian muncul konflik merdeka yang utuh sebagai- Rakyat Acheh lebih
antara pro negara Acheh merdeka dan pro proklamasi mana yang telah ada di masa memperlihatkan wilayah dan
kemerdekaan NBRI itu sendiri hingga menjelang pengakuan lalu, sebelum diagresi oleh masyarakatnya sebagai
NBRI oleh Belanda, masih perlu dipertanyakan kembali oleh Belanda dan kemudian dianek- sebuah bangsa sendiri yang
pihak-pihak yang terlibat dalam pembentukan negara baru sasi oleh NBRI. Negara Acheh berbeza, dan RI dikonklusi-
itu sendiri dan kemudian pihak-pihak yang memberikan yang merdeka ini diproklamirkan kan sebagai neo-kolonial
pengakuan terhadap kemerde-kaannya, khususnya kolonial kembali oleh Hasan Tiro pada 4 fasis-rasis.
Belanda dan PBB. Desember 1976 yang diorganisir
lewat lembaga pemerintahannya
Bagaimana kita melihat dalam tiga tahun terakhir, perjuangan ASNLF/GAM. Tetapi kemudian
rakyat semakin meningkat kembali di Acheh, khususnya sejak Tgk. Muhammad Daud Beurueh hanya mendukung GAM
sosialisasi solusi politik referendum self-determination. Hal secara tertutup diakibatkan oleh bahawa Hasan Tiro tidak
mana majoriti rakyat Acheh lebih merasakan dan menyadari memanfaatkan sentiment Islam pada perjuangan
identiti, entiti dan karakternya sendiri yang berbeza dari kemerdekaan Acheh berstrategi baru ini; juga dikarenakan
bangsa-bangsa lain yang sekarang masih dipaksakan oleh bahawa pemerintah NBRI dan militernya sudah
menjadi bangsa Indonesia. Kehidupan-kehidupan entiti, mengetahui langkahnya, sebagaimana pengamatan ahli
identiti serta karakter yang dilatarbelakangi oleh kesadaran politik. Sehingga kemudian pada 1978 Tgk. Muhamma Daud
sosio-politik dan sosio-kultural, latar belakang historis, Beureueh secara paksa dia disergap dan diterbangkan oleh
sosiologis, antropologis hingga kondisi geografis dan militer NBRI ke Jakarta. Beginilah suatu kenyataan serta
teritorial jelas sangat berbeza dari bangsa-bangsa lain. pergumulan politik Acheh yang sangat berliku-liku dan selalu
Kesadaran kolektif Acheh sebagai sebuah bangsa ini tidak mungkin menghilangkan karakter, entiti, identiti dan
semakin tumbuh bangkit ketika melihat nasibnya yang sangat keperluannya sebagai sebuah bangsa sendiri yang harus
parah di bawah neo-kolonial NBRI yang pada kenyataannya merdeka tanpa dominasi dan penjajahan pihak lain.
memang diorganisir secara kejam dan dominan oleh bangsa
lain.
11
edisi II/2004
opini

Lebih jauh penting untuk diketahui bahawa sejak negara selalu berjuang menarik diri (secessionist) sebagai
kemerdekaan Indonesia diakui oleh kolonial Belanda, hak penentuan nasib sendiri yang diakui, apabila mengalami
eksistensi NBRI sebagai neo-kolonial fasis-rasis tidak boleh pelbagai penindasan serius dari pemerintah. Dan dalam
disembunyikan dalam setiap karakter, kebijakan, sistem dan negara yang telah dibentuk sama-sama dan saling
tindakan politiknya. Peleburan Acheh secara tiba-tiba pada menggabungkan diri secara sah misalnya, tanpa konsensus
1950 ke propinsi Sumatera Utara hanyalah satu strategi moral dan politik setiap keputusan bangsa majoriti yang ada
pengepungan serta penguasaan teritorial. Kemudian di dalam negara tersebut sangat sering melahirkan serta
tindakan lainnya diikuti oleh penghancuran kehidupan sosio- melanjutkan tirani terhadap bangsa-bangsa minoriti yang
kultural, (termasuk melalui pemaksaan hegemoni budaya telah diklaim sebagai bahagiannya. Bahkan, meskipun ada
Jawa), eksploitasi kekayaan alam secara besar-besaran, banyak negara yang mencoba mempertahankan keutuhannya
serta pelbagai tindakan fasisme dalam mempertahankan melalui sistem federal seperti Nigeria, Malaysia, India,
aneksasinya melalui pelbagai operasi militer. Hasil-hasil Tanzania, Canada dan negara-negara succesor (penyerahan
penelitian baru tentang sejarah, budaya dan antropologi yang dari penjajah) tidak boleh menghentikan keinginan bangsa-
sangat tajam terhadap Indonesia, nasionalisme dan bangsa yang diklaim sebagai bahagiannya, sehingga
prakteknya, seperti apa yang dilakukan oleh Ichwan Azhari sebahagiannya telah merdeka dan boleh mengatur diri
Staf Pengajar Program Studi Indonesia di Universitas dengan lebih baik dari sebelumnya seperti Singapore.
Humberg Jerman
menyimpulkan Apabila bangsa-bangsa yang dianeksasi, diinvasi, dijajah
bahawa: sampai dan didominasi secara serius, maka perjuangan penentuan
sekarang pengua- nasib sendiri menjadi sebagai sesuatu yang sangat serius
Artikel 1 dari “Convenant on Civil and sa Jawa yang pula. Sehingga kondisi kesadaran bangsa-bangsa tersebut
Political Rights and on Economic and mengendalikan yang ingin menentuan nasib sendiri, telah meningkat tajam
Cultural Rights” mendeklarasikan Indonesia masih dan menjadi permasalahan politik khusus sejak selama
bahawa semua bangsa dan rakyat sahaja mengi- perang dunia pertama. Konsekwensinya pula hak penentuan
mempunyai hak penentuan nasib nginkan luar Jawa nasib sendiri dipandang perlu direalisasikan dalam realiti
sendiri. Lalu hal yang sama diperkuat sebagai daerah politik sebagai hak masyarakat dunia yang merasakan dirinya
lagi dengan lebih rinci oleh Majelis taklukkan. Sama sangat potensial sebagai bangsa. Bagi Acheh, keinginan
seperti Gajah penentuan nasib sendiri juga tidak jauh berbeza dari situasi
Umum PBB dalam “Declaration on
Mada, Majapahit adanya aneksasi, penjajahan dan dominasi baru yang fasis-
The Granting of Independence to dan jajarannya rasis yang turut didorong oleh entiti, identiti dan karakter
Colonial Peoples” pada klausa (Pasal) menginginkan historis, politis, sosiologis, antropologis, geografis dan
2 dan 4, yang memfokuskan tentang jagad Nusantara kepentingan Acheh sebagai sebuah bangsa. Sedangkan yang
hak kemerdekaan melalui penentuan berada dalam tidak kalah pentingnya adalah bahawa sungguh tidak sangat
nasib sendiri dan mendapatka status g e n g g a m a n beradab memaksakan nasionalisme Indonesia terhadap
negara. mereka. Ternyata bangsa Acheh, yang sekarang pada kenyataannya rakyat
penguasa Jawa Acheh sama sekali tidak memiliki rasa nasionalisme
masih sahaja be- Indonesia. Kita di sini boleh membayangkan, bagaimana
lum boleh atau tidak mau menangkap suasana batiniah solusi-solusi yang dikamuflasekan dengan simbol-simbol
orang-orang luar Jawa yang dari dulu sebenarnya tidak Islam oleh Jakarta tidak boleh juga menundukkan Acheh untuk
pernah mahu diperintah dan dikendalikan oleh “orang pintar” meredam perjuangannya, meskipun sebelumnya Snouck
yang tidak pintar dan orang kuat dari sana. Hugronye telah melakukan strategi kultural-religius ini untuk
mempermulus upaya kolonialisme Belanda terhadap Acheh.
Karena itu pertahanan entiti, identiti, karakter dan kepentingan
nasional Acheh sebagai sebuah bangsa tidak akan boleh Identiti dan insturment politik sendiri adalah sesuatu yang
dihentikan. Munculnya GAM secara resmi, yang dipimpin Dr. sangat signifikan bagi Acheh untuk membangun masa
Tgk. Muhammad Hasan di Tiro sejak tahun 1976, adalah depannya secara bebas. Karenanya alasan paling simpel
suatu upaya bangsa Acheh dalam mempertahankan dan dapat dijawab oleh siapa sahaja adalah bahawa Acheh
kedaulatan negaranya yang dilakukan sesuai menurut suatu yang pada kenyataannya memiliki identiti, entiti dan karakter
kondisi politik internasional yang lumrah. Maka tidak bangsa tersendiri memang perlu menentukan nasibnya
diragukan, bahawa semua kenyataan baik yang bersifat sendiri daripada diatur oleh bangsa serta negara lain secara
diplomasi politik mahupun perjuangan melalui senjata yang kolonialis, fasis dan tragis. Hukum internasional, salah
masih berlangsung sampai saat ini, bukan hanya telah satunya muncul untuk mengakui hak penentuan nasib sendiri
melestarikan suatu entiti, identiti, karakter dan keinginan bangsa-bangsa dan rakyat-rakyat yang dijajah. Artikel 1 dari
suatu wilayah dan masyarakatnya sebagai sebuah bangsa “Convenant on Civil and Political Rights and on Economic
sendiri, meskipun kedaulatan negaranya masih dicengkeram and Cultural Rights” mendeklarasikan bahawa semua
oleh pihak luar. Praktek-praktek sosio-politik Acheh yang bangsa dan rakyat mempunyai hak penentuan nasib sendiri.
demikian ini berarti telah mempertahankan Acheh pada Lalu hal yang sama diperkuat lagi dengan lebih rinci oleh
posisi perjuangan nasionalnya untuk mendapatkan hak Majelis Umum PBB dalam “Declaration on The Granting of
penentuan nasib sendiri dan status masa depan politiknya. Independence to Colonial Peoples” pada klausa (Pasal) 2
dan 4, yang memfokuskan tentang hak kemerdekaan melalui
Mesti berkali-kali saya katakan bahawa kesadaan dan penentuan nasib sendiri dan mendapatka status negara.
karakter terhadap entiti, identiti dan keperluan Acheh sebagai Bahkan sejak piagam PBB ada, maksud hak penentuan
sebuah bangsa tidak pernah boleh diredam. Sebaliknya, nasib sendiri tidak dilepaskan dari hak rakyat dan bangsa
justru penerapan-penerapan strategi militeristik, otoritesitik, yang ada dalam sebuah wilayah untuk menentukan status
sentralistik dan feodalistik semakin meyakinkan Acheh dan politik wilayahnya secara bebas dan jujur, apakah merdeka;
melihat nasibnya sebagai sebuah bangsa yang mesti atau berintegrasi dengan suatu negara; atau melakukan
menentukan masa depannya sendiri, termasuk melalui asosiasi politik dengan negara lain. Cuma sahaja harus
penggunaan kekuataan militer. Sebenarnya, bangsa-bangsa diakui bahawa setiap negara penjajah, fasis, rasis dan
yang telah digabungkan secara sah pun ke dalam suatu imperialis selalu menolak hak bangsa-bangsa yang ingin

12
edisi II/2004
opini

menentukan nasib sendiri. Negara-negara ini paling getol kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi, perdamaian, dan
mempertahankan klaimnya bahawa bangsa-bangsa yang pencegahan konflik. Hal mana partisipasi kolektif untuk
dicengkeramnya adalah bahagian yang sah darinya. menentukan masa depan wilayah dan rakyatnya adalah
sesuatu yang perlu diimplimentasikan dalam sebuah
Di samping itu beberapa aturan hukum yang diatur oleh instrument yang damai dan jujur seperti referendum. Apalagi,
internasional rupanya masih boleh sahaja dieksploitasi oleh hak penentuan nasib sendiri bangsa-bangsa dan rakyat-
negara-negara kolonialis, fasis, rasis, dominan dan rakyat bermakna hak kolektif masyarakat dalam proses-
imperialis untuk menghentikan proses politik tertentu.
perjuangan penentuan nasib
sendiri bangsa-bangsa yang Di Quebec Canada, walaupun tidak
dijajah, dianeksasi dan ada eskalasi konflik bersenjata
didominasinya. Misalnya, klausa 6 seperti di kawasan-kawasan lain di
dari “Declaration on The Granting dunia, tetapi praktek referendum
of Independence to Colonial penentuan nasib sendiri untuk
Peoples” yang menyatakan kemerdekaan sudah dua kali
bahawa: “Setiap usaha baik parsial dilaksanakan dengan pemunculan
maupun total untuk mengganggu alasan-alasan yang bersifat perbe-
kesatuan dan integritas nasional zaan karakter etnisitas, tetapi
sebuah negara adalah tidak kelompok integrasi masih menang
sesuai dengan piagam PBB.” dalam persentase yang sangat
Karena pasal 1 (2) piagam PBB tipis. Dan ini adalah konsekwensi
menghargai hak setiap negara demokrasi yang harus siap
anggotanya untuk tidak diterima oleh para pelakunya.
diintervensi, tetapi perlu saling Kehancuran Uni Soviet dan
menghargai berdasarkan hak pelaksanaan hak penentuan nasib
persamaan dan hak penentuan sendiri bangsa-bangsa yang
nasib sendiri.” Ini merupakan sebelumnya selalu diklaim sebagai
sebuah permasalahan bahagian sah darinya, adalah
ambivalensi yang sangat bahagian yang tidak boleh
mendasar sebenarrnya, karena dilepaskan dari proses dekoloni-
boleh memelihara konflik secara sasi dan penghilangan dominasi
sistimatis, serius dan kontinu di asing. Bahkan banyak bangsa yang
pelbagai penjuru dunia. Sekarang, sebelumnya diklaim sebagai
di Asia Tenggara Acheh adalah bahagian suatu negara, lalu
salah satu wilayah yang mengalami kondisi demikian, berkonflik puluhan tahun dan aktiv mempromosikan
meskipun bangsa Acheh telah memenangkan lebih 80 % karakternya sebagai sebuah bangsa yang dijajah,
kemerdekaan daerah-daerah secara de facto yang ditandai didominasi, disubordinasi dan didiskriminasi telah
dengan kelumpuhan total administrasi Jakarta, pemerintah mengalamai kenyataan adanya pelaksanaan hak penentuan
neo-kolonial masih mempertahan-kan klaimnya bahawa nasib sendiri.
Acheh adalah bahagiannya. Sehingga eskalasi konflik bukan
hanya terjadi pada tataran politik, tetapi konflik keamanan Karenanya hak penentuan nasib sendiri yang diinginkan
dan krisis kemanusiaan juga menjadi peristiwa yang sangat oleh suatu bangsa dan rakyat adalah pernyataan masyarakat
menegangkan dan kontinu. Konsewensinya genocide, crimes interna-sional untuk menghilangkan ketidakadilan sosial
agaisnt humanity dan war crimes dilakukan oleh kekuatan yang terjadi di bawah praktek-praktek kolonialis-me, dominasi,
militer dan polis neo-kolonial RI terhadap sipil, aktivis, dan aneksasionisme, fasisme, imperialisme dan diskriminasi.
gerilyawan yang telah ditangkap. Sekarang Acheh yang dikelola oleh RI pada kenyataannya
tidak boleh dilepaskan dari kondisi menyedihkan ini. Maka
Dalam situasi sekarang pembiaran terhadap konflik dan moralitas internasional yang anti kolonialisme atau neo-
krisis tersebut adalah sesuatu yang sangat berbahaya kolonialisme, dominasi, aneksa-sionisme, fasisme,
terhadap eksistensi kebebasan, kemanusiaan, keadilan, imperialisme dan diskriminasi perlu melibatkan diri secara
demokrasi dan perdamaian. Padahal perlu diingat pada teori aktiv untuk mempermulus keberhasilan penentuan nasib
dan praktek hukum internasional yang sudah sering terjadi sendiri bagi Acheh saat ini. Sekaligus, sekali lagi bahawa
bahawa salah satu misi internasional, khususnya PBB adalah praktek hak penentuan nasib sendiri melalui instrument yang
menciptakan kebebasan, kemanusiaan, keadilan, demokrasi demokratis melalui referendum atau jajak pendapat adalah
dan perdamaian bagi tujuan kemanusiaan universal. Dan ini sesuatu yang urgent terhadap proteksi kemanusiaan,
terdapat dalam majoriti aturan-aturan internasional, termasuk kebebasan, keadilan dan pemberdayaan Acheh masa depan.
dalam hukum humaniter yang mengatur hukum dan politik Terlebih lagi dalam situasi eskalasi konflik yang sudah
perang antar negara, perang kemerdekaan nasional (self- melibatkan peperangan perjuangan nasional penentuan
determination) dan perang internal. Sedangkan benturan nasib sendiri Acheh dan partisipasi kolektif sipil, serta harus
keinginan politik Acheh yang lestari sekarang dengan klaim berhadapan dengan neo-kolonialisme fasis-rasis RI di sisi
Jakarta adalah suatu realiti yang sangat riskan bagi lain, adalah sesuatu yang sangat ideal untuk dipraktekkan.
kebebasan, kemanusiaan, keadilan, demokrasi dan Misi internasional untuk penentuan nasib sendiri Acheh dalam
perdamaian. Bahkan diakui pula bahawa kebebasan, rangka menegakkan perdamaian, kemanusiaan, kebebasan,
kemanusiaan, keadilan, demokrasi dan perdamaian akan keadilan dan pemberdayaan Acheh sudah sangat memenuhi
tidak ada sama sekali dalam wilayah yang dijajah, ditindas, syarat untuk dilakukan.
dianeksasi, dan didominasi, kerananya pelaksanaan
referendum penentuan nasib sendiri Acheh tidak boleh
dinafikan sebagai upaya penegakan kebebasan,

edisi II/2004
13
acheh berkabung

TEUNGKU ISHAK DAUD DALAM KENANGAN


dari seorang aktivis kemerdekaan Acheh yang saat ini menetap di pulau Jawa
(lpcsmh@yahoo.com)

Pada 8 September 2004 lalu bangsa Acheh telah kehilangan lagi seorang pujian dan ember-ember air mata yang justru memberatkan kepergian mereka.
pejuangnya dia adalah Panglima TNA wilayah Peureulak Teungku Ishak Daud, Bukan untuk itu mereka berjuang.Yang mereka butuhkan adalah jaminan bahwa
yang selama puluhan tahun telah mengorbankan usianya dalam hari-hari yang ada orang-orang Acheh yang berani kembali melanjutkan perjuangan mereka
berat di hutan-hutan Acheh selama hidupnya demi tujuan mulia yaitu kebebasan, yang belum selesai.
kedaulatan dan kehormatan Bangsa Acheh. Sekali lagi bangsa Acheh kembali Sanggupkah kita menjamin itu? Saya tidak bisa menjawab pertanyaan
berduka. Sekali lagi kalimat “Inna lillahi wa inna ilaihi Rajiuun” yang sudah tersebut, karena atas dasar pertanyaan tersebutlah saya menulis perenungan
mewarnai hari-hari di Acheh, kembali kita ucapkan. ini sekaligus kritik pribadi buat diri saya sendiri yang belum pernah kembali ke
Satu demi satu pemimpin perjuangan Acheh telah pergi meninggalkan kita Acheh. Saya pikir itu adalah pertanyaan buat diri kita yang mengklaim diri
semua. Seharusnya ini menjadi perenungan kita bersama. Tahun demi tahun sebagai “Orang Acheh”.
perjuangan bangsa Acheh demi memperjuangkan kemerdekaannya diisi dengan Kawan, perlu diketahui bahwa keberadaan kita sangat dibutuhkan oleh
berbagai pengorbanan yang tidak sedikit. Harta benda dan nyawa tidak terhitung rakyat Acheh. Saya pernah mendengar kisah dari seorang kawan wartawan dari
banyaknya, akan tetapi seperti yang kita lihat saat ini, sungai darah dan air majalah Aceh Kita yang bertemu sewaktu mengikuti pelatihan jurnalistik yang
mata masih mengalir dengan derasnya di Acheh. diadakan oleh LSM ISAI di Puncak, Bogor. Ketika pada masa DM I dia berkunjung
Dengan kondisi seperti saat ini maka kita dapat melihat bahwa masa ke suatu desa di Acheh untuk meliput berita dia mendapat suatu kalimat
depan Acheh masih jauh dari kejayaan dan kegemilangan pada masa pertanyaan dari seorang ibu tua “mengapa mereka meninggalkan kita?”
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Kondisi terakhir di Acheh adalah situasi pertanyaan itu ditujukan buat para aktivis Acheh yang menjelang DM beramai-
terburuk sepanjang masa perjuangan rakyat Acheh dimana sebagian besar ramai meninggalkan Acheh. Kawan saya terkesima dan terharu ia tidak berusaha
rakyat Acheh dihinggapi penyakit apatisme akut akan perjuangan kemerdekaan memberi jawaban apapun karena ia sadar seandainya ia adalah ibu tua itu ia
rakyat Acheh, berkomplikasi dengan oportunisme dan hedonisme yang kronis. tetap tidak bisa menerima alasan yang kita anggap rasional sekalipun.
Hal itu belum seberapa jika ditambah dengan (lagi-lagi) mengharapkan Tidakkah pertanyaan itu mengusik nurani kita? Tidakkah pertanyaan itu
orang lain untuk memperbaiki keadaan Acheh (SHIT!) dengan ikut berpartisipasi menimbulkan rasa malu pada mereka yang berlabel “Aktivis”? dalam situasi
dalam suksesi pemerintahan orang lain, yang jangankan menepati janjnya yang serba sulit saat ini rakyat Acheh membutuhkan pendamping, mereka
untuk Acheh, janji terhadap rakyatnya sendiripun dikhianati. Perlu kita catat butuh orang-orang yang setia menemani mereka. Bahkan mungkin bagi mereka
kalau yang mengetahui akar persoalan Acheh adalah orang Acheh sendiri. kita tidak perlu melakukan apapun asal mereka tahu bahwa kita “ada” di Acheh
Bukan mereka yang setiap hari selama puluhan tahun merampok kekayaan kita sekalipun kita bersembunyi didalam gua di tengah hutan, seperti halnya TNA.
dan mengkorupsi harta kita. Bukan mereka yang setiap saat menyumpal suara Bahwa adanya kita di Acheh menimbulkan semangat juang yang tinggi bagi
kita dengan senjata dan janji-janji manis tanpa bukti. Bukan mereka yang rakyat Acheh. Aktivis sebenarnya tidak perlu takut akan kekurangan orang
membabat hutan kita dengan proyek Ladia Galaska dengan mengatasnamakan yang berjuang untuk Acheh karena penangkapan, penculikan dan pembunuhan.
warga terisolir. Jadi hanya kita yang bisa menyelesaikan masalah Acheh, Ini telah dibuktikan oleh TNA yang telah kehilangan ribuan personilnya dalam
sekali lagi Bukan Mereka!. perang 28 tahun dengan RI. Hingga kini TNA tetap eksis bahkan bertambah
Sebagian besar pemuda-pemuda Acheh yang diharapkan untuk maju. Che Guevara dalam puisinya menulis “Setiap tetesan darah dari mereka
meneruskan perjuangan Acheh telah pergi meninggalkan tanah Acheh, sebagian yang berjuang untuk bendera yang bukan tempat ia dilahirkan akan menjadi
meneruskan perjuangan di tempat lain, sebagian menuntut ilmu, sebagian besar semangat bagi mereka berjuang demi kebebasan negaranya”. Puisi ini ditulis
menyelamatkan diri dari rasa takut akan maut, teror, dan tuntutan perut, yang berdasarkan pengalaman pribadinya yang berjuang untuk Kuba walaupun dia
tidak bisa di tawar yang kian menekan dari hari ke hari. Yang paling ironis adalah adalah orang Argentina. Jika orang asing yang berjuang untuk rakyat negara
kelompok terakhirlah yang mendominasi. lain dapat menjadi contoh, sedahsyat apa efeknya bagi rakyat jika orang asli
Saya pribadi tidak tahu apa yang ada di benak mereka. Namun saya nilai suatu negeri yang berjuang dan kemudian mati? Pertanyaan itu dapat kita
ada semacam dualisme sikap, enggan terlibat bahkan tidak mendukung jawab sendiri.
organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Acheh akan tetapi sepakat jika
Acheh menjadi negeri yang merdeka. Sikap ini bukanlah bentuk penghargaan Kembali Ke Acheh Berjuang Dengan Caramu!
terhadap mereka yang sudah meninggalkan kita. Sedih, kesal, marah mungkin
itulah yang Alm. Teungku Abdullah Syafei, Teungku Ishak Daud dkk. rasakan di Tidak mesti bagi setiap orang Acheh melakukan perjuangan bersenjata
peristirahatan terakhirnya. dan politik, yang mesti kita sadari banyak potensi yang belum kita olah di
Saya iri sekaligus malu bila melihat medan-medan perjuangan yang lain Acheh. Masih banyak sektor potensial yang belum kita gali. Potensi-potensi ini
dimana pada tahun 1941 hampir setiap orang tua dari anak-anak Jerman yang memerlukan orang-orang Acheh yang ahli untuk diolah. Janganlah kita contoh
berada di perantauan berkata “Ras Aria sejati harus kembali ke tanah orang Afghanistan yang sibuk berperang dengan sesamanya hingga pada
kelahirannya” pada masa itu Jerman sedang dalam pertempuran habis-habisan akhirnya potensi minyak bumi Afghanistan diolah Amerika Serikat. Kalau sudah
dengan tentara Sekutu demi mempertahankan “Keunggulan” bangsa Jerman. begitu siapa yang memperoleh keuntungan?. Orang Afghanistan kini masih
Tahun 1945 bangsa Yahudi di seluruh dunia kembali ke tanah yang mereka memikirkan diganjal dengan apa perut mereka besok?.
klaim sebagai “tanah yang dijanjikan” Palestina dengan resiko menghadapi Terlepas dari perasaan subjektif kita terhadap Yahudi kita perlu mencontoh
serbuan negara-negara Arab dan terbukti 1967 mereka harus menghadapi mereka yang berhasil mengolah gurun pasir jadi tanah yang subur dan hijau,
“keroyokan” enam negara Arab sekaligus. Namun dengan keyakinan religius berlandaskan keyakinan religius mereka bahwa Yahweh akan menolong bangsa
yang kuat ditambah kecerdasan intelektual mereka dapat memenangkan Yahudi. Bangsa Acheh adalah bangsa Islam. Bangsa yang melakukan sesuatu
pertempuran tersebut. Tahun 1958 Fidel Castro memimpin perantauan Kuba di berlandaskan keyakinan religius. kita mengalahkan Portugis dengan kalimat
AS kembali ke Kuba untuk meruntuhkan rezim militer Fulgencio Batista yang tauhid “Laa illa ha ilallah”. Kita mengalahkan Belanda dengan keyakinan kita
telah menindas rakyat Kuba, walaupun sebelumnya dia gagal dan dipenjara. pada Allah bahwa Allah akan menolong kaum muslimin dari pada kaphe Belanda.
Pada pertengahan dekade 90-an perantauan Muslim Kosovo yang sebagian Atas dasar keyakinan religiuslah Teungku Cik Di Tiro melakukan perang Sabi.
besar telah sukses di Eropa dan Amerika bersedia meninggalkan kesuksesannya Kalau Yahudi bisa mengapa kita tidak?
hanya untuk mengangkat senjata melawan tentara Serbia yang melakukan Sekedar referensi kalau seorang Marxis Argentina bernama Ernesto “Che”
genosida terhadap muslim Albania. Yang terbaru adalah Di Irak,menjelang invasi Guevara rela menghabiskan sepanjang hidupnya, mengorbankan kemapanan
AS ke Irak tahun 2003 stasiun televisi satelit Al Jazeera menampilkan wawancara yang bisa diraih dari gelar dokternya dan warisan kekayaan orang tuanya yang
dengan warga Irak perantauan yang mengejutkan –Bahkan!— seorang supir masih bangsawan Spanyol demi perjuangan pembebasan yang tak kenal kata
taksi Irak yang bekerja di Yordania pulang ke Irak dengan taksinya dan henti dan tidak mengenal tapal batas negara demi Kuba, Kongo, Bolivia, sampai
berbekal sepucuk senapan AK 47, “hanya” untuk melawan pasukan AS yang akhir hidupnya yang berakhir tragis di eksekusi oleh regu tembak pasukan
akan menginvasi Irak dan yang membuat saya kagum menjelang masa invasi pemerintah Bolivia. Adakah alasan bagi orang Acheh tidak bisa melakukannya
tersebut kalau boleh saya bilang tidak ada rakyat Irak yang mengungsi untuk Acheh sendiri? Kalau seorang komunis ortodok Fidel Castro dalam
meninggalkan Irak. Mereka bertahan! Walaupun mereka menghadapi resiko pledoinya dihadapan pengadilan rezim militer Batista bisa berkata dengan penuh
kematian sebagai harga yang harus mereka bayar demi kebebasan Irak. keyakinan “Sejarah akan membebaskan saya” Seharusnya bangsa Acheh
Setelah bertualang ke negeri lain mari kita kembali ke Acheh. Bagaimana dengan keyakinan yang tinggi mengatakan bahwa Sejarah Akan membebaskan
dengan Acheh? –Tanpa meragukan semangat heroik dari bangsa Acheh—Yang Acheh!. Meminjam istilah Che “ Puerta o Muera, Venceremos! yang artinya
terjadi di negeri ini adalah sebaliknya, ketika pada masa-masa genting menjelang Negara Kita atau Kematian, Kita Dapat Melakukannya!. Tentu kita juga tidak
Darurat Militer (baca: agresi) I diberlakukan di Acheh oleh rezim NKRI dengan lupa dengan Imam Khomeini, bahwa beliau juga mengatakan “Menyerah pada
mengirim puluhan ribu pasukan TNI (baca: pasukan pendudukan), ketika maut penindasan adalah lebih kejam daripada penindasan itu sendiri”. Seorang Jamaika
mulai menyebar terornya di Acheh justru sebagian Rakyat Acheh malah pergi bernama Bob Marley mengatakan dalam lagunya “Get up, stand up! Stand Up
meninggalkan negeri mereka. Hanya sedikit dari mereka yang berjuang, bertahan For Your Rights”.
di Acheh dan Ishak Daud adalah salah seorang yang sedikit itu yang tetap setia
di tengah-tengah rakyat Acheh hingga akhir hayatnya! Lalu apa kita bilang? Lalu apa lagi yang kita tunggu? Nothing Can Stop Us.
“memang beliau hebat”, “Masya Allah”? Ribuan Doa, pujian , air mata rakyat
Acheh sekaligus caci maki, pesta pora kenaikan pangkat serdadu musuh yang Selamat Jalan Teungku!
berhasil membunuhnya, mengiringi kepergian Ishak Daud. Tidak perlu lagi kita
pertanyakan mengapa TNI begitu, akan tetapi bagi orang Acheh, bagi mereka
yang memujinya dan menangisinya Berhentilah! Karena saya sangat yakin
bahwa orang-orang seperti Ishak Daud tidak membutuhkan sampah-sampah

14 edisi II/2004
acheh berkabung
Pengalaman Bersama Munir oleh Viktor Milo

DIA PERGI MEMBAWA KALAH


SELINTAS TENTANG PERJUANGAN MUNIR,SH
Hari itu sedikit berawan, tidak seperti biasanya. Nama : Munir, SH
dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) di Acheh
Mahasiswa mondar mandir di Jalan As-Sumatrani Lahir : bersama dengan Koalisi NGO HAM, Forum LSM
Darussalam Banda Acheh, jalan yang menghubung- Malang Jawa Timur, 8 Desember Acheh, LBH Banda Acheh, Flower Acheh,
kan Universitas Syiah Kuala dengan IAIN Ar-Raniry. 1965 Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat (SMUR), Suloh
Meninggal : 7 September 2004.
Di sebuah rumah, terlihat banyak mahasiswa Agama : Islam Acheh dan Yayasan Anak Bangsa (YAB), Walhi
sedang berkumpul. Mereka baru pulang dari kantor Istri : Suciwati Acheh, pada tahun 1998. Seterusnya membentuk
Pengadilan Negeri Banda Aceh mengikuti sidang Anak : Ikatan Orang Hilang (IKOHI) dan pada tahun 2001
Sultan Alif Allende (12 Oktober 1998
Raihana Diani yang dituduh menghina Presiden dan Diva (2)
membentuk Imparsial bersama aktifis HAM di
Megawati Sukarno Putri dan Hamzah Haz. Ibu : Nyonya Jamilah Jakarta.
Daihatsu Taruna warna silver berlahan masuk Kini Pria kelahiran 8 Desember 1965 tersebut
ke rumah tersebut. Di balee rumah itu sedang Jabatan Terakhir : sudah pergi untuk selamanya. Almarhum
Directur Eksekutif Lembaga
berlangsungnya diskusi tentang penyelidikan HAM Pemantau Hak Asasi Manusia meninggalkan tugas kemanusiaan yang belum
dan Monitoring CoHA. Dari mobil milik LBH Banda Indonesia (IMPARSIAL) sampai kehujung. Kematiannya dalam usia yang
Acheh itu turun Munir SH. Cak Munir - begitulah sangat muda - 38 tahun - dan dianggap sedikit
Pendidikan :
panggilan akrab terhadap aktifis HAM yang sangat Fakultas Hukum Universitas
misteri.
getol memperjuangkan kasus pelanggaran HAM di Brawijaya, Malang 1990 Pada tanggal 6 Sepetember 2004, Istri dan
Aceh tersebut-petang itu sangat gembira. Dengan anaknya melepaskan Munir melanjutkan program
kumis berwarna tembaga dan setelan kemeja lengan Karier : master (S2)di Universitas Utrecht, Amsterdam -
Karyawan Perusahaan penyewaan
panjang warna merah hati ia melangkah naik keatas sound system dan penjualan alat Belanda. Ternyata pertemuan itu adalah yang
balee sambil tersenyum penuh kemenangan. Iapun electronik terakhir bagi keluarga aktifis itu. Penerima
mulai bertutur tentang pengalamannya - menjadi penghargaan The Right Livelihood Award di
Sukarelawan LBH Surabaya Pos
saksi ahli yang dihadirkan oleh LBH Banda Aceh - di Malang (1991)
Swedia tahun 2000 tersebut diketahui meninggal
pengadilan barusan. Ketua LBH Surabaya Pos Malang dua jam sebelum mendarat di Bandara Internasional
“Apakah Anda mengenal photo ini” Jaksa (1991) Scipol Amsterdam.
Penuntut Umum (JPU) menunjukkan gambar Koordinator Divisi Buruh dan Divisi Kenangan yang ditinggalkannya sungguh
Hak Sipil Politik LBH Surabaya
Megawati yang sudah di silang dengan sprey (1992-1993) indah dan mengerikan. “Musuh kita terlalu kuat,
berwarnah merah,”Kenal” jawab Munir. “Siapa?” Kepala Bidang Operasional LBH mereka punya dana besar dan struktur yang sangat
“Ketua PDIP dan Ketua PPP” jawab Munir sambil Surabaya (1993-1995) kuat. Untuk menghadapi mereka kita perlu disiplin
Direktur LBH Semarang (1996)
tangannya menunjuk photo Hamzah Haz di tangan Sekretaris Bidang Operasional
yang tinggi dan juga kesabaran yang cukup”
kiri JPU. Muka hakim merah padam. YLBHI (1996) begitulah suatu kata-kata yang masih terngiang
JPU menanyakan berapa kali Munir pergi ke Wakil Ketia Bidang Operasional dalam ingatan penulis ketika penulis tinggal
Aceh, “Sembilan kali” jawab Munir tegas. “Bagaimana YLBHI (1997) bersamanya di Plumpung Jati Negara.
Wakil Ketua Dewan Pengurus YLBHI
anda dapat mengatakan ahli tentang Aceh” Dengan (1998) “Kehidupan seperti ini bukanlah cita-cita kecil
nada sinis dan mengejek JPU menanyakan Koordinator Badan Pekerja KontraS saya, tetapi struktur penindasan yang telah
keberanian Munir mengklain dirinya sebagai ahli (16 April 1998 -2001) mengakar di dalam masyarakat akhirnya menggiring
Ketua Dewan Pengurus KontraS
tentang Acheh. Munir bukan menjawab pertanyaan (2001)
saya untuk hidup seperti ini”, kata almarhum
itu, tetapi malah balik bertanya pada JPU, “Anda kenal Directur Eksekutif Imparsial (2004) menanggapi peristiwa bom yang meledak didepan
unta?”. rumahnya.
Tahu pertanyaannya tidak akan dijawab, Munir Organisasi Dari peledakan bom di depan rumahnya, bom
Sekretaris Al-Irsyad Kabupaten
melanjutkan : “Unta itu lahir di Arab, nenek Malang (1988) dikantor KontraS Jakarta, penyerangan terhadap
moyangnya tinggal di sekitar ka’bah dan hidup serta Sekretaris Badan Mahasiswa FH kantornya sampai dengan pembantaian terhadap
besarnya di tempat itu. Coba anda hadirkan unta Universitas Brawijaya (1989) anggota KontraS di Timor Timur dihadapinya dengan
Ketua Senat Mahasiswa FH
ketempat ini, lalu tanyakan pada unta bagaimana Universitas Brawijaya (1989)
tenang dan tetap berpikir strategis.
bentuk ka’bah. Pasti unta tidak dapat menceritakan. Anggota HMI
Divisi Legal Komite Solidaritas untuk Apa rahasianya?
Anda tahu, mengapa? Marsinah Suciwati itu jawabannya. Seorang aktifis
Sekretaris Tim Pencari Fakta Forum
“Karena unta tidak punya akal dan tidak bisa berfikir, Indonesia Damai buruh yang terlibat perjuangan membelah hak buruh
tapi saya punya akal dan dapat membaca. Jadi perlu bersama Marsinah - adalah seorang perempuan
anda ketahui mengetahui sesuatu tidak mesti lama Penghargaan tegar yang dinikahi Munir dan memberi dukungan
Satu orang dari 20 Orang Pemimpin
berada di tempat itu.” politik muda Asia pada Milenium
yang kuat bagi perjuangannya. Suciwati kini tinggal
Tanggal 22 Juni 1999, Munir, SH sebagai baru oleh Majalah Asia Week bersama Sultan Alif Allende (5) dan Diva (2) anak
Koordinator Badan Pekerja KontraS bertempat di (oktober 199) yang ditinggalkan almarhum untuk melanjutkan
Kantor YLBHI Jakarta, menjelaskan akan mengirimkan Right Livelihood Award di Swedia perjuangan ayahnya.
(Pengabdian terhadap HAM dan
profil kekerasan TNI di Acheh kepada Lembaga- Kontrol terhadap militer di Indonesia Sang ‘pahlawan orang hilang’ itu pergi dengan
lembaga Internasional di Bawah PBB. KontraS akan (8 Desember 2000) membawa kekalahan, Aktifis PRD yang di culik oleh
membawa kasus pelanggaran di Acheh ke sidang Man of The Years versi Majalah ‘Tim Mawar” Kopassus belum habis di
Ummat (1998)
Sub Komisi Tinggi HAM PBB di Geneva serta akan bongkarnya. Ribuan orang hilang terus bertambah
secara rutin mengirimkan laporan kepada lembaga Alamat Rumah: di Aceh, Papua, Ambon dan ditempat lain di Negeri
seperti Human Right Watch (HRW) dan Amnesty Jln. Cendana XII No. 12 penjajah itu. Kekerasan itu tidak akan berhenti
Internasional. Keseriusan Munir mendapat dukungan Jakasampurna Permai , Bekasi Barat selama militer mendapat tempat yang baik di
dari Markas Besar GAM di Stockholm melalui siaran Al t K t Indonesia. Dengan sedikit nakal saya bertanya
pers dengan tanggal 29 Juni 1999. Seluruh Jajaran padanya: “Cak, apa mungkin militer dapat dipreteli
Acheh Merdeka dengan unsur sipil dan militer di minta untuk membantu dan akan ikhlas menerima demokrasi, yang berisiko terhadap
Munir mendapat data-data untuk kepentingan tersebut. Niat pemuda pengadilan terhadap dirinya?” Sambil mengeleng kepalanya sang
keturunan Arab tersebut akhirnya tercapai. Pada Bulan Agustus 1999 pejuang itu menarik nafas dalam-dalam.
dan Maret - April 2000, KontraS mengirimkan Delegasinya dalam Letnan Jenderal (purn) Susilo Bambang Yudhoyono telah terpilih
sidang Komisi dan Sub Komisi Tinggi HAM PBB di Geneva untuk sebagai Presiden. Artinya militer sudah kembali memegang tampuk
memaparkan kekejaman TNI di Aceh. tertinggi kekuasaan di Indonesia. Mungkin kalau jasat Munir dapat
Perjuangan Munir untuk memperjuangkan Hak Asasi Manusia berbicara, maka dia akan berpesan “Kawan!! perjuangan kita belum
tidak hanya sampai disitu. Setelah membentu Komisi Orang Hilang selesai”

edisi II/2004
15
BIOGRAFI MERDEKA
Wiratmadinata

Kembang taman yang kita semai


bersama
takkan tumbuh tanpa diberi ruang
dan udara merdeka

Nyanyian-nyanyian kita juga


Akan tinggal nada, tanpa diberi
kepastian
untuk menjadi suara

Impian-impian kita pun


menuntut ruangnya sendiri
untuk membungai setiap tidur kita

Aku senantiasa mencoba memastikan


detak nafas dan jantung kita
adalah hidup yang menemui hakekatnya

Kembang setaman, impian-impian,


dan nafas kita
hanyalah catatan beku dan tua
karena lama ia terpenjara

Wahai langit dan angkasa yang terbuka


berikan aku satu semangat saja
menantang sang garuda

Acheh 1999

adalah media yang terbit dari semangat pembebasan Bangsa Aceh dari
penindasan Negara Indonesia, dengan misi utama untuk membangun dan
menyatukan kesadaran rakyat Aceh untuk melakukan perlawanan bersama. Redaksi menerima artikel
yang bersifat infomasi, opini, budaya dan lainnya yang sesuai dengan misi tersebut. Setiap tulisan, edisi II/2004
kritik dan saran boleh dikirim ke alamat : duta_acheh@yahoo.com

You might also like