You are on page 1of 4

AMELOBLASTOMA

tumor paling umum yang bersifat odontogenik adalah ameloblastoma, berkembang dari elemen seluler
epitel dan jaringan dental dalam fase perkembangan yang berbeda-beda.

neoplasma ini tumbuh lambat, persisten, dan agresif terlokalisir, menyerang 80% daerah posterior rahang
bawah.

pasien 23 tahun, perempuan

keluhan utama : pembengkakan padat asimtomatik pada rahang kiri sejak 1 tahun yang lalu, dulunya kecil
dan membesar

riwayat dental dan medis menunjukkan hasil insignifikan dan pemeriksaan umum terlihat normal

pemeriksaan klinis : pembengkakan berukuran 3x4 cm pada sisi kiri mandibula yang meluas secara
superoinferior 0,5 cm di bawah daun telinga, dan 1 cm di depan angulus mandibula; secara
anteroposterior dari sudut bibit kiri hingga angulus mandibula. warna kulit normal. pembengkakan tidak
sakit, padat, dan tidak dapat ditekan.

nodus limfa submandibular dapat dipalpasi dan tidak sakit pada sisi kiri.

pemeriksaan intra oral : pembengkakan tidak sakit pada posterior vestibulum mandibula kiri dari gigi P1
hingga aspek distal M2. konsistensi pembengkakan padat, tidak sakit, dengan fluktuansi tercatat pada
aspek superior pembengkakan dengan hubungannya ke gigi 47 dan ditutupi oleh membran mukosa
normal. juga ditemukan ekspansi kortikal bukal.

pemeriksaan penunjang :

sitologi aspirasi dilakukan dengan jarum wide bore dari regio 47 di mana terdapat fluktuansi. pada
aspirasi, "sanguinous aspirate" sekitar 3 ml didapatkan.

radiografi panoramik menunjukkan lesi radiolusen multilokuler berukuran sekitar 4x3 cm, yang meluas
secara anteroposterior dari aspek mesial 37 ke angulus mandibularis, dan secara superoinferior dari area
ramus ke border inferior mandibula. adanya septa tak jelas dan tak sempuran sugestif akan suatu
pseudolokulasi. batas superior dan inferior tak jelas dengan batas sklerotik di bagian posterior. penipisan
batas inferior mandibula terlihat. juga terdapat resorpsi akar distal 37.

ddx:

ameloblastoma, odontogenic keratocyst, aneurysmal bone cyst, central hemangioma, dan central giant cell
granuloma.
pemeriksaan ct-scan menunjukkan lesi yang sama dengan lesi osteolitik expansil yang melibatkan sisi kiri
mandibula dan bagian ramus dengan adanya area hipodensitas. di bagian superior beberapa area dengan
kontras terlihat dan sugestif akan adanya vaskularisasi.

treatment :

reseksi segmental (mandibulectomy) dilakukan dengan anastesi umum yang dilanjutkan dengan
rekonstruksi primer menggunakan bone graft ileac anterior tak-tervaskularisasi dan spesimen dikirim utk
pemeriksaan HPA.

pemeriksaan HPA menunjukkan lumen sistik dengan cepitelium ameloblasti. lining epitel lumen seragam
tebalnya dan memiliki lapisan yang agak hiperkromatik dan tersusun dari sel basal. lapisan yang tersisa
mirip dengan stellate reticulum. jaringan ikatnya terdiri dari respon sel inflamasi ringan.

berdasarkan temuan ini, diagnosis akhirnya adalah Unicystic Ameloblastoma (UA).

UA dipercaya kurang agresif dan merespon cukup baik terhadap bedah konservatif daripada
ameloblastoma solid atau multicystic. perawatan alternatifnya dapat menggunakan krioterapi.

NASOLABIAL

nasolabial cyst (NC) merupakan kista non odontogenik yang jarang terjadi pada jaringan lunak
maksilofasial; merupakan lesi yang berada dekat kartilage alar dan meluas memasuki meatus nasal
inferior, superior alveolabial groove, dan vestibulum labial.

patogenesisnya belum pasti, awalnya dicurigai berasal dari fusi nasal lateral globular dan prosesus
maksilaris akibat proliferasi epitel sepanjang garis fusi.

saat ini, teori yang paling diterima adalah NC berasal dari bagian inferior dan anterior dari duktus
nasolakrimal.

ddx:

lesi periapikal, abses nasal, kista duktus nasopalatinus, neoplasma kelenjar saliva, kista residual, kista
dermoid atau epidermoid

pasien 44 tahun wanita datang dengan keluhan utama pembengkakan di sisi kanan hidung sejak 4 tahun.
pembengkakan tidak sakit, tidak ada nasal discharge, atau kesulitan bernapas.
pemeriksaan ekstra oral menunjukkan asimetris wajah dengan pembengkakan difus yang melibatkan
bagian kanan wajah dan terangkatnya cuping kanan hidung.

palpasi lunak, tidak sakit, dan berbatas jelas.

pemeriksaan intranasal menunjukkan pembengkakan mengobstruksi sebagian bagian kanan lubang


hidung.

pemeriksaan intraoral tidak ada temuan signifikan.

pemeriksaan CT-scan menunjukkan lesi sistik pada regio nasal kanan dengan diameter rata-rata 19mm.

treatment :

anastesi umum, bedah dilakukan dengan insisi vestibular dan membuka flap mukoperiosteal. diseksi
jaringan lunak dilakukan untuk mengidentifikasi lesi dan untuk memisahkannya dari defek tulang,
perlekatan otot, dan dasar hidung. luka dijahit dengan sutur vycryl 3-0.

masa yang dieksisi berwarna kemerahan, lunak, bulat, fluktuan, dan berdiameter sekitar 17mm.

pemeriksaan HPA menunjukkan kavitas sistik dengan dinding dari epitel kolumnar bersilia
pseudostratified. epitelnya didukung oleh kapsul jaringan ikat. diagnosis akhir berupa nasolabial cyst.

NASOPALATINE DUCT CYST

merupakan kista paling umum non-odontogenik di rongga mulut. kista ini dipercaya berasal dari sisa-sisa
epitel duktus nasopalatinus. etiologi kista ini tidak diketahui namun faktor predisposisinya dapat berupa
trauma, infeksi duktus, dan umumnya degenerasi kistik spontan.

kebanyakan bersifat asimtomatik, atau menimbulkan gejala ringan yang dapat ditoleransi dalam jangka
panjang.

gejala paling umum adalah pembengkakan kecil dengan batas jelas pada posterior papila palatal.

ddx : kista radikuler, KOT, CGCG.


pasien usia 21 tahun dengan keluhan utama pembengkakan dalam mulut, asimetris wajah, rasa kebal, dan
goyangnya gigi anterior.

pemeriksaan ekstra oral:

pembengkakan di regio anterior RA dan nasolabial fold kanan. limfadenopati positif.

pembengkakan padat, tidak sakit, tidak fluktuan, dan tanpa adanya denyut.

pemeriksaan intra oral:

pembengkakan ditutupi mukosa normal pada vestibulum bukal gigi insisif sentral dan lateral kanan yang
meluas ke palatum durum. terjadi deviasi mahkota gigi insisif sentral dan ada mobilitas gigi anterior.

radiografi panoramik menunjukkan gambaran radiolusen singular, unilakular, berbentuk hati dengan batas
jelas, reguler, dan kortikal pada anterior dan di midline yang meluas ke regio periapikal gigi P2 di kedua
sisi. lamina dura tidak terlihat pada gigi2 anterior, dan terjadi resorpsi akar gigi lateral kanan. gigi insisif
sentral kanan sebelumnya dirawat PSA.

CT-scan menunjukkan lesi radiolusen di anterior maksila yang menyebabkan pembengkakan pada
dinding lateral lubang hidung dan anterior dari prosesus alveolaris RA. terlihat adanya erosi pada palatum
durum, dasar lubang hidung, dan anterior RA. terlihat deviasi septum nasal ke arah kanan.

treatment : enukleasi dan utk mencegah rusaknya saraf nasopalatinus, bedah dilakukan dari sisi palatum.

pemeriksaan HPA menunjukkan epitel kista yang terdiri dari stratified squamous hingga kubik sederhana.
pada dinding jaringan ikat infiltrat sel inflamasi kronis seperti limfosit, sel plasma, dan histiosit, serta
beberapa sel inflamasi akut seperti netrofil, dan ada pula bagian nervous bundle, arteriole, dan vena.

diagnosis akhir : nasopalatine duct cyst.

You might also like