You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi
yang meningkat. Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Faktor penyebeb terjadinya diare terdiri dari berbagai faktor seperti faktor
infeksi, faktor parental, faktor malabsorpsi, faktor makanan, dan faktor psikologis.
Diare dapat menimbulkan banyak komplikasi seperti diare, hipovolemik,
hipokalemia, dipoglikemia kejang, serta malnutrisi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan diare?
1.2.2 Apa penyebab dari diare ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi diare?
1.2.4 Bagaimana WOC diare?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan diare ?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan diare?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan diare
1.3.2 Menjelaskan penyebab diare
1.3.3 Menjelaskan patofisiologi diare
1.3.4 Menjelaskan WOC diare
1.3.5 Menjelaskan penatalaksanaan diare
1.3.6 Menjelaskan asuhan keperawatan diare

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare

Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia(bahasa
Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan keadaan
abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya
perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus, terutama pada
keadaan keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpi dan
sekresi. Diare sering didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair
sebanyak 3 kali perhari.UKK Gasto-hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan diare
sebagai peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi
menjadi lebih lunak atau bahkan cair.
Diare adalah buang air besar dangan frekuensi yang tidak normal (meingkat)
dan konsistensi tinja lembek atau cair menurut (Nelson dkk). Diare adalah suatu
kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih) dalam satu hari.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).

2.2 Etiologi

1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus


(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

2
2.3 Patofisiologi Diare

Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus,


Adenovirus enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit
(Biardia, Lambia).
Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa
melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui
penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik,
hypokalemia dan sebagainya).
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah).
3. Hipoglikemia.
4. Gangguan sirkulasi darah.

3
2.4 WOC Diare

infeksi Malabsorpsi

Sekresi cairan Cairan tertarik ke lumen usus


Diare
akut/kronis Diare osmotik
Diare sekresi

Defekasi feses Anoreksia, mual, muntah Peristaltik usus Pengeluaran cairan Kuman patogen
encer
melebihi masukan menular

Penurunan nutrisi Kurang


Iritasi Kulit dan cairan
Nosiseptor terangsang Informasi
diare perianal Kurang
Volume cairan
Ketidakseimbanga Keluar elektrolit Ketidakseim Kurang pengetahuan
n cairan elektrolit Risiko Nyeri Akut cara mencegah
bangan
kurang penularan
nutrisi
Defekasi uncontrol volume
kurang dari
Resiko cairan
kebutuhan Risiko
kerusaka
Ansietas ketidakseimbangan
n Asam basa Asidosis
integritas
suhu tubuh
unbalance metabolik
kulit

4
2.5 Penatalaksanaan
Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE):
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare.

2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturutturut


Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam
jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc
yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu
penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Sejak tahun
2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal
pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal
ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang
menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai
zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare
pada anak-anak sampai 40%.
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian
Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang
tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan
sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare
selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Berdasarkan studi WHO
selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc sebagai pengobatan diare adalah

5
mengurangi :1) Prevalensi diare sebesar 34%; (2) Insidens pneumonia
sebesar 26%; (3) Durasi diare akut sebesar 20%; (4) Durasi diare persisten
sebesar 24%, hingga; (5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare
persisten sebesar 42%.

3. Teruskan ASI-makan
ASI bukan penyebab diare. ASI justru dapat mencegah diare. Bayi
dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare
dan meningkatkan sistim imunitas tubuh bayi. jika anak masih
mendapatkan ASI, maka teruskan pemberian ASI sebanyak dia mau. Jika
anak mau lebih banyak dari biasanya itu akan lebih baik. Biarkan dia
makan sebanyak dan selama dia mau.

4. Berikan antibiotik secara selektif


Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau
diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat
penting karena seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli
antibiotik seperti Tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak efektif,
tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai
dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.

5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga


Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak: - Buang air besar cair
lebih sering - Muntah berulang-ulang - Mengalami rasa haus yang nyata -
Makan atau minum sedikit - Demam - Tinjanya berdarah - Tidak
membaik dalam 3 hari

6
2.6 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
 RKS : Faktor penyebab, apakah karena makanan, alergi, infeksi
sekunder, psikologis.
 Persepsi Kesehatan: Bagaimana penangan GE sebelum ke RS, Kondisi
Lingkungan sekitar rumah, Keluarga lain terjangkit juga atau tidak. Dan
alergi susu formula. Nutrisi Metabolisme: Penurunan BB, Nafsu makan,
intake nutri, intake output cairan,, tanda- tanda dehidrasi.

2. Pemeriksaan fisik
 BB/TB (status nutrisi)
 TTV (Nadi Meningkat > 120 menunjukkan tanda-tanda syok
hipovolemik)
 Tanda- tanda dehidrasi ( ubun-ubun cekung, turgor kulit jelek, bibir
kering, lemah, kejang-kejang)
3. Diagnosa Keperawatan
 Diare
 Ketidakseimbangan cairan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
 Ketidakseimbangan nutrisi
 Syok Hipovolemik (bila sudah dehirasi)
 Penurunan cardiac output (status dehidrasi)
 Resiko kerusakan integritas kulit
 Ansietas
 Nyeri akut
 Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
 Kurang pengetahuan

7
4. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Gangguan keseimbangan Mengurangi  Pantau tanda kekurangan
cairan b/d output yang kehilangan cairan cairan
berlebihan pasien  Observasi / catat hasil
output cairan
 Anjurkan klien untuk
banyak minum
 Berikan terapi infus sesuai
anjuran dokter
GaGangguan eliminasi BAB : Frekuensi BAB  Observasi TTV
diare b/d infeksi bakteri dalam batas normal  Jelaskan kepada klien
tebtang penyebab diare
 Kaji pola eliminasi klien
 Konsul dengan ahli gizi
untuk memberikan diet dan
nutrisi sesuai kebuuhan
Ketidakseimbangan nutrisi Berat badan ideal Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan sesuai dengan tinggi  Kolaborasi dengan ahli gizi
tubuh berhubungan badan untuk menentukan jumlah
dengan anoreksia, nausea, kalori dan nutria yang
vomitus dibutuhkan pasien
 Monitor jumlah jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
 Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
Monitor nutrisi

8
 Monitor adanya penurunan
berat badan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Monitor mual muntah
 Monitor kalori dan intake
nutrisi

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) merupakan keadaan abnormal


pengeluaran tinja yang terlalu sering. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan
lamanya , yaitu diare akut dan kronis. Faktor penyebeb terjadinya diare terdiri dari
berbagai faktor seperti faktor infeksi, faktor parental, faktor malabsorpsi, faktor
makanan, dan faktor psikologis. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Penatalkasanaan diare dikenal dengan lintas diare yaitu berikan oralit, berikan
tablet zinc selama 10 hari berturut-turut, teruskan ASI, berikan antibiotik secara
selektif dan berikan nasihat kepada ibu dan keluarga.

10
DAFTAR PUSTAKA

Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatal Lintas Dire. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Suharyono. 2008. Diare Akut. Asidha Mahasatya: Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

11
12

You might also like