You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga didunia dan penyebab kematian no 2


semua gender di Amerika Serikat. Kanker kolorektal didefinisikan sebagai keganasan yang
terjadi pada usus besar, yang merupakan bagian dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus
kanker kolorektal dimulai dalam bentuk stadium pre-kanker, berupa tonjolan kecil dan jinak
yang disebut adenomatous polyp

Di dunia, kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga pada tingkat insidensi dan
mortalitas. Angka insidensi tertinggi terjadi di Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan
Selandia Baru. Sedangkan angka insidensi terendah terjadi di India, Amerika Selatan, dan
Israel.

Pada tahun 2004, di Eropa terdapat 2.886.800 kasus kanker yang terdiagnosa dan
1.711.000 kematian karena kanker. Insiden kanker yang paling sering terjadi adalah kanker
paru-paru (13,3 %). diikuti oleh kanker kolorektal (13,2%) dan kanker payudara (13%). Di
Amerika pada tahun 2009, berdasarkan perhitungan oleh The American Cancer Society
(ACS), terdapat 106.100 kasus baru kanker kolorektal (52.101 kasus pada pria dan 54.090
kasus pada wanita) dan terjadi 49.920 kematian (25.240 kematian pada pria dan 24.680
kematian pada wanita).

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan kanker kolorektal ?

1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi usus ?

1.2.3 Apakah penyebab kanker kolorektal ?

1.2.4 Bagaimana patofisiologi kanker kolorektal ?

1.2.5 Apa gejala klinis kanker kolorektal ?

1.2.6 Bagaimana WOC kanker kolorektal ?

1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan kanker kolorektal ?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mengetahui definisi kanker kolorektal

1.3.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi usus

1.3.3 Mengetahui penyebab kanker kolorektal

1.3.4 Mengetahui patofisiologi kanker kolorektal

1.3.5 Mengetahui gejala klinis kanker kolorektal

1.3.6 Mengetahui WOC kanker kolorektal

1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada kolorektal

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi

Kanker kolorektal adalah suatu tumor malignan yang muncul dari jaringan epitel dari
kolon atau rectum . Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon
dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang
disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian proksimal usus
besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm di atas anus. Kolon dan rektum berfungsi
untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna.

Kanker kolorektal terjadi ketika tumor terbentuk pada lapisan usus besar.
Pertumbuhan awal jaringan tumor terjadi dalam bentuk non polip kanker sebelum
berkembang menjadi kanker pada lapisan dalam kolon dan rektum. Sebagian besar terdapat
di kolon ascendens (30%), diikuti oleh kolon sigmoid (25%), rektum (20%), kolon
descendens (15%) dan kolon transversum (10%)

Letak Kanker Kolorektal

Kanker merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak mengikuti
aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi abnormal). Proliferasi ini
dibagi atas non-neoplastik dan neoplastik. Non-neoplastik dibagi atas:

a. Hiperplasia adalah proliferasi sel yang berlebihan. Hal ini dapat normal karena
bertujuan untuk perbaikan dalam kondisi fisiologis tertentu misalnya kehamilan.

3
b. Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel yang menghasilkan pembesaran organ
tanpa ada pertambahan jumlah sel.

c. Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah menjadi tipe
yang lain, biasanya dalam kelas yang sama tapi kurang terspesialisasi.

d. Displasia adalah kelainan perkembangan selular, produksi dari sel abnormal yang
mengiringi hiperplasia dan metaplasia. Perubahan yang termasuk dalam hal ini terdiri dari
bertambahnya mitosis, produksi dari sel abnormal pada jumlah besar dan tendensi untuk tidak
teratur.

2.2. Anatomi dan Fisiologi Usus

2.2.1. Anatomi Usus

a.Anatomi Makroskopis Usus

Usus besar menutupi usus kecil melalui 3 sisi dan berjalan dari katub ileosekal
menuju anus. Diameternya lebih besar dari usus kecil (oleh karena itu disebut usus besar),
tapi lebih pendek. Fungsi utamanya adalah mengabsorbsi air dari sisa-sisa makanan yang
dicerna dan mengeluarkannya dalam bentuk semisolid.

Pada hampir seluruh panjangnya, usus besar memiliki tiga keunikan yang tidak
terdapat pada organ tubuh lainnya; taenia coli, haustra dan appendik epiploica. Kecuali pada
bagian ujung terminalnya, bagian longitudinal dari lapisan otot direduksi menjadi 3 barisan
otot polos disebut taenia coli (artinya pita dari kolon).

4
Adanya variasi dari dinding usus besar membentuk suatu kantongan yang disebut
haustra (artinya menggambarkan variasi). Dan terakhir sangat jelas adalah appendik
epiploika, suatu lapisan lemak kecil dari peritonium viseralis yang menggantung pada
permukaan kolon. Kegunaannya belum diketahui.

Kolon memiliki 4 seksi yakni:

1. Seksi pertama adalah kolon asenden. Dimulai dari usus kecil melekat pada kolon
dan naik ke atas menuju bagian kanan dari abdomen.

2. Seksi kedua adalah kolon transversum yang melewati tubuh dari kanan ke sisi kiri.

3. Seksi ketiga adalah kolon desenden menuju ke bawah.

4. Seksi terakhir adalah kolon sigmoid dimana disebut demikian oleh karena
bentuknya yang seperti huruf S. Kolon sigmoid bergabung dengan rektum, pada akhirnya
bergabung dengan anus atau spingter tempat feses keluar dari tubuh.

Usus besar memiliki beberapa subdivisi yakni: sekum, appendik, kolon, rektum, dan
ujung dari anus. Adanya kantong seperti sekum (artinya ujung buta) yang mulai dari katub
ileosekal hingga sisi kanan fossa iliaka, adalah bagian pertama usus besar. Yang menempel
pada bagian posteromedial dari permukaan adalah bentuk seperti cacing yakni appendik
vermiformis. Appendik memiliki massa dari jaringan limfa yang merupakan bagian dari
MALT (mucosa associated lymphatic tissue) memiliki hubungan yang sangat erat dengan

5
sistem imun tubuh. Namun ia memiliki infrastruktur yang penting yaitu suatu struktur yang
memberikan lokasi ideal bagi bakteri untuk berakumulasi dan berkembang biak.

Pada pelvis setinggi vertebra sakralis ketiga, kolon sigmoid bergabung dengan rektum
lalu berjalan dari posteroinferior di depan sakrum. Secara natural orientasi dari rektum
diperiksa dengan jari melalui dinding rektum anterior. Hal ini disebut eksaminasi rektal
(rektal = lurus). Selain itu rektum memiliki kurva lateral tiga buah, dimana di bagian internal
ditampilkan sebagai lapisan transversal disebut katub rektal. Katub ini memisahkan feses dari
flatus yang menghentikan feses dan membuat gas saja yang keluar. Bagian anus yang terakhir
dari usus besar terletak eksternal pada kavum abdominopelvis. Kira-kira 3 cm panjangnya
dengan saluran anus berawal dari rektum mempenetrasi muskulus levator ani dari pelvis dan
membuka kebagian badan eksterior dari anus. Saluran anal memiliki dua buah spingter, yaitu
spingter internal tidak disadari (involuntari) dan spingter ekternal yang terdiri dari otot
skeletal. Spingter bekerja seperti dompet yang membuka dan menutup anus kecuali pada saat
defekasi.

b. Anatomi Mikroskopis Usus

Dinding dari usus besar berbeda dengan usus kecil. Mukosa kolon terdiri dari epitel
simple columnar kecuali pada saluran anal. Oleh karena makanan diserap sebelum memasuki
usus besar makanya tidak didapati plika sirkular, villi dan juga tidak ada sel yang
menghasilkan enzim pencernaan. Namun mukosanya lebih tebal, kriptanya lebih dalam dan
terdapat sel goblet yang banyak dalam kriptanya. Lubrikasi dihasilkan oleh sel goblet untuk
mempermudah pengeluaran feses dan melindungi dinding usus dari asam yang mengiritasi
dan gas yang dilepaskan dari bakteri di kolon.

6
Mukosa dari saluran anal sedikit berbeda. Pada daerah ini sering terjadi abrasi. Hal ini
bergantung dari lipatan yang panjang yakni anal columns dan memiliki epitel stratified
skuamous. Sinus anal berhenti pada anal columns, mengeluarkan mukus apabila ditekan oleh
feses yang membantu mengosongkan kanal anal. Garis horizontal yang menghubungkan
bagian margin inferior dari sinus anal disebut linea pectinate. Mukosa superior pada garis ini
disarafi oleh sensori visceral fiber dan relatif tidak sensitif pada sakit. Area inferior dari linea
ini sangat sensitif pada rasa sakit, merefleksikan rasa sakit pada serabut somatik sensorik.
Dua buah pleksus superfisial dihubungkan dengan anal kanal, satu dengan anal columns dan
lainnya dengan anus. Jika adanya vena yang mengalami inflamasi, maka akan timbul
varikositis disebut hemoroid.

2.2.2 Fisiologi Usus

1. Motilitas Usus Besar

Otot usus besar tidaklah aktif untuk waktu yang lama, kontraksinya lambat dan
singkat. Pergerakan yang paling sering tampak pada kontraksi haustra yang dengan lambat
melakukan kontraksi secara individual selama 30 menit melalui otot polos pada masing-
masing haustra. Pada haustra yang terisi makanan distensinya menstimulasi otot untuk
berkontraksi yang mendorong isi luminal untuk menuju ke bagian haustra berikutnya.
Pergerakan ini menggabungkan residu dan membantu dalam peresapan air. Pergerakan otot
adalah panjang dan lambat namun kuat dalam kontraksi, dimana melalui areal yang panjang
dari kolon tiga hingga empat kali setiap hari dan mendorong isinya ke rektum. Biasanya ini
terjadi pada saat makan atau sesudah makan, mengindikasikan adanya makanan pada perut
dan menimbulkan refleks gastrokolik pada kolon. Serat maupun bahan lainnya pada diet
memperkuat kontraksi kolon dan melembekkan feses serta membantu kolon seperti pelumas
mobil.

7
Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin dan elektrolit, ekskresi mukus, serta
menyimpan feses dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus
yang diterima oleh kolon, hanya 150-200 ml yang dikeluarkan sebagai feses tiap harinya.

Udara ditelan sewaktu makan, minum atau menelan ludah. Oksigen dan CO2 di
dalamnya diserap di usus, sedangkan nitrogen bersama gas hasil pencernaan dan peragian
dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas dalam usus mencapai 500 ml sehari

2. Perjalanan Makanan Dalam Saluran Cerna

Setelah makanan dikunyah dan ditelan, makanan tersebut berjalan dari esofagus
hingga ke lambung. Di lambung makanan dipecah menjadi bagian yang lebih sederhana lagi
menurutmasing-masing unsur kimianya dan dialirkan ke usus kecil atau sering disebut “small
bowel“. Usus kecil merupakan bagian yang paling panjang dari segmen saluran pencernaan
dengan ukuran lebih kurang 20 kaki. Usus kecil ini memecahkan makanan yang dialirkan dari
lambung dan menyerap sari-sari makanan yang penting bagi tubuh. Pada bagian kanan bawah
abdomen terdapat persambungan menuju usus besar (atau yang lazimnya disebut “large
bowel“atau kolon), suatu organ silindris muskular dengan panjang 5 kaki. Kolon bagian yang
pertama dan terutama dari usus besar, secara terus-menerus menyerap air dan mineral nutrisi
dari bahan-bahan makanan dan menjadi tempat penampungan sementara dari sisa-sisa
makanan yang akan dikeluarkan dari tubuh. Bahan makanan sisa ini setelah diproses menjadi

8
feses dan menuju rektum, yang merupakan bagian terakhir seukuran 6 inci dari usus besar.
Dari tempat tersebut feses keluar dari tubuh melewati anus.

3. Flora Bakteri

Walaupun sebagian bakteri yang masuk ke usus besar dari usus kecil mati oleh
lisosim, defensins, HCl dan enzim protein lainnya, namun beberapa diantaranya masih dapat
hidup dan berkembang biak. Kelompok bakteri ini masuk ke usus besar dan membentuk flora
bakteri dan berkoloni di kolon dan memfermentasikan karbohidrat sisa, melepaskan asam dan
gas (termasuk dimetil sulfida, N2,H2,CH4, CO2). Beberapa gas ini (dimetil sulfida) sangat
bau. Lebih kurang 500 cc gas (flatus) dihasilkan setiap hari dan dapat semakin banyak
apabila banyak karbohidrat dimakan. Flora ini juga mensintesa vitamin B kompleks dan
vitamin K yang berguna untuk membentuk protein pembekuan darah.

4. Proses Pencernaan Yang Terjadi Pada Usus Besar

Kecuali sejumlah kecil residu yang diambil oleh bakteri, tidak ada pencernaan lain di
usus besar. Walaupun usus besar menghasilkan vitamin oleh flora bakteri serta mengambil
elektrolit dan air, namun absorbsi bukan fungsi utama dari organ ini melainkan membentuk
propulsi dan mendorong feses keluar dari tubuh. Usus besar sangat penting untuk
kenyamanan hidup kita, namun tidaklah fatal bila kolon dibuang misalkan oleh karena kanker
kolon. Terminal ileum dapat disambung dengan dinding abdomen yang disebut ileostomi dan
residu makanan langsung menunju kantong yang ditempatkan pada dinding abdomen.

5. Defekasi

Rektum biasanya kosong, namun ketika feses dipaksakan kedalamnya oleh dorongan
otot kolon akan melebarkan dinding rektum dengan menginisiasi reflek defekasi. Pada batang
otak terdapat pusat defekasi di mana dengan dimediasi oleh reflek parasimpatis menimbulkan
kontraksi dinding kolon sigmoid, rektum dan relaksasi anal spingter. Feses didorong ke
saluran anal, signalnya disampaikan ke otak dimana timbul pengiriman sinyal “disadari” ke
otot spingter anal untuk membuka atau menutup saat feses keluar. Bila defekasi terlambat
maka reflek ini berhenti beberapa saat dan mulai kembali sehingga menimbulkan dorongan
defekasi yang lama-kelamaan tidak dapat dihindari lagi (Guyton, 2005).

9
2.3 Etiologi

kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui, Penelitian saat ini
menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi terbesar untuk kanker kolorektal.
Mutasi dari gen APC adalah penyebab familial adenomatosa poliposis (FAP), yang
mempengaruhi individu membawa resiko hampir 100% mengembangkan kanker usus besar
pada usia 40 tahun.

2.4 Patofisiologi

Umumnya kanker kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip


adenoma. Insiden tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di
rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan
beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal
menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa dan dinding
luar usus. Struktur yang berdekatan seperti hepar, kurvatura mayor, lambung, duodenum,
usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinari dan dinding abdomen juga dapat dikenai
oleh perluasan. Metastase ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran
tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun
kelenjar regional masih normal .Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar
melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak,
tulang dan ginjal.

10
Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga tahap lanjut karena
pola pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum muncul gejala. Manifestasi tergantung
pada lokasi, tipe dan perluasan serta komplikasi. Perdarahan sering sebagai manifestasi yang
membawa pasien datang berobat. Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan
buang air besar, diare atau konstipasi. Karekteristik lanjut adalah nyeri, anoreksia dan
kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau rektum. Biasanya
pasien tampak anemis akibat dari perdarahan.

Prognosis kanker kolorektal tergantung pada stadium penyakit saat terdeteksi dan
penanganannya. Sebanyak 75 % pasien kanker kolorektal mampu bertahan hidup selama 5
tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih rendah pada usia dewasa tua.

Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal :

(1) obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi;

(2) perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal
oleh isi usus;

(3) perluasan langsung tumor ke organorgan yang berdekatan.

2.5 Faktor Resiko

Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal, diantaranya
adalah :

 Diet tinggi lemak, rendah serat.

 Usia lebih dari 50 tahun.

 Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal


mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.

 Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome. Pada semua
pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi kanker rektum.

 Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome, Peutz-Jeghers


syndrome dan Muir syndrome.

 Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.

11
 Inflammatory bowel disease.

 Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).

 Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.

2.6 Gejala Klinis

Gejala klinis kanker pada kolon kiri berbeda dengan kolon kanan. Kanker kolon kiri
sering bersifat skirotik sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih
karena feses sudah menjadi padat. Pada kanker kolon kanan jarang terjadi stenosis dan feses
masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi.

Gejala dan tanda dini kanker kolorektal tidak ada. Umumnya gejala pertama timbul
karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat penyebaran.
Kanker kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan pola defekasi seperti konstipasi.
Makin ke distal letak tumor feses makin menipis atau seperti kotoran kambing, atau lebih cair
disertai darah atau lendir. Perdarahan akut jarang dialami, demikian juga nyeri di daerah
panggul berupa tanda penyakit lanjut. Pada obstruksi penderita merasa lega saat flatus.

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker kolorektal antara lain ialah:

1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam.

2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB

3. Feses yang lebih kecil dari biasanya.

4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
perut atau nyeri.

5. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya.

6. Mual dan muntah.

7. Rasa letih dan lesu.

8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus.

12
2.7 Pemeriksaan

Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba menunjukan
keadaan sudah lanjut. Massa pada sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain
kolon. Karena kanker kolorektal sering berkembang lamban dan penanganan stadium awal
sangat dibutuhkan, prosedur skrining rutin bagi deteksi awal penyakit.

Rekomendasinya sebagai berikut :

1.Pemeriksaan rektal tusse untuk semua orang usia lebih dari 40 tahun

2. Test Guaiac untuk pemeriksaan darah feses bagi usia lebih dari 50 tahun.

3. Sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun untuk tiap orang usia lebih dari 50 tahun.

2.8 Stadium

Ketika diagnosa kanker kolorektal sudah dipastikan, maka dilakukan prosedur untuk
menetukan stadium tumor. Hal ini termasuk computed tomography scan (CT scan) dada,
abdomen dan pelvis, complete blood count (CBC), tes fungsi hepar dan ginjal, urinalisis dan
pengukuran tumor marker CEA (carcinoembryonic antigen).

Tujuan dari penentuan stadium penyakit ini adalah untuk mengetahui perluasan dan
lokasi tumor untuk menentukan terapi yang tepat dan menentukan prognosis. Stadium
penyakit pada kanker rektum hampir mirip dengan stadium pada kanker kolon. Awalnya
terdapat Duke's classification system yang menempatkan kanker dalam 3 kategori stadium A,
B dan C. Sistem ini kemudian dimodifikasi oleh Astler-Coller menjadi 4 stadium (Stadium
D), lalu dimodifikasi lagi tahun 1978 oleh Gunderson & Sosin.

13
Pada perkembangan selanjutnya, The American Joint Committee on Cancer (AJCC)
memperkenalkan TNM staging system yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4
stadium (Stadium I-IV).

1. Stadium 0
Kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum yaitu pada mukosa saja. Disebut
juga carcinoma in situ.

2. Stadium I
Kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan melibatkan
bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar ke bagian terluar dinding rektum ataupun
keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.

3. Stadium II
Kanker telah menyebar keluar rektum ke jaringan terdekat namun tidak menyebar ke
limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.

4. Stadium III
Kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Disebut juga Dukes C rectal cancer.

5. Stadium IV
Kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh seperti hati, paru atau ovarium. Disebut
juga Dukes D rectal cancer.

14
2.9 WOC

2.10 Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh .

a. Identitas, Di dalam identitas meliputi nama,umur,jenis


kelamin,alamat,pendidikan,nomor regitrasi,status pekawinan,agama,pekerjaan,tinggi
badan,tanggal MR
b. Keluhan utama : pada pasien Ca Colon biasanya nyeri hebat pada bagian perut skala
10
c. Dapatkan riwayat kesehatan

15
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah;
adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengan makan atau defekasi); pola eliminasi terdahulu dan saat ini,
deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau
mukus.Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus
inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet
diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi
alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting.
d. Perhatikan adanya dan karakter nyeri abdominal dan rectal; pola eliminasi yang lalu
dan sekarang; terapi obat yang terbaru; riwayat medis yang lalu; deskripsi warna, bau,
konsistensi feses dan adanya darah atau mucus.
e. Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan
palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses
diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Meliputi:

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi


2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.Ditandai dengan:
a. Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b. Peningkatan bunyi usus
c. Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d. Mual, muntah, diare.
4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal),
pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

16
c. Intervensi Keperawatan
Nanda Noc Nic
- Awasi masukan dan haluaran
1. Resiko Membran mukosa
dengan cermat, ukur feses
kekurangan lembab, turgor kulit
cair. Timbang berat badan tiap
volume cairan baik, dan pengisian
hari.
berhubungan kapiler baik, tanda
Rasional : Memberikan
dengan muntah vital stabil, dan secara
indikator langsung keseimbangan
dan dehidrasi individual
cairan
mengeluarkan urine
- Kaji tanda vital (TD, Nadi,
dengan tepat
Suhu)
Rasional : Hipotensi,
takikardi, demam dapat
menunjukkan respons
terhadap dan/atau efek
kehilangan cairan
- Observasi kulit kering
berlebihan dan membran
mukosa, penurunan turgor
kulit, pengisian kapiler
lambat
Rasional : Menunjukkan
kehilangan cairan
berlebihan/ dehidrasi
- Pertahankan pembatasan
peroral, tirah baring;
hindari kerja
Rasional : Kolon
diistirahatkan untuk
penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan
cairan usus
- Observasi perdarahan dan

17
tes feses tiap hari untuk
adanya darah samar
Rasional : Diet tak
adekuat dan penurunan
absorbsi dapat
menimbulkan defisiensi
vit. K dan merusak
koagulasi, potensial resiko
pendarahan
- Kolaborasi pemberian
cairan paranteral, transfusi
darah sesuai indikasi
Rasional :
Mempertahankan istirahat
usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/
anemia
- Kalaborasi pemberian obat
sesuai indikasi:
Antiemetik, mis,
trimetobenzamida (Tigan);
hidroksin (Vistaril);
proklorperazin
(Compazine), Antipiretik,
mis, asetaminofen
(Tyenol), Vitamin K
Rasional : Digunakan
untuk mengontrol
mual/muntah pada
eksaserbasi akut,
Mengontrol demam,
Merangsang pembentukan

18
protrombin hepatik,
menstabilisasi koagulasi
dan menurunkan resiko
perdarahan

2. Nyeri Melaporkan nyeri - Dorong pasien untuk


berhubungan hilang/terkontrol, melaporkan nyeri
dengan tampak rileks dan Rasional : Mencoba untuk
kompresi mampu tidur/istirahat mentoleransi nyeri,
jaringan dengan tepat daripada meminta
sekunder akibat analgesic
obstruksi - Izinkan pasien untuk
memulai posisi yang
nyaman, mis lutut fleksi
Rasional : Menurukan
tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa control
- Berikan tindakan yang
nyaman ( pijatan
punggung, ubah posisi) &
aktivitas senggang
Rasional : Meningkatkan
relaksasi, memfokuskan
kembali perhatian dan
menigkatkan kemampuan
koping.
- Dorong penggunaan
tekhnik relaksasi, mis,
bimbingan imajinasi,
visualisasi. Berikan
aktivitas tenggang
Rasional : Membantu
pasien untuk istirahat lebih

19
efektif dan memfokuskan
kembali perhatian,
sehingga menurunakan
nyeri dan ketidak
nyamanan
- Berikan obat sesuai
indikasi, mis, analgesik
Rasional : Menurunkan
nyeri, meningkatkan
kenyamanan.

3. Perubahan Klien melaporkan


- Pertahankan tirah baring
nutrisi kurang selera makannya
selama fase akut/pasca
dari meningkat
terapi
kebutuhan
Rasional : Menurunkan
tubuh b/d
kebutuhan metabolik
gangguan
untuk mencegah
absorbsi
penurunan kalori dan
nutrien, status
simpanan energi.
hipermetaboli
- Bantu perawatan
k sekunder
kebersihan rongga mulut
terhadap
(oral hygiene).
proses
Rasional : Meningkatkan
keganasan
kenyamanan dan selera
usus.
makan.
- Berikan diet TKTP,
sajikan dalam bentuk yang
sesuai perkembangan
kesehatan klien (lunak,
bubur kasar, nasi biasa)
Rasional : Asupan kalori
dan protein tinggi perlu
diberikan untuk

20
mengimbangi status
hipermetabolisme klien
keganasan.
- Kolaborasi pemberian
obat-obatan sesuai
indikasi (roborantia)
Rasional : Pemberian
preparat zat besi dan
vitamin B12 dapat
mencegah anemia;
pemberian asam folat
mungkin perlu untuk
mengatasi defisiensi karen
amalbasorbsi.
- Bila perlu, kolaborasi
pemberian nutrisi
parenteral.
Rasional : Pemberian
peroral mungkin
dihentikan sementara
untuk mengistirahatkan
saluran cerna.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kanker kolorektal adalah suatu tumor malignan yang muncul dari jaringan epitel dari
kolon atau rectum . Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon
dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang
disebut juga traktus gastrointestinal. Gejala dan tanda dini kanker kolorektal tidak ada.
Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi,
perdarahan atau akibat penyebaran. Kanker kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan
pola defekasi seperti konstipasi. Makin ke distal letak tumor feses makin menipis atau seperti
kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir.

22
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C. & Hall, J. E., 2005.Textbook of Medical Physiology. Edisi11

Philadelphia, PA, USA : Elsevier Saunders.

R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2013. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta:

EGC.

Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D., 2011.Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3. Jakarta:

EGC,

Ikhsanuddin Ahmad Harahap. 2004. Perawatan Pasien Dengan Kolostomi Pada

Penderita Cancer Colorectal. Dalam

http://library.usu.ac.id/download/fk/04006072.pdf, 21 Februari 2017

23

You might also like