You are on page 1of 13

PARADIGMA KESEHATAN

doktor_tian@yahoo.com

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen
utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kondisi pembangunan
kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi
masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan,
prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup. Angka kematian
bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002–
2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997)
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan
hidup meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur
harapan hidup meningkat dari dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2
tahun (2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah
menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004). Bila dilihat
permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu terdapat 10
provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang
diatas 40% yaitu di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi
buruk umumnya menimpa penduduk miskin/tidak mampu. Di sisi lain
masalah baru gizi seperti kegemukan, terutama di wilayah perkotaan
cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat.Angka
kesakitan yang tinggi terjadi pada anak-anak dan usia di atas 55 tahun,
dengan tingkat morbiditas lebih tinggi pada wanita dibanding pria.
Sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi adalah penyakit gigi dan
mulut, gangguan refraksi dan penglihatan, ISPA, gangguan pembentukan
darah (anemia) dan imunitas, hipertensi, penyakit saluran cerna, penyakit
mata lainnya, penyakit kulit, sendi dan infeksi nafas kronik. Selain itu
Indonesia juga menghadapi ”emerging diseases” seperti demam berdarah
dengue (DBD), HIV/AIDS, Chikungunya, SARS, Avian Influenza serta
penyakit-penyakit ”re-emerging diseases” seperti malaria dan
TBC.Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang
diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah
didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas
di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit
dan Puskesmas keliling 6.132 unit.

1
doktor_tian@yahoo.com
Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua
kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau
oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di
hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan
perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.Di bidang obat dan
perbekalan kesehatan telah ditetapkan standar Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) dan jenis obat generik yang mencakup 220 obat.
Penggunaan obat generik dan obat tradisional cenderung mengalami
kenaikan, dan 95 persen kebutuhan obat nasional telah dipenuhi dalam
negeri. Demikian juga dengan vaksin dan sebagian alat-alat kesehatan.
Walaupun demikian ketersediaan, mutu, keamanan obat dan perbekalan
kesehatan masih belum optimal serta belum dapat dijangkau dengan
mudah oleh masyarakat.
Selain itu obat asli Indonesia (OAI) belum sepenuhnya dikembangkan
dengan baik meskipun potensi yang dimiliki sangat besar. Pengawasan
terhadap keamanan dan mutu obat dan makanan telah dilakukan lebih luas
meliputi produk pangan, suplemen makanan, obat tradisional, kosmetika,
produk terapetik/obat, dan NAPZA disertai dengan penyidikan kasus
tindak pidana.
Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada
hampir semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar
tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam
menanggulangi masalah kesehatan.
Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi masih jauh dari
target Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih tajam.
Dengan produksi SDM kesehatan dari institusi pendidikan saat ini, target
tersebut sulit untuk dicapai.
Dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya
desentralisasi kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya
sinkronisasi kegiatan antara Pusat dan Daerah, peningkatan kapasitas SDM
daerah terutama dalam perencanaan, peningkatan sistem informasi,
terbatasnya pemahaman terhadap peraturan perundangan serta struktur
organisasi kesehatan yang tidak konsisten.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran masalah kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia saat ini
2. Untuk mengetahui strategi paradigma kesehatan.
3. Untuk mengetahui konsep baru tentang makna sehat.
4. Untuk mengetahui sasaran dan strategi utama pembangunan
kesehatan. .

2
doktor_tian@yahoo.com
II.PEMBAHASAN
A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk
yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua
pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein
pada bayi dan anak-anak, GAKY terutama didaerah endemic, kekurangan
vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasisiwa, anak-anak usia
sekolah, masih tingginya angka BBLR, serta bagaimana mempertahankan
dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus
ditangani secarasungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi
kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan
datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam
transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi
gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini padadasarnya telah
menciptakan bebab ganda (double burden) masalah kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan
hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sermentara
masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit
menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular
yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Tansisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku
tradisional menjadi modern yang cenderung membawa risiko.

Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit,


tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaaan
terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga
merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan
kesehatan atau sakit . Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit
diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah
selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar
ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di
antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi.
Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan
biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat
yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.Dengan adanya
tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembagunan kesehatan.

Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan


kesehatan antara lain:
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional
kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas
status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan
antar perkotaan-perdesaan masih cukup tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.

3
doktor_tian@yahoo.com
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh
masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang
bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga
Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan
(double burden)
4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih
rendah.
5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan
sehat.
7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi
kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor
belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan
sumber daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk,
pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat
asli Indonesia, dan sistem informasi.

B. Strategi Paradigma Kesehatan


Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia
terhadap informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman
ataupun dari penelitian.
Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka
memasuki era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan
pola pikirdan konsep dasar sdtrategis pembangunan kesehatan dalam
bentuk paradigma sehat.
Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung menggunakan
paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif)
terhadap masyarakat Indonesia.
Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani
masalah kesehatan di waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat
kembali prioritas dn penekanan program dalam upaya meningkatkan
kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku utama dan
mempertahankan kesinambungan pembangunan.
Untuk membentuk manusia Indonesia menjadi sumber daya manusia
sehat-produktif-kreatif, kita harus berfikir dan agak berbeda dengan apa
yang kita lakukan sekarang. Kita perlu re-orientasi dalam strategi dan
pendekatan.
Pembangunan penduduk yang sehat tiadk bias dilakukan melalui
pengobatan yang sedikit saja.
Perubahan paradigma dan re-orientasi mendasar yang perlu dilakukan
adalah paradigma atau konsep yang semula menekankan pada
penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan meringankan beban
penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar
masyarakat yang belum jatuh sakit agar bias lebih berkontribusi dalam
pembangunan.

4
doktor_tian@yahoo.com
C. Konsep Baru Tentang Makna Sehat
Konsep sakit-sehat senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita
tentang nilai, peran penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan.
Dimulai pada zaman keemasan yunani bahwa sehat itu sebagai virtue,
sesuatu yang dibanggakan sedang sakit sebagai sesuatu yang tidak
bermanfaat.
Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi Cartesian yang
verorientasi pada kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa
seseorang disebut sehat bila tidak ditemukan disfungsi alat tubuh.
Mental dan roh bukan urusan dokter-dokter melainkan urusan agama.
Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit batasan sehat juga berubah.
Seseorang disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara
seksama tidak ditemukan penyebab penyakit. Tahun lima puluhan
kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti yang tertera
dalam UU kesehatan RI No.23 tahun 1992 telah dimasukkan unsur hidup
produktif social dan ekonomi.
Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti Canada
yang mengutamakan konsep sehat produktif. Sehat adalah sarana atau alat
untuk hidup sehari-hari secara produktif.

1. Paradigma Baru Kesehatan


Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta
memiliki makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia
tahun 1994 dianggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan
kesehatan masyarakt baru, karena sejak tahun 1974 terjadi diskusi intensif
yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep dan
metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
Setelah deklarasi Alma Ata HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico
(1990) dan Saitama (1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan
secara bertahap beralih dari orientasi sakit ke orientasi sehat. Perubahan
tersebut antara lain disebabkan oleh:
a. Transisi epidemiology pergeseran angka kesakitan dan kematian
yang semula disebabkan oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis,
degeneratif dan kecelakaan.
b. Perubahan konsep dari Cartesian ke holistic fiosofi.
c. Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana
d. Makin jelasnya pemahaman kita tentang factor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan penduduk.

Balonde (1974) dan diperkuat oleh Hendrik L. Blum (1974) dalam


tulisannya secara jelas mengatakan bahwa “ status kesehatan penduduk
bukanlah hasil pelayanan medis semata-mata”. Akan tetapi fator-faktor
lain seperti lingkungan, perilaku dan genetika justru lebih menentukan
terhadap status kesehatan penduduk, dimana perubahan pemahaman dan
pengetahuan tentang determinan kesehatan trsebut, tidak diikuti dengan
perubahan kebijakan dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia,
seperti membuat peraturan perundang-undangan yang penting dalam
Undang-undang kesehatan No.23 tahun 1992 terutama yang berkaitan

5
doktor_tian@yahoo.com
dengan upaya promotif dan preventif sebagaimana tujuan program
kesehatan dalam GBHN.
2. Upaya Kesehatan
Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan
penyakit dalam jangka panjang dapat menjadi bumerang terhadap program
kesehatan itu sendiri, maka untuk menyongsong PJP-II program kesehatan
yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih “efektif” yaitu
program kesehatan yang mempunyai model pembinaan kesehatan (Health
Developmenn Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang
sdiharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II.
Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas
untuk 20-25 tahun mendatang.
b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya
promotif-preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.
d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai
potensi kesehatannya secara penuh (Peningkatan vitalitas).
Penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap
penyakit.
f. Pencegahan penyakit melalui imunisasi: bumil, bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran
.g. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran
lingkungan serta perlindungn masyarakat terhadap pengaruh
lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)
h. Penggerakan peran serta masyarakat.
i. Penciptaan lingkungn yang memungkinkan masyarakat dapat hidup
dan bekerja secara sehat.
j. Pendekatan multi sector dan inter disipliner.
k. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada
kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat
umum).
l. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan desar bagi yang sakit.
Upaya kesehatan seperti tersebut diatas tidak lain merupakan bentuk-
bentuk pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan.

3. Kebijakan Kesehatan Baru


Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada
upaya promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan
rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam
menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang
menitik beratkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar
penyembuhan penyakit.
Thomas Kuha menyatakan bahwa hampur setiap terobosan baru perlu
didahului dengan perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara
berpikir yang lama. Upaya kesehatan di masa dating harus mampu
menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif

6
doktor_tian@yahoo.com
sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap
penduduk memiliki status kesehatan yang cukup.

4. Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma


Perubahan paradigma kesehatan apabila dilaksanakan dapat membawa
dampak yang cukup luas. Hal itu disebabkan karena pengorganisasian
upaya kesehaan yang ada, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, adalah
merupakan wahana dan sarana pendukung dari penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit, maka
untuk mendukung terselenggaranya paradigma sehat yang berorientasi
pada upaya promotif-preventif proaktif, community centered, partisipasi
aktif dan pemberdayaan masyarakat, maka semua wahana tenaga dan
sarana yang ada sekarang perlu dilakukan penyesuaian atau bahkan
reformasi termasuk reformasi kegiatan dan program di pusat penyuluhan
kesehatan.

5. Indikator Kesehatan
Indikator-indikator kesehatan yang digunakan dewasa ini yaitu
IMR,CDR, One Expectancy, masih cocok disebut sebagai indicator
kesehatan penduduk.
Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan
adalah indicator positif, bukan hanya indicator negatif (sakit,mati) yang
dewasa ini masih dipakai. WHO menyarankan agar sebagai indicator
kesehatan penduduk harus mengacu pada empat hal sebagai berikut:
a. Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang
b. Mengukur kemampuan fisik
c. Penilaian atas kesehatan sendiri
d. Indeks massa tubuh
e. BMI

INDIKTOR NEGATIF INDIKATOR POSITIF


Kurang sesuai dengan paradigma Sesuai dengan paradigma baruAgak
sehatLebih mudah diukurAngka sulit diukurAngka kesehatanAngka
kesakitanAngka kematianAngka kesehatan ibuChild survival
kematian bayiAngka aborsiRasio rateAngka hari produktifRasio
dokter/pendudukYears of disable penyuluh/pendudukYears of
lifeBerat/tinggi badanSmoking related disability-free lifeFat kevel
diseasesBanyaknya air terkontaminasi comsumtionSmoking related
healthJumlah penyediaan air bersih.

6. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan
yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting.
Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat
memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan
dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual.
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotifasi dan
memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral,
mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif,
mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinan dan teladan hidup sehat.

7
doktor_tian@yahoo.com
7. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembinaan dan pemberdayaan mayarkat yang sangat penting
adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk
dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri
dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

8. Kesehatan dan Komitmen Politik


Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena
itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen
politik.
Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan
penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan social
ekonomi.
Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor kesehatan lebih
merupakan sector konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai
penyedia sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga apabila ada
kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi terhadap sector
ini tidak akan meningkat.

D. Strategi dan Sasaran Utama Pembangunan Kesehatan


Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan di tengah beban dan permasalahan
kesehatan yang semakin pelik, dibutuhkan strategi jitu untuk menghadapinya.
Dalam mengatasi masalah kesehatan dapat digunakan beberapa strategi utama,
antara lain:
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh
masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar
gizi.
2. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok
masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit; di setiap desa tersedia
SDM kesehatan yang kompeten; di setiap desa tersedia cukup obat
esensial dan alat kesehatan dasar; setiap Puskesmas dan jaringannya dapat
menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya;
pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya
memenuhi standar mutu.
3. Meningkatkan sistem surveillans, monitoring dan informasi
kesehatan.
Sasaran utama dari strategi ini adalah : setiap kejadian penyakit
terlaporkan secara cepat kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke
instansi kesehatan terdekat; setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah
penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak
menimbulkan dampak kesehatan masyarakat; semua ketersediaan farmasi,
makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat; terkendalinya
pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan; dan

8
doktor_tian@yahoo.com
berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh
Indonesia.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan kesehatan
memperoleh prioritas penganggaran pemerintah pusat dan daerah;
anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan
promosi kesehatan; dan terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan
terutama bagi rakyat miskin.

Strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010


adalah :

1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan


Semua kebijakan pembangunan nasional yang sedang dan atu akan
diselenggarakan harus memiliki wawasan kesehatan. Artinya program
pembangunan nasional tersebut harus memberikan kontribusi yang positif
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap dua hal. Pertama, terhadap
pembentukkan lingkungan sehat. Kedua, terhadap pembentukkan peilaku sehat.
Adalah amat diharapkan setiap program pembangunan yang diselenggarakan di
Indonesia dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap terbentuknya
lingkungan dan perilaku sehat tersebut. Sedangkan secara mikro, semua
kebijakan pembangunan kesehatan yang sedang dan atau akan diselenggarakan
harus dapat makin mendorong meningkatnya derajat kesehatan seluruh anggota
masyarakat. Jika diketahui pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tersebut
akan lebih efektif dan efisien jika dilaksanakn melalui upaya promotif dan
preventif, bukan upaya kuratif dan rehabilitatif, maka seyogyanyalah kedua
pelayanan yang pertaama tersebut dapat lebih diutamakan. Untuk
terselengggaranya pembangunan berwawasan kesehatan perlu dilaksanankan
kegiatan sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan sehingga semua pihak
yang terkait (stakeholders) memahami dan mampu melaksanakan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Selain itu, perlu pula dilakukan
kegiatan penjabaran lebih lanjut dari konsep tersebut sehingga benar benar
menjadi operasional serta terukur segala pencapaian dan dampak yang
dihasilkan.

2. Profesionalisme
Profesionalisme dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan
teknologi, serta melalui penerapan nilai-nilai moral dan etika. Untuk
terselenggaranya pelayanan yang bermutu, perlu didukung oleh penerapan
pelbagaikemajuan ilmu dan teknologi kedokteran. Untukterwujudnya
pelayanan kesehatan yang seperti ini, jelaslah pengembangan sumber daya
manusia kesehatan dipandang mempunyai peranan yang amat penting.
Pelayanan kesehatan profesional tidak akan terwujud apabila tidak didukung
oleh tenaga pelaksana, yakni sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi. Lebih dari itu, untuk terselenggaranya
pelayanan kesehatanyang bermutu, perlu pula didukung oleh penerapan nilau-
nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Untuk terwujudnya pelayanan
kesehatan yang seperti ini, semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu
menjunjung tinggi sumpah dan kode etik profesi. Pelaksanaan perilaku yang
dituntut dari tenaga kesehatan seperti diatas perlu dipantau secara berkala

9
doktor_tian@yahoo.com
melalui kerjasama dengan pelbagai organisasi profesi. Untuk terselenggaranya
strategi profesionalisme akan dilaksanakan penentuan standar kompetensi bagi
tenaga kesehatan, pelatihan berdasarkan kompetensi, akreditasi dan legislasi
tenaga kesehatan, serta kegiatan peningkatan kualitas lainnya.

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat


Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam pola hidup sehat, perlu
digalang peran serta masyarakat yang seluas-luasnya, termasuk peran serta
dalam pembiayaan. JPKM yang pada dasarnya merupakan penataan sub sistem
pembiayaan kesehatan dalam bentuk mobilisasi sumber dana masyarakat,
adalah wujud nyata dari peran serta masyarakat tersebut, yang apabila berhasil
dilaksanakan akan mempunyai peranan yang besar pula dalam turut
mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan Dalam
konteks penataan sub sistem pelayanan kesehatan, strategi JPKM akan lebih
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, yang apabila berhasil
dilaksanakan, dinilai lebih efektif dan efisien dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan di samping berpengaruh positif pula dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Untuk terselenggaranya strategi
tersebut akan dilaksanakan sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan untuk
semua pihak yang terkait sehingga mereka memahami konsep dan program
JKPM. Selain itu, akan dikembangkan pula peraturan perundang-undangan,
pelatihan Badan Pelaksana JPKM, dan pengembangan unit pembina JPKM
agar strategi JPKM dapat terlaksana dengan baik.

4. Desentralisasi
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan pelbagai upaya
kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing
daerah. Desentralisasi yang inti pokoknya adalah pendelegasian wewenang
yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem
pemerintahan dan rumah tangga sendiri memang dipandang lebih sesuai untuk
pengelolaan pelbagai pembangunan nasional pada masa mendatang. Tentu saja
untuk keberhasilan desentralisasi ini berbagai persiapan perlu dilakukan,
termasuk yang terpenting adalah persiapan perangkat organisasi serta sumber
daya manusianya. Untuk terselenggarnya desentralisasi akan dilakukan
kegiatan analisa dan penentuan peran pemerintah pusat dan daerah dalam
bidang kesehatan, penentuan kegiatan upaya kesehatan yang wajib
dilaksanakan oleh daerah, analisa kemampuan daerah, pengembangan sumber
daya manusia daerah, pelatihan, penempatan kembali tenaga dan lain-lain
kegiatan sehingga strategi desentralisasi dapat terlaksana secara nyata.

Adapun sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2007 diarahkan


untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
peningkatan akses masyarakat, terutama penduduk miskin, terhadap pelayanan
kesehatan yang antara lain tercermin pada beberapa indikator sebagai berikut:
1. Meningkatnya proporsi keluarga yang berperilaku hidup bersih dan sehat;
2. Meningkatnya proporsi keluarga yang memiliki akses terhadap sanitasi dan
air bersih;
3. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih;
4. Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal, postnatal dan neonatal;

10
doktor_tian@yahoo.com
5. Meningkatnya tingkat kunjungan (visit rate) penduduk miskin ke
Puskesmas;
6. Meningkatnya tingkat kunjungan (visit rate) penduduk miskin ke rumah
sakit;
7. Meningkatnya cakupan imunisasi;
8. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria,
demam berdarah dengue (DBD), tuberkulosis paru, diare, dan HIV/AIDS;
9. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita;
10. Meningkatnya pemerataan tenaga kesehatan;
11. Meningkatnya ketersediaan obat esensial nasional;
12. Meningkatnya cakupan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi produk
terapetik/obat, obat tradisional, kosmetik, perbekalan kesehatan rumah
tangga, produk komplemen dan produk pangan;
13. Meningkatnya penelitian dan pengembangan tanaman obat asli Indonesia;
14. Meningkatnya jumlah peraturan dan perundang-undangan di bidang
pembangunan kesehatan yang ditetapkan; dan
15. Meningkatnya jumlah penelitian dan pengembangan di bidang
pembangunan kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Presiden No.7 tahun 2005 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, telah
ditetapkan bahwa sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009
adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pencapaian sasaran
tersebut tercermin dari indikator dampak pembangunan kesehatan, yaitu :
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1000 kelahiran
hidup
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per
100.000 kelahiran hidup
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak anak balita dari 25,8 %
menjadi 20%.

Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan telah


bertekad untuk menjunjung tinggi nilai-nilai sebagai berikut
1. Berpihak pada Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan
akan selalu berpihak pada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia
tanpa membedakan suku, golongan agama, dan status sosial ekonomi.
2. Bertindak cepat dan tepat.
Dalam mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat darurat harus
dilakukan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan
pertimbangan yang cermat, sehingga dapat mengenai sasaran dengan
intervensi yang tepat.
3. Kerjasama tim
Dalam mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan, harus dibina
kerja tim yang utuh dan kompak, dengan menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi, sinkronisasi dan sinergisme

11
doktor_tian@yahoo.com
4. Integritas tinggi.
Dalam melakasanakan tugas, semua anggota Departemen Kesehatan harus
memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh, dan
bermroral tinggi.
5. Transparan dan akuntabilitas
Semua kegiatan pembangunan kesehatan yang diselenggarakaan oleh
Departemen Kesehatan, harus dilaksanakan secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan dan depertanggungugatkan kepada publik.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Paradigma sehat merupakan suatu strategi baru pembangunan kesehatan
yang memandang masalah kesehatan sebagai suatu variable kontinyu,
direncanakan dalam suatu system desentralisasi, dengan kegiatan pelayanan
yang senantiasa bersifat promotif untuk mengentaskan kesehatan masyarkat,
oleh tenaga kesehatan professional bersama masyarakat yang partisipatif
Selain itu, dalam paradigma sehat ini pengukuran derajat kesehatan
masyarakat tidak semata-mata dilihat dari penurunan kesakitan/kematian
(dengan memakai indicator negatif), tetapi lebih ditekankan pada pencapaian
hasil peningkatan pada angka kesehatan (indicator Positif). Nilai indicator
positif ini diperoleh sebagai dampakdari upaya kesehatan promotif yang telah
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan professional dan didukung besarnya
penempatan biaya upaya promotif yang sesuai.
Paradigma sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan
kesehatan masyarakat dititik beratkan pada:
1. Promosi kesehatan, peningkatan vatalitas penduduk yang tidak sakit (85%)
agar lebih tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.
2. Pencegahan penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.
3. Pencegahan pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap penganruh buruk (melalui perubahan
perilaku).
4. Memberi pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan
medis.
Paradigma sehat merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua
sehat di tahun 2010, diamana mengarah kepada mempertahankan kondisi
sehat dan tidak sakit dan produktif yang dikenal dengan upaya promotif
dan preventif ketimbang upaya kuratif yang hanya menekankan pada
upaya penanganan orang-orang sakit.

B. SARAN
1. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Komitmen dan kerjasama antara Negara berkembang dengan Negara
maju untuk mencapai MDGs.
3. Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan karenan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk
dalam upaya pembangunan kesehatan khususnya di indonesia.
4. Peningkatan pemberdayakan masyarakat, kerjasama dengan semua
pelaku pembangunan kesehatan, khususnya dengan Tim Penggerak

12
doktor_tian@yahoo.com
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) di semua jenjang
administrasi pemerintahan dalam pembangunan kesehatan.
5. Kebijaksanaan pembangunan kesehatan pada tahap sekarang ini harus
diarahkan pada upaya bagaimana membina bangsa yang sehat dan bukan
bagaimana menyembuhkan mereka yang sakit.

13
doktor_tian@yahoo.com

You might also like