You are on page 1of 3

Anatomy Sklera

Sklera adalah jaringan ikat padat yang menepati 5 per 6 bagian dari lapisan terluar bola mata. Sklea
merupakan lapisan yang luar biasa kuat dan kokok (kata sklera berasal dari bahasa yunani sklera
mannix yang berarti membran yang kuat), yang memiliki fungsi proteksi komponen komponen
intraokular dari trauma, cahaya, mechanical displacement (menahan daya yang cukup kuat yang
timbul saat terjadi peningkatan tekanan intraokular sehingga bentung bola mata tidak berubah),
tempat perlekatan otot otot ekstraokular.

Perkembangan Sklera

Perkembangan Prenatal

Sebagian besar sklera berkembang dari neural crest kecuali sedikit bagian kecil temporal yang
berkembang dari mesoderm. Neural crest, mesoectoderm, atau ectomesenchyme merupakan suatu
massa sel yang terletak diluar daerah neural groove yang mengalami invaginasi. Connective tissue
lainnya juga berasal dari neural crest (kartilago, tulang, ligamen, tendon, dermis, leptomeningen,
perivascular smooth muscle. Hal inilah yang menjelaskan setidaknya seringkali berkaitan antara
skleritis dan artritis pada banyak Systemic connective tissue disease.

Neuroectoderm Surface Ectoderm Neural Crest Mesoderm


Retina Epitel kornea Choroid Striated Extraocular Muscle
Fibers of optic nerve Epitel Konjunctiva Iris Endotel Vaskular
Glia of optic nerve Lens Ciliary Musculature Sebagian kecil sklera
Smooth Muscle of iris Kelenjar Lakrimalis Stroma kornea Humor vitreous
Kelenjar Tarsal Endotel Kornea
Epidermis palpebra Optic Nerve meniinges
Sebagian besar Sklera

Proses perkembangan sklera manusia berlangsung dari anterior ke posterior dan dari dalam keluar.
Proses perkembangan mata manusia dimulai pada awal minggu ke 4 melalui suatu evaginasi aspek
ventrolaterl dari neural tube atau neuroektoderm pada forebrain diencephalon. Pada akhir dari
evaginasi menjadi sedikit dilatasi dan membentuk vesikel optik. Pada waktu yang sama, suatu area
kecil dari permukaan ektoderm yang melapisi tiap vesikel optik menjadi menebal dan membentuk
lens placode yang mengalami invaginasi untuk membentuk vesikel lensa. Dan pada saat ini terdapat
3 gelombang invasi dari mesenkim neural crest. Yang pertama bertanggung jawab terhadap endotel
kornea dan trabekular meshwork, yang kedua terhadap fibrosit konea dan sklera dan yang ketiga
terhadap stroma choroid dan iris. Pada saat minggu ke-5, tiap vesikel optik mengalami invaginasi
untuk membentuk double-layered optic cup/neuroectoderm yang dikelilingi neural crest (berasal
dari ectoderm). Pada minggu ke-6 terjadi differensiasi sel neural crest ke sklera dan choroid. Proses
ini diinduksi oleh pigmen epitel retina. Baik skera choroid dan pigmen epitel retina membutuhkan
perkembangan lensa untuk pertumbuhan yang normal dan perubahan bentuk, struktur dan fungsi.
Pada bulan ke-4 sabut sabut sklera melingkr membentuk sclera spur dan pada bulan ke-5 sabut
sklera mengelilingi axon dari n.optikus dan membentuk lamina cribosa. Gangguan perkembangan
pada tahap ini dan kegagalan terdepositnya kolagen pada bagian dalam dari aspek posterior sklera
mungkin menyebabkan terjadinya perubahan “Staphylomatous”yang ditemukan pada myopia
kongenital dan perubahan disk yang ditemukan pada beberapa pasien glaukoma kongenital.

Perkembangan Post Natal


Perkembangan sklera ditentukan oleh sinyal genetik terhadap fibrosit sklera dan oleh perkembangan
struktur yang berdekatan seperti lensa, retina, choroid dan produksi aquous oleh badan siliaris yang
terjadi bersamaan. Selama periode perkembangan ini, terdapat peningkatan panjang axial dari bola
mata untuk menjcapai keadaan emmetrop. Peningkatan panjang dari bola mata terjadi dalam 2
tahap yaitu Fase infantile yang berlangsung hingga usia 3 tahun, dan fase slower juvenile hngga usia
13 tahu, dan setelah fase ini pertumbuhan bola mata terhenti.

Sklera postnatal relatif tipis, sehingga menyebabkan sel pigmen dari choroid mampu menunjukkan
warna kebiru-biruan. Dan juga dapat diregang, sehingga sklera dapat teregang ketika terjadi
peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma infantile (buphthalmic globe). Sklera yang relatif
tipis, kebiruan, dapat teregang kecil dan dapat ditembus cahaya secara perlahan lahan menjadi tebal
, lebih putih, kurang bisa teregang lebih besar, lebih opaque seperti pada mata anak-anak maupun
remaja.

Meskipun pada dewasa, sklera tidak dapat teregang, ectasias (protrusi sklera), atau staphylomas
protrusi sklera oleh jaringan uvea) dapat muncul pada semua usia setelah terjadi kerusakan baik
karena inflamasi maupun trauma. Sklera pada dewasa 65-75% terdiri dari air. Sklera tampak opaque
jika kandungan airnya antara 40-80% dan menjadi translusens jika kandungan airnya dibawah 40%
atau diatas 80%. Hal ini terjadi khususnya pada saat operasi strabismus maupun perlekatan retina
dimana konjunctiva dan otot ekstraokular dilepas sementara dari tempat perlekatannya disklera.
Sehingga sklera tersebut menjadi kering dan bersifattranslusens kecuali jika sklera tersebut secara
terus menerus dibasahi. Perubahan yang sama juga terjadi saat pengangkatan konjunctiva perilimbal
misalnya pada proseur operasi eksisi pterygium atau lesi limbal lainnya. Sklera tersebut menjadi
kering karena gangguan dari efek lubrikasi dari tear film yang ada pada konjunctiva. Dry spot atau
istilah lainnya dellen, menghilang setelah direhidrasi dengan artificial tear atau eye patching.

Peningkatan traparansi setelah terjadi inflamasi menyebabkan terjadi penyusunan ulang fibril dari
sklera dan perubahan fisiochemical.

Pada orang tua, sklera kurang dapat teregang , terjadi penurunan kandugan air dan mengandung
sedikit glikosaminoglikan. Hal ini diakibatkan banyaknya residu lysine dari kolagen yang mengalami
reaksi silang dan semakin kecilnya ukuran rongga interfibrillar yang mungkin diakibatan perubahan
proteoglikan. Perubahan terkait usia lainnya adalah terjadinya peningkatan deposit lipid
subkonjunctiva seperti kolesterol ester, asam lemak bebas, trigliserid, dan sphingomyelin sehingga
warna sklera menjadi kekuning kuningan. Terjadi deposit dari kalsium fofat pada area elipsoid
dengan axis vertikal lebih panjang daripada axis horisontal tepat dianteior dari insersi otot rectus
lateral dan medial. Area ini dikenal sebagai senile scleral plaque dan biasaya terjadi pada usia diatas
70 tahun. Penyebabnya belum diketahui secara pasti namun kemungkinan dapat disebabkan iskemik
sekunder dari aterosklerosis arteri siliaris anterior, dehidrasi, stress pada otot rektus yang terus
menerus, dan kerusakan aktin akibat iradiasi solar. Sabut sabut kolagen menjadi tebal dan kurang
seragam, khususnya pada daerah insersi otot otot.

Anatomy

Gross dan Microscopis Anatomy

Permukaan bola mata dilindungi oleh jaringan ikat padat yang terbagi menjadi 2 bagian dengan
ukuran yang berbeda dimana satu terletak dianterior dan satu lagi teretak diposterior. Di posterior
dikenal sebagai sklera. Menempati 5/6 bagian dari bola mata, opaque dan radius kelengkunganna
sebesar 12 mm. Pada bagian anterior dikenal sebagai konea. Menempati 1/6 bagian dari bola mata,
transparan, radius kelengkunganna sebesar 8 mm. Ketebalan sklera bervariasi : bagian paling tebal
didekat nervus optikus (1mm); semakin menurun perlahan-lahan pada bidang equator (0,4-0,5 mm),
dan ketebalan minimal erletak pada daerah dimana terdapat insersi tendon otot otot rectus pada
mata. Sabut sabut kolagen dari tendon musculus rectus membentuk anyaman dengan sabut kolagen
dari sklera yang membuat tidak dapat dipisahkan. Ruptur sklera yang diakibatkan oleh truma
biasanya terjadi pada bagian belakang dari tempat insersi musculus recti, pada daerah equator atau
pada area yang sejajar dengan limbus berlawanan dengan tempat yang menalami trauma. Penting
untuk diingat bahw sklera dibelakang insersi musculus recti itu tipis karena tendon harus dijahit pada
sklera pada saat reseksi tendon atau pada pemendekan otot pada operasi strabismus.

Insersi otot otot rektus lebih kearah posterior dan mengikuti suatu pola spiral yang dikenal sebagai
spiral of tillaux. Rektus medial berinsersi 5,5 mm posterior terhadap limbus; rektus inferior 5,5 mm;
rektus lateral 6,9 mm; dan rektus superior 7,7 mm. Insersi otot otot oblique superior dan inferio
terletak diposterior garis equator. Tendon yang panjang dari otot oblique superior terinsersi pada
bagian superior sedikit ke laterl, dan diinferior dari otot rektus superior. Dimana garis insesinya
cembung ke arah posterolateral. Otot otot oblique inferior terinsersi lebih posterolateral. Karena
otot ini tidak terdapat tendo, maka sabut sabut muscular meekat secara langsung dan garis
insersinya cembung ke supeolateral. Titik paling posterior berada 5 mm temporal dari nervus
optikus, external dari makula.

Tenon’s capsule, suatu fascia pembungkus dari bola mata, menyokong bola mata dalam orbita dan
memisahkannya dari orbital fat dan menyebabkan bola mata dabat bergerak menikuti otot otot
ekstraokular. Tenon’s capsule merupakan suatu membran yang dianterior meluas dari limbus ke
belakang untuk membungkus otot otot rektus ekstraokular. Dan di posterior, membungkus bola
mata dan mengalami fusi dengan lapisan dura nervus optikus dan dengan sklera disekitar tempat
keluar nervus optikus. Dekat dengan nervus optikus, tenon’s capsule dipenetrasi otot dan nercus
ciliaris longus dan brevis maupun dipenetrasi oleh vortex vein. Tenon’s capsule secara langsung
dihubungkan dengan bagian terluar dari sklera atau episklera oleh suatu lamella lamella halus,
khususnya pada daerah limbus, dan di anterior pada insersi tendon otot otot, dan di posterior
padalapisan dura nervus optikus.

You might also like