You are on page 1of 11

TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Problematika Pendidikan Islam Masa Kini dan Yang Akan


Datang”

DOSEN PEMBIMBING :

Syarifuddin, S.Th.I, M.Th.I

DISUSUN OLEH :

Ahmad Thoriqulhaq
02511740000044

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2017/2018
DAFTAR ISI

Cover i
Daftar Isi ii
BAB I (PENDAHULUAN) 1
Latar belakang masalah 1.1
Rumusan masalah 1.2
Tujuan penelitian 1.3
BAB II (ISI) 2
BAB III (PENUTUP) 8
Daftar Pustaka 9
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

pendidikan merupakan dasar timbulnya tingkah laku dari individu. Individu dapat
menjadi individu yang baik dan berakhlak maupun jahat tak bermoral juga dipemgaruhi oleh
kualitas pendidikan anak tersebut. Maka sangat krusial apabila pembahasan tentang
pendidikan seperti ini dibahas. Dan dapat juga sangat bermanfaat

1.2 Rumusan Masalah

Pada jurnal ini,terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dijelaskan, pada bagian
isi (BAB II)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pendidikan seperti apa yang baik
di ajarkan kepada anak yang dapat membuat mereka menjadi individu yang lebih baik dan
bermoral
BAB II
Isi

Permasahan pendidikan Islam saat ini terkait dengan ketertinggalan pendidikan Islam
ini, dikarenakan oleh terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan Islam yang
hanya berksisar pada aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan duniawi,
atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Maka akan tampak
adanya pembedaan dan pemisahan antara yang dianggap agama dan bukan agama, yang
sacral dengan yang profane antara dunia dan akhirat. Cara pandang yang memisahkan antara
yang satu dengan yang lain ini disebut sebagai cara pandan dikotomik. 1

Penyebab ketertingalan pendidikan Islam. Hingga kini pendidikan Islam masih


memisahkan antar akal dan wahyu, serta fakir dan zikir. Hal ini menyebabkan adanya ketidak
seimbangan paradigamtik, yaitu kurang berkembang konsep humanisme religus dalam dunia
pendidikan Islam , karena pendidikan Islam lebih berorientasi pada konsep ‘abdullah (
manusia sebagai hamba), ketimbang sebagai konsep khalifatullah (manusia sebagai khalifah
Allah). Selain itu orientasi pendidikan Islam yang timpang tindih melahirkan masalah-
masalah besar dalam dunia pendidikan, Dari persoalan filosofis, hingga persoalan
metodologis. Disamping itu, pendidikan Islam menghadapi masalah serius berkaitan dengan
perubahan masyarakat yang terus menerus semakin cepat, lebih-lebih perkembangan ilmu
pengetahuan yang hampir-hampir tidak memperdulikan lagi sistem suatu agama.

Terjadinya pemilihan-pemilihan antara ilmu umum dan ilmu agama inilah yang
membawa umat Islam kepada keterbelakangan dan kemunduran paradapan, lantaran karena
ilmu-ilmu umum dianggap sesuatu yang berada di luar Islam dan berada diluar Islam dan
berasal dari non Islam atau the orher, bahkan seringkali ditentangkan antara agama dan ilmu
(dalam hal ini sains). Agama dianggap tidak adanya kaitannya dengan ilmu, begitu juga ilmu
dianggap tidak memperdulikan agama. Begitulah gambaran praktik kependidikan dan
aktivitas keilmuan di tanah air sekarang ini dengan berbagai dampak negatif yang
ditimbulkan dan dirasakan masyarakat. 2

1 Muhaimin, Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia 2006.

Agama islam dapat membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi


kepentingan hidup manusia diatas bumi, bila di interanisasikan kedalam pribadi melalui
proses kependidikan yang konsisten dan terarah pada tujuan. Oleh karena itu pendidikan
islam memerlukan kosep-konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-
teori teruji dan praksiasi di lapangan operasional. Bila pendidikan islam telah menjadi limu
yang ilmiah dan alamiah maka ia akan berpungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang
bernafas islam yang lebih efektif dan efisien.

Namun akhir-akhir ini akibat perubahan sosial diberbagai sektor kehidupan umat
manusia, beserta nilai-nilainya ikut mengalami pergesaran yang belum mapan. Sehingga
islam harus mengubah strategi dan taktik operasional. Strategi dan taktik islam tersebut harus
lebih efektif dan efisien artinya pedagogis, Sosiologis dan kultural.

Dari berbagai persoalan pendidikan Islam diatas dapat ditarik benar merah problematika
Pendidikan Islam yaitu :
Pertama, Masih adanya problem konseptual-teoritis atau filsofis yang kemudian berdampak
pada persoalan operasional praktis.
Kedua, persoalan konsptual-teoritis ini ditandai dengan adanya paradigma dikotomi dalam
dunia pendidikan Islam antara agama dan bukan agama, wahyu dan akal serta dunia dan
akhirat.
Ketiga,kurangnya respon pendidikan Islam terhadap raelitas sosial sehingga peserta didik
jauh dari lingkungan sosio-kulutural mereka. Pada saat mereka lulus dari lembaga pendidikan
Islam mereka akan mengalami social-shock.
Keempat, penanganan terhadap masalah ini hanya sepotong-potong, tidak integral dan
komprehensif.

2Abdurrahman Mas’ud, Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta: Bina Aksara 1993

Semkin kompleks pula, kejiwaan semakin tidak mudah diberi nafas agama. Orientasi
pendidikan islam dan zaman teknologi masa depan perlu diubah pula baik mengenai sistem
dan metode. Nafas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elane vitele yang
menggerakkan prilaku diperkokokan dengan ilmu pengetahuan yang luas sehingga ia mampu
memberikan jawaban yang tepat dan berguna terhadap tantangan perkembangan ilmu dan
teknologi. Justru pendidikan islam membawa prinsip dan nilai-nilai absulutisme yang bersifat
mengarahkan tren Perubahan Sosiokultural.

Jika kita melihat kelembagaan pendidikan islam merupakan subsistem dari sistem
masyarakat atau bangsa. Dalam operasionalisasinya selalu mengacu dan tanggap pada
kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Hal ini untuk menghindari timbulnya kesenjangan
sosiokultural. Dan untuk mengetahui adanya antara lembaga pendidikan dan masyarakat yang
berkenaan dengan kebutuhan yang meningkat ialah dengan melakukan assement.

Kelemahan fungsi lembaga subsistem masyarakat, pada hakekatnya tidak terlepas dari
mekanisme sistem sosiokulural yang saat ini sedang bersamaan dengan pengaruhnya sains
dan teknologi itu sendiri. Disamping itu, pergesaran indealitas masyarakat yang menuju ke
arah pola piker rasional-teknologis yang cendrung melepaskan diri dari tradisobalisme
cultural-educatif makin membengkak. Sehingga fungsi lembaga mau tidak mau harus lebih
bersifat laten terhadap kecendrungan sosial tersebut. Karena lembaga telah dibebani over
demended yang dianggap sekedar sebagai public and sosial servant yang harus tunduk
kepada kebhinikaan kepentingan berubah-ubah.

Pada era masa kini dan yang akan datang, pandangan terhadap pengharagaan nilai
kemanusiaan semakin concerded dari para perencana pembaharuan, menghindari meluasnya
dominasi robot-robot teknologi yang berkealnjutan tidak menentu. 4

2. Pengaruh Sains dan Teknologi Canggih


Sebagai mana kita ketahui bahwa dampak positif dari kemajuan teknoligi sampai kini
adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Memudahkan manusia yang sehari-hari sibuk
dengan berbagai problema yang semakin rumit. Teknologi menawarkan
4.Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani
quraisy,2005

Solusi Problematika Pendidikan Islam saat ini

Mencermati kenyataan tersebut, maka mau tidak mau persoalan konsep dualisme-
dikotomik pendidikan harus segera ditumbangkan dan dituntaskan, baik pada tingkatan
fisolofi-paradigmatik maupun teknis departemental. Pemikiran fisolofis menjadi sangat
penting, karena pemikiran ini nanti akan memberikan suatu pandangan dunia yang menjadi
landasan idiologis dan moral bagi pendidikan.

Pemisahan antara ilmu dan agama hendaknya segera dihentikan dan menjadi sebuah upaya
penyatuan keduanya dalam satu sistem pendidikan integralistik. Namun persoalan integritas
ilmu dan agama dalam satu sistem pendidikan dini bukanlah satu persoalan yang mudah,
melainkan harus atas dasar pemikiran fisolofis yang kuat, sehingga tidak terkesan hanya
sekedar tumbal sulam. Langkah awal yang harus dilakukan dalam mengadakan perubahan
pendidikan adalah merumuskan “ kerangka dasar filosofis pendidikan” yang sesuai dengan
ajaran islam, kemudian mengembangkan secara “empiris prinsip-prinsip” yang mendasari
terlaksananya dalam konteks lingkungan ( sosio dan kultural ) Filsafat Integralisme (hikma
wahdatiyah) adalah bagian dari filsafat Islam yang menjadi alternatif dari pandangan holistik
yang berkembang pada era postmodern di kalangan masyarakat barat. 3

1. Sistem Pendekatan dan Orientasi

Dan katakanlah yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. ‘’ Sesungguhnya
yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Q.S. Al-Israa’:81) Pendekatan pendidikan
islam memandang bahwa kebenaran islam yang muthlak pasti mampu mengalahkan kebatilan
yang merajalela diluar kehidupan islam berdasarkan dalil diatas, namun kebenaran mutlak
sebenarnya mampu berkembang sepenuhnya di masyarakat bila penganutnya berusaha keras
dan tepat sasaran melalui sistem yang Metode Yang Efektif dan Efisien .

Efektifitas dan efisien islam menurut kita untuk menerapkan berbagai rekayasa dan rekadaya
yang didasari oleh ilmu pengetahuan teoritis dan praktisis sesuai dengan sasaran yang
digarap. Kerena pendidikan islam masa kini dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih berat
dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran islam. Hal ini diakibatkan
oleh permintaan yang bertambah (rising demand) manusia berbagai macam kesantaian dan
kesenangan yang semakin luas, memasuki ruang-ruang dan celah-celah kehidupan kita
sampai yang remang-remang dan bahkan gelap pun dapat dipenetrasi.

3 Armahedi Mahzar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,1998


Dampak negatif dari teknologi modern telah memulai menampakkan diri didepan mata
kita. Pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental-spritual atau jiwa yang sedang
tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gayanya. Tidak hanya
nafsu mutmainah yang dapat diperlemah oleh rangsangan negatif dari teknologi elektronik
dan informatika, melainkan juga fungsi-fungsi kejiwaan lainnya. Seperti kecerdasan pikiran,
ingatan, kemauan, dan perasaan ( emosi ) diperlemah. Kemampuan aktualnya dipermudah
dengan alat-alat teknologis-elektronis dan informatika seperti computer, fotocopy jarak jauh
(facsimilie ), Vidio Casette recorder (VCR) dan komiditi cellulpid (film video-disc ), dan
sebagainya. Dalam waktu dekat, anak didik kita tidak perlu lagi belajar bahasa asing atau
keterampilan tangan, dan berpikir ilmiah taraf tinggi, karena alat-alat teknoligi telah mampu
menggantikannya dengan computer penerjemah semua bahasa asing. Robot-robot telah siap
mengerjakan tugas-tugas yang harus di kerjakan dengan tangan atau msin otak ( computer
gnerasi baru ) mampu berpikir lebih cepat dari otak manusia sendiri. Lalu, bagaimana tentang
proses menginternalisasiakan dan mentransformasikan nilai-nilai iman dan takwa kedalam
lubuk hati manusia. Sampai saat ini belum kita mendengar adanya teknologi transformasi
nilai-nilai spiritual itu.
Permasalahan baru yang harus dipecahkan oleh pendidikan islam khusunya adalah
dehumanisasi pendidikan,netralisasi nilai-nilai agama, atau upaya pengendalian mengarahkan
nilai-nilai transional kepada suatu pemukiman yang ilahi, kokoh dan tahan banting. Baik
dimensi individual maupun sosiokultural.

2. Pelembagaan proses Kependidikan Islam


Pendidikan Islam yang berlangsung melalui proses operasional menuju tujuannya
memerlukan model dan system yang komsistem yang dapat mendukung nilai-nilai moral-
spritual yang melandasinya.

Nilai-nilai tersebut diaktualisasikan berdasarkan orientasi kebutuhan perkembangan


ftrah murid yang terpadu dengan pengaruh lingkungan cultural yang ada. Karena itu,
menajemen kelembagaan Pendidikan Islam memandang bahwa seluruh proses kependidikan
dalam institusi adalah sebagai suatu system yang berorientasi kepada perbuatan yang nyata
berdasarkan atas pendekatan yang sistematik.

Kelembagaan Pendidikan Islam merupakan Subsistem dari system masyarakat atau


bangsa. Dalam operasionalnya selalu mengacu dan tanggap kepada kebutuhan perkembangan
masyarakat. Tanpa sikap demikian, Kesenjangan inilah yang menjadi salah satu sumber
konflik antara pendidikan dan masyarakat. Dari sanalah timbul krisis pendidikan yang
intensitasnya berbeda-beda menurut tingkat atau taraf masyarakat.

Pada era teknologi masa kini dan yang akan datang, pandangan terhadap penghargaan
nilai kemanusiaan semakin menjadi concerned dari para perencana gerakan pembaharuan,
menghindari luasnya dominasi robot-robot teknologi yang berkelanjutan tak menentu.
Pendidikan yang dijadikan tumpuhan harapan manusia harus mampu meproyeksikan keadaan
masa depan kedalam tiga kategori, yaitu :
a. Masa Depan Sosio
Yang mengandung fenomena principal, antara lain penyebaran alternative struktur
rumah tangga yang lamban, pengasuhan anak oleh orang tuanya, pandangan tentang posisi
keibuan, hubungan-hubungan tentang seksualitas dan moralitas sosial baru, serta interprestasi
kembali tentang peranan agama dalam masyarakat. Makin banyaknya kaum wanita menjadi
tenaga kerja. Penekan hidup pada aspek-aspek sosial, penolakan umum terhadap penggunaan
senjata penghancur missal (nuklir dan kimia ). Terjadi perkawinan lintas suku dan agama.
Radikalisme pelajar makin menurun. Status kurang dikaitkan dengan benda-benda consumer.
Pemecahan tentang krisis energy jangka panjang tak kunjung tercapai, dan penggunaan
energy per kapita makin menurun; pertumbuhan penduduk nol makin disukai kaum ibu;
antara lain akibat perubahan teknologi industry pada kurun 1990-1995 yang akan datang;
makin meluas dengan bentuk transportasi baru; promiskuitas dan pornografi akan datang;
makin meluas dengan bentuk transportasi baru; promiskuitas dan pornografi akan tetap di
toleransi; televisi makin banyak dimanfaatkan untuk pengenalan kultur yang lebih efektif dan
sebagainya.

b. Masa depan tekno


Secara singkat dapat disimpulkan bahwa masyarakat masa depan akan dilanda
pengaruh energy fisika tinggi, inovasi dan aplikasinya yang cenderung lebih besar terhadap
energy sinar laser. Peningkatan penggunaan computer dan teknik pemrosesan data,
penyempurnaan computer rumah tangga; pengenalan superkonduktor pada transmisi
kelistrikan dan pengenalan non kabel. Meningkatnya kesadaran bahwa teknologi tak sanggup
mencarikan pengganti bagi sumber-sumber tenaga seperti bahan bakar, mineral, dan udara
segar. Perdagangan internasional dan penanaman modal muncul sebagai kekuatan
internasional bagi stabilitas dan perdamaian dunia. Perusahaan teknik akan lebih banyak
mengalami kerugian dari pada untung dalam kurun persenjataan nulir. 5

c. Masa depan bio


Secara principal ditandai dengan makin menghangatnya disksui tentang pemakain
teknik modifikasi behavioral seperti kimia, elektronik dan kejiwaan, serta isu-isu manipulasi
genetika. Menurunya rentangan hidup disebabkan oleh kekurangan makanan dan polusi
lingkungan dan menurunnya tingkat kematian bayi secara mencolok.
Namun tampak pada kita bahwa masa depan kehidupan umat manusia tetap mengandalkan
lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal sebagai pusat-pusat pengembangan dan
pengendalian kecenderungan manusia modern menuju kearah optimism. Apalagi jika
kecendrungan itu dilandasi dengan nilai-nilai moral dan agama. Karena itu, pendidikan masih
dapat dipandan potensial bagi pengembangan peredapan umat manusia jauh di masa depan
dilihat dari berbagai alasan sosiologi, psikologi, cultural, dan teknologis.

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Sebagai Disiplin Ilmu


Sebagai disiplin ilmu, pendidikan islam bertugas pokok mengilmiahkan wawasan atau
pandangan tentang pendidikan yang terdapat dalam sumber-sumber pokok. Dalam sumber-
sumber pokok tersebut terdapat bahan-bahan fundemantal yang mengandung sumber-sumber
kependidikan atau impilkasi-implikasi kependidikan yang masih berserakan. Untuk itu
dibentuk suatu ilmu pendidikan islam, bahan tersebut perlu disistematikan dan diteoritiskan
sesuai dengan kaidah yang terdapat dalam dunia pendidikan.

5. Prof.H.Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara,


2003

Ilmu pengetahuan pendidikan islam pada khusunya tersusun dari konsep dan teori yang
distemamatisasikan menjadi kebulatan yang terdiri dari komponen-komponen yang satu
dengan yang saling berkaitan. Pendidikan islam merupakan sekumpulan ide dan konsep
intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman dan pengetahuan. Dengan kata
lain, ilmu pendidikan islam harus bertumpu pada gagasan yang diagolis dan pengalaman
empiris yang terdiri atas fakta dan informasi untuk diolah menjadi teori yang valid yang
menjadi tempat berpijaknya suatu ilmu pengetahuan ilmiah. Terdapat tiga komponen dasar
yang harus dibahas dalam komponen pendidikan,antara lain :
1. Tujuan pendidikan islam harus dirumuskan dan ditetapkan secara jelas dan sama bagi
seluruh ummat islam sehingga bersifat universal. Sebagai esensinya tujuan pendidikan islam
yang sejalan dengan Al-Qur’an itu tidak lain adalah penyerahan diri sepenuhnya terhadap
tuhan Yang Maha Esa.
2. Metode pendidikan islam yang kita ciptakan harus berpungsi secara efektif dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan islam. Komprehensivitas dari pada tujuan pendidikan harus
paralel dengan keanekaragaman metode, mulai dari metode verbalistik-simbolisme sampai
pada interaksi langsung dalam suasana belajar mengajar.
3. Irama gerak yang harmonis antara metode dan tujuan pendidikan dalam proses akan
mengalami vakum bila tanpa kehadiran nilai atau ide. Oleh karena itu pendidikan islam harus
mengarah pada pengembagan kualitas manusia sebagai Khalifah di muka bumi.

Dalam content (kurikulum) pendidikan islam harus mencerminkan jenis-jenis sains


yang dibutuhkan oleh manusia muslim untuk menunjang tugas sebagai mandataris tuhan di
muka bumi. Berdasarkan pemikiran diatas maka pendidikan islam sebagai disiplin ilmu telah
memiliki modal dasar yang potensial untuk dikembangkan sehingga mampu berperan di
jantung masyarakat dinamis masa kini dan mendatang. Dalam kajian ilmu yang ilmuah harus
bertumpu pada adanya teori-teori. Oleh karena itu teori pendidikan islam harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Teori harus menetapkan adanya hubungan fakta dan yang ada.
b. Teori harus mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur dari konsep-konsep
c. Teori harus mngihtisarkan sebagai fakta
d. Teori harus meramalkan sebuah fakta serta kejadian-kejadian
Adapun corak teoritis dari ilmu pendidikan itu hendak disusun secara sistematis yang well-
oragnized, yang mampu memberi diskripsi tentang adanya fakta dari pengalaman operasional
dalam bentuk pengertian sederhana mungkin. 6

6 Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Bandung : Pustaka
Setia, 1997
PENUTUP

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “” ini.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.

Surabaya, 14 Desember 2017

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin,Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara,2003

Ahmadi, Abu & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1997

Sama’un, Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani
quraisy, 2005

Mahzar Armahedi, Ilmu pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 1998

Mas’ud Abdulrahman, Beberapa Aspek Dasar Kependidikan., Jakarta : Bina Aksara, 1993

Muhaimin, Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2006.

You might also like