Professional Documents
Culture Documents
Semester : II
Mahasiswa mampu memahami gejala perubahan fisika yang meliputi larutan, fenomena
permukaan, peristiwa elektrolitik.
Pada akhir perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu memahami gejala perubahan fisika
yang meliputi larutan, fenomena permukaan,peristiwa elektrolitik dan pembentukan zat koloid.
Materi Kuliah :
--
2
Kimia Fisika I
Kimia Fisika merupakan cabang Ilmu Kimia yang mengkaji hubungan antara sifat kimia dan sifat
fisika suatu zat berdasarkan pada gejala fisik dan atau perubahan energinya.
• Termodinamika kimia
• Kinetika kimia
• Kimia koloid
• Kimia permukaan
• Kimia Listrik
• Ikatan kimia
• Termokimia
• Spektroskopis, dll
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti
garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya
karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain,
sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran
logam) dan mineral tertentu.
KIMIA LARUTAN
2.1 Komponen Larutan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya),
tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara
langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama
(baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya
(solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa
berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut
(solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur
dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari
campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan naik.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp
berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut
dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp
berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.
Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti
larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air dan tan air.
4
Zat terlarut
Contoh larutan
Gas Cairan Padatan
Hidrogen larut
Air dalam arang aktif; Aloi logam seperti baja dan
Padatan dalam logam,
uap air dalam kayu duralumin
misalnya platina
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
5
Larutan garam
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi
hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya[1]. Sifat koligatif larutan terdiri dari
dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit[1].
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Molalitas dan Fraksi Mol
○ 1.1 Molalitas (m)
○ 1.2 Fraksi Mol
2 Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit
○ 2.1 Penurunan Tekanan Uap
○ 2.2 Kenaikan Titik Didih
○ 2.3 Penurunan Titik Beku
○ 2.4 Tekanan Osmotik
3 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
○ 3.1 Penurunan Tekanan Uap Jenuh
○ 3.2 Kenaikan Titik Didih
○ 3.3 Penurunan Titik Beku
○ 3.4 Tekanan Osmotik
4 Lihat Pula
5 Referensi
6 Pranala Luar
6
Keterangan :
m = molalitas larutan (mol / kg)
n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)
P = massa pelarut (g)
Marie Francois Raoult (1830 - 1901) ilmuwan yang menyimpulkan tentang tekanan
uap jenuh larutan
Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat
cair[3]. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula
tekanan uapzat cair[3]. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak
menguap, maka partikel - partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul - molekul
zat cair[3]. Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut
yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang
sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat
terlarutnya semakin tinggi[3]. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis[3] :
ΔP = P0 - P
P0 > P
Keterangan :
P0 = tekanan uap zat cair murni
P = tekanan uap larutan
Pada tahun 1808, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Perancis melakukan percobaan
mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh larutan sama
dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni[3]. Persamaan
penurunan tekanan uap dapat ditulis[3]. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum Raoult dan
dirumuskan dengan[3]. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis[3] :
P = P0 x Xp
ΔP = P0 x Xt
Keterangan :
P = tekanan uap jenuh larutan
P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni
Xp = fraksi mol zat pelarut
Xt = fraksi mol zat terlarut
Keterangan :
ΔTb = kenaikan titik didih
kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif
Titik Tetapan
Pelarut
Didih (Kb)
Karbon
76,5 04,95
tetraklorida
Keterangan :
ΔTf = penurunan titik beku
kf = penurunan titik beku molal
m = massa zat terlarut
9
Titik Tetapan
Pelarut
Beku (Kf)
Karbon
-23 29,8
tetraklorida
Fenol 43 7,27
Air 0 1,86
Van't Hoff
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang
melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan[5]. Membran semipermeabel adalah suatu selaput
10
yang dapat dilalui molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut
Van't Hoff, tekanan osmotik larutan dirumuskan [5]:
π = MxRxT
Keterangan :
π = tekanan osmotik
M = molaritas larutan
R = tetapan gas ( 0,082 )
T = suhu mutlak
i = 1 + (n − 1)α
Keterangan :
i = faktor Van't Hoff
n = jumlah koefisien kation
α = derajat ionisasi
ΔP =P0
ΔTb=
ΔTf =
π=
2. Kelarutan elektrolit
3. Kelarutan Nonelektrolit
4. Larutan
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi
normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip
dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya
berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat
bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor.
Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada
temperatur dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen
membentuk fasa berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif
ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor). Tarikan atom oksigen pada elektron-
elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan
jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom
oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah
momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini
membuat masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan
yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan
hidrogen.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada
dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Tingginya konsentrasi kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat
berwarna turquoise.
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik.
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap
dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua
molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan
elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa
molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada
elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan
13
hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
hidrogen.[8][9][10]
Bunga daisy ini berada di bawah permukaan air, akan tetapi dapat mekar dengan tanpa
terganggu. Tegangan permukaan mencegah air untuk menenggelamkan bunga tersebut.
Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar
molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah
permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul
sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan
amat halus air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular
antara gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air.
Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan permukaan
protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat
terhadap air. Irvin Langmuir mengamati suatu gaya tolak yang kuat antar permukaan-
permukaan hidrofilik. Untuk melakukan dehidrasi suatu permukaan hidrofilik — dalam arti
14
melepaskan lapisan yang terikat dengan kuat dari hidrasi air — perlu dilakukan kerja sungguh-
sungguh melawan gaya-gaya ini, yang disebut gaya-gaya hidrasi. Gaya-gaya tersebut amat
besar nilainya akan tetapi meluruh dengan cepat dalam rentang nanometer atau lebih kecil.
Pentingnya gaya-gaya ini dalam biologi telah dipelajari secara ekstensif oleh V. Adrian
Parsegian dari National Institute of Health.[11] Gaya-gaya ini penting terutama saat sel-sel
terdehidrasi saat bersentuhan langsung dengan ruang luar yang kering atau pendinginan di luar
sel (extracellular freezing).
Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Air
dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat senyawa organic untuk melakukan replikasi.
Semua makhluk hidup yang diketahui memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat
pelarut yang penting untuk makhluk hidup dan adalah bagian penting dalam proses
metabolisme. Air juga dibutuhkan dalam fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis menggunakan
cahaya matahari untuk memisahkan atom hidroden dengan oksigen. Hidrogen akan digunakan
untuk membentuk glukosa dan oksigen akan dilepas ke udara.
15
Perairan bumi dipenuhi dengan berbagai macam kehidupan. Semua makhluk hidup pertama di
Bumi ini berasal dari perairan. Hampir semua ikan hidup di dalam air, selain itu, mamalia seperi
lumba-lumba dan ikan paus juga hidup di dalam air. Hewan-hewan seperti amfibi
menghabiskan sebagian hidupnya di dalam air. Bahkan, beberapa reptil seperti ular dan buaya
hidup di perairan dangkal dan lautan. Tumbuhan laut seperti alga dan rumput laut menjadi
sumber makanan ekosistem perairan. Di samudera, plankton menjadi sumber makanan utama
para ikan.
BAB V
KOEFISIEN DISTRIBUSI
5.1.Tujuan Percobaan
1.
Menentukan koefisien distribusi.
2.
Menetukan pengaruh suhu terhadap besarnya koefisien distribusi.
5.2.Tinjaun Pustaka
Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih. Jadi pada sistem
heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan gas, atau antara padat dan cairan. Cara yang
paling mudah untuk menyelesaikan persoalan pada sistem heterogen adalah menganggap
Kesetimbangan heterogen ditandai dengan adanya beberapa fase. Antara lain fase
kesetimbangan fisika dan kesetimbangan kimia. Kesetimbangan heterogen dapat dipelajari dengan
3 cara :
a.
Dengan mempelajari tetapan kesetimbangannya, cara ini digunakan
untuk kesetimbangan kimia yang berisi gas
b.
Dengan hukum distribusi nerst, untuk kesetimbangan suatu zat dalam 2
pelarut.
c.
Dengan hukum fase, untuk kesetimbangan yang umum.
(Soekarjo, “Kimia Fisika”, hal. 234 )
Hal-hal yang mempengaruhi kesetimbangan :
1. Pengaruh perubahan konsentrasi
2 SO3
Bila tekanan dinaikkan, keseimbangan akan bergeser ke kiri yaitu mengarah pada pembentukan
NO2. Dengan bergesernya ke kiri, maka volume akan berkurang sehingga akan mengurangi efek
kenaikkan tekanan.
3. Pengaruh perubahan suhu
Reaksi pembentukan bersifat endotermik dan eksotermik. Jika suhu dinaikkan, maka keseimbangan
akan bergeser ke kanan, kearah reaksi yang endotermik sehingga pengaruh kenaikkan suhu
dikurangi.
(Tony Bird, “Kimia Fisik untuk Universitas”, hal. 169)
Satu jenis kesetimbangan heterogen yang penting melibatkan pembagian suatu spesies
terlarut antara dua fase pelarut yang tidak dapat bercampur. Misalkan dua larutan tak tercampur
seperti air dan karbon tetraklorida dimasukkan kedalam bejana. Larutan-larutan ini terpisah menjadi
dua fase dengan zat cair yang kerapatannya lebih rendah, dalam hal ini air berada dibagian atas
larutan satunya. Contoh penggunaan hukum distribusi dalam kimia yaitu dalam proses ekstraksi dan
proses kromatografi.
(Oxtoby, Gillis, “Prinsip-prinsip kimia modern edisi 4 jilid 1”, hal : 339-340)
Persamaan hukum distribusi :
GA = GAo + RT ln aA
GB = GBo + RT ln aB
Dalam kesetimbangan maka,
GA =GB
GAo + RT ln aA = GBo + RT ln aB
oA
oB
B
A
G
G
a
a
ln
RT
−
=
K
a
a
K
RTG
G
a
a
ln
B
A
oB
oA
17
B
A
=
⇒
=
−
=
Dimana :GA dan GB
= Tenaga bebas zat terlarut dalam pelarut A dan B
GAo dan GBo
= Tenaga bebas Gibbs A dan B
R
= Konstanta
T
= suhu
aA dan aB
= konsentrasi A dan B
Bila larutan encer atau zat terlarut bersifat ideal maka aktifasi (a) dapat
diganti C, hingga :
K
CC
AA=
Dimana : K = koefisien distribusi
CA
= konsentrasi zat terlarut pada pelarut organik
CB
= konsentrasi zat terlarut pada pelarut anorganik
(Sukardjo,”Kimia Fisika”, hal. 242)
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk
menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut
dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna
satu sama lain.
(S. K. Dogra & S. Dogra, “Kimia Fisika dan Soal-soal”, hal : 604)
faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi diantaranya:
1. Temperatur yang digunakan.
Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat sehingga volume titrasi
menjadi kecil, akibatnya berpengaruh terhadap nilai k.
2. Jenis pelarut.
Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan sangat mempengaruhi
Apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau higroskopis, maka akan
Harga K berubah dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Harga K tergantung jenis
pelarutnya dan zat terlarut. Menurut Walter Nersnt, hukum diatas hanya berlaku bila zat terlarut tidak
mengalami disosiasi atau asosiasi, hukum di atas hanya berlaku untuk komponen yang sama.
Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi, analisis dan
penentuan tetapan kesetimbangan. Dalam laboratorium ekstraksi dipakai
Dalam industri ekstraksi dipakai untuk menghilangkan zat-zat yang tidak disukai dalam hasil,
Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai,
perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan
suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi
reaksi-reaksi apapun. Akan tetapi, jika solut di dalam kedua fasa pelarut mengalami reaksi-reaksi
tertentu seperti assosiasi, dissosiasi, maka akan lebih berguna untuk merumuskan besaran yang
menyangkut konsentrasi total komponen senyawa yang ada dalam tiap-tiap fasa, yang dinamakan
Contoh dalam penggunaan koefisien distribusi dalam teknik kimia yaitu pada aplikasi sel elektrik
V
Anoda tembaga
pH meter
Katoda seng
Jembatan garam
Zn2+(aq)
1.0 M
Cu2+(aq)
1.0 M
Pada sel elektrik seperti gambar diatas elektron akan mengalir dari anoda tembaga ke katoda
seng. Hal ini akan menimbulkan perbedaan potensial antara kedua elektroda. Perbedaan potensial
20
akan mencapai maksimum ini dinamakan GGL sel atau Ese. Nilai Esel bergantung pada berbagai
faktor. Bila konsentrasi larutan seng dan tembaga adalah 1.0 M dan suhu system 298 oK (25oC), Esel
batang pengaduk
-
beakerglass
-
botol aquadest
-
buret
-
corong kaca
-
corong pemisah
-
Erlenmeyer
-
gelas arloji
-
gelas ukur
-
karet penghisap
-
labu ukur
-
pipet tetes
-
pipet volume
-
termometer
-
waterbath
B. Bahan-bahan yang digunakan
-
aquadest (H2O)
-
asamasetat (CH3COOH)
-
asamoksalat (H2C2O4.2H2O)
-
kloroform (CHCl3)
-
natriumhidroksida (NaOH)
5.4.Prosedur Percobaan
A. Menentukan koefisien distribusi.
-
8, dan 10 mL.Memasukkan aquadest ke dalam Erlenmeyer tersebut sebanyak 10, 8, 6, 4, dan 2 mL.
Mengeluarkan masing-masing lapisan dan mengukur volumenya, menitrasinya dengan NaOH yang
1. 2. 3.
10 10 10
Volume
CH3COOH
(mL)
Volume
CHCl3
(mL)
Lapisan atas
(CH3COOH dan H2O)
Lapisan bawah
(CH3COOH dan CHCl3)
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
10
8642
2468
10
10 10 10 10 10
13,5
12,5
23
12,3
12
11,6
8,5
9,5
9,7
10
10,4
Tabel 5.5.3 Data volume titrasi antara CH3COOH dalam H2O dan CH3COOH dalam CHCl3 dengan perubahan
temperatur (35°C)
24
25
26
Vol.
Air
(mL)
Volume
CH3COOH
(mL)
Vol.
CHCl3
(mL)
Lapisan atas
(CH3COOH dan H2O)
Lapisan bawah
(CH3COOH dan CHCl3)
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
27
(mL)
10
8642
2468
10
10 10 10 10 10
12,5
12,5
14,5
14
13,5
0,6
1,05
1,65
1,7
2,9
5.6.Hasil Perhitungan
A. Membuat larutan NaOH 0,2 N sebanyak 500 mL
V
1000
BE
W
N
NaOH
NaOH
NaOH
×
=
0, 2 N =
V
1000
x
40
WNaOH
W
= 4 gram
Jadi, untuk membuat larutan NaOH 0,17 N sebanyak 500 mL adalah dengan menimbang 4 gram
NaOH, kemudian melarutkannya dengan aquadest hingga volumenya 500 mL dalam labu ukur.
B. Membuat larutan asamoksalat 0,2 N sebanyak 50 mL
N
O
.2H
O
C
H
2
4
2
2
=
V
1000
BE
28
W
O
.2H
O
C
H
O
.2H
O
C
H
2
4
2
2
2
4
2
2
×
0,2 N
=
50
1000
63
W
O
H
2
.
O
C
H
2
4
2
2
×
W
O
2
.2H
4
O
2
C
2
H
= 0,63 gram
Jadi untuk membuat larutan asamoksalat 0,2 N sebanyak 50 mL dengan menimbang 0,63 gram
asamoksalat, kemudian melarutkannya dengan aquadest hingga volumenya 50 mL dalam labu ukur.
C. Membuat larutan asamasetat 1 N sebanyak 250 mL
dimana :
COOH
CH3
ρ
= 1,049 gr/mL
V2CH3COOH
= 250 mL
N2CH3COOH
=1 N
BECH3COOH
= 60 gr/mol
Konsentrasi = 99,9 %
N
COOH
CH3
=
COOH
CH3
BE
10
ρ
%
×
×
=
60
1000
049
,
1
99
,
0
×
×
29
=
60951
,
1047
N=
N
4658
,
17
V 1 × N 1 = V 2 × N 2
Jadi, untuk membuat larutan asamasetat 1 N sebanyak 250 mL dengan cara memipet 14,2891 mL
asamasetat kemudian melarutkannya dengan aquadest hingga volumenya 250 mL dalam labu ukur.
D. Standardisasi NaOH dengan asamoksalat
Vtitrasi rata-rata =(
)
mL
83
,
11
3
mL
11,1
11,3
13,1
=
+
+
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
(V . N)NaOH
= (V . N)H C O
2 2 4
11,83 mL x NNaOH
= 10 x 0,2
NNaOH
= 0,1691 N
Jadi normalitas NaOH hasil standardisasi adalah 0,1691 N
E. Menentukan normalitas larutan CH3COOH
V1 xN1 = V2 xN2
dimana :
V1
= volume lapisan atas
V2
= volume titrasi lapisan atas
N1
= normalitas lapisan atas
N2
= normalitas NaOH
V1 x N1
= V2 xN2
13,5 x N1
= 62,3 x 0,1691
N1
= 0,7804 N
30
Dengan cara yang sama diperoleh normalitas untuk lapisan atas dan lapisan bawah baik dengan
perubahan suhu (25oC) maupun dengan perubahan suhu (35oC) pada tabel berikut :
Tabel 5.6.1. Data rata-rata normalitas antara CH3COOH dalam H2O dan
CH3COOH dalam CHCl3 tampa pemanas ( 25oC)
Lapisan atas
(CH3COOH dan H2O)
Lapisan bawah
(CH3COOH dan CHCl3)
31
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
32
(mL)
Normalitas
(N)
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
Normalitas
(N)
13,5
12,5
12,3
12
11,6
8,5
9,5
9,7
10
10,4
12,5
12,5
14,5
14
33
0,6
1,05
1,65
1,7
13,5
39,5
35
0,4948
9
2,9
0,0545
F. Menentukan harga koefisien distribusi
K =
anorganik
lapisan
organik
lapisan
NN
O)
H
COOH
(CH
)
CHCl
COOH
(CH
2
3
3
3
N
N
+
+
=
7804
,
0
0259
,
0
=
= 0,0332
Dengan cara yang sama diperoleh harga K untuk CH3COOH dalam CHCl3 dan CH3COOH dalam
H2O dengan pemanasan ataupun tanpa perubahan suhu (25oC) maupun dengan perubahan suhu
0,0332
0,0339
0,0427
0,0521
0,06600456
,
0
5
0660
,
0
0521
,
0
0427
,
0
0339
36
,
0
0332
,
0
K
rata
rata
=
+
+
+
+
=
−
,
0
0869
,
0
0791
,
0
0788
,
0
K
rata
rata
=
+
+
+
+
=
−
5.7.Grafik
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0
0.5
1
1.5
N Lapisan Organik
KoefisienDi
stribusi
Suhu 25 C
Suhu 35 C
Grafik 5.7.1. Hubungan antara lapisan organik dengan lapisan anorganik
pada suhu 25oC.
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0
0.2
0.4
0.6
N Lapisan Organik
KoefisienDi
stribusi
Suhu 35 C
Suhu 25 C
Grafik 5.7.2. Hubungan antara lapisan organik dengan lapisan anorganik
pada suhu 35oC.
5.8.Pembahasan
Dalam buku Perry’s Chemical Hand book edisi 5 pada tabel 15.5 diperoleh harga K pada
suhu 25oC adalah 0,0865 sedangkan pada percobaan didapatkan harga K sebesar 0,0456. Harga K
percobaan yang kami peroleh lebih kecil dibanding dengan harga K secara teori, hal ini disebabkan
karena kurangnya ketelitian dalam menimbang zat yang yang akan dianalisis, memipet volume
larutan yang diambil dalam analisa tersebut, volume titran yang banyak keluar pada saat titrasi
berlangsung serta penyimpanan zat yang mudah menguap karena tutup yang kurang rapat.
38
Dalam buku Perry’s Chemical Hand book edisi 5 pada tabel 15.5 diperoleh harga K pada
suhu 35oC adalah 0,1088 sedangkan pada percobaan harga K yang kami peroleh sebesar 0,0863.
sesuai dengan teori. Harga K percobaan yang kami peroleh lebih kecil dibanding dengan harga K
secara teori, penyimpangan ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam menimbang zat yang
yang akan dianalisis, memipet volume larutan yang diambil dalam analisa tersebut, volume titran
yang banyak keluar pada saat titrasi berlangsung serta penyimpanan zat yang mudah menguap
Pada grafik 5.7.1. diperoleh harga K tanpa pemanasan (25oC) lebih kecil daripada harga K
dengan pemanasan (35oC). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin tinggi
doc
Spam or junk
Hateful or offensive
If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these
directions to submit a copyright infringement notice.
Report Cancel
Bottom of Form
0 5 false false 0
Copyright:
Attribution Non-commercial
beberapa senyawa
padat
distribusi beberapa
distribusi karbon
pembahasan distribusi
grafik distribusi
(more tags)
beberapa senyawa
padat
distribusi beberapa
distribusi karbon
pembahasan distribusi
grafik distribusi
karbon anorganik
fisika distribusi
distribusi pelarut
tidak campur
pengeertian
tetapan koefisien
(fewer)
Follow
aggagita
Share & Embed
Related Documents
PreviousNext
1.
p.
p.
p.
2.
40
p.
p.
p.
3.
p.
p.
p.
4.
p.
41
p.
p.
5.
p.
p.
p.
6.
p.
42
p.
p.
7.
p.
558 p.
6 p.
21 p.
2.
43
20 p.
18 p.
20 p.
3.
20 p.
21 p.
20 p.
4.
32 p.
44
167 p.
18 p.
5.
1 p.
1 p.
3 p.
6.
8 p.
7 p.
45
6 p.
7.
11 p.
4 p.
20 p.
8.
7 p.
20 p.
46
18 p.
9.
20 p.
Recent Readcasters
Add a Comment
Top of Form
4da6903523de8cf8
Submit
Characters: 400
document_comme
4gen
Bottom of Form
47
KIMIA FISIKA 1
2 SKS
Tujuan Pembelajaran: Setelah mengikuti mata
kuliah Kimia Fisika 1, mahasiswa mampu:
1. Memahami prinsip, hukum dan teori kimia
sika.
2. Menyelesaikan masalah yang menyangkut
gejala kimia sika.
3. Bekerja dalam kelompok.
Silabus: Dalam kuliah Kimia Fisika 1, akan diba-
has topik berikut:
1. Mekanika kuantum
2. Keadaan Gas
3. Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit
Prasyarat: ENG 110, Kimia Dasar
Buku ajar:
1. Maron, S.M. & J.B. Lando, Fundamental of Physical Chemistry, Macmillan Publishing Co. Inc.,
New York, 1974.
2. Barrow, G.M., Physical Chemistry, McGraw-
Hill, 1996.
3. Atkins, P.W., Kimia Fisika, jilid 1 dan 2, Pener-
bit Erlangga.
4. Alberty and Daniels, Physical Chemistry, John
Willey, Singapore, 1983
CHS120803
KIMIA ORGANIK 1
2 SKS
Tujuan pembelajaran : Mahasiswa mampu
menggunakan aturan dan simbol kimia organik untuk menamai dan menggambarkan struktur,
menjelaskan hubungan struktur dengan sifat-
sifat sika dan kereaktifan kimia senyawa-se-
nyawa organik terutama yang banyak digunakan dalam industri kimia, minyak dan gas bumi, dan
menjelaskan beberapa mekanisme reaksi kimia organik, khususnya reaksi radikal, reaksi adisi
elektrolik dan reaksi substitusi aromatik pada
senyawa alkana, alkena, benzena.
Silabus : Tata nama senyawa organik : alkana,
sistim E,Z stereokimia, kiralitas, sistim R/S. Menggambarkan struktur Lewis & struktur 3D:
ikatan ionik dan kovalen., muatan formal, orbital atom, molekul, hibridasi, Hubungan
struktur dan sifat sika : interaksi non-kovalen.
Hubungan struktur dan reaktitas kimia : reso-
nansi, asam basa, stabilitas karbokation. Dasar-
dasar reaksi dan mekanismenya : reaksi radikal,
perengkahan (cracking), reaksi adisi elektrolik
pada alkena, reaksi polimerisasi, reaksi substi-
tusi eletrolik aromatik pada benzena.
Prasyarat : -
Buku ajar:
1. Fesseden, alih bahasa: A.Hadiyana Pujat- maka, Kimia Organik, edisi Kedua Erlangga 1986
2. Morrison, RT and Boyd, RN, Organic Chemis-
try, 3 rd, Prentice Hall 1978.
3. Hand out.
48
Elektrokimia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Baterai asam-timbal
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Elemen yang
digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang
dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu sel galvani dan sel
elektrolisis.
Elektrokimia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Baterai asam-timbal
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Elemen yang
digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang
dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu sel galvani dan sel
elektrolisis.
Fotokimia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
49
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Fotokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari interaksi antara atom, molekul kecil,
dan cahaya (atau radiasi elektromagnetik). Sebagaimana disiplin ilmu lainnya, fotokimia
menggunakan sistem satuan SI atau metrik. Unit dan konstanta yang sering dipergunakan antara
lain adalah meter, detik, hertz, joule, mol, konstanta gas R, serta konstanta Boltzmann. Semua
unit dan konstanta ini juga merupakan bagian dari bidang kimia fisik.
18
/ 18
Zoom Out
Zoom In
Fullscreen
Exit Fullscreen
View Mode
BookSlideshowScroll
Top of Form
Search within
Bottom of Form
Readcast
Add a Comment
Reading should be social! Post a message on your social networks to let others
know what you're reading. Select the sites below and start sharing.
Submit 4gen
Bottom of Form
Auto-hide: off
BAB V
KOEFISIEN DISTRIBUSI
5.1.Tujuan Percobaan
1.
2.
5.2.Tinjaun Pustaka
51
Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih. Jadi pada sistem
heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan gas, atau antara padat dan cairan. Cara yang
paling mudah untuk menyelesaikan persoalan pada sistem heterogen adalah menganggap
Kesetimbangan heterogen ditandai dengan adanya beberapa fase. Antara lain fase
kesetimbangan fisika dan kesetimbangan kimia. Kesetimbangan heterogen dapat dipelajari dengan
3 cara :
a.
b.
pelarut.
c.
2SO2+ O2
2 SO3
Bila tekanan dinaikkan, keseimbangan akan bergeser ke kiri yaitu mengarah pada pembentukan
NO2. Dengan bergesernya ke kiri, maka volume akan berkurang sehingga akan mengurangi efek
kenaikkan tekanan.
3. Pengaruh perubahan suhu
52
Reaksi pembentukan bersifat endotermik dan eksotermik. Jika suhu dinaikkan, maka keseimbangan
akan bergeser ke kanan, kearah reaksi yang endotermik sehingga pengaruh kenaikkan suhu
dikurangi.
(Tony Bird, “Kimia Fisik untuk Universitas”, hal. 169)
Satu jenis kesetimbangan heterogen yang penting melibatkan pembagian suatu spesies
terlarut antara dua fase pelarut yang tidak dapat bercampur. Misalkan dua larutan tak tercampur
seperti air dan karbon tetraklorida dimasukkan kedalam bejana. Larutan-larutan ini terpisah menjadi
dua fase dengan zat cair yang kerapatannya lebih rendah, dalam hal ini air berada dibagian atas
larutan satunya. Contoh penggunaan hukum distribusi dalam kimia yaitu dalam proses ekstraksi dan
proses kromatografi.
(Oxtoby, Gillis, “Prinsip-prinsip kimia modern edisi 4 jilid 1”, hal : 339-340)
GA = GAo + RT ln aA
GB = GBo + RT ln aB
G A =G B
GAo + RT ln aA = GBo + RT ln aB
oA
oB
ln
RT
RTG
53
ln
B
oB
oA
= Konstanta
= suhu
aA dan aB
= konsentrasi A dan B
Bila larutan encer atau zat terlarut bersifat ideal maka aktifasi (a) dapat
diganti C, hingga :
CC
AA=
CA
CB
menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut
54
dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna
(S. K. Dogra & S. Dogra, “Kimia Fisika dan Soal-soal”, hal : 604)
Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat sehingga volume titrasi
2. Jenis pelarut.
Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan sangat mempengaruhi
Apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau higroskopis, maka akan
(anonymous, http://www.chemicamp.blogspot.com)
Harga K berubah dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Harga K tergantung jenis
pelarutnya dan zat terlarut. Menurut Walter Nersnt, hukum diatas hanya berlaku bila zat terlarut tidak
mengalami disosiasi atau asosiasi, hukum di atas hanya berlaku untuk komponen yang sama.
Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi, analisis dan
pelarut organik yang tidak bercampur seperti eter, CHCl3, CCl4, dan benzene.
Dalam industri ekstraksi dipakai untuk menghilangkan zat-zat yang tidak disukai dalam hasil,
Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai,
perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan
suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi
reaksi-reaksi apapun. Akan tetapi, jika solut di dalam kedua fasa pelarut mengalami reaksi-reaksi
tertentu seperti assosiasi, dissosiasi, maka akan lebih berguna untuk merumuskan besaran yang
55
menyangkut konsentrasi total komponen senyawa yang ada dalam tiap-tiap fasa, yang dinamakan
Contoh dalam penggunaan koefisien distribusi dalam teknik kimia yaitu pada aplikasi sel elektrik
Anoda tembaga
pH meter
57
Katoda seng
Jembatan garam
Zn2+(aq)
1.0 M
Cu2+(aq)
1.0 M
Pada sel elektrik seperti gambar diatas elektron akan mengalir dari anoda tembaga ke katoda
seng. Hal ini akan menimbulkan perbedaan potensial antara kedua elektroda. Perbedaan potensial
akan mencapai maksimum ini dinamakan GGL sel atau Ese. Nilai Esel bergantung pada berbagai
faktor. Bila konsentrasi larutan seng dan tembaga adalah 1.0 M dan suhu system 298 oK (25oC), Esel
E s e l =E o sel -
...
...
ln
nF
RT
bB
aA
dD
cC
,.....
a
dD
cC
58
bB
aA
F = konsentrasi faraday
(Bird Tony,1987, Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas, Hal: 67-68)
batang pengaduk
-
beakerglass
-
botol aquadest
-
buret
-
corong kaca
-
corong pemisah
-
Erlenmeyer
-
gelas arloji
-
gelas ukur
-
karet penghisap
-
labu ukur
-
pipet tetes
-
pipet volume
-
termometer
-
waterbath
aquadest (H2O)
-
asamasetat (CH3COOH)
-
asamoksalat (H2C2O4.2H2O)
-
kloroform (CHCl3)
-
natriumhidroksida (NaOH)
5.4.Prosedur Percobaan
asamoksalat.
-
4, dan 2 mL.
-
asamoksalat.
-
8, dan 10 mL.Memasukkan aquadest ke dalam Erlenmeyer tersebut sebanyak 10, 8, 6, 4, dan 2 mL.
60
Mengeluarkan masing-masing lapisan dan mengukur volumenya, menitrasinya dengan NaOH yang
No
(mL)
Volume NaOH
(mL)
1. 2. 3.
10 10 10
dalam CHCl3
Tabel 5.5.2 Data volume titrasi antara CH3COOH dalam H2O dan
(25°C)
Vol.
Air
(mL)
Volume
CH3COOH
(mL)
Volume
CHCl3
(mL)
Lapisan atas
Lapisan bawah
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
62
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
10
8642
2468
10
10 10 10 10 10
13,5
12,5
12,3
12
11,6
8,5
9,5
9,7
10
10,4
Tabel 5.5.3 Data volume titrasi antara CH3COOH dalam H2O dan CH3COOH dalam CHCl3 dengan perubahan
temperatur (35°C)
63
64
65
66
Vol.
Air
(mL)
Volume
CH3COOH
(mL)
Vol.
CHCl3
(mL)
Lapisan atas
Lapisan bawah
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
10
8642
2468
10
10 10 10 10 10
12,5
12,5
14,5
14
13,5
8,5
0,6
1,05
1,65
1,7
2,9
5.6.Hasil Perhitungan
1000
BE
N
NaOH
NaOH
NaOH
0, 2 N =
1000
40
WNaOH
= 4 gram
Jadi, untuk membuat larutan NaOH 0,17 N sebanyak 500 mL adalah dengan menimbang 4 gram
NaOH, kemudian melarutkannya dengan aquadest hingga volumenya 500 mL dalam labu ukur.
B. Membuat larutan asamoksalat 0,2 N sebanyak 50 mL
N
O
.2H
4
68
1000
BE
W
O
.2H
.2H
0,2 N
50
1000
63
W
O
W
69
.2H
= 0,63 gram
Jadi untuk membuat larutan asamoksalat 0,2 N sebanyak 50 mL dengan menimbang 0,63 gram
asamoksalat, kemudian melarutkannya dengan aquadest hingga volumenya 50 mL dalam labu ukur.
C. Membuat larutan asamasetat 1 N sebanyak 250 mL
dimana :
COOH
CH3
= 1,049 gr/mL
V2CH3COOH
= 250 mL
N2CH3COOH
=1 N
BECH3COOH
= 60 gr/mol
Konsentrasi = 99,9 %
N
COOH
CH3
=
COOH
CH3
BE
10
=
70
60
1000
049
99
60951
1047
N=
4658
17
V 1 × N 1 = V 2 × N 2
V1 = 14,2891 mL
Jadi, untuk membuat larutan asamasetat 1 N sebanyak 250 mL dengan cara memipet 14,2891 mL
asamasetat kemudian melarutkannya dengan aquadest hingga volumenya 250 mL dalam labu ukur.
D. Standardisasi NaOH dengan asamoksalat
Vtitrasi rata-rata =(
)
mL
83
71
11
mL
11,1
11,3
13,1
(V . N)NaOH
= (V . N)H C O 2 2 4
11,83 mL x NNaOH
= 10 x 0,2
NNaOH
= 0,1691 N
V 1 xN 1 = V 2 xN 2
dimana :
V1
V2
N1
N2
= normalitas NaOH
V 1 x N 1
= V 2 xN 2
13,5 x N1
= 62,3 x 0,1691
N1
= 0,7804 N
72
Dengan cara yang sama diperoleh normalitas untuk lapisan atas dan lapisan bawah baik dengan
perubahan suhu (25oC) maupun dengan perubahan suhu (35oC) pada tabel berikut :
Tabel 5.6.1. Data rata-rata normalitas antara CH3COOH dalam H2O dan
Lapisan atas
Lapisan bawah
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
Normalitas
(N)
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
Normalitas
(N)
13,5
12,5
12,3
12
11,6
75
8,5
9,5
9,7
10
10,4
Lapisan atas
Lapisan bawah
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
Normalitas
(N)
Vlapisan
(mL)
Vtitrasi
(mL)
Normalitas
(N)
12,5
12,5
14,5
14
8,5
0,6
1,05
1,65
1,7
13,5
39,5
0,4948
2,9
0,0545
K =
anorganik
lapisan
organik
lapisan
NN
O)
COOH
(CH
CHCl
COOH
(CH
N
+
+
79
7804
0259
= 0,0332
Dengan cara yang sama diperoleh harga K untuk CH3COOH dalam CHCl3 dan CH3COOH dalam
H2O dengan pemanasan ataupun tanpa perubahan suhu (25oC) maupun dengan perubahan suhu
Lapisan Organik
Lapisan anorganik
0,0332
0,0339
0,0427
0,0521
0,06600456
,
0660
0521
0427
80
0339
0332
K
rata
rata
−
81
82
Lapisan Organik
Lapisan anorganik
1101
0767
83
0869
0791
0788
K
rata
rata
5.7.Grafik
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.5
1.5
N Lapisan Organik
KoefisienDi
stribusi
Suhu 25 C
84
Suhu 35 C
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.2
0.4
0.6
N Lapisan Organik
KoefisienDi
stribusi
Suhu 35 C
Suhu 25 C
5.8.Pembahasan
Dalam buku Perry’s Chemical Hand book edisi 5 pada tabel 15.5 diperoleh harga K pada
suhu 25oC adalah 0,0865 sedangkan pada percobaan didapatkan harga K sebesar 0,0456. Harga K
percobaan yang kami peroleh lebih kecil dibanding dengan harga K secara teori, hal ini disebabkan
85
karena kurangnya ketelitian dalam menimbang zat yang yang akan dianalisis, memipet volume
larutan yang diambil dalam analisa tersebut, volume titran yang banyak keluar pada saat titrasi
berlangsung serta penyimpanan zat yang mudah menguap karena tutup yang kurang rapat.
Dalam buku Perry’s Chemical Hand book edisi 5 pada tabel 15.5 diperoleh harga K pada
suhu 35oC adalah 0,1088 sedangkan pada percobaan harga K yang kami peroleh sebesar 0,0863.
sesuai dengan teori. Harga K percobaan yang kami peroleh lebih kecil dibanding dengan harga K
secara teori, penyimpangan ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam menimbang zat yang
yang akan dianalisis, memipet volume larutan yang diambil dalam analisa tersebut, volume titran
yang banyak keluar pada saat titrasi berlangsung serta penyimpanan zat yang mudah menguap
Pada grafik 5.7.1. diperoleh harga K tanpa pemanasan (25oC) lebih kecil daripada harga K
dengan pemanasan (35oC). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin tinggi
1. Harga Krata-rata dari hasil percobaan pada suhu 25oC adalah 0,0456 dan pada
doc
Spam or junk
Hateful or offensive
If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these
directions to submit a copyright infringement notice.
Report Cancel
86
Bottom of Form
10,968
Uploaded:
07/07/2009
Category:
Rated:
0 5 false false 0
Copyright:
Attribution Non-commercial
beberapa senyawa
padat
distribusi beberapa
distribusi karbon
pembahasan distribusi
grafik distribusi
(more tags)
beberapa senyawa
padat
distribusi beberapa
distribusi karbon
pembahasan distribusi
grafik distribusi
karbon anorganik
fisika distribusi
distribusi pelarut
tidak campur
pengeertian
tetapan koefisien
(fewer)
Follow
87
aggagita
Related Documents
PreviousNext
1.
p.
p.
p.
2.
p.
p.
p.
88
3.
p.
p.
p.
4.
p.
p.
p.
5.
89
p.
p.
p.
6.
p.
p.
p.
7.
p.
90
1.
558 p.
6 p.
21 p.
2.
20 p.
18 p.
20 p.
3.
91
20 p.
21 p.
20 p.
4.
32 p.
167 p.
18 p.
5.
1 p.
92
1 p.
3 p.
6.
8 p.
7 p.
6 p.
7.
11 p.
93
4 p.
20 p.
8.
7 p.
20 p.
18 p.
9.
20 p.
Recent Readcasters
94
Add a Comment
Top of Form
4da6903523de8cf8
Submit
Characters: 400
document_comme
4gen
Bottom of Form
High Quality
Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).
Download and Print
Sign up
Use your Facebook login and see what your friends are reading and sharing.
Other login options
Bottom of Form
95
Signup
I don't have a Facebook account
Top of Form
4da6903523de8cf8
default
password (required)
You will receive email notifications regarding your account activity. You can manage
these notifications in your account settings. We promise to respect your privacy.
Bottom of Form
password
Bottom of Form
Login Successful
Now bringing you back...
96
« Back to Login
Reset your password
Please enter your email address below to reset your password. We will send you an email with
instructions on how to continue.
Top of Form
4da6903523de8cf8
Email address:
Login:
Submit
Bottom of Form