You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

pendidikan kejuruan yang memiliki tugas mempersiapkan peserta didiknya dengan

membekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat bekerja sesuai dengan

kompetensi dan program keahlian, serta memilih daya adaptasi dan daya saing yang

tinggi untuk memasuki lapangan kerja. Hal ini sesuai dengan UU RI No 20 Tahun

2003 Pasal 3 yang menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah

satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya

untuk siap bekerja.

Sekolah kejuruan mempunyai misi utama yaitu untuk menyiapkan peserta

didiknya untuk memasuki lapangan kerja. Dengan demikian keberadaan SMK

diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang siap pakai,

dengan kata lain SMK dituntut untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja. Di

samping itu pendidikan kejuruan diharapkan mampu membekali peserta didiknya

dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai sehingga menghasilkan

kecakapan tertentu sehingga mampu menjadi tenaga kerja yang siap pakai dalam

menghadapi dunia kerja.

Namun pada sejauh ini proses pembelajaran di sekolah terutama pada SMK

masih didominasi oleh cara pandang seseorang yang menyatakan bahwa sebuah

pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Selain itu peserta

didik masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan ceramah

1
2

menjadi pilihan utama dalam strategi belajar. Dengan demikian guru hanya sebatas

memberikan informasi pengetahuan yang masih bersifat teoritis informatif saja,

dengan kata lain proses pembelajaran di SMK masih ditekankan pada teori-teori

dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan yang seharusnya diperoleh oleh

peserta didik SMK.

Menurut Hamdani (2010), dengan mengembangkan keterampilan

keterampilan, peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta dan konsep, serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dari

pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pembentukan sikap, kecerdasan dan

keterampilan harus diupayakan agar peserta didik mampu berkembang sesuai

potensi yang dimilikinya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sanjaya

(2011) bahwa proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,

pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak

sesuai dengan kebutuhan.

Pembelajaran akan berhasil apabila di dalamnya terdapat suatu proses yang

kreatif, yakni upaya-upaya penting yang dilakukan untuk mendayagunakan potensi

kognitif dan afektif dari peserta didik secara optimal, sehingga ide-ide baru dan

cerdas lebih terakomodasi. Usaha untuk menciptakan hal tersebut dapat diwujudkan

melalui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode, model, maupun

media pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif..Namun pada

kenyataannya masih ada guru yang mengajar melalui metode ceramah dalam proses

pembelajaran. Di samping model pembelajaran yang masih bersifat teoritis

informatif, ternyata pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode


3

ceramah belum menekankan pada proses berfikir peserta didik secara mandiri.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan

kemampuan berpikirnya.

Sanjaya (2011) menyatakan bahwa pada saat proses pembelajaran peserta

didik hanya diarahkan untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami

makna dari informasi yang diterimanya itu untuk dapat diaplikasikan pada

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pada dasarnya belajar bukan sekedar

memperoleh pengetahuan, melainkan juga adanya perubahan dalam sikap dan

keterampilannya untuk dapat menerapkannya pada kehidupan nyata. Sehingga

ketika peserta didik lulus sekolah peserta didik diharapkan mampu menerapkan apa

yang telah dipelajarinya di sekolah pada saat mereka mulai memasuki dunia kerja.

Skenario pembelajaran yang dirancang guru secara tepat akan dapat

mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar akuntansi peserta didik

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Skenario pembelajaran tersebut

tertuang dalam bentuk model pembelajaran. Dalam pengembangan model

pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk lebih aktif, diperlukan strategi

belajar mengajar yang tepat. Dengan menggunakan strategi belajar mengajar yang

tepat memungkinkan peserta didik akan lebih aktif belajar karena lebih sesuai

dengan gaya belajar peserta didik itu sendiri, sehingga akan meningkatkan

pemahaman dan pada akhirnya pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan

efisien.

Model pembelajaran Learning Cycle 7E atau siklus belajar merupakan solusi

atas permasalahan rendahnya hasil belajar akuntansi tersebut, karena model


4

pembelajaran Learning Cycle 7E merupakan suatu model pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik. Model ini terdiri dari tahap-tahap kegiatan yang

diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai

kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan berperan

aktif (Fajaroh dan Dasna, 2010). Tahap-tahap tersebut adalah elicit (mendatangkan

pengetahuan awal), engage (mengikutsertakan), explore (menyelidiki), explain

(menjelaskan), elaborate (menerapkan), evaluate (menilai), dan extend

(memperluas).

Namun demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak cukup hanya

dipandang dari sisi peserta didik semata, mamun juga dari segi tenaga pendidikan.

Karena itu, pemerintah berupaya peningkatan kualitas pendidik dan tenaga

kependidikan, pelatihan dan pendidikan, serta memberikan kesempatan kepada

tenaga kependidikan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara

professional melalui kegiatan penelitian secara terkendali.

Sebagai tenaga profesional, para guru di samping melaksanakan tugas

pokoknya, yaitu mendidik dan membimbing siswa, mereka juga dituntut agar dapat

mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran melalui penelitian. Dengan

demikian, guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima pembaharuan

pembelajaran yang sudah tuntas dikembangkan, melainkan ikut bertanggung jawab,

berperan serta aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya

sendiri melalui penelitian yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang

dikelolanya.
5

Penelitian yang dimaksud adalah PTK atau penelitian tindakan kelas. PTK

adalah salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah pembelajaran di

kelas. Ditinjau dari kemanfaatan yang diperoleh dari hasil PTK, salah satu di

antaranya adalah berupa perbaikan praktis, yang meliputi penanggulangan berbagai

permasalahan belajar yang dialami siswa. Misalnya, kesalahan-kesalahan konsep

dalam memahami materi pembelajaran, penggunaan desain dan strategi

pembelajaran di kelas, penggunaan alat bantu, media, dan sumber belajar, serta

permasalahan dalam penggunaan system evaluasi pembelajaran. Kusumah dan

Dwitagama (2009) mengatakan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2)

melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif

dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

dapat meningkatkanTujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-

evaluation dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan

mutu proses dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa Model

pembelajaran Learning Cycle 7E akan lebih baik daripada pembelajaran

konvensional khususnya bagi peserta didik-siswi SMK dalam mata pelajaran

Akuntansi. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Pelaksanaan Model pembelajaran Learning

Cycle 7E Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Peserta Didik

Terhadap Kelas XXX SMK Negeri 3 Kota Bekasi Tahun Ajaran 2015/2016”.

1.2. Pembatasan Masalah


6

Agar penelitian mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka perlu

adanya pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian

ini dibatasi sebagai berikut :

1. Penerapan Model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap hasil

belajar Mata pelajaran Akuntansi peserta didik Klas XXX SMKN 3

Kota Bekasi

2. Peningkatan aktivitas guru dengan diterapkannya Model pembelajaran

Learning Cycle 7E Hasil belajar Akuntansi peserta didik Klas XXX

SMKN 3 Kota Bekasi dibandingkan dengan metode konvensional

3. Peningkatan aktivitas peserta didik dengan diterapkannya Model

pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap sikap peserta didik pada mata

pelajaran Akuntansi peserta didik Klas XXX SMKN 3 Kota Bekasi

dibandingkan dengan metode konvensional

1.3. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi aspek kemampuan yaitu

peningkatan hasil belajar peserta didik SMK. Permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan Model pembelajaran Learning Cycle 7E akan

meningkatkan hasil belajar Mata pelajaran Akuntansi pada peserta

didik Klas XI AK 5 SMKN 3 Kota Bekasi?

2. Apakah penerapan Model pembelajaran Learning Cycle 7E mampu

meningkatkan aktivitas guru pada mata pelajaran Akuntansi

dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional?


7

3. Apakah penerapan Model pembelajaran Learning Cycle 7E mampu

meningkatkan aktivitas peserta didik Klas XXX SMKN 3 Kota Bekasi

pada mata pelajaran Akuntansi dibandingkan dengan metode

pembelajaran konvensional?

1.4. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi

penerapan metode pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap peningkatan

kemampuan peserta didik SMK khususnya dalam Mata Pelajaran Akuntansi jika

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Adapun tujuan penelitian ini

adalah untuk menelaah:

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap

mata pelajaran Akuntansi Klas XXX SMKN 3 Kota Bekasi dengan

diterapkannya Model pembelajaran Learning Cycle 7E dibandingkan

dengan metode konvensional.

2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas guru khususnya mata

pelajaran Akuntansi SMKN 3 Kota Bekasi dengan diterapkannya

Model pembelajaran Learning Cycle 7E dibandingkan dengan metode

konvensional.

3. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas peserta didik setelah

mendapatkan Model pembelajaran Learning Cycle 7E pada mata

pelajaran Akuntansi dibandingkan dengan metode konvensional.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai :


8

1. Manfaat secara tertulis:

a. Memberikan masukan kepada guru terhadap ranah pendidikan

dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik

b. Sebagai masukan bagi sekolah dalam mengembangkan

pendekatan pembelajaran Model pembelajaran Learning Cycle

7E.

2. Manfaat secara praktis

a. Dapat digunakan sebagai referensi bagi studi kasus yang sejenis

yang melibatkan pembelajaran Model pembelajaran Learning

Cycle 7E

b. Masukan bagi penelitian yang lain yang bermaksud melakukan

penelitian lebih lanjut.

You might also like