You are on page 1of 5

SEJARAH TERBENTUKNYA PULAU JAWA DIIKUTI DENGAN

KEMUNCULAN LAVA BANTAL YANG BERADA DI DESA WATUADEG,


BERBAH, SLEMAN

Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”


Yogyakarta
Jl. SWK 104 Condongcatur Yogyakarta

Pada awal mulanya pulau jawa terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pulau jawa di sisi
Barat dan di sisi Timur, hal ini dikarenakan pada 70 juta tahun yang lalu (Zaman Tersier) terdapat
daratann yang berada di paparan Sunda (Sundaland core) diperkirakan telah bertabrakan dengan
pecahan kecil Benua Australia yang menurut para ahli biasa disebut dengan East Java
Microcontinent yang kemudian hasil dari lempeng yang bertabrakan ini menjadi Jawa bagian
Timur. Pulau jawa sebenarnya terbentuk dari gabungan dua lempeng benua dan pada sisi Pulau
Jawa bagian Barat diyakini memiliki umur yang lebih tua dibandingnkan dengan Pulau Jawa
dibagian Timur. Batas kontak antara kedua lempeng ini ditandai dengen adanya sesar purba yang
membentang pada dasar sungai Luk ULO yang terdapat di Karangsambung, Kebumen, Jawa
Tengah yang menyebrangi lautan jawa kemudian berakhir pada pegunungan Meratus, yang
membentang Kalimanatan Selatan.
Sekitar 65 juta tahun yang lalu ketika Pulau Jawa sudah terbentuk denhan poros yang
membentang dari barat dan timur, kemudian muncul tekanan yang sangat kuat dari arah selatan.
Yaitu lempeng Samudra Indo – Australia bergerak kearah utara yang menabrak dan mendesak
lempeng Benua Eurasia yang merupakan fase awal tektonik. Dikarenakan adanya tektonik maka
Lempeng Samudra yang memiliki massa jenis yang lebih tinggi menyusup masuk biasa disebut
dengan proses subduksi yang ada di bawah Sundra Microplate sepanjang suture Karangsambung
– Meratus. Adanya peristiwa subduksi ini menghasilkan Palung laut , sistim sesar dan memicu
terjadinya gempa bumi sampai saat ini. Sehingga mulai terbentuknya gugusan gunung api purba
sebagai jalur vulkanik yang ada di bagian selatan pulau Jawa.
Pada kala Oligosen Akhir sampai dengan Miosen Awal yaitu kurun waktu 35 – 10.2 juta
tahun yang lalu yaitu pada gugusan gunung api purba diperkirakan terjadi rangkaian proses
vulkanisme yang sangat dahsyat. Hal ini dibuktikan dari banyaknya singkapan batuan piroklastik
dan ditemukannya batupasir vulkanik yang sangat tebal dan diyakini dari hasil erupsi gunung api
purba. Selain itu, sebagian material dari lempeng samudra Indo – Australia mengalami pergesekan,
melelh dan mencair menjadi magma dan melahirkan pegunungan serta jalur vulkanik (volcanic
arc). Kedua gunung api purba yang berada di daerah selatan pulau jawa ialah Gunung Api Purba
Semilir dan Gunung api Purba Nglanggeran. Namun pada kala Miosen Tengah hingga Pliosen
akhir atau 16 – 2 juta tahun yang lalu kegiatan magmatisme di pegunungan selatan mengalami
penurunan.

Sebagian besar pulau jawa merupakan kawasan laut dengan perkembangan biota laut yang
sangat baik, daerah pegunungan selatan pulau jawa merupakan daerah laut dangkal dengan
keadaan air yang cenderung tenang, jernih dan mendapatkan sinar matahari yang sangat baik.
Dilihat dari hal tersebut maka dimunginkan dapat terbentuknya kompleks terumbu karang dan
berkembangnya biota laut seperti algae, Mollusca dan plankton. Fakta ini terdapat di singkapan
batugamping yang sangat tebal dan meluas di sepanjang sisi selatan dan utara pulau Jawa.

Adanya aktifitas magmatic yang berada di selatan pulau jawa memimbulkan adanya
proses pengendapan bawah laut yang kita sebut dengan Lava bantal atau yang terbentuk Karena
adanya aliran lava yang masuk kedalam tubuh air laut maupun danau. Cntohnya pada pegunungan
selatan jawa timur, lava bantal terbentuk pada lingkungan laut dan dijumpai bersama dengan
batuan vulkaniklastik dan dijumpai juga seperti yang terdapat di desa Watuadeg, Berbah (Bronto
dkk.,2008) Nampurejo, Bayat (Surono,2008), Sukoharjo (Hartono dkk., 2008). Namun, karena
kompleksitas dan kelangkaan data umur baik umur relatif maupun umur mutlak, hubungan
stratigrafi antara lava bantal dengan batuan vulkaniklastik yang melingkupinya menjadi sulit
ditentukan. Demikian juga yang terjadi dengan keberadaan lava bantal yang dilingkupi batuan
vulkaniklastik bagian dari Formasi Semilir di daerah Watuadeg, Kecamatan Berbah Kabupaten
Sleman (Gambar1). Bronto dkk. (2008) menginterpretasi bahwa lava bantal Watuadeg ditumpangi
secara tidak selaras oleh Formasi Semilir berdasarkan perbedaan umur yang sangat mencolok
antara umur lava bantal dan Formasi semilir, yaitu 56 ± 3,8 juta tahun lalu (Ngkoimanidkk., 2006)
dan Miosen Awal – Miosen Tengah (Surono dkk., 1992 dan Rahardjo, 2007), secara berurutan.
Bukti lain yang digunakan oleh Bronto dkk. (2008) adalah keberadaan fragmen batuan pecahan
lava bantal di dalam Formasi Semilir yang diinterpretasikan sebagai hasil dari erosi karena ada
selang pengendapan. dkk., 2006) dan Miosen Awal – Miosen Tengah (Surono dkk., 1992 dan
Rahardjo, 2007), secara berurutan. Bukti lain yang digunakan oleh Bronto dkk. (2008) adalah
keberadaan fragmen batuan pecahan lava bantal di dalam Formasi Semilir yang diinterpretasikan
sebagai hasil dari erosi karena ada selang pengendapan.

Lava bantal sering dipakai sebagai indikasi lingkungan pembentukan berada di bawah air.
Oleh karena itu dalam pembentukannya akan diikuti beberapa proses, salah satunya adalah
terjadinya fragmentasi pendinginan yang terjadi karena material panas berupa lava kontak dengan
air atau sedimen kaya air. Kontak antara lava panas dengan material yang jauh lebih dingin akan
menyebabkan adanya respon terhadap gaya termal yag terbentuk karena pendinginan yang cepat
dan gaya yang mengenai bagian luar lava yang sudah mendingin karena adanya dorongan
pergerakan lava bagian dalam yang masih panas (Pichler, 1965; Kokelaar, 1986 dalam McPhie
dkk. 1993).
Lava bantal yang terdapat pada desa Watuadeg, Berbah merupakan kawasan yang menjadi
warisan geologi yang diperirakan sebagai gejala erupsi dari lelehan Gunung Purba semilir yang
berumur 56 juta tahun yang lalu dipengaruhi sebagai representasi dari awal pembentukan gunung
api yang berada di Pulau Jwa. Karena lava tersebut dulunya terdapat di dasar laut maka terobosan
magma yang keluar tidak sempat naik ke atas permukaan melainkan mengalami proses
pendinginan yang disebabkan adanya air laut dan mengendap erbentuk bongkahan batu berwarna
hitam yang keras. Belakangan ini diketahu bahwa ava bantal berbah yang hanya menghasilkan
satu kali lelehan lava yang berada di dasar laut kemudian menjadi penopang keberadaan gunung
api lainnya yang berada di pulau Jawa.
12 juta tahun yang lalu terjadi kemiringan penunjaman lempeng Samudra Indo – Australia,
sehingga proses pelelehan yang menghasilkan magma ikut bergeser ke arah utara. Proses ini terus
berlanjut sampai sekitar 1,8 juta hingga 11.500 tahun yang lalu (Kala Pleistosen) dan masih tetap
berlanjut hingga saat ini (Kala Holosen), meninggalkan gugusan gunung api purba yang telah
terbentuk sebelumnya di sisi selatan Pulau Jawa. Pergeseran jalur vulkanik yang mencapai jarak
sekitar 50 hingga 100 kilometer ke arah utara ini, secara otomatis telah menonaktifkan semua
gunung berapi purba, karena suplai magma hasil pelelehan di bawah permukaan bumi telah
bergeser ke utara. Aktifitasnya gunung api purba seperti Nglanggeran, Semilir dan kemungkinan
pusat-pusat erupsi lainnya, berangsur-angsur mulai turunKondisi Karena kejian ini maka kegiatan
magmatisme mulai bergeser kea rah utara seperti saat ini Gunung Merapi yang bergeser kea rah
utara.

You might also like