You are on page 1of 23

ANALISA TEKNIK KEBUTUHAN ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA

KUARI BATUGAMPING PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA


PALIMANAN CIREBON JAWA BARAT

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
Rustadi Setiawan
112.04.0055 /TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2008
A. JUDUL
ANALISA TEKNIK KEBUTUHAN ALAT MUAT DAN ALAT
ANGKUT PADA KUARI BATUGAMPING X PT. INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk PALIMANAN CIREBON JAWA
BARAT

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Pada kegiatan penambangan keberadaan akan alat mekanis merupakan suatu
kebutuhan yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan
penambangan. Walaupun demikian dalam penggunaan perlu dilakukan perhitungan
secara tepat, agar kemampuan alat dapat digunakan secara optimal serta mempunyai
tingkat efisiensi yang tinggi.
Sehubungan dengan hal tesebut, maka sekiranya perlu diadakan analisa teknik
terhadap kebutuhan alat muat dan angkut pada penambangan batu gamping di Kuari
PT.INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA . Hal ini dikarenakan berdasarkan
kenyataan yang ada dilapangan masih sering terjadinya tidak keserasian kerja antara
alat muat dan alat angkut, dimana alat muat kerja secara terus menerus sedang alat
angkut ada yang antri dalam waktu yang cukup lama untuk menunggu giliran
pemuatan.
Masalah yang dihadapi pada saat sekarang bagaimana mengupayakan agar
penggunaan alat muat dan angkut dapat diserasikan, sehingga penggunaannya dapat
di optimalkan dengan mendasarkan pada jam operasi yang tersedia saat sekarang

C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui kebutuhan alat muat dan angkut yang akan digunakan untuk
mencapai target yang diinginkan, mencari kombinasi dan berikut cara kerja alat
tersebut baik pemuatan maupun pengangkutan, sehingga dapat diketahui sejauh
mana efisiensi operasi tambang tersebut.

D. PERUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui kebutuhan alat muat dan alat angkut yang digunakan pada operasi
penambangan dengan memperhatikan hal-hal yang berpengaruh terhadap
kebutuhan peralatan, yaitu kondisi lapangan, sifat material, iklim dan cuaca .
2. Mengkombinasikan penggunaan alat muat dan angkut, yaitu untuk mencapai
keserasian kerja alat yang sangat ditentukan oleh pemilihan alat yang akan
digunakan.

E. PENYELESAIAN MASALAH
I. Dasar Teori
Dalam merencanakan system peralatan yang akan dipakai, maka dilakukan system
analisis peralatan.Dalam menganalisis peralatan ada 2 :
a. Menentukan terlebih dahulu ( prediction) unjuk kerja ( performance)
peralatan yang dibutuhkan.
b. Melakukan perbandingan dari beberapa kombinasi peralatan yang diterapkan
pada pekerjaan penambangan, mana yang lebih baik.
Untuk koreksi dan control dari modifikasi system operasi perlatan penambangan,
tepat atau tidak, juga perlu dilakukan analisa lapangan. Kegunaan analisis
lapangan ini adalah:
1. Engineering fundamentals yang diminta oleh kondisi lapangan
terhadap mesin.
2. Spesifikasi peralatan yang diminta sesuai dengan
keadaan lapngan.
3. Out put sesungguhnya dilapangan.
Langkah-langkah dalam pemilihan alat-alat mekanis adalah :
1. Analisa tempat kerja
Medan kerja sangat berpengaruh sekali, karena apabila medan kerja buruk akan
mengakibatkan peralatan mekanis sulit untuk dapat dioperasikan secara
optimal. Kondisi suatu medan kerja tercipta oleh keadaan alam dan jenis
material yang ada didalamnya seperti ketinggian tempat kerja serta sifat fisik
dari material itu sendiri. Sifat fisik material berpengaruh besar terhadap peng -
operasian alat-alat, terutama dalam menentukan jenis alat yang akan
digunakan dan taksiran kapasitas produksinya serta perhitungan volume
pekerjaan. Beberapa sifat fisik material yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan peralatan adalah :
a. Pengembangan ( swell factor )
Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan yang berupa
penambahan atau pengurangan volume material, apabila material tersebut
diganggu dari bentuk aslinya ( digali, diangkut atau dipadatkan ). Untuk
menghitung swell faktor digunakan rumus 6)
- swell factor ( faktor pengembangan )
V insitu
SF = x 100%
V loose

- shringkage factor (faktor penyusutan )

V compt
Sh = ( 1 - ) x 100%
V loose
dimana :
V insitu = volume material dalam keadaan asli ( BCM )
V loose = volume material dalam keadaan lepas ( LCM )
V compt= volume material dalam keadaan padat (CCM)
b. Berat material
Berat adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan
alat mekanis untuk melakukan pekerjaan seperti memuat, mengangkut
dan lainnya sangat dipengaruhi oleh berat material tersebut. Pada
umumnya setiap alat berat mempunyai batasan kapasitas, volume
tertentu. Berat material akan berpengaruh terhadap volume yang dimuat
dan diangkut, biasanya dihitung dalam keadaan asli atau lepas.
c. Bentuk material
Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material, yang akan
mempengaruhi susunan butir-butir material dalam suatu satu kesatuan
volume dan tempat. Material yang kondisi butirnya halus dan seragam
kemungkinan isinya sama dengan ruang yang ditempati, sedangkan
material yang berbutir kasar dan berbongkah-bongkah akan lebih kecil
dari nilai ruangan yang ditempati, hal tersebut terjadi karena material ini
akan membentuk rongga-rongga udara yang akan memakan sebagian dari
ruangan tersebut. Ukuran butir disini akan berpengaruh dalam pengisian
bucket.
d. Kohesivitas material
Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat
diantara butir-butir material itu sendiri. Material dengan kohesivitas
tinggi akan mudah menggunung. Jadi apabila material ini berada pada
suatrutempat, akan munjung. Volume material yang menempati ruangan
ini akan ada kemungkinan bisa melebihi volume ruangan. Kohesivitas ini
berhubungan dengan daya dukung tanah, dimana semakin tinggi
kohesivitas semakin tinggi pula daya dukung tanah.
e. Kekerasan material
Material yang keras akan lebih sukar untuk dikoyak, digali atau dikupas
oleh alat mekanis. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Material
yang umumnya keras adalah batu-batuan (beku, sedimen atau metamorf )
f. Daya dukung tanah
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat
yang berada diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas tanah, maka alat
tersebut akan memberikan “Ground Pressure”, sedangkan perlawanan
yang akan diberikan tanah adalah “Daya Dukung”. Jika daya dukung
relatif lebih kecil maka alat tersebut akan terbenam. Daya dukung tanah
dapat dirumuskan sebagai berikut :
q = c Nc +  DNq + 1/2  BN

Dimana :
q = daya dukung keseimbangan
B = lebar jejak ban luar alat
D = dalamnya jejak ban terhadap tanah
 = berat isi tanah
c = kohesi
g. Keadaan jalan angkut
Pemilihan alat angkut sangat ditentukan oleh jarak yang dilalui. Fungsi
jalan adalah untuk menunjang operasi tambang terutama dalam kegiatan
pengangkutan. Secara geometri yang perlu diperhatikan dan dipenuhi
dalam penggunaan jalan angkut:
- Lebar jalan angkut
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau
lebih menurut “Aasho Manual Rural High-Way” pada jalan lurus adalah
:
L(m) = n . Wt + (n + 1)(1/2 . Wt)
dimana :
L(m) = lebar minimum jalan angkut ,m
n = jumlah jalur
W(t) = lebar alat angkut, m
- Lebar jalan angkut pada belokan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalur
lurus. Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung
dengan mendasarkan pada :
i. Lebar jejak ban
Lebar juntai atau tonjolan alat angkut bagian depan dan belakang
saat membelok.
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C

U + Fa + Fb
Z =
2
dimana :
W = lebar jalan angkut pada tikungan, m
U = jarak jejak roda, m
Fa = lebar juntai depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = total lateral clearance, m

ii. Jari-jari tikungan


Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan konstruksi
kendaraan atau alat angkut yang digunakan, dimana jari-jari
lingkaran yang dijalani oleh roda belakang dan roda depan
berpotongan di pusat C dengan sudut sama terhadap sudut
penyimpangan roda depan.

W
R=
Sin 

dimana :
R = jari-jari tikungan jalan angkut, m
W= jarak antara poros depan dan belakang, m
 = sudut penyimpangan roda depan (derajat )
h. Curah hujan dan waktu yang tersedia
Dalam memilih alat-alat mekanis harus diperhatikan pula adalah iklim
dan curah hujan, hal ini perlu untuk mengetahui sampai batasan mana
landasan kerja bila terkena air hujan akan rusak atau tidak, dan untuk
mengetahui jumlah hari kerja yang benar-benar tersedia didaerah
bersangkutan.
2. Penambangan
Penambangan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi yang
adamisalnya letak endapan batugamping, lebar jenjang, tinggi jenjang.
3. Jenis alat dan sistem kerja yang digunakan
Sistem kerja dan jenis alat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi
kerja yang ada, karena jika tidak sesuai akan menyebabkan berkurangnya
produktivitas.
4. Memperkirakan kapasitas produksi alat muat dan angkut.
- Alat muat ( Excavator Back Hoe )
Qi = ( 60/Ct ) x Cm x F x Eu , BCM/jam
- Alat angkut ( Dump truck )
Qi = ( 60/Ct ) x Cb x F x Eu , BCM/jam
dimana :
Qi = Kemampuan nyata
Cb = Kapasitas bilah
Ct = Waktu edar, menit
Cm= Kapasitas mangkuk
F = Faktor pengembangan
Eu = Penggunaan efektif
5. Memperkirakan Jumlah Alat Muat dan Angkut yang diperlukan.
Untuk menentukan jumlah alat muat dan alat angkut yang diperlukan, maka
dapat digunakan teori antrian.
a. Pengertian Umum Teori Antrian
Sistem antrian adalah suatu kesatuan fasilitas pelayanan sejak dari
masukan, yaitu pelanggan yang akan menggunakan jasa pelayanan, hingga
keluar yaitu pelanggan yang telah memperoleh pelayanan. Teori antrian
bertujuan untuk meminimalkan total dua biaya yaitu biaya langsung
menyediakan fasilitas pelayanan dan biaya tak langsung yang timbul karena
para individu harus menunggu untuk dilayani.

b.Komponen dasar model antrian


1. Sumber masukan
Sumber masukan dapat terdiri atas suatu populasi orang, barang
atau kertas kerja yang datang pada system untuk dilayani. Untuk
kegiatan pemuatan dan pengangkutan sumber masukan berupa alat
angkut.
2. Pola Kedatangan.
Hal yang menarik dalam kejadian antrian, apakah para pelanggan
yang masuk kedalam fasilitas datang satu-persatu atau secara
berombongan.

Disiplin antrian

Mekanisme Unit
Sumber Pelayanan
masukan Unit Antrian Terlayani
Kedatangan

Sumber
Terbatas Sistem antrian

Penolakan Pembatalan

Gambar.1 Dasar – dasar system antrian

Penolakan terjadi bila seorang pelanggan menolak untuk


memasuki suatu fasilitas pelayanan karena antriannya terlalu panjang.
Pembatalan terjadi apabila seorang pelanggan yang telah berada dalam
suatu antrian meninggalkan antrian dan fasilitas pelayanan yang dituju
karena menunggu terlalu lama.
3.Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan dimana para pelanggan
dilayani. Tipe aturan antrian terdiri dari :

a). FIFO (First In First Out)


Aturan yang mendasar pada yang pertama masuk, pertama keluar
atau pertama datang pertama yang akan dilayani (First come first
served). Aturan ini umum digunakan pada pemindahan tanah.
b). LIFO (Last In First Out)
Aturan pelayanan yang mendasarkan pada pelanggan yang terakhir
masuk pertama keluar.
c). SIRO (Service In Random Order)
Aturan pelayanan dalam urutan acak.
d). PRI (Priority Disciplines)
Aturan pelayanan berdasarkan prioritas.

4.Mekanisme Pelayanan.
Mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih pelayanan
dan satu atau lebh fasilitas pelayanan.

c. Informasi Sistem Antrian


Secara prinsip informasi sistem antrian yang perlu ditarik adalah:
1. Waktu tunggu truck dalam sistem dan dalam antrian
2. Panjang antrian truck, jumlah truck dalam sistem
3. Waktu menganggur loader
4. Jumlah loader yang menganggur
5. Produktifitas, produksi atas hasil dari suatu operasi.
d. Sistem Antrian Putaran
Sistem antrian putaran adalah salah satu sistem antrian tertutup. Pada
operasi ini terdiri dari tahap-tahap atau tingkat-tingkat yang terbatas dalam
sebuah putaran tertutup. Pada setiap tahap customer akan menerima
pelayanan .Hal ini dapat diperlihatkan pada Gambar 2.
Pelanggan yang selesai dilayani pada tahap i, dengan segera antri untuk
mendapat pelayanan pada tahap i + 1. Dimana i = 1,2,3,….,M, dan M=
Jumlah total tahap.

Tahap 1

Tahap M Tahap 2

Tahap ?

Gambar .2. Tahap-tahap dalam sistem antrian putaran

Hasil dari tahap i adalah masukkan untuk tahap i + 1 sehingga antrian yang
terjadi pada tahap awal akan terulang pada tahap berikutnya.

1. Probabilitas keadaan steady state (keseimbangan)


Untuk perluasan model antrian putaran tiap-tiap tahap dapat dianggap
sama, seperti keadaan untuk seluruh sistem putaran yang dapat ditunjukkan
dengan (n1, n2,…,nM) dimana, n1 unit truck pada tahap 1, ada n2 unit truck dalam
tahap 2 dan seterusnya hingga tahap M. Untuk K unit putaran diperoleh :
M
 n1 = K
i=1
Keadaan probabilitasnya ditunjukkan dengan P(n1, n2,…., nM) yang
didefinisikan sebagai probabilitas yang ada pada tahap i sejumlah n1 unit. Contoh
untuk metode antrian dua tahap dimana ada tiga kemungkinan keadaan yaitu
(2,0); (1,1) dan (0,2) menyatakan bahwa ada dua dump truck pada tahap 1 dan 0
dump truck pada tahap 2.
Rata-rata tingkat pelayanan untuk tahap 1 dan 2 adalah 1 dan 2.
Persamaan keadaan tetap dapat diperoleh dengan :
0 = 2P (1,1) - 1P (2,0)
0 = 1 P (2,0) – (1 + 2 )P (1,1) + 2 P(0,2)
0 = 1 P (1,1) - 2 P (0,2)

Tahap 1
Tahap 2
2 2

2,0 1,1 0,2

1 1

Gambar.3 .Skema Sistem Antrian Putaran Dua Tahap

Dengan memperhatikan probabilitas keadaan P (2,0), maka penyelesaian


persamaan diatas dapat diberikan :
P (2,0) = P (2,0)
P (1,1) = (1 /2 ) P (2,0)
P (0,2) = (1 /2 )2 P (2,0)
Secara umum dapat ditulis :
1 2 – n1
P (n1 , n2) =  P (2,0)
1 n2
Untuk jumlah K truck diperoleh :
1 K – n1
P (n1 , n2) =  P (K,0)
1 n2
Persamaan keadaan tetap dari kasus M tahap dan K truck menjadi :
K+M–1 (K + M – 1)!
 = 
K (M – 1)! K!
Tingkat pengangguran pada tahap 1, n1 = 0.
Tingkat penggunaan pada tahap 1, n1>0.
1 K – n1
P (n1, n2,..,nM) =  P (K,0,…,0)
2 n2 3 n3……M nM
1 n1
1 n2
1 nM

=    P (K,0,…,0)
1 2 M

P (K,0,….0) diperoleh dengan ketentuan jumlah probabilitas keadaan tunak = 1


yaitu
 P (n1, n2,…., nM ) = 1
Sehingga :
-1

1 n1
1 n2
1 nM

P(K,0,…,0=    ….. 
1 2 M

2.Karakteristik sistem
Probabilitas bahwa ada n dump truck dalam beberapa tahap dapat dihitung
dengan menjumlahkan seluruh probabilitas pada keadaan n dump truck dari
tahap tersebut. Pada probabilitas keadaan dari sebuah tahap dalam keadaan
menganggur, dimana n = 0 ; maka :
Pr (tahap i menganggur) = 1 - i =  P (n1 , n2 ,….., ni – 1, 0 , ni + 1, …. nM )
i = Tingkat penggunaan tahap i.
Probabilitas sebuah tahap sedang bekerja adalah:
Pr (tahap i bekerja) = i = 1 – Pr (tahap i menganggur).
Hasil tiap tahap (pelanggan yang telah dilayani/unit waktu) adalah :
 = i j
Untuk proses antrian yang mendasarkan kesetimbangan, harga  harus sama tiap
tahap (1 = j = σ) untuk semua nilai i dan j.
Jumlah dump truck dalam tahap ke-i adalah :
Li =  ni P(n1 , n2 ,….. ni ,…. nM )
ni = 0,1,2,3, …K
Jumlah dump truck dalam antrian pada tahap ke-i adalah :
Lqi =  (ni – 1) P (n1 , n2 ,.….., ni,….. nM )
Waktu yang dibutuhkan sebuah dump truck yang antri dalam tahap i, adalah :
Wqi = Lqi /
Waktu bahwa ada sebuah dump truck tahap i, adalah :
Wi = Wqi + 1/ i
Rata-rata total waktu edar dump truck (truck yang telah menyelesaikan M tahap)
adalah :
M

Rata-rata total waktu edar =  (Wqi +1/ i)


I=1

3. Kesetimbangan pelayanan
Jika diasumsikan bahwa seluruh tahap mempunyai sifat yang sama.
Jadi i =  dimana, I = 1,2,…,M.
 K – n1
P (n1, n2,…..,nM) =  P (K,0,...,0)= P (K,0,...,0)
1 K – n1
( K + M – 1) !
Untuk itu semua  keadaan probabilitas adalah sama
( M – 1)! K!

Jumlah truck dalam tiap tahap (Li ) adalah :


Li = (L) = K/M
Jumlah dump truck menunggu antri dalam tiap tahap adalah :
K K K (K – 1)
Lqi =  -  = 
M K+M–1 M (K + M – 1)
Hasil (dump truck yang telah dilayani/unit waktu) untuk tiap tahap (), adalah :
K
 = / = 
K+M–1
Waktu tunggu dump truck dalam antrian :
K-1
Wq = Lq/ = 
σ
 : Tingkat pelayanan.
1/ : Waktu pelayanan.

Waktu tunggu dump truck dalam tiap-tiap tahap


W = Wi = Wq + 1/
= (K – 1)/ M + 1/
Jadi rata-rata total waktu edar 1 unit dump truck (CT) adalah :
CT = (K – 1)/  + M/

5. Penjadwalan Kerja
Hasil akhir dari teori antrian adalah membuat suatu penjadwalan kerja
dari alat angkut, dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran tentang
durasi awal kedatangan alat angkut di lokasi penambangan sampai awal
keberangkatan alat angkut dari lokasi stockpile ke lokasi penambangan
lagi.
Dengan mengetahui waktu tunggu alat muat atau tingkat pelayanan
rata-rata alat muat (Wq1) dan waktu edar dari alat angkut (C T2), maka dapat
dibuat suatu penjadwalan kerja dari alat muat dan alat angkut.
Waktu edar rata-rata alat angkut secara terperinci yaitu :
a. Waktu pemuatan atau waktu pelayanan, menit.
b. Waktu pengangkutan alat angkut,menit.
c. Waktu penumpahan material oleh alat angkut, menit.
d. Waktu kembali kosong ke lokasi penambangan, menit.
Penjadwalan juga dibuat berdasarkan pada waktu antara kedatangan alat
angkut dan waktu edar alat muat.
Dengan adanya penjadwalan kerja tersebut diharapkan :
1. Dapat menambah target produksi sesuai dengan sasaran produksi yang
dikehendaki.
2. Dapat meningkatkan effesiensi kerja alat muat dan alat angkut.
3. Dapat memperkecil kemungkinan terjadinya waktu tunggu alat muat dan
waktu antri alat angkut baik pada saat dilayani maupun pada saat
penumpahan.

II. Pencatatan Data


Dalam pencatatan data disini meliputi antara lain :
a. Data lokasi /daerah penambangan
- iklim dan curah hujan
- litologi dan stratigrafi
- kondisi medan kerja
- jumlah hari kerja dan jam kerja

b. Data untuk perhitungan


- waktu penyelesaian pekerjaan.
- volume gamping yang digali.
- spesifikasi alat.
- kapasitas produksi alat.
- target produksi
c. Data pendukung
Data-data yang dapat mendukung data-data lapangan guna menganalisa
permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah. Data
pendukung dapat diambil antara lain dari laporan eksplorasi, brosur-brosur dari
perusahaan, data dari instansi terkait dan dari literatur-literatur.
d. Analisa data
Data-data yang telah diperoleh selanjutnya diolah/diterapkan dengan
menggunakan rumus-rumus, tabel, grafik .

F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi Pustaka.
Studi pustaka dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang,
yang diperoleh dari :
- instansi terkait
- perpustakaan
- brosur-brosur
- peta, grafik, tabel dan spesifikasi alat.

2. Pengamatan dilapangan
Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan pengamatan
langsung terhadap topografi daerah, vegetasi dan cuaca yang akan diambil
datanya.
3. Pengambilan data
Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan permasalahan yang ada.Cara
pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan dan juga
data-data yang diambil dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada.
4. Pengelompokan data
Pengelompokan data bertujuan untuk :
- mengumpulkan data dan mengelompokkan untuk mempermudah
penganalisaan.
- mengetahui keakuratan data sehingga kerja menjadi efisien.
- mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek pengamatan.
5. Pengolahan data
Dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran,
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau rangkaian perhitungan pada
penyelesaian.
6. Analisa hasil pengolahan data
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya
kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian pembahasan.

7. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan
permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari masalah
yang dibahas.
G. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
1. Drevdahal Jr., ER, 1961, “Profitable Use of Excavation Equipment” ,
Technical Publication, Desert Laboratories Inc., Tueson Arizona.

2. Howard L. Hartman, 1987, ”Introductory Mining Engineering”, John Willey


and Sons.

3. Pfleider, E., 1968, ”Surface Mining”, The American Institute of Mining,


Talurgical and Petroleum Engineering Inc., New York.

4. Partanto Prodjosumarto, 1995, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan


Teknik Pertambangan , ITB, Bandung.

5. Rochmanhadi, 1992 ,” Alat-alat Berat dan Penggunaannya”, Cetakan IV,


Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

6. Wesley LD, Ir, “Mekanika Tanah”, Cetakan IV, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, Jakarta, 1977.

7. Yanto Indonesianto, 2001, “ Pemindahan Tanah Mekanis “, Jurusan Teknik


Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “ Veteran “
Yogyakarta, Yogyakarta.

H. JADWAL KEGIATAN

Waktu ( Minggu )
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Observasi Lapangan XX
2 Studi Pustaka XX
3 Pengambilan Data XX XX XX
4 Pengolahan Data XX XX
5 Pembuatan Draft XX XX XX

I. RENCANA DAFTAR ISI

RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

Bab

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi Permasalahan
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Metode Pendekatan
1.5. Pelaksanaan Penelitian
1.6. Hasil Penelitian

II. TINJAUAN UMUM


2.1. Lokasi Dan Kesampaian Daerah
2.2. Topografi, Geografi dan Curah Hujan
2.3. Kegiatan Penambangan
2.4. Sasaran Produksi

III. DASAR TEORI


3.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Muat dan Alat
Angkut
3.2. Kemampuan Produksi Alat Muat dan Alat Angkut.
3.3. Tingkat Kesediaan dan Pemakaian Alat Muat dan Alat Angkut.
3.4. Faktor Keserasian Kerja Alat.

IV. PEMBAHASAN
4.1. Analisa Kesediaan Alat Muat.
4.2. Analisa Kesediaan Alat Angkut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan.
5.2. Saran.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANALISA TEKNIK KEBUTUHAN ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA


KUARI BATUGAMPING X PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk
PALIMANAN CIREBON JAWA BARAT
Proposal Skripsi
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Skripsi
Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh
Murodi
112000062

Mengetahui
Pembimbing I
( Ir. Wawong Dwi Ratminah , MT )

You might also like