You are on page 1of 25

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK

(TENSILE TEST)

A. TOPIK : PENGUJIAN KEKUATAN TARIK (TENSILE TEST)

B. TUJUAN :

Setelah mahasiswa melakukan praktik pengujian kekuatan


tarik, maka mahasiswa dapat :

1. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada benda uji pada batas;


proporsional, elastis, ulur (yield), maksimum (ultimate), dan putus
(break).
2. Menentukan regangan pada batas proporsional/elastis.
3. Menghitung tegangan yang terjadi pada benda uji pada batas;
proporsional, elastis, ulur (yield), maksimum (ultimate), dan putus
(break).
4. Menentukan modulus Elastisitas (Modulus Young) benda uji.
5. Menghitung prosentase perpanjangan (Elongation) benda uji.
6. Menghitng prosentase pengurangan (reduksi) luas penampang
benda uji.
7. Menggambarkan diagram Tegangan – Regangan benda uji.

C. TEORI :

Pengujian tarik pada umumnya dilakukan dengan


menggunakan mesin “Universal Testing Machine”, dimana benda uji
ditarik sampai putus.

Pada saat dilakukan pengujian ,maka data-data seperti: batas


proposional, batas elastis, batas ulur, batas maksimum, dan titik

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 1


patah terditeksi pada layar monitor dan diagram gaya–perpanjangan
benda uji.

Benda Uji :

Benda uji atau batang uji yang digunakan pada pengujian


kekuatan tarik, pada umumnya terdiri atas baja karbon, tembaga,
kuningan dan aluminium. Bahan dibentuk sesuai dengan standar ISO
82 -1974 (E),ukuran DP5 dan DP 10.

Do

D
Lo

Gambar 1. Benda Uji

a. Regangan (ε )

Perbandingan antara pertambahan panjang batang uji


(∆L = Li - Lo) dengan panjang batang uji mula-mula (Lo), disebut
regangan.

Regangan = Panjang sesudah patah – panjang mula-mula


Panjang mula-mula

L1  Lo

Lo

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 2


c. Elastiitas

Jika batang ditarik dan mengalami regangan, tetapi bila


beban tarik dihilangkan maka batang akan kembali seperti
semula, maka batang ini dikatakan elastis.

d. Modulus Elastisitas

Menurut Hooke, yang dikenal dengan hukum Hooke, bahwa


modulus elastis adalah perbandingan antara tegangan yang
terjadi pada batas proposional dengan regangan pada batas
proposional.

daerah elastis

Gambar 2. Grafik Tegangan –Regangan daerah elastis.

Modulus elastis, 


Keterangan : E = Modulus Elastisitas bahan [N.mm-2]

σρ = Tegangan Proporsional [N.mm-2]

Tegangan Proporsional, σρ = Fp/Ao

Ao = luas penampang mula-mula [mm]

= (π . Do2)/ 4

Do = diameter penampang mula-mula [mm].

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 3


e. Batas Elastis (Elastic Limit) : E.

Batas elastis yaitu suatu batas, apabila beban yang bekerja


pada batang uji ditiadakan, maka batang uji akan kembali pada
ukuran semula.

Sebaliknya apabila pembebanan telah melampaui titik elasis,


maka apabila beban ditiadakan, batang uji tidak akan kembali
seperti semula.

Sifat bahan yang masih dapat kembali ke ukuran semula disebut


deformasi elastis .Sifat bahan yang tidak dapat kembali ke ukuran
semula disebut deformasi plastis.

Tegangan yang terjadi pada batas elastis disebut tegangan


elastis.

f. Batas proposional (Proposional Limit) : P

Sampai batas proposional, pertambahan panjang batang uji


sebanding dengan pertambahan beban atau pertambahan
tegangan sebanding dengan pertambahan regangan. Grafik
sampai dengan batas proporsional berupa garis lurus. Karena
batas proporsional adalah akhir dari gars lurus (linier) dan batas
elastis adalah awal dari garis bengkok (non linier). Maka pada
prakteknya kedua batas ini susah dibedakan. Dengan demikian
dapat diasumsikan bahwa batas proporsional sama dengan batas
elastis. Tegangan pada batas proporsional disebut tegangan
proporsional.

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 4


Gambar 3. Grafik 5. Grafuk Tegangan- Regangan Baja
lunak

g. Titik Ulur (Yield Point) : Y

Jika beban yang bekerja pada batang uji diteruskan sampai


diluar batas elastis, maka akan terjadi secara tiba-tiba
perpanjangan permanen dari batang uji, ini disebut Batas Ulur
(Yield Point), dimana regangan meningkat sekalipun tidak ada
peningkatan tegangan. Batas ini hanya dapat terdeteksi pada
baja lunak. Tegangan ulur, σy = Fy / Ao [N.mm-2]

Batas ulur terdiri dari ulur bawah dan ulur atas. Dalam
perhitungan tegangan ulur, digunakan batas ulur bawah .

Untuk beberapa logam paduan non ferro dan baja-baja keras,


batas ulur sulit dideteksi. Oleh karena itu dikatakan perpanjangan
non proposional adalah 0,2%.

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 5


h. Tegangan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Sterngth) : U

Pada batas ini menunjukkan beban yang mampu ditahan


oleh batang uji sebelum patah. Tegangan yang terjadi disebut
tegangan tarik maksimum, yaitu perbandingan antara beban
maksimum dengan luas penampang mula – mula batang uji.
Tegangan tarik maksimum bahan biasanya dipakai untuk
memberi nama bahan.

Baja yang memiliki tegangan tarik 370 Mpa, maka bahan


tersebut disebut baja St 37.

Tegangan tarik maksimum, σu = Fu/Ao.

i. Batas Patah (Breaking Limit ) : B


Pada batas ini batang uji mengalami patah. Sebenarnya
pada batas maksimum benda uji sudah mengalami patah, tetapi
karena masih memiliki energi, maka masih mengalami deformasi.

Tegangan patah, σb = Fb / Ao [ N.mm-2]

j. Prosentase Perpanjangan Batang Uji (Percent Elongation)


Pada saat batang uji mengalami pembebanan, maka terjadi
pula perpanjangan batang uji sampai patah .Untuk mengetahui
prosentase pertambahan batang uji, maka panjang batang uji
yang patah diukur kembali (Li).

Prosentase pertambahan batang uji,

e = {(Li - Lo)/Lo} x 100%

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 6


k. Prosentase Pengecilan Luas Penampang Batang Uji
Dengan bertambahnya panjang batang uji pada saat
pembebanan, maka luas penampangnya akan mengalami
pengecilan sampai batang uji putus (Ai), kejadian ini dinamakan
reduksi.

Prosentase pengecilan luas penampang,

r = {(Ao - Ai)/Ao} x 100 %

l. Membuat grafik Tegangan – Regangan


Grafik tegangan – regangan dibuat setelah tabel tegangan –
regangan diperoleh. Harga tegangan-regangan dimasukkan pada
sumbu x dan sumbu y sistem salib sumbu.

D. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN:

1. Alat Utama: Universal Testing Machine, merek: Galdabini, kekuatan


maksimum: 100 kN).

clamping head

dinamo meter

cross head
adj

Gambar 4. Universal Testing Machine

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 7


2. Alat Bantu:

a. Dial Indikator

Gambar 5. Dial Indicator

b. Jangka Sorong

Gambar 6. Jangka Sorong

c. Pena Plotter

Gambar 7.Pena Plotter

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 8


d. Kertas Grafik

Gambar 8.Gertas Grafik

e. Spidol

Gambar 9. Spidol

E . LANGKAH KERJA :

1. Siapkan dan periksa peralatan yang akan digunakan.


2. Ukur diameter batang uji (D0) dengan menggunakan jangka
sorong (lihat gambar 1).
3. Ukur dan beri tanda panjang ukur (Lo) batang uji (lihat gambar 1)
dengan menggunakan jangka sorong dan spidol permanen.
Panjang L0 = 10 D0. Garis tanda harus simetris.
4. Panjang ukur dibagi menjadi 10 bagian (beri tanda degan
menggunakan spidol permanen).
5. Putar switch panel searah jarum jam sampai lampu hijau menyala.

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 9


lampu hijau

switch panel

Gambar 10. Switch Panel

6. Hidupkan mesin hidraulik dengan menekan tombol “Pump Start”


sehingga “Pump Lamp“ menyala.

Pump lamp

Pump Start

Gambar 11. Menghidupkan Mesin

7. Biarkan Uji
beberapa
Tarik menit (  5 menit) sebagai pemanasan awal

kemudian kalibrasi alat sebelum dibebani.

8. Atur/pilih skala beban (100 atau 50 atau 20 kN) dengan memutar


tombol “range”.

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 10


Skala Beban

tombol “range”

Gambar 12. Mengatur Skala

Beban
9. Pilih spatu yang cocok, sesuaikan dengan bentuk dan ukuran
batang uji pada bagian ujung (yang akan dijepit).
10. Pasang batang uji pada penjepit (clamping head ). Jika posisi
penjepit tidak tepat, atur dengan cara memutar engkol “cross head
adj” untuk menaikkan posisi “up” dan untuk menurunkan posisi
“down”. Ujung batang uji dijepit pada clamping head atas dengan
cara mengangkat tuas atas sampai clamping head terbuka, ujung
batang uji disisipkan pada celah clamping head, tuas dilepas.
Ujung lainnya dijepit pada clamping head bagian bawah dengan
cara menyisipkan ujung batang uji pada celah clamping head, tuas
bawah clamping head diangkat dan engkol diputar searah jarum
jam sampai batang uji terjepit sempurna.

Benda Uji

Laboratorium Mekanik PNUP-MMRGambar 13. Posisi Benda Uji Page 11


11. Pasang dial indikator pada tiang mesin (kanan atas) dan pastikan
sensor dial indikator menyentuh lengan mesin, sensor dial
indicator harus tegak lurus (dapat menggunakan alat bantu
tangga). Untuk mengamati pertambahan panjang batang uji
selama proses pengujian.

Dial Indicator

Gambar 14. Dial Indicator

Beban
12. Pasang kertas grafik pada tromol yang tersedia dan plotter
(rotring) diatas kertas grafk.

Gambar 15. Tromol dan Kertas Grafik

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 12


13. Pastikan katup turun tertutup (pemutar katup diputar searah jarum
jam). Putar “speed control valve” pada posisi load (berlawanan
jarum jam) untuk memulai pembebanan. Pembebanan
berlangsung sampai batang uji putus.

Katup Naik/
Katup Turun/ Loading
Unloading

Gambar 15. Proses Pembebanan

14. Amati dan catat pertambahan beban (setip 500 N) pada dinamo
meter dan pertambahan panjang batang uji pada dial indikator.
15. Amati dan catat beban dan perpanjangan daerah-daerah
proporsional/elastis, ulur, ultimate, dan patah.
16. Setelah batang uji putus :
a. Turunkan “clamping head” sampai pada posisi return (pada
posisi semula). Dengan cara “Speed control valve” (katup
naik) diputar berlawan arah jarum jam (posisi Unloading)
dengan perlahan-lahan kemudian katup turun diputar
berlawanan searah jarum jam.

Katup Naik/
Katup Turun/ Unloading
Loading

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 13


Gambar 16. Proses Pelepasan Beban

b. Batang uji dilepas. dari “clamping


head”.
c. Ukur dan catat panjang putus dan diameter putus dengan
menggunakan jangka sorong.
d. Matikan mesin hidrolik dengan menekan tombol “pump stop”.

Pump Stop

Switch Panel

Gambar 17. Mematikan Mesin Uji Tarik


e. Kembalikan posisi “switch” pada posisi semula.

F. KESELAMATAN KERJA

1. Skala pembebanan diatur berdasarkan kekuatan benda uji, mulai dari


skala 100 kN, 50 kN dan 20 kN. Pada pengujian ini dipilih skala 100
kN.
2. Hindari pembebanan maksimum 100 kN. Jika benda yang diuji belum
putus sampai beban 80 kN sebaiknya pembebanan dihentikan.
3. Langkah ke 8 (delapan), harus seisin dengan pembimbing atau
dilakukan oleh pembimbing.
4. Langkah ke 12 (dua belas), dilakukan setelah mendapat mengarahan
dari pembimbing.
5. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka kecepatan pembebanan
diusahakan perlahan.

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 14


6. Hindari pergesekan alat ukur, bersihkan dan lumasi setelah
digunakan.
7. Bersihkan mesin uji tarik dan lokasi praktik.

G. DAFTAR PERTANYAAN

1. Dijawab sebelum praktik

a. Secara teoritis, berapa nilai Modulus Elastis: Baja Karbon,


Kuningan, Tembaga dan Aluminium.

b. Berdasarkan kandungan karbon yang terdapat pada baja


karbon, maka baja karbon dibedakan atas baja karbon rendah,
baja karbon sedang, dan baja karbon tinggi. Berapa %
kadungan karbon yang terdapat pada baja karbon rendah, baja
karbon sedang, dan baja karbon tinggi.

c. Berapa kisaran nilai tegangan dan regangan Baja Karbon,


Kuningan, Tembaga dan Aluminium.

d. Batas proporsional dan batas elastis pada praktiknya tidak


dapat dibedakan, mengapa ?.

e. Logam apa saja yang dapat dideteksi batas ulurnya pada


pengujian kuat tarik ?, tuliskan, bagaimana bentuknya.

f. Tuliskan pustaka yang kamu kutip dalam menjawab pertanyaan


diatas.

2. Dijawab setelah praktik

a. Tentukan jenis baja karbon benda uji.

b. Benda uji termasuk ST berapa.

c. Yang mana lebih kuat diantara benda uji yang telah diuji.

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 15


d. Urutkan sifat-sifat fisik bahan.

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 16


LAMPIRAN:

TABEL PENGAMATAN

Tanggal Pengamatan :
Penguji :
1. NIM
2. NIM
3. NIM
4. NIM
5. NIM
6. NIM
Panjang mula-mula (Lo) : mm Panjang putus (Li) : mm
Diameter mula-mula (Do): mm Diameter putus (Di) : mm

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Baja Karbon

No. Beban (N) Perpanjangan (mm)


0 0
500 ..
1000 ..

15.000 5
14.500 5,….

13.000 ….

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 17


Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 18
Ketua Kelompok:
Divalidasi:
Pembimbing,

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 19


TABEL PENGAMATAN

Tanggal Pengamatan :
Penguji :
1. NIM
2. NIM
3. NIM
4. NIM
5. NIM
6. NIM
Panjang mula-mula (Lo) : mm Panjang putus (Li) : mm
Diameter mula-mula (Do): mm Diameter putus (Di) : mm

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Kuningan

No. Beban (N) Perpanjangan (mm)

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 20


Ketua Kelompok:
Divalidasi:
Pembimbing,

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 21


TABEL PENGAMATAN

Tanggal Pengamatan :
Penguji :
1. NIM
2. NIM
3. NIM
4. NIM
5. NIM
6. NIM
Panjang mula-mula (Lo) : mm Panjang putus (Li) : mm
Diameter mula-mula (Do): mm Diameter putus (Di) : mm

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Tembaga

No. Beban (N) Perpanjangan (mm)

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 22


Ketua Kelompok:
Divalidasi:
Pembimbing,

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 23


TABEL PENGAMATAN

Tanggal Pengamatan :
Penguji :
1. NIM
2. NIM
3. NIM
4. NIM
5. NIM
6. NIM
Panjang mula-mula (Lo) : mm Panjang putus (Li) : mm
Diameter mula-mula (Do): mm Diameter putus (Di) : mm

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Aluminium

No. Beban (N) Perpanjangan (mm)

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 24


Ketua Kelompok:
Divalidasi:
Pembimbing,

Laboratorium Mekanik PNUP-MMR Page 25

You might also like