You are on page 1of 9

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No.

2 November 2012

Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah

Engki Zelpina1 , Bayu Rosadi1 dan Teguh Sumarsono1


1Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jl. Jambi-Ma. Bulian KM 15 Mendalo, Jambi
email: engki_zelpina@yahoo.com

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai suhu thawing terhadap
kualitas spermatozoa dari semen beku sapi perah Fries Holland (FH). Rancangan percobaan yang
digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan.
Perlakuan yang dilakukan meliputi: semen beku yang dithawing selama 30 detik pada air dengan
suhu 33 0C (P1), suhu 35 0C (P2), suhu 37 0C (P3), suhu 39 0C (P4), suhu 41 0C (P5). Peubah yang di
amati meliputi persentase motilitas spermatozoa,viabilitas dan recovery rate. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu thawing yang
berbeda mempengaruhi motilitas, viabilitas, recovery rate spermatozoa yang dibekukan (P<0,05).
Motilitas, recovery rate P4 lebih tinggi dibandingkan P2, P1 dan P5 (P<0,05), tetapi tidak berbeda
dengan P3 (P>0,05). Viabilitas P4 lebih tinggi dibandingkan P1 dan P5 (P>0,05) tetapi tidak
berbeda dengan P2 dan P3 (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa suhu thawing mempengaruhi
motilitas, viabilitas, recovery rate spermatozoa yang dibekukan. Kualitas yang terbaik pada semen
beku sapi perah Fries Holland (FH) dengan menggunakan suhu thawing 39 0C dan 37 0C selama
30 detik.

Kata kunci : spermatozoa, semen beku, sapi perah, thawing

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of various thawing temperatures to
the sperm quality of FH dairy cow frozen semen. The experimental design used was completely
randomized design (CRD) with 5 treatments and 5 replications . The thawing treatments were 30
seconds at 33 0C (P1), 35 0C (P2), 37 0C (P3), 39 0C (P4), 41 0C (P5) . Observed variables were sperm
motility, viability and recovery rate . Data were analyzed using analysis of variance . The results
showed that different thawing temperatures affect the motility , viability, recovery rate of frozen
spermatozoa (P<0.05). Motility and recovery rate of P4 was higher (P< 0.05) than P2 , P1 and P5 ,
but did not differ (P>0.05) with P3 . Viability of P4 was higher (P>0.05) than P1 and P5 but did
not differ (P>0.05) with P2 and P3. In conclusion , thawing at 39 0c and 37 0C for 30 seconds had
best semen quality of FH frozen semen.

Keywords : spermatozoa , frozen semen , dairy cow, thawing

Pendahuluan dimulai di Indonesia sejak tahun


1970-an terutama pada sapi perah.
Inseminasi Buatan (IB) Prosedur pelaksanaan IB
merupakan proses perkawinan yang mulai dari pengamatan berahi,
dilakukan dengan campur tangan handling semen beku, thawing semen
manusia, yaitu mendeposisikan beku sampai dengan pelaksanaan
semen ke dalam saluran reproduksi inseminasi sangat mempengaruhi
betina agar terjadi proses fertilisasi. keberhasilan perkawinan. Metode
Aplikasi IB secara meluas telah thawing semen beku menjadi salah
satu faktor yang sangat menentukan

94
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No. 2 November 2012

karena penggunaan metode thawing Pusat Pengembangan Agribisnis


yang tidak tepat akan menyebabkan Terpadu Universitas Jambi, 30 Oktober
kerusakan spermatozoa sehingga sampai dengan 5 November 2013.
menurunkan kualitas semen (Evans
dan Maxwell, 1976). Thawing Semen Beku
merupakan pencairan kembali semen Semen beku dari pejantan sapi
yang telah dibekukan sebelum perah FH yang digunakan sebanyak
dilakukan (IB). Suhu dan lama 35 straw dari BIB Lembang kode bull
thawing mempunyai pengaruh besar 307101 No Registrasi AH0.01.INAJ
terhadap keadaan spermatozoa 0280 33081.
khususnya keutuhan spermatozoa
Thawing
dalam semen. Kombinasi suhu
Menyiapkan penangas air dan
thawing yang baik adalah yang dapat
mengatur suhu air di dalamnya
mencegah kerusakan spermatozoa,
hingga suhu yang telah ditentukan.
sehingga tetap memiliki kemampuan
Mengambil straw dengan penjepit
membuahi ovum yang tinggi.
(pinset) dari kontainer dan
Metode thawing yang
memasukkannya ke dalam penangas
dikembangkan beragam. Deka dan
air selama 30 detik.
Rao (1987) menyatakan bahwa suhu
thawing di atas 37 0C akan
meningkatkan daya hidup Rancangan Percobaan
spermatozoa, tetapi bila melebihi Rancangan penelitian yang
batas waktu kritis akan bersifat fatal digunakan adalah rancangan acak
pada sel spermatozoa. Persentase lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
motilitas tertinggi diperoleh pada (P1, P2, P3, P4, P5) dan 5 kali
suhu thawing 37 0C (Pace dkk, 1981). ulangan. Perlakuan adalah suhu
suhu yang tinggi dalam media thawing sebagai berikut:
thawing akan menyebabkan proses P1: Suhu 33 0C,
metabolisme spermatozoa meninggi P2: Suhu 35 0C
sehingga memerlukan energi yang P3: Suhu 37 0C
tinggi pula (Soepriondho, 1985). P4: Suhu 39 0C
Pada penelitian ini dilakukan P5: Suhu 41 0C
pengujian kualitas spermatozoa post Lama thawing seraga pada semua
thawing dari semen beku sapi perah perlakuan yaitu 30 detik.
Fries Holland (FH) menggunakan Peubah yang diamati pada
suhu thawing yang berbeda. Hasil penelitian ini adalah Motilitas,
penelitian ini diharapkan diperoleh Viabilitas, Recovery Rate. Recovery
metode thawing yang menghasilkan Rate adalah kemampuan pemulihan
kualitas spermatozoa sapi FH terbaik spermatozoa setelah pembekuan
untuk IB. dengan membandingkan persentase
sperma motil pada semen segar dan
ekuilibrasi dengan pasca thawing
Materi dan Metode (Garner dan Hafez, 2000).

Tempat dan Waktu Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis
Penelitian ini dilaksanakan di
menggunakan sidik ragam. Untuk
Laboratorium Reproduksi Ternak
melihat perbedaan antarperlakuan
Fakultas Peternakan dan Laboratorium
dilakukan uji lanjut Duncan.

95
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No. 2 November 2012

Hasil dan Pembahasan dari 40 % maka semen beku tersebut


tidak layak diinseminasikan.
Motilitas Spermatozoa Arifiantini dkk (2004) melaporkan
Data hasil penelitian motilitas spermatozoa pada sapi FH
menunjukkan bahwa semen beku dengan menggunakan pengencer
yang digunakan memenuhi syarat kacang kedelai (KK), tris sukrosa (TS)
untuk disimpan dan diinseminasikan, dan tris masing-masing 50,20 ± 7,07;
dengan nilai motilitas spermatozoa 46,04 ± 3,54 dan 43,02 ± 7,68%.
berkisar antara 42,4 - 51,0 % (Tabel 1).
Motilitas spermatozoa setelah
thawing minimal 40 % jika kurang

Tabel 1. Rataan Persentase Motilitas Spermatozoa


Perlakuan Rataan
P1 42, 8 ± 2, 58b
P2 45, 4 ± 1, 51b
P3 49,2 ± 1, 09a
P4 51, 0 ± 2, 64a
P5 42, 4 ± 2, 50b
Ket: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05).

Perlakuan metode thawing pada berjalan sempurna karena sesuai


semen beku sapi perah FH dengan suhu fisiologis yang normal
berpengaruh terhadap motilitas pada sapi perah. Pada suhu fisiologis,
spermatozoa (P<0,05). Evaluasi aktivitas reaksi enzimatik yang
motilitas spermatozoa post thawing berlangsung selama metabolisme sel
adalah salah satu parameter yang berlangsung optimal. Proses
banyak digunakan untuk menentukan pembentukan dan pemanfaatan
kualitas semen sapi yang akan sumber energi kimiawi spermatozoa
digunakan untuk inseminasi buatan. diantaranya digunakan untuk energi
Syarat minimal motilitas individu gerak berlangsung dengan baik. Hal
semen post thawing agar semen dapat ini termanifestasi pada motilitas
dipergunakan dalam inseminasi speratozoa. Menurut Einarsson (1992)
buatan adalah 40 % (Garner dan proses thawing dapat mempengaruhi
Hafez, 1993). stabilitas dan fungsi‐fungsi hidup
Thawing yang dilakukan pada membran sel spermatozoa.
perlakauan P4 dan P3 dengan suhu 39 Hafs dan Elliot (1954) dalam
0C dan 37 0C selama 30 detik Toelihere (1993) menyatakan bahwa
memperlihatkan persentase motilitas thawing pada air bersuhu 38 0C
yang lebih tinggi (P<0,05) sampai 40 0C menghasilkan daya
dibandingkan pada perlakuan P1, P2 tahan hidup sperma yang lebih baik
dan P5 dengan suhu 33 0C, 35 0C dan bila dibandingkan dengan pada suhu
41 0C selama 30 detik, sedangkan rendah. Menurut Sayoko dkk (2007),
antara perlakuan P4 dan P3 yaitu lama thawing 30 detik memberikan
suhu 39 0C dan 37 0C tidak berbeda hasil yang lebih baik terhadap
(P>0,05). Diduga pada kisaran suhu persentase spermatozoa hidup dari
tersebut metabolisme spermatozoa pada thawing selama 15 detik.

96
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No. 2 November 2012

Perlakuan P1 dan P2 rataan sehingga memerlukan energi yang


motilitas spermatozoa mengalami tinggi pula. Kondisi demikian
penurunan, hal ini disebabkan karena menyebabkan spermatozoa akan
perlakuan suhu thawing pada P1 dan cepat kehilangan energi sehingga
P2 yang digunakan suhu 33 0C dan 35 berakibat kematian pada
0C selama 30 detik. Pada suhu rendah spermatozoa. Suhu yang rendah akan
pengeluaran krioprotektan sempurna mempenggaruhi metabolisme
tetapi metabolisme berjalan tidak spermatozoa. Watson (1996)
optimal sehingga motilitas menjelaskan suhu rendah juga akan
spermatozoa yang dihasilkan mengakibatkan struktur fosfolipid
mengalami penurunan. Sedangkan membran plasma akan berubah dari
pada perlakuan P5 rataan motilitas fase cair menjadi fase gel.
spermatozoa juga mengalami
penurunan hal ini disebabkan suhu Viabilitas (Persentase Hidup)
tinggi dibandingkan perlakuan Hasil penelitian menunjukkan
lainnya yaitu 41 C selama 30 detik.
0 bahwa suhu thawing nyata
Suhu thawing yang tinggi mempengaruhi persentase viabilitas
berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa semen beku sapi perah
spermatozoa karena pada proses FH (P<0,05). Thawing yang dilakukan
thawing metabolisme berjalan dengan pada perlakauan P4, P3 dan P2
optimal tetapi proses pengeluaran memperlihatkan persentase viabilitas
krioprotektan tidak terlangsung yang lebih tinggi (P<0,05)
sempurna dapat mengakibatkan dibandingkan pada perlakuan P1 dan
keracunan bagi spermatozoa dan P5 sedangkan antara perlakuan P4,
kerusakan spermatozoa sehingga P3 dan P2 tidak nyata berbeda
menyebabkan penurunan motilitas (P>0,05). Angka persentase
spermatozoa. pengamatan viabilitas terbaik pada
Menurut Soepriondho (1985), perlakuan P4, P3 dan P2,
suhu yang tinggi dalam media menghasilkan nilai pengamatan
thawing akan menyebabkan proses viabilitas yang tinggi yaitu 59,20 ±
metabolisme spermatozoa meninggi 4,20 , 55,60 ± 3,57 dan 53,20 ± 4,38.

Tabel 2. Rataan Persentase Viabilitas Spermatozoa


Perlakuan Rataan
P1 51, 0 ± 4, 12b
P2 53, 2 ± 4, 38ab
P3 55, 6 ± 3, 57a
P4 59, 2 ± 4, 20a
P5 50, 8 ± 3, 52b
Ket: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05).

Spermatozoa yang memiliki makanan dan ion- ion untuk proses


persentase hidup yang tinggi metabolisme tersedia. Metabolisme
menandakan bahwa membran plasma sel akan berlangsung baik jika
masih utuh secara fisik, sehingga membran plasma sel berada dalam
organel sel spermatozoa akan keadaan yang utuh, sehingga mampu
terlindungi, kebutuhan zat- zat dengan baik mengatur lalu lintas

97
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No. 2 November 2012

substrat dan elektrolit masuk dan penelitian Hidayatin (2002)


keluar dari sel. menyatakan bahwa dibutuhkan 50%
Darnel dkk (1990) menyatakan spermatozoa yang hidup dan motil
bahwa terjadi perubahan suhu yang untuk dipakai dalam IB. maka
tidak sesuai secara ekstraseluler, viabilitas pada perlakuan suhu
maka permiabilitas fosfolipid thawing menunjukkan bahwa
hidrofilik rusak menyebabkan persentase viabilitas dalam kisaran
fluiditas membran terganggu normal. Spermatozoa yang memiliki
sehingga terjadi kematian persentase hidup yang tinggi
spermatozoa. Menurut Chandler dkk menandakan bahwa membran plasma
(1984) meningkatnya kecepatan masih utuh secara fisik, sehingga
perubahan pada saat thawing umunya organel sel spermatozoa akan
menghasilkan lebih banyak terlindungi, kebutuhan zat- zat
spermatozoa yang hidup. Hal ini makanan dan ion- ion untuk proses
dapat dicapai apabila melakukan metabolisme tersedia.
thawing dengan temperatur air th
awing yang cukup tinggi. Kecepatan Recovery Rate
perubahan selama thawing akan Hasil pengamatan recovery
mengurangi tekanan terhadap rate terhadap semen segar dan hasil
spermatozoa karena spermatozoa ekuilibrasi spermatozoa semen beku
melewati massa kritis (fasa transisi) sapi perah FH yang dithawing
dengan cepat pula sehingga dengan suhu yang berbeda pada
spermatozoa yang hidup dan normal Tabel 3. Metode thawing pada semen
menjadi lebih banyak dan akibatnya beku sapi perah FH berpengaruh
angka konsepsi menjadi lebih baik. nyata terhadap recovery rate
Kerusakan spermatozoa biasanya spermatozoa (P<0,05).
terjadi pada fase transisi. Hasil

Tabel 3. Rataan Persentase Recovery Rate Segar dan Ekuilibrasi


Perlakuan Rataan
Segar Ekuilibrasi

P1 61, 14 ± 3, 69b 71, 33 ± 4, 31b


P2 64, 85 ± 2, 16b 75, 66 ± 2, 52b
P3 70, 28 ± 1, 56a 82, 00 ± 1, 82a
P4 72, 85 ± 3,77a 85, 00 ± 4, 40a
P5 60, 57 ± 3,58b 70, 66 ± 4, 18b
Ket: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

Hasil penelitian menunjukkan dibandingkan pada perlakuan P1, P2


bahwa suhu thawing nyata (P<0,05) dan P5, sedangkan antara perlakuan
mempengaruhi persentase motilitas P4 dan P3 tidak nyata berbeda
spermatozoa semen beku sapi perah (P>0,05).
FH. Thawing yang dilakukan pada Keberhasilan pembekuan
perlakuuan P4 dan P3 k nyata semen tidak hanya dinilai dari
memperlihatkan persentase motilitas persentase motilitas setelah thawing,
yang lebih tinggi (P<0,05) persentase spermatozoa yang dapat

98
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No. 2 November 2012

pulih kembali setelah pembekuan bertujuan melindungi spermatozoa


yang memberikan gambaran dari kematian yang disebabkan oleh
keberhasilan dari proses pembekuan penurunan tekanan osmotik yang
itu sendiri. Aktifitas metabolisme dan menggangu keutuhan membran
pergerakan sel spermatozoa sesudah spermatozoa akibat pembekuan. Pada
thawing pada suhu ini berjalan sapi ekuilibrasi biasanya dilakukan
normal mengakibatkan laju selama 4 jam dengan suhu 5 0C
pemulihan spermatozoa dari pasca (Arifiantini dkk, 2004).
ekuilibrasi dan thawing tinggi. Menurut Kwon dkk (2002)
Perbedaan laju pemulihan kembali kerusakan sel akibat pembekuan
disebabkan oleh suhu yang dapat terjadi karena dehidrasi,
digunakan pada saat thawing. Mole peningkatan konsentrasi elektrolit,
dkk (2003) menyatakan bahwa serta terbentuknya kristal es
spermatozoa sangat cepat intraseluler yang dapat
terpengaruh oleh perbedaan suhu mempengaruhi permeabilitas dinding
baik selama proses pendinginan, sel dan pada akhirnya spermatozoa
pembekuan ataupun thawing. Pada kehilangan daya motilitasnya.
saat ekuilibrasi spermatozoa akan Hilangnya daya motilitas
beradaptasi dengan pengencernya, spermatozoa selama proses
sehingga dapat menurunkan pembekuan akan berpengaruh
persentase motilitas spermatozoa terhadap laju pemulihan (recovery
pada saat pembekuan. Menurut rate) sperma setelah mengalami
Kacker dan Panwar (1996) ekuilibrasi pencairan kembali.

Tabel 4. Rataan Penurunan dari Semen Segar dan ekuilibrasi Ke Pasca Thawing
Pengamatan Perlakuan
P1 P2 P3 P4 P5

Segar Motilitas Segar(%) 70 70 70 70 70


Pasca Thawing(%) 42,80 45,40 49,20 51,00 42.40
Penurunan (%) 38,85b 35,14b 29,70a 27,14a 39,42b

Ekuili Pasca Ekuilibrasi(%) 60 60 60 60 60


brasi Pasca Thawing(%) 42,80 45,40 49,20 51,00 42.40
Penurunan(%) 28,60b 24,33b 18,00a 15,00a 29,33b
Ket: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05).

Berdasarkan Tabel 4. laju penurunan tertinggi diperoleh pada


pemulihan kembali motilitas perlakuan P5. Thawing semen
spermatozoa setiap perlakuan merupakan suatu prosedur yang
mengalami penurunan, P1 (38,85%), sangat kritis, dan bila thawing
P2 (35,14%), P3 (29,70%) P4 (27,14% ) dilakukan pada suhu yang tidak
dan P5 (39,42%) dan P1 (28,60%), P2 tepat akan menimbulkan kerusakan
(24,33%), P3 (18,00%) P4 (15,00% ) dan pada spermatozoa. Pada semen beku
P5 (29,33%). Tingkat laju penurunan suhu thawing yang tepat sangat
motilitas pada perlakuan P4 lebih diperlukan, karena suhu thawing
rendah dibandingkan pada perlakuan yang tepat dapat mengurangi efek
yang lain, sedangkan tingkat

99
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No. 2 November 2012

dari semen beku untuk mencapai Kesimpulan


suhu yang kritis pada saat thawing.
Menurut Devireddy dkk Dari hasil penelitian dapat
(2002) menyatakan bahwa penurunan disimpulkan bahwa:
kualitas semen setelah ekuilibrasi dan
1. Suhu thawing mempengaruhi
setelah thawing dalam proses
motilitas, viabilitas dan recovery
pembekuan semen dimulai saat
rate spermatozoa yang dibekukan.
penambahan krioprotektan,
2. Motilitas, viabilitas, recovery rate
perubahan volume sel pada saat
yang terbaik pada semen beku
pembekuan diikuti peregangan dan
sapi Fries Holland (FH) dengan
pengkerutan membran plasma
menggunakan suhu thawing 39
sebagai respon terhadap larutan 0C dan 37 0C selama 30 detik.
hiperosmotik.
Pembekuan pada dasarnya
adalah suatu proses pengeringan fisik Daftar Pustaka
di bawah titik beku. Bila mana suatu
larutan dibekukan, maka zat Arifiantini, M.I. 2004. Proses Produksi
pelarutnya berupa air akan membeku Semen Beku Kerbau dengan
dan membentuk kristal-kristal es, Sistem Minitub. Institut
sedangkan bahan terlarutnya tidak Pertanian Bogor. Bogor.
dapat bersatu dengan Kristal-kristal Datta, U., Sekar, M. C., Hembram, M.
es tersebut, melainkan berakumulasi L., Dasgupta, R., 2009.
semakin pekat. Kristal-kristal es yang Development of a New
terdapat di dalam sel sperma ini Method to Preserve Caprine
dapat merusak secara mekanik, Cauda Epididymal
sedangkan konsentrasi elektrolit yang Spermatozoa in situ at 10 0C.
berlebihan akan melarutkan selubung Procedings. Departement of
lipoprotein pada dinding sel Veterinary Gynaecology &
spermatozoa, sehingga pada saat Obstetrics Faculty of
pencairan kembali (thawing), Veterinary and Animal
permeabilitas membran selnya akan Sciences West Bengal
berubah dan mengakibatkan University of Animal and
kematian sel (Salisbury dan Fishery Sciences. Kolkuta West
Vandemark, 1985). Bengal. India.
Sifat semen beku yang sangat Deka, B.C. and A. R. Rao. 1987. Effect
labil mengakibatkan kondisi of extenders and thawing
membran itu sendiri yang memiliki methods on post thawing
tingkat kerentanan yang cukup tinggi. preservation of goat semen.
Selain itu diduga karena pengaruh Indian Vet.J. 64:591-594.
cold shock ketika proses pembekuan. Devireddy, R.V., D.J. Swanlund, T.
Proses pembekuan semen akan Olin, W. Vincente, M.H.T.
mengakibatkan kematian Troedson, J.C. Bischof and K.P.
spermatozoa mencapai 30% dari Roberts. 2002. Cryo-
jumlah spermatozoa segar atau preservation of equine sperm:
setelah diencerkan dan kerusakan Optimal cooling rates in the
akibat pengaruh pendinginan presence and absence of
(Goldman dkk, 1991). cryoprotective agents
determined using differential

100
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No. 2 November 2012

scanning calorimetry. Biologi of Asian-Aust. J. Anim. Sci. 15:


Reproduction 66: 222-231. 247-249.
Djanuar,R.1985. Fisiologi Reproduksi Mackie, A.R.P., P. S. James, S. Ladha
dan Inseminasi Buatan pada Sapi. and R. Jones. 2001. Diffusion
Gadjah Mada University Press Barriers in Ram and Boar
Yogyakarta. Sperm Plasma Membranes :
Einarsson S. 1992. Concluding Directionality of Lipid
Remarks. In: Influence of Diffusion Across The Posterior
thawing method on motility, Ring. Biology Reproduction.
plasma membrane integrity Society for The Study of
and morphology of Reproduction, Inc.
frozenstallion spermatozoa. Partodiharjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi
Bor K, B Colenbrander, A Hewan. Fakultas Kedokteran
Fazelli, J Pallevliet and L Veteriner jurusan Produksi.
Malmgren (eds.) Theriogenology Institut Pertanian Bogor.
VI. 48th. 1997. Pp.531‐536. Mutiara, Jakarta 499-557.
Evans G and MaxwelI WMC, 1987. Pace, M.M, J.J. Sullivan, F.I. Elliot, E.F.
Salamon’s Artificial Graham, and G.H Coulter.
Insemination of Sheep and 1981.Effect of thawing
Goats. Butterworths. Sydney. temperature, number of
Garner, D.L., E. and S. E. Hafez. 2000. spermatozoa and
Spermatozoa and seminal spermatozoal quality on
plasma. In: Reproduction in fertility of bovine spermatozoa
Farm Animals. 7th Ed B fackaged in 0,5ml french
Hafez/ESE Hafez. Lippincott straws. J. Anim. Sci. 53 (3) : 693-
Williams & Wilkins.USA.96- 701.
109. Soepriondho, Y. 1985 . Pengaruh
Goldman, E. E., J.E. Ellington, F.B. Waktu dan Suhu Thawiing
Farrel, And R.H.Foote. 1991. Semen Beku terhadap Angka
Use Of Fresh And Frozen Konsepsi pada Ternak Kerbau.
Thawed Bull Sperm Invitro. Tesis. Fakultas Pascasarjana
Theriogenology 35: 204. Institut Pertanian Bogor,
Hafez, E.S.E. 2000. B. Semen Bogor.
Evaluation dalam E.S.E. Hafez Salisbury GW and Van Demark. 1985.
(ed). Reproduction In Fram Fisiologi Reproduksi dan
Animal. Lea and Febiger. Inseminasi Buatan pada sapi.
Philadelphia. 144 – 164. Gadjah Mada University Press,
Kacker, R.N., and B.S. Panwar, 1996. Yogyakarta.
Textbook of Equine Sayoko Y, M Hartono, dan PE
Husbandry. 1 ed.,
st Silitonga. 2007. Faktor‐faktor
Vikas Publishing Hause, yang Mempengaruhi Per-
London. sentase Spermatozoa Hidup
Kwon, A.Y, H.J. K.0 and C.S, Park. Semen Beku Sapi pada
2002. Effect of diluent Berbagai Inseminator di
component, freezing rate, Lampung Tengah. Kumpulan
thawing time and thawing Abstrak Skripsi Jurusan
temperature on AC acrosoma Produksi Ternak. Fakultas Per-
morphology and motility of tanian. Universitas Lam-
frozen thawed boar semen. pung.

101
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No. 2 November 2012

Situmorang, P. 2002. The Effects of pejantan di Balai Inseminasi


Inclusion of Exogenous Buatan Daerah. Laporan
Phospolipid In Tris- Diluent Penelitian. Fakultas Ke-
Containing A Different Level of dokteran Hewan, Universitas
Egg Yolk on the Viability of Bull Airlangga. Surabaya.
Spermatozoa. Pusat Penelitian Steel , R.G .D . and J.H . Torrie. 1993.
dan Pengembangan Prinsip dan Prosedur
Peternakan dan Badan Statistika. PT. Gramedia
Penelitian dan Pengembangan Pustaka Utama. Jakarta.
Pertanian, Bogor 7 (3) : 131- Toelihere, 1993. Inseminasi Buatan
187. Pada Ternak. Penerbit
Sorenson Jr., A.M. 1979. Laboratory Angkasa. Bandung.
Manual for Animal Watson, P. F. 1996. Cooling of
Reproduction. 4th Ed. Spermatozoa and Freezing
American Press. Boston. USA. Capacity. Reprod. Dom. Anim.
Srianto, P. S. P., Madyawati, dan T. 31 : 135 – 140.
Sardjito. 2009. Kadar hormon
dan mineral serum darah sapi

102
Kualitas Spermatozoa Post Thawing dari Semen Beku Sapi Perah

You might also like