Professional Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya.
Disamping itu, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak sehingga juga
membutuhkan sumberdaya alam yang lebih banyak pula untuk menyambung hidup,
perekonomian dan sebagainya. Banyaknya kebutuhan tersebut akan membuat
masyarakat mencari kebutuhannya itu disekitar wilayah tempat ia menetap ataupun
wilayah yang ia kuasai bahkan terkadang mencari kebutuhannya dengan mengambil
hak orang yang menguasai sumber daya alam tersebut tanpa izin (mencuri).
Negara haruslah menegakkan hukum yang mengatur tentang sumber daya
alam yang terdapat di wilayah Negara Indonesia ini guna untuk menjaga
kemaslahatan negara dan rakyatnya, seperti hukum mengenai pertanahan, air, dan
sebagainya yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia maupun warga negara asing.
Hukum Agraria merupakan suatu hukum yang mengatur sumber daya alam
yang berada di wilayah Indonesia sehingga sumber daya alam baik berupa tanah, air,
bahkan ruang angkasa yang berada dalam wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan
sesuai dengan semestinya tanpa adanya sengketa baik antar Warga Negara
Indonesia, maupun antar Warga Negara Idnonesia dan Warga Negara Asing. Dengan
adanya Hukum Agraria ini, negara dapat menjamin sumber daya alamnya yang ia
kuasai. Sehingga sumber daya alam yang ada di wilayah Indonesia ini dapat
terpelihara dan tidak dimanfaatkan dengan sesuka hati oleh pihak-pihak yang tidak
memiliki hak atas sumber daya alam tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
C. Tahun 1848
Dalam tahun 1830 diatas telah dijelaskan mengenai monopolinya
pemerintahan jajahan Belanda atas tanah dan hasil dariperkebunannya sehingga
menimbulkan kecemburuan dari kaum pemilik modal dari aliran liberal yang ada
diparlemen. Wakil-wakil dalam parlemen menuntut agar bisa turut campur dalam
tanah jajahan yang sampai saat itu hanya dipegang oleh raja dan menteri tanah
jajahan. Terjadilah pergolakan antara mereka dengan golongan konservatif
pendukung cultuurstelsel. Namun demikian, dengan kegigihan dalam
memperjuangkan tuntutan tersebut, kaum liberal memetik kemenangan pertama
dengan disetujui perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Belanda. Yaitu dengan
adanya ketentuan didalamnya yang menyebutkan bahwa pemerintah di tanah jajahan
harus diatur dengan Undang-Undang.
Undang-Undang yang dimaksud dalam perubahan Undang-Undang Belanda
tersebut selesai pada tahun 1854, yaitu dengan dikeluarkanya regerings
reglement(RR) 1845. Salah satu ayat dari pasal 62 RR menyebutkan bahwa
Gurbernur Jendral boleh menyewakan tanah dengan ketentuan-ketentuan yang akan
ditetapkan dengan ardonansi. Tujuan utama gerakan kaum liberal dibidang agraria itu
adala (1) agar pemerintah memberikan pengakuan terhadap penguasaan tanah oleh
pribumi sebagai hak milik mutlak (eigendom), untuk memungkinkan perjualan dan
penyewaan. Sebab, tanah-tanah dibawah hak komunal ataupun kekuasaan adat tidak
dapat dijual atau disewakan keluar, dan (2) agar dengan asas domein itu, pemerintah
memberikan kesempatan kepada penguasa swasta untuk dapat menyewa tanah
jangka panjang dan murah ( yaitu erpacht).
D. Tahun 1870\
Jatuhnya Mentri Jajahan Frans Van de Putte, karena dianggap terlalu tergesa-
gesa memberikan hak eigendom kepada pribumi. Adapun seluk beluk agraria di
Indonesia belum diketahui benar-benar.
E. Kelima 1960
Pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa peraturan perundang-undangan
dibidang agraria yang dibuat oleh pemerintah jajahan, baik Belanda maupun Inggris
sangat tidak berpihak kepada rakyat Indonesia. Perhatian pemerintah terhadap
pengaturan mengenai agraria dimulai sejak 1948 dengan dibentuknya agraria panitia
agraria. Setelah 15 tahun merdeka melalui proses yang panjang barulah lahir UU No.
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
1) Panitia Yogya 1948
Panitia Yogya diketuai oleh Sarimin Reksodiharjo dengan tugas yang diemban
oleh panitia ini adalah mengembangkan pemikiran-pemikiran untuk sampai kepada
usulan-usulan dalam rangka menyusun hukum agraria baru pengganti hukum kolonial
yang berlaku diindonesia sejak 1870.
Dalam hal ini mengemukan bebraapa poin yaitu:
a. “...hukum baru itu harus dipahami dan diterima oleh rakyat, bukan itu saja, hukum
baru itu harus dapat menggerakkan jiwa rakyat.”
b. Para pembentk undang-undang perlu sekali menginfasi hidup jiwa rakyat yang
sebenarnya.
c. “para pembentuk undang-undang bukanlah himpunan dewa-dewa...”sekalipun
orang-orang terpilih; mereka adalah orang biasa. Karena itu activiteit dari rakyat harus
ada. Rakyat sendiri harus menunjukkan kemauannya.”
d. “gerakan rakyat itulah syarat mutlak bagi pelaksanaan hukum tanah yang baru
nanti.”
2) Panitia Jakarta 1951
Panitia agraria Jakarta diketuai oleh Sarimin Reksodiharjo, selain
mengembangkan gagasan panitia Yogya, panitia Jakarta juga menghasilkan usulan-
usulan baru. Gagasan yang diusulkan oleh panitia Jakarta yang penting diantaranya:
a. Dianggap perlu untuk adanya penetapan batas luas maksimum dan batas
minimum; b. Yang dapat memiliki tanah untuk usaha tanah kecil hanya WNI; c.
Pengakuan hak rakyat atas kuasa undang-undang.
A. Kesimpulan
Hukum Agraria memiliki arti yang sempit dan luas, Hukum Agraria dalam arti
luas adalah suatu kelompok pelbagai hukum yang mengatur Hak-Hak penguasaan
atas Sumber-Sumber Alam Indonesia yang meliputi:
1. Hukum Pertanahan yaitu bidang hukum yang mengatur Hak-Hak Pengaturan
atas tanah. Dasar Hukumnya UU No. 5 Tahun 1960.
2. Hukum Pengairan yaitu bidang hukum yang mengatur Hak-Hak atas air. Dasar
hukumnya UU No. 11 Tahun 1974.
3. Hukum Pertambangan yaitu bidang hukum yang mengatur Hak-Hak penguasaan
atas bahan galian. Dasar hukumnya UU No. 15 Tahun 1967
4. Hukum Kehutanan yaitu bidang hukum yang mengatur Hak-Hak Penguasaan
atas Hutan dan Hasil Hutan.
5. Hukum Perikanan yaitu bidang hukum yang mengatur Hak-Hak Penguasan atas
ikan dan lain-lain dan perairan darat lain.
Sedangkan Hukum Agraria dalam arti sempit yaitu Hukum Agraria yang
hanyalah mencakup Hukum Pertanahan yaitu Bidang Hukum yang mengatur Hak-
Hak Penguasaan atas tanah.
Sedangkan sejarah mengenai penguasaan atas tanah di Indonesia dimulai pada
tahun 1811 yang mana pada waktu itu Indonesia dipengaruhi oleh pikiran Reffles
dengan teori domeinnya. Dan perkembangannya pun berlanjut sampai tahun 1960,
yaitu setelah 15 tahun merdeka barulah lahir UU No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Dan proses terbentuknya UU No. 5 Thaun
1960 ini pun melalui proses yang panjang yaitu dimulai dari panitia Yogya 1948
sampai pada rancangan Soedjarwo tahun 1960.
TUGAS HUKUM AGRARIA
FAKULTAS HUKUM
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2015