You are on page 1of 23

LAPORAN KUNJUNGAN

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM (EV 603)

“BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM DAGO PAKAR”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Tahun Ajaran 2015/2016

disusun oleh :

Nanda Eka Pratama : ( 133050012 )

Dosen : Ir. Sri Wahyuni, MT.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat,


dengan meningkatnya penduduk tentunya penggunaan sumber daya alam juga akan
semakin menngkat. Terutama pemakaian air yang menjadi sumber kehidupan, baik
untuk kebutuhan pertanian maupun non pertanian seperti domestik, industri maupun
kebutuhan lain nya. Sumberdaya air ketersediaan nya saat ini mulai berkurang, tetapi
semakin banyak di butuhkan untuk berbagai keperluan oleh berbagai pihak, maka akan
terjadilah kompetisi atau persaingan di dalam pemakaian air.

Air pada awal mulanya merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui.
Namun, pada masa sekarang ini banyak permasalahan yang muncul karena keterbatasan
air dari segi kuantitas maupun kualitas air sebagai air bersih. Hal itu dikarenakan sumber
daya alam yang jumlahnya tidak bertambah namun penggunaannya yang semakin
bertambah banyak. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi
krisis air bersih. Sejumlah kota besar di Indonesia menghadapi krisis air baku atau air
bersih dalam beberapa tahun mendatang. Kota-kota besar itu diantaranya Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Makassar, dan Balikpapan.
Swastanisasi dan perubahan cara pandang masyarakat terhadap air, dianggap sebuah
upaya untuk melestarikan air dan memperpanjang daya gunanya.

Krisis air bersih di perkotaan umumnya berbentuk tercemarnya sungai-sungai


oleh limbah rumah tangga dan industri. Padahal air sungai itu dijadikan bahan baku
pengolahan air kotor oleh Perusahaan Air Minum (PAM) menjadi air bersih. Dalam hal
ini, peran dari PDAM sangatlah penting karena pemenuhan akan kebutuhan air bersih
masyarakat sangt bergantung pada kinerja dari PDAM. Semakin tercemar air baku yang
ada, semakin mahal biaya pengolahannya.
Di antara banyak hal yang harus dibiayai oleh PDAM dalam kegiatan proses
produksi dan distribusi air kepada para pelanggan, proses pengolahan air paling banyak
membutuhkan biaya operasional. Situasi ini memaksa masyarakat membayar lebih
mahal air bersih yang mereka gunakan. Seiring kemajuan dan kemampuan
mengoperasionalkan peralatan dan mesin mutakhir, PDAM dalam melakukan proses
pengolahan air menggunakan teknik pengolahan lengkap yang secara garis besar terdiri
dari intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi. Pengolahan lengkap
tersebut diberlakukan pada air baku yang berasal dari air permukaan atau sungai.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kunjungan lapangan ke Instalasi Pengolahan Air Minum


PDAM Dago Pakar yaitu :

1) Mengetahui tahapan dan alur poses pengolahan air baku menjadi air bersih.

2) Mengetahui permasalahan dan upaya penangulangan masalah yang di temukan di


lapangan oleh pihak PDAM Dago Pakar.

3) Mengetahui tiap proses yang dilalui dalam pengolahan air baku menjadi air
minum di PDAM Dago Pakar.

1.3 Sistematika Laporan

Dalam penyusunan laporan ini terdapat sistematika penyusunan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Teridiri dari latar belakang, tujuan di buat laporan dan sistematika penulisan
laporan yang dapat menjelaskan secara singkat dan jelas.
BAB II GAMBARAN UMUM

Terdiri dari Profil PDAM Kota Bandung, profil produk PDAM Kota
Bandung yang menjelaskan mengenai mengapa PDAM Kota Bandung di
bentuk dan wewenang PDAM Kota Bandung.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Menjelaskan mengenai air dan pengertian air bersih menurut peraturan yang
berlaku di Indonesia khusunya kebutuhan air minum suatu perkotaan yang
sesuai dengan syarat Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas dan Ekonomis.

BAB IV PEMBAHASAN

Menjelaskan mengenai proses alur pengolahan air baku menjadi air bersih di
PDAM Dago Pakar dari awal Intake hingga pendistribusian air bersih ke
konsumen

BAB V KESIMPULAN

Menyimpulakan mengenai hasil pembahasan yang dapat menjawab tujuan


dari di buatnya laporan kunjungan ke PDAM Dago Pakar.
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Kota Bandung

Kota Bandung berada di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu Kota Propinsi,
terletak diantara 107º, 76º Bujur Timur dan 6º,55º Lintang Selatan dengan lokasi yang
cukup strategis dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan.

Luas Kota Bandung 16.729,50 Ha yang terdiri dari 30 kecamatan dan 139
kelurahan dengan jumlah penduduk 2.729.649 jiwa. Kota Bandung yang dikenal “Kota
Kembang” mempunyai iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, temperatur rata-rata
23,1º C dan curah hujan rata-rata 148,35 mm. secara topografis merupakan sebuah
cekungan yang terbentuk dari danau purba Bandung dengan perkembangan penduduk
yang sangat pesat karena arus urbanisasi, menjadi tantangan dan peluang bagi PDAM
Kota Bandung dalam memberikan pelayanan air bersih dan air kotor kepada masyarakat.

2.2 Profil Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung merupakan Perusahaan


yang bergerak dibidang jasa dalam kebutuhan hidup orang banyak, baik kebutuhan
dalam pelayanan Air Bersih maupun Air Kotor PDAM seperti penjelasan berikut :

Kota Bandung pada saat ini memanfaatkan 3 sumber Air yaitu :

1) Air Permukaan

 Sungai Cisangkuy, debit yang diambil ± 1400 l/dtk diolah di Instalasi


pengolahan Badaksinga dari rencana ± 1800 l/dtk
 Sungai Cikapundung, debit yang diambil ± 840 l/dtk, 200 l/dtk diolah di
Instalasi pengolahan Badaksinga, 600 l/dtk diolah di Instalasi pengolahan
Dago Pakar dan 40 l/dtk diolah di mini plant dago Pakar

 Sungai Cibeureum, debit yang diambil 40 l/dtk diolah di mini Treatment


Cibeureum

 Sungai Cipanjalu, debit yang diambil ± 20 l/dtk diolah di mini Treatment


Cipanjalu

2) Mata Air

Sumber air ini diambil dari beberapa mata air di daerah Bandung
Utara dengan total debit 190 l/dtk dan diolah di Resevoir XI Ledeng.

Adapun mata air-mata air tersebut adalah :

 Mata air Cigentur I

 Mata air Cigentur II

 Mata air Ciliang

 Mata air Cilaki

 Mata air Ciwangun

 Mata air Cisalada I & II

 Mata air Cicariuk

 Mata air Cibadak

 Mata air Cirateun

 Mata air Cikendi


 Mata air Ciasahan

 Mata air Legok Baygon

 Mata air Citalaga

 Mata air Panyairan

 Mata air Ciwangi

3) Air Tanah

Untuk pengolahan air baku yang berasal dari air tanah dalam
digunakan sistem aerasi, filtrasi dan desinfektan untuk membunuh bakteri
digunakan gas chlorl kaporit. Kualitas air baku ini pada umumnya memiliki
kandungan Fe dan Mn diatas standar yang ditetapkan.

Air tanah ini sebagian dimanfaatkan untuk membantu daerah yang


tidak terjangkau oleh pelayanan dari Instalasi Induk PDAM. Jumlah sumur
air tanah dalam PDAM ada 32 buah dengan system pendistribusian secara
langsung ke konsumen.
Gambar I.1
PETA SUMBER AIR KOTA BANDUNG
Sumber : Booklet Informasi
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air
kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai
jenis pencemaran air berasal dari :

a) Sumber domestik ( rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan


sebagainya.
b) Sumber non – domestik ( pabrik, industri, pertanian, perternakan,perikanan,serta
sumber – sumber lainnya.
Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak langsung akan
mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran
pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.
Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan maslah
pokok. Hal ini mengingat keadaan perairan alami di banyak negara yang cenderung
menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dan air sangat penting bagi kehidupan
manusia. Manusia akan cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan
makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh
orang dewasa, sekitar 55 – 60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak anak sekitar 65
% dan untuk bayi sekitar 80 %.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,
mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO
di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan
di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-
60 liter per hari.
2.2 Pengertian Air Bersih

Air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes /PER/IX/1990 adalah air yang


digunakan untuk keperluan sehari – hari dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan
pengertian air minum menurut Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah
air yang melaui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan ( bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum.
Air baku adalah air yang digunakan sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air
bersih. Sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air
hujan, air permukaan ( air sungai, air tanah dalam, mata air) (Hartono, 1994 : JICA,
1974: Linsley 1989: Martin D, 2001: Sutrisno, 2002). Standar kualitas air bersih yang
ada di indonesia saat ini menggunakan Permenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang syarat – syarat dan pengawasan Kualitas Air PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas
air minum menggunakan Kepmenkes RI No 907/MENKES /SK/VII/2002 tentang syarat
– syarta dan Pengawasan Kualita Air Minum.

Pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian air minum, yakni air yang
memenuhi syarat – syarat kesehatan sehingga dapat langsung diminum. Pada
pengawasan masyarakat mendapatkan air minum dengan cara memasak air bersih.

Pengolahanair untuk diminum dpat dikerjakan dengan 2 cara, berikut:

a) Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman – kuman mati. Cara
ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dilakukan secara besar –
besaran.
b) Dengan menggunakan zat – zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan lain – lain.
Cara ini dapat dilakukan secara besar – besaran, cepat dan murah.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya
diusahakan memenuhi persyaratan – persyaratan kesehatan, setidaknya diusahakan
mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut:

a) Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak bewarna), tidak
berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari –
hari. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
b) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh
bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel ( contoh) air tersebut. Dan bila
dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat – zat tertentu dalam jumlah yang
tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Sesuai dengan prinsip
teknologi tepat guna di pedesaan maka air minum yang bersala dari mata air dan
sumur dalam adlah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga
persyaratan tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran – kotoran
terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur
yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar
tidak dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.

2.3 Sumber Air Bersih

Sumber-sumber air dibumi ini berasal dari beberapa sumber (Djasio Sanropie,
1984) diantaranya:
a) Air Angkasa

Air angkasa merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni atau uap air
yang sudah terkondensasi dan jatuh ke bumi sebagai air hujan. Adapun sifat sari air
hujan/angkasa ini adalah:

1) Air hujan bersifat lunak karena kurang mengandung larutan garam dan zat mineral
sehingga terasa kurang segar.
2) Dapat mengandung beberapa zat yang diudara seperti NH3 dan CO2 agresif
sehingga bersifat korosif.
3) Dari segi bakteriologis maka relative lebih bersih tergantung pada tempat
penampungannya.

b) Air Permukaan

Air permukaan merupakan salah satu sumber yang dapat dipakai sebagai bahan baku
air bersih dibanding dengan sumber yang lain. Air permukaan kurang baik untuk
langsung dikomsumsi oleh manusia, karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu
sebelum dimanfaatkan.

c) Air Tanah

Air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap didalam lapisan bebatuan yang
mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Air tanah dapat
dimanfaatkan dengan cara membuat sumur atau pompa tangan.

2.4 Penggolongan Air Bersih

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 bahwa Klasifikasi dan


Kriteria Mutu Air ditetapkan menjadi:

a) Kelas Satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau diperuntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b) Kelas Dua, air yang diperuntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi
pertanaman, dan atau diperuntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
c) Kelas Tiga, air yang diperuntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau diperuntukan lain
yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
d) Kelas Empat, air yang diperuntukkannya dapat digunakan dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman, dan atau diperuntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut

2.5 Persyaratan Air Bersih

Untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka air bersih harus memenuhi syarat–
syarat secara kualitas maupun kuantitas. Di Indonesia ketentuan mengenai standar
kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih yaitu:

a) Syarat fisik yaitu bahwa air tersebut tidak berbau,tidak berwarna,tidak berasa dan
jernih.
b) Syarat kimiawi yaitu dalam artian air tersebut tidak mengandung bahan kimiawi
yang berbahaya dalam kadar tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
c) Syarat mikrobiologik, yaitu air tersebut bebas dari kuman phatogen.
d) Syarat radioaktif yaitu bebas dari pencemaran radioaktif dalam kadar tertentu yang
dapat membahayakan kesehatan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses Pengolahan Air Bersih di PDAM

Tahapan proses pengolahan air bersih yang terjadi di PDAM Dago Pakar dapat
dalam dibagi dalam sepuluh tahap yakni :

4.1.1 Tahap pengambilan air dari sumbernya (Intake)

Sumber air yang digunakan adalah air dari Sungai Cikapundung, yang
merupakan sungai yang memiliki debit air yang cukup besar, sehingga dapat
meminimalkan resiko terhentinya proses dikarenakan tidak adanya bahan baku atau
habisnya air yang mengalir. Pengambilan air baku dari sungai dilengkapi dengan Bar
Screen atau jaring khusus yang bertujuan untuk menyaring benda terapung sejenis
sampah agar tidak sampai masuk ke intake. Kapasitasnya berkisar 600 liter/detik. Sebab
jika sampah sampai masuk instalasi pengolahan akan mengganggu kerja pompa.

Gambar 4.1 ( Intake Sungai Cikapundung )


Beberapa lokasi intake pada sumber air yaitu intake sungai, intake danau dan
waduk, dan intake air tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake, intake
crib, intake pipe atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur dalam
(Kawamura, 1991).

4.1.2 Tahap Prasedimentasi

Untuk sumber air baku yang karakteristik turbiditasnya tinggi, butuh bangunan
yang bentuknya hanya berupa bak sederhana dan fungsinya untuk pengendapan
partikel–partikel diskrit dan berat seperti pasir dan lain-lain. Bak prasedimentasi dikuras
sebulan sekali.

Bak Prasedimentasi yang digunakan PDAM Dago terletak di Bantar Awi dan hanya
memiliki satu unit bak prasedimentasi.

4.1.3 Tahap koagulasi

Pada proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat
hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid yang ada pada
air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami
saling tarik menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar.
Faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang
digunakan, dosis pembubuhan koagulan, dan pengadukan dari bahan kimia.

Di PDAM Dago Pakar menggunakan koagulasi mekanik secara terjunan yang


terdiri dari 4 bak koagulasi. Debit yang digunakan ialah 600 l/detik sehingga masing-
masing bak memiliki debit 150 l/detik. Permasalahan yang sering ditemukan adalah
apabila kekeruhan yang tinggi pada saat musim hujan maka penggunaan dosis koagulan
semakin besar sehingga biaya untuk mengolah kualitas air menjadi meningkat. Pada
umumnya kekeruhan yang masuk pada unit ini berkisar 30 NTU.
Gambar 4.2 ( Unit Koagulasi dengan ditambahkan PAC (Poly Aluminium Chloride)

4.I.4 Flokulator

Flok – flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor –
faktor yang mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari
suspended solid, pH, alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya
pengadukan.

Di PDAM Dago Pakar terdiri dari 4 bak flokulasi yang di setiap baknya di bagi
menjadi 13 sekat dengan kedalaman sekitar 6 meter. Alirannya mengunakan gaya
gravitasi sehingga mengalir dengan kecepatan lambat dan terbentuk flok yang berukuran
besar dan pada akhir tahap flokulasi ini terlihat antara kotoran dan air bersih. Koagulan
yang digunakan adalah PAC liquid.
Gambar 4.3 ( Unit flokulasi )

4.I.5 Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi setelah endapan


terbentuk dari proses koagulasi flokulasi berbentuk lumpur. Pada bak sedimentasi
dilengkap tube settler yang bertujuan mempercepat proses pengendapan dan bak
pengolahan terdiri dari bak 4 sedimentasi yang di setiap bak terdiri dari 4 tube settler.
Pada tube settler tersebut terdapat lamella yang mana fungsinya sebagai tempat
menempelnya debu dari unit flokulasi, jika debu tersebut telah menumpuk maka akan
turun ke bawah dan terkumpul di ruang lumpur sehingga kekeruhan di sedimentasi ini
berkurang hingga 1,5 -1 NTU.
Gambar 4.4 ( Unit Sedimentasi )

4.I.6 Bak Filter

Dari proses sedimentasi, flok yang masih terikut dapat terpisah pada proses ini.
Di PDAM Dago Pakar terdapat 8 bak filter.

4.1.7 Filtrasi

Penyaring yang digunakan adlah rapid sand filter ( filter saringan cepat). Sand
filter jenis ini berupa bak yang berisi pasir berdiameter 0,8 antarasit dan silika yang
berfungsi untuk menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier
(clearator). Air yang masuk ke filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klor.

Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir antrasit dan silika.
Air mengalir ke bawah melalui media tersebut. Zat – zat padat yang tidak larut akan
melekat pada media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan
mengalir keluar melalui suatu pipa menuju reservoir permasalahan yang sering di
temukan adalah penggunaan pompa yang bergantian sehingga proses filtrasi tidak
berjalan semua bak hanya sebagian bak karena pompa yang tersedia di gunakan secara
bergantian. Kekeruhan pada unit ini telah mencapai angka dibawah 1 NTU.

Gambar 4.5 ( Unit Filtrasi ) Gambar 4.6 ( Backwash )

Gambar 4.7 ( Media Antrasit ) Gambar 4.8 ( Media Silika )

4.I.8 Desinfektan

Proses ini disebut juga proses klorinasi yang merupakan pembubuhan zat
disenfektan (gas chlor) dengan tujuan membunuh bakteri yang mungkin ada baik di
reservoir, jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan. Jika terjadi kebocoran
pada tabung gas chlor untuk mengetahuinya menggunakan ammonia dengan cara di
semprotkan atau pun dengan menggunakan ammonia dengan cara di semprotkan.
Kekeruhan di unit ini sekitar 0,30 – 0 NTU.
Gambar 4.9 ( Ruang Chlorine )

4.I.9 Ruang Basin

Terdapat ruang basin sebagai pembuangan bahan kimia. Pemakaian bahan kimia
berkisar 2,5 K9/jam.

Gambar 4.10 ( Ruang Basin )


4. I .10 Reservoir

Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring
melalui filter, air ini sudah menjadi air yang bersih yang siap digunakan dan harus
dimasak terlebih dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum. Reservoir PDAM
Dago ini berbentuk bangunan seluas lapangan bola yang terdapat di Dago Tea House.

4.I.11 Pompa Distribusi

Digunakan untuk meningkatkan tekanan air dalam pipa distribusi agar sampai
konsumen, permasalahan yang sering terjadi adalah rusak atau butuhnya perawatan
pompa sehingga penggunaan pompa dilakukan bergilir.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1) PDAM dago pakar menggunakan Sungai Cikapundung sebagai bahan baku


tahapan pengolahan IPAM di PDAM Dago Pakar adalah : intake,
prasedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, pra filter, filtrasi, desinfektan,
reservoir dan pendistribusian.

2) Permasalahan yang di temukan di PDAM Dago Pakar, yaitu :

a) Pada saat musim hujan di karenakan kualitas air baku yang digunakan
semakin buruk sehingga kebutuhan bahan dan proses pengolahan menjadi
lebih sulit atau dapat dikatakan meningkatnya biaya produksi yang di gunakan
untuk proses pengolahan air baku menjadi air bersih.

b) PDAM mengukur turbidity dan pH menggunakan cara manual, dikarenakan


tidak tersedianya alat untuk pengukuran turbidity dan pH

c) Pengunaan pompa yang kurang sehingga proses pengolahan tidak dapat


maksimal

d) Pada proses Chlorinasi menggunakan gas Chlor yang berbahaya apabila


terjadi kebocoran terhadap operator , maka dari itu sistem K3 harus ketat agar
tidak ada terjadinya Kecelakaan Kerja akibat Gas Chlor.

3) Proses pengolahan yang dilalui adalah air baku masuk ke Intake dengan adanya
barscreen pada intak untuk menyaring sampah karena dapat menghambat proses
pengolahan, setelah itu di alirkan secara gravitasi ke bak prasedimentasi untuk
mengendapakan partikel yang dapat mengendap tanpa adanya proses
pembubuhan bahan kimia atau secara gravitasi. Kemudian dialarikan ke bak
koagulasi yaitu merupakan proses pengolahan dengan membubuhkan bahan
kimia untuk mendestabilisasi partikel sehingga dapat di endapakan secara
gravitasi dengan cara mekanik pengadukan cepat atau dengan aliran turbulen
setelah itu di alirkan menggunakan pipa ke bak flokulasi yang bertujuan untuk
memperbesar partikel sehingga lebih cepaet di endapkan dengan pengadukan
lambat atau dengan memperlambat aliran, hasil proses fokulias di alirkan ke bak
sedimentasi untuk diendapkan secara gravitasi dan terdapat tube settler pada saat
proses pengendapan setelah melalui proses sedimentasi kemudia ke filtrasi
dengan menggunakan pipa dan pompa proses saringan pasir cepat dan setelah
proses filtrasi di alirkan ke reservori dengan mengguna pipa dan pompa dan di
lakukan desinfeksi dengan menggunakan gas clor dalam prosesnya.

You might also like