You are on page 1of 41

PENUNTUN PRAKTIKUM

DASAR REAKSI ANORGANIK

Penyusun:
Dra. Hj. Bayharti, M.Sc

Dra. Andromeda, M.Si

Dr. rer.nat. Jon Efendi, M.Si

Drs. Bahrizal, M.Si

Syamsi Aini, Ph.D

Sherly Kasuma Warda Ningsih, S.Si, M.Si

Guspatni, M.A

Eka Yusmaita, S.Pd, M.Pd

Dasmawati

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
Kata Pengantar
Penuntun praktikum Dasar Reaksi Anorganik ini disusun sebagai bahan petunjuk
praktikum bagi mahasiswa kimia non kependidikan dan kependidikan. Penyusunan penuntun
ini difokuskan pada masalah dasar-dasar reaksi anorganik. Dengan berbekal terintegrasinya
praktikum dengan teori perkuliahan, mahasiswa yang mengambil mata kuliah Dasar Reaksi
Anorganik diharapkan dapat mengenal salah satu aspek yang dikerjakan oleh ilmuwan
maupun praktisi dalam bidang kimia anorganik. Titik berat masalah dasar-dasar reaksi
anorganik ini diambil karena reaksi-reaksi kimia adalah konsep dasar dibidang anorganik
yang lebih mendalam dan komprehensif serta keterampilan laboratorium yang tinggi.
Pekerjaan penyusunan penuntun praktikum Dasar Reaksi Anorganik ini adalah satu
usaha untuk mengakomodasi kebutuhan akan penuntun praktikum yang memperhatikan
aspek kompetensi apa yang akan diperoleh mahasiswa setelah melakukan praktikum. Setelah
menggunakan penuntun praktikum ini dalam matakuliah praktikum Dasar Reaksi
Anorganik diharapkan mahasiswa mempunyai gambaran atau wawasan tentang apa
pekerjaan yang dilakukan dan bagaimana bekerja di laboratorium kimia anorganik. Disamping
itu diharapkan juga dapat membekali mahasiswa dengan keterampilan bekerja di
laboratorium kimia anorganik untuk dapat dipergunakan kelak di dunia kerja.
Penuntun ini juga dilengkapi dengan aspek penilaian keterampilan disamping penilaian
pengetahuan. Aspek penilaian ini dapat diketahui mahasiswa dalam penuntun praktikum ini.
Dengan membaca aspek penilaian ini mahasiswa dapat mengetahui pengetahuan dan
keterampilan apa yang dituntut dari mereka, sehingga tujuan praktikum menjadi lebih jelas.
Terakhir penuntun praktikum ini akan terus disempurnakan secara periodik sesuai
dengan perkembangan trend baru dalam kimia anorganik. Penyesuaian juga akan dilakukan
sesuai dengan perkembangan sarana yang terdapat di laboratorium kimia FMIPA UNP. Untuk
itu kami mengharapkan sumbangan perbaikan maupun pengembangan dari pemerhati baik
dari mahasiswa, staf laboratorium maupun dari staf pengajar Jurusan Kimia FMIPA UNP.
Melalui kesempatan ini kami tim penyusun mengucapkan terima kasih atas sumbangan
pikiran berbagai pihak dalam penyelesaian penuntun praktikum ini.

Padang, Februari 2017


Tim Penyusun

Penuntun Praktikum Dasar Reaksi Anorganik


DAFTAR ISI

No Judul Praktikum Hal


1. Reaksi-reaksi kimia 1

2. Efek ion senama 7

3. Kekuatan Asam dalam medium air 10

4. Reaksi Oksidasi-Reduksi: Pengaruh asam dan basa 14


pada logam
5. Titrasi Oksidasi Reduksi: Penentuan Oksalat 17

6. Preparasi Garam Mohr 25


7. Buffer 29

8. Praktikum mandiri
Keselamatan dan Petunjuk Bekerja
di Laboratorium

Laboratorium dapat menjadi tempat yang berbahaya dan dapat juga menjadi tempat
bekerja yang menyenangkan. Bila pekerjaan di laboratorium dilakukan dengan tepat dan
dengan pemahaman yang mendalam tentang teknik-teknik pekerjaan di laboratorium, maka
laboratorium tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan ruangan-ruangan kelas yang lain di
Jurusan Kimia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan di laboratorium adalah :
1. Gunakan kacamata pengaman bila anda bekerja dengan bahan-bahan kimia yang
dapat membahayakan mata bila terjadi kontak. Bila mata atau daerah sekitar mata
anda berkontak dengan bahan kimia segera cuci dengan air mengalir di bak cuci
tangan

2. Gunakanlah sepatu selama anda berada di laboratorim.


3. Makan, Minum dan merokok dilarang selama anda bekerja di laboratorium
4. Kenali dimana dan bagaimana anda dapat menggunakan alat-alat pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K) bila anda memasuki
laboratorium.
5. Selalu beranggapan bahwa semua bahan
kimia di laboratorium berbahaya, meskipun
anda biasa menemukan bahan-bahan yang
sama di luar laboratorium, sehingga anda
akan selalu berhati-hati dalam menggunakan
bahan apapun di laboratorium. Buanglah
bahan-bahan sisa sesuai dengan petunjuk
pembimbing praktikum. Ikuti semua
petunjuk yang ada dalam penuntun
praktikum.
6. Jika mata atau kulit anda terkontaminasi dengan bahan kimia, segeralah cuci dengan
air, kemudian segera laporkan hal itu ke pembimbing praktikum.
7. Jangan pernah mencoba mencicipi sesuatu apapun di laboratorium. Jangan membaui
uap atau gas secara langsung, tapi bauilah dengan mengibaskan tangan pada
bahagian atas wadah bahan kimia yang mengeluarkan gas atau uap sedemikan rupa
sehingga sebagian kecil dari uap atau gas itu
yang sampai ke hidung anda. Tanya
pembimbing praktikum bila tidak mengerti.
8. Lakukanlah reaksi-reaksi yang melibatkan
bahan-bahan kimia berbahaya, yang
menyebabkan iritasi pada kulit, atau
mengeluarkan bau yang tak sedap di lemari
asam. Gunakan lemari asam ini sesuai dengan
petunjuk yang diberikan pembimbing
praktikum.
9. Jangan arahkan tabung reaksi yang sedang
anda panaskan ke diri anda sendiri atau teman
sekerja anda. Kedua hal ini dapat
membahayakan jika bahan kimia atau
campuran bahan kimia yang ada dalam tabung
itu menyembur ke luar tabung
10. Jangan lakukan percobaan yang tidak
dianjurkan, kecuali setelah di konsultasikan ke
pada pembimbing praktikum.
11. Segera bersihkan pecahan gelas dari meja
praktikum.
12. Anda harus selalu memasukkan asam ke dalam
air bila anda mencampurkan asam-asam pekat, seperti asam sulfat pekat, dengan air.
Jangan lakukan sebaliknya, karena panas pelarutan akan menyebabkan air mendidih
dan menyemprotkan asam.
13. Hindarilah menggosok mata selama praktikum berlangsung, kecuali anda yakin bahwa
tangan anda bersih.
14. Bila anda memasukkan tabung gelas atau termometer ke dalam sumbat karet,
peganglah sumbat karet dan tabung kaca / termometer dengan sapu tangan.
Masukkan tabung kaca / termometer itu setelah terlebih dahulu diolesi vaseline atau
air dengan gerakan memutar dan jangan ditekan. Hapuslah sisa pelumas dengan lap
kering. Usahakan jarak kedua tangan anda sedekat mungkin.
15. Segera beritahu pembimbing praktikum bila terjadi kecelakaan.
16. Banyak reagen-reagen yang biasa digunakan di laboratorium, seperti alkohol, aseton,
ether sangat mudah terbakar. Jangan gunakan bahan-bahan kimia jenis ini di dekat
sumber api. Bacalah petunjuk-petunjuk khusus yang diberikan pada kemasan bahan
ini sebelum menggunakannya.
17. Gunakan pembakar seperti pembakar bunsen hanya pada kasus-kasus tertentu.
Untuk pemanasan usahakan menggunakan hot plate.
PETUNJUK - PETUNJUK DASAR
UNTUK BEKERJA DI LABORATORIUM

1. Bacalah dan pelajarilah penuntun praktikum sebelum masuk ke laboratorium.


2. Bekerjalah sendiri-sendiri kecuali ada instruksi lain
3. Catatlah hasil-hasil yang anda peroleh segera ke lembaran pengamatan atau buku
catatan anda. Jangan menyalin catatan orang lain !
4. Bekerjalah dengan hati-hati untuk menghindari kecelakaan.
5. Buanglah sisa reagen seperti diinstruksikan pembimbing praktikum. Jangan
kembalikan sisa reagen ke dalam botol reagen.
6. Jangan letakkan tutup botol di atas meja, tapi pegang dengan tangan anda.
Pembimbing praktikum akan menunjukkan kepada anda bagaimana melakukan ini.
Jangan pertukarkan tutup botol reagen.
7. Letakkan kembali botol reagen pada rak dimana anda mengambilnya.
8. Gunakan reagen sebanyak yang diinstruksikan. Hindari kelebihan pengambilan.
9. Bila pada penuntun disebutkan penggunaan air keperluan eksperimen, gunakan air
hasil destilasi, kecuali bila diinstruksikan lain.
10. Jagalah agar daerah tempat anda bekerja selalu bersih
11. Bila menimbang, jangan letakkan bahan yang akan ditimbang lansung di timbangan.
Gunakan botol timbang.
12. Jangan timbang objek-objek yang panas atau hangat. Objek yang di timbang harus
pada temperatur kamar.
13. Jangan letakkan objek yang panas langsung di atas permukaan meja praktikum,
kecuali bila telah diletakkan pada wadah tahan panas.
*) Laporan ditulis dengan sistimatika (Format cover)
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR REAKSI
sebagai berikut : ANORGANIK
(Judul Percobaan)
1. Judul Percobaan
2. Tujuan
3. Dasar Teori
4. Alat dan bahan yang digunakan
5. Cara kerja Penyusun :
6. Hasil dan Pengamatan (mungkin
berupa angka, tabel, kurva, atau Kelompok (No klpk)
(Nama / NIM)
perubahan warna, pembentukan/
(Nama / NIM)
gas, dll). (Hari/ tanggal)
7. Diskusi Dosen :
8. Kesimpulan Asisten :
9. Jawaban pertanyaan LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
10. Daftar Pustaka FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
Perc. 1. Reaksi-Reaksi Kimia

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengamati beberapa tipe reaksi kimia, mengidentifikasi beberapa hasil reaksi
dan menyimpulkan perubahan kimia serta dapat menuliskan persamaan reaksi kimia
dengan benar

B. DASAR TEORI

Reaksi kimia merupakan suatu proses melibatkan dua atau lebih pereaksi yang
menghasilkan suatu produk yang memiliki sifat fisik/kimia yang berbeda dengan
pereaksinya. Secara umum reaksi kimia dikelompokkan menjadi dua, yaitu reaksi
asam-basa dan reaksi reduksi-oksidasi. Reaksi asam-basa merupakan reaksi kimia
yang melibatkan netralisasi ion H+ dan OH-(teori Arrhenius), akseptor-donor ion
proton (H+, teori Bronsted-Lowry), akseptor-donor pasangan elektron (teori asam-basa
Lewis), atau akseptor-donor ion oksida (O2-). Reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi
kimia yang melibatkan transfer elektron antara reduktor dan oksidator, serta adanya
perubahan bilangan oksidasi.
Perubahan-perubahan yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia antara lain:
a. adanya gas sebagai produk reaksi;
b. adanya endapan;
c. perubahan pH larutan;
d. perubahan warna larutan; atau
e. perubahan suhu larutan.
Berikut contoh beberapa reaksi kimia:
(i) Reaksi oksidasi-reduksi:
Pembentukan gas: 2Al (s) + 6HCl (aq) → 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
Pemurnian bijih oksida: Fe2O3 (s) + 3CO (g) → 2Fe (s) + 3CO2 (g)
Analisa kualitaif/kuantitatif etanol: 2K2Cr2O7(aq) + 3C2H5OH (aq) + 8H2SO4(aq)
→ 2Cr2(SO4)3 (aq) + 3HC2H3O2 (aq) + 2K2SO4 (aq) + 11H2O
(ii) Reaksi asam-basa:
Netralisasi: NH3 (aq) + HCl (aq) → NH4Cl (aq)
Pembentukan endapan: AgNO3(aq) + Na2CrO4 (aq) → Ag2CrO4(s) + 2NaNO3(aq)
Dekomposisi termal: CaCO3 (s) → CaO (s) + CO2 (g) (berlangsung pada
90oC, akseptor-donor oksida, ion Ca2+ menerima ion O2- dari ion CO32-)

1
C. ALAT DAN BAHAN

Alat

Tabung reaksi

Rak Tabung reaksi

Pipet tetes

Spatula

Bahan

larutan CuSO4 0,1 M, HC2H3O2 0,1 M,

HCl 0,1 M ; 1 M DAN 6 M K2CrO4 0,1 M,

AgNO3 0,1 M, K2Cr2O7 0,1 M,

Pb(NO3)2 0,1 M, NaOH 1 M,

NaC2H3O2 0,1 M, KMnO4 0,05 M,

KI 0,1 M, H2C2O4 0,1 M,

KOH 0,1 M, Fe(II) 0,1 M,

Na2CO3 0,1 M, H2SO4 2 M,

NH3 0,1 M, H2O2 3%,

Na2SO3 padatan CuSO4.5H2O dan KI,

logam Mg, Cu, dan Zn.

D. PROSEDUR KERJA

1.Reaksi Oksidasi Logam

a. Larutan CuSO4 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


masukkan sepotong logam Mg ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan
yang terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

b. Larutan HCl sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


masukkan sepotong logam Zn ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

c. Larutan AgNO3 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


masukkan sepotong logam Cu ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan
yang terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

2
d. Berdasarkan hasil pengamatan ketiga reaksi di atas, apakah ketiga reaksi
tersebut dapat berlangsung secara spontan?, dan tuliskan persamaan reaksi
yang setara untuk masing-masing reaksi di atas. Gunakan data potensial
reduksi standar,Eo, untuk masing-masing pereaksi di atas.

2. Reaksi Asam-Basa Ion Pb2+

a. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


kemudian tambahkan 2 mL larutan NaC2H3O2 0,1 M ke dalam larutan tersebut.
Amati perubahan yang terjadi.

b. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


kemudian tambahkan 2 mL larutan KI 0,1 M ke dalam larutan tersebut. Amati
perubahan yang terjadi.

c. Berdasarkan hasil pengamatan kedua reaksi di atas, tuliskan persamaan reaksi


yang setara untuk masing-masing reaksi di atas.

d. Apakah kedua reaksi di atas menghasilkan endapan dalam larutan? Bila ya,
beri penjelasan.mengapa dapat terbentuk endapan dalam larutan tersebut.
Diketahui Ksp PbI2 (25 oC ) = 7,9 x 10-9 dan kelarutan Pb(C2H3O2)2 (20oC ) =
44,31 g/100 mL

3. Reaksi Reduksi Ion Cu2+ Dalam Fasa Padat & Larutan

a. Siapkan 4 tabung reaksi. Tabung 1 & 2: masing-masing diisi dengan sedikit


padatan CuSO4.5H2O. Kemudian masing-masing tabung diberi label A dan B.
Tabung 3 & 4: masing-masing diisi dengan sedikit padatan KI. Kemudian
masing-masing tabung diberi label C dan D.

b. Padatan yang terdapat pada tabung A dituangkan ke dalam tabung C, kemudian


diamati perubahan yang terjadi.

c. Kedalam masing-masing tabung B dan D tambahkan 3 mL air dan kemudian


diaduk sampai padatan larut seluruhnya. Larutan tabung B dituangkan ke
dalam larutan tabung D, amati perubahan yang terjadi.

d. Berdasarkan hasil pengamatan tahap b dan c, apa perbedaan reaksi dalam fasa
padat (tahap b) dengan larutan (tahap c) ?

e. Tuliskan persamaan reaksi untuk masing-masing reaksi tersebut.

3
4. Perubahan Warna Indikator Dalam Reaksi Asam-Basa

a. Larutan Ca(OH)2 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


kemudian tambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam larutan tersebut. Ke
dalam larutan Ca(OH)2 tersebut tambahkan 2 mL larutan H2C2O4. Amati apakah
ada perubahan warna larutan Ca(OH)2 setelah penambahan larutan indikator
dan larutan H2C2O4. Beri penjelasannya mengapa hasil pengamatannya
demikian.

b. Larutan NH3 0,1 M (catatan: larutan NH3 bukan larutan NH4OH) sebanyak 2 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan
indikator ke dalam larutan tersebut. Ke dalam larutan NH3 tersebut tambahkan
2 mL larutan CH3COOH 0,1 M (asam asetat). Amati apakah ada perubahan
warna larutan NH3 setelah penambahan larutan indikator dan larutan
CH3COOH. Beri penjelasannya mengapa hasil pengamatannya demikian.

c. Tuliskan persamaan reaksi untuk kedua reaksi di atas.

d. Berdasarkan kekuatan asam/basa, diskusikan apa perbedaan antara reaksi (a)


dan reaksi (b).

5. Kesetimbangan Ion Kromat (CrO42-) & Dikromat (Cr2O72-)

K2CrO4 dan K2Cr2O7 merupakan garam oksi senyawa Cr(VI), yang larut baik dalam
air. Keberadaan masing-masing ion oksi Cr2O72- dan CrO42- dalam larutan sangat
dipengaruhi oleh pH larutan. Larutan yang mengandung ion Cr2O72- berwarna
jingga, sementara Larutan yang mengandung ion CrO42- berwarna kuning. Catatan:
senyawa Cr(VI bersifat toksik, hati-hati jangan sampai terkena kulit. Bila terkena
larutan Cr2O72-atau CrO42- , harus segera dibilas.

a. Siapkan 2 tabung reaksi, kemudian masing-masing diisi dengan 1 mL larutan


K2CrO4. Ke dalam tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan HCl dan kemudian
campuran tersebut di kocok perlahan-lahan. Amati apakah warna larutan
berubah atau tidak. Untuk tabung 2, tambahkan 5 tetes larutan NaOH 1 M dan
kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan. Amati apakah warna
larutan berubah atau tidak. Kedua reaksi ini disimpan.

b. Lakukan hal yang sama seperti di atas, larutan K 2CrO4 diganti dengan larutan
K2Cr2O7.

c. Bandingkan hasil percobaan bagian (a) dengan bagian (b). Tentukan pH larutan
asam ataukah basa untuk masing-masing ion oksi Cr(VI) tersebut.

4
d. Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan ion Cr 2O72- dan ion CrO42- dalam
suasana asam dan basa.

6. Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida

Diketahui reaksi larutan H2O2 dengan KI berlangsung dalam 2 tahap, yaitu:

H2O2 (aq) + I- (aq) → 2H2O (l) + IO- (aq) (i)

H2O2 (aq) + IO- (aq) → H2O (l) + O2 (g) + I- (aq) (ii)

Berdasarkan tahap reaksi di atas, I- ada pada awal dan akhir reaksi. Hal ini
menunjukkan bahwa KI merupakan katalis untuk reaksi reduksi H2O2.

Lakukan percobaan di bawah ini di lemari asam.

Larutan H2O2 3% sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian


tambahkan sedikit padatan KI (seujung sendok kecil) ke dalam larutan tersebut.
Amati perubahan yang terjadi. Apakah ada perubahan suhu dan warna larutan?

7. Reaksi Reduksi Kalium Permanganat

Kalium permanganat, KMnO4, merupakan salah satu oksidator kuat yang banyak
digunakan dalam reaksi-reaksi kimia. Diketahui, unsur Mn dapat membentuk
senyawa dengan bilangan oksidasi yang sangat bervariasi, yaitu +2,+3, +4, +5, +6,
dan +7. Dalam suasana asam, ion MnO4-dapat direduksi menjadi ion MnO42-(larutan
berwarna hijau), MnO2 (padatan berwarna coklat kehitaman), atau Mn2+ (larutan
berwarna merah muda) sangat tergantung pada jenis reduktor yang digunakan dalam
reaksi.

Reduktor yang dapat mereduksi ion MnO4- antara lain Zn, H2C2O4, dan Fe. Hal ini
berkaitan dengan nilai potensial reduksi EO antara KMnO4 dengan reduktor.

a. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL H2C2O4 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M.


Kemudian kedalam larutan tersebut, tambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes
demi tetes sampai diamati adanya perubahan warna dan sambil dikocok.
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya
serta jumlah KMnO4 yang diperlukan.

b. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL Fe(II) 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M.


Kemudian kedalam larutan tersebut, tambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes
demi tetes sampai diamati adanya perubahan warna dan sambil dikocok.

5
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO 4 untuk berubah warnanya
serta jumlah KMnO4 yang diperlukan.

c. Manakah waktu yang lebih cepat terjadinya perubahan warna KMnO 4, pada
reaksi (a) ataukah (b)? Beri penjelasannya mengapa demikian hasilnya.

d. Tuliskan persamaan reaksi setara untuk kedua reaksi di atas.

e. Jika 1 tetes larutan KMnO4 diasumsikan setara dengan 0,05 mL, maka hitung
jumlah mol KMnO4 yang diperlukan pada masing-masing reaksi di atas. Apakah
jumlah mol KMnO4 yang diperlukan dalam kedua reaksi tersebut berbeda?
Beri penjelasannya mengapa demikian hasilnya.

8. Reaksi Metatesis

a. Ambil 0,5 gram Sodium karbonat, Na2CO3 masukkan ke dalam tabung reaksi
dan tambahkan beberapa tetes HCl 6 M. Catat bau dan warna dari gas yang
terbentuk, gas apakah itu? Tuliskan persamaan reaksi berikut secara lengkap:
HCl(aq) + Na2CO3(s)

b. Pada fume hood, ulangi lagi tes yang sama dengan sodium sulfit, Na 2SO3. Catat
hasil pengamatan saudara, amati gas apa yang terbentuk dan lengkapi
persamaan reaksi ini: HCl (aq) + Na2SO3(s)

6
Perc.2. Efek Ion senama

A. TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan harga tetapan hasil kali kelarutan garam kalium oksalat dan
mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam kalsium oksalat.

B. DASAR TEORI

Dalam larutan jenuh dari suatu garam sukar larut terjadi keseimbangan
antara garam yang tidak larut dengan ion – ionnya, misalnya garam AB merupakan
garam sukar larut dalam larutan jenuh akan terjadi kesetimbangan:

AB(s) A+(l) + B-(l)

Oleh karena garam AB merupakan padatan maka koefisien aktivitasnya sama dengan
1 dan [AB] adalah konstan sehingga dapat disederhanakan menjadi:
KspAB = [A+] [B-]
Harga tetapan Ksp dikenal dengan harga tetapan hasil kali kelarutan. Jadi
satu garam sukar larut dalam air jika di larutkan dalam air sebagian kecil akan
terurai menjadi ion – ionnya. Proses peruraian itu akan berhenti setelah hasil kaliu
kelarutan garam itu sama dengan harga Ksp dari garam tersebut.Dalam percobaan ini
akan ditinjau garam kalsium oksalat CaC2O4 yang di larutkan dalam air. Konsentrasi
ion oksalat akan dapat ditentukan dengan cara menitrasi larutan jenuh
menggunakan larutan kalium permanganate.
Hasil Kali Kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan
jenuh garam yang sukar larut dalam air. Nilai Ksp untuk elektrolit sejenis semakin
besar menunjukkan semakin mudah larut. Sebuah atom atau molekul disebut ion,
apabila dari kondisi yang stabil atom atau molekul tersebut melepaskan atau
menangkap sebuah elektron. Ion diketemukan pertama kali oleh fisikawan Jerman,
Julius Elster dan Hans Friedrich Geitel pada tahun 1899. Ion dikatakan sebagai ion
positif atau negatif tergantung dari jumlah elektron dan proton yang dimilikinya. Ion
negatif adalah ion yang memiliki jumlah elektron lebih banyak dari jumlah proton,
sedangkan ion positif adalah sebaliknya.
Kelarutan(s) merupakan konsentrasi maksimum zat terlarut. Ketentuan yang
perlu diperhatikan :
1. Jika Harga [Ay+] x [Bx-] = Ksp AxBy, larutan tepat jenuh (tidak terjadi
pengendapan)

7
2. Jika Harga [Ay+]x [Bx-]y< Ksp AxBy, larutan belum jenuh (tidak terjadi
pengendapan)
3. Jika Harga [Ay+] [Bx-]y > Ksp AxBy, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan)
Adapun penambahan ion senama (sejenis) pada pelarut akan memperkecil
kelarutan. Penambahan tersebut menggeser kesetimbangan kekiri (sesuai prinsip Le
Chatelier) Kelarutan suatu elektrolit juga mempengaruhi oleh pH larutan. Keberadaan
ion H+ akan mengikat anion sehingga anion dalam larutan berkurang. Berkurangnya
anion mengakibatkan lebih banyak garam yang larut (sesuai asas Le Chatelier).

C. ALAT dan BAHAN


A. Alat
1. Gelas beker 250 ml 1 buah
2. Pengaduk dari sendok 1 buah
3. Corong gelas 1 buah
4. Pipet ukur 10 ml 1 buah
5. Pipet gondok 10 ml 1 buah
6. Buret 50 ml 1 buah
7. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
B. Bahan
1. Kalsium oksalat padat
2. Larutan natrium oksalat 0,05 M
3. Larutan kalium permanganat 0,02 M
4. Larutan standard KMnO4

D. PROSEDUR KERJA

a. Standarisasi Larutan 0,02 M KMnO4

1. Timbang 0,63 g Asam Oksalat, H2C2O4.2H2O, dan larutkan dalam labu ukur
100 ml, dan encerkan dengan aquades sampai tanda batas
2. Ambil 5 ml larutan asam oksalat itu, tempatkan dalam Erlenmeyer 100 ml.
Tambahkan 20 ml 2,5 M H2SO4, dan titrasi dengan larutan standar KMnO4
yang akan di standarisasi dari buret
3. Ulangi titrasi ini sebanyak 3 kali dan hitung molaritas rata-rata larutan
standar KMnO4

8
b.Penentuan Konstanta hasil kali kelarutan CaC2O4

1. Buatlah larutan jenuh CaC2O4 sebanyak 100 ml dengan cara menambah


sedikit demi sedikit CaC2O4 padat dalam 100 ml aquades sampai ada sedikit
padatan tidak larut.
2. Siapkan buret dengan larutan standar KMNO4 0,02 M. Kemudian ambil
larutan jenuh kalsium oksalat yang telah dibuat pada langkah 1 sebanyak 10
ml dengan pipet gondok. Tuangkan ke dalam Erlenmeyer dan titrasi dengan
larutan standar KMNO4sampai titik ekivalen
3. Dari data titrasi, tentukan konstanta hasil kelarutan kalsium oksalat menurut
rumus:
Ksp CaC2O4 = [C2O4-]2

c. Pengaruh [C2O4-]2 terhadap kelarutan CaC2O4

1. Siapkan 5 buah tabung reaksi besar yang bersih dan kering. masing-masing
diisi dengan 10 ml larutan jenuh sisa ditambah dengan 2,4,6,8 dan 10 ml
Na2C2O4 dan diaduk sampai terjadi pengendapan sempurna
2. Ambil hati-hati (padatan jangan sampai terambil) 5 ml supernatant dari
masing-masing larutan tersebut untuk dititrasi dengan larutan standar
KMnO4 setelah diencerkan dengan aquades menjadi 10 ml
3. Hitung kelarutan kalsium oksalat pada masing-masing eksperimen dan
selanjutnya buat kurva hubungan antara kelarutan dan konsentrasi ion
oksalat

E. EVALUASI

1. Sebutkan beberapa factor yang mempengaruhi besarnya kelarutan suatu


garam
2. Terangkan mengapa pengambilan larutan harus bebas dari padatan

9
Perc.3. Kekuatan Asam dalam medium air

A. TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan konstanta disosiasi asam, Ka,sebagai ukurankekuatan asam.

B. DASAR TEORI

Diantara berbagai zat yang teramati paling penting oleh ahli kimia ialah zat yang
dikenal dengan nama asam, basa dan garam. Zat-zat ini tersebar luas di alam, dalam
industri dan di rumah. Asam sulfat banyak sekali berperan dalam proses industri,
demikian juga asam nitrat. Asam karbonat terutama kita kenal sebagai air soda.
Asam klorida dalam jumlah kecil terdapat dalam perut kita, merupakan faktor yang
sangat penting dalam proses pencernaan. Diantara basa yang banyak di kenal adalah
larutan alkali atau soda api dan amoniak. Selanjutnya garam yang paling di kenal
ialah natrium klorida atau garam dapur.

Banyak sekali teori yang mendefinisikan asam-basa, salah satunya adalah Arrhenius,
yang menyatakan bahwa asam adalah senyawa hidrogen yang apabila dilarutkan
dengan air mengalami disosiasi elektrolitik yang menghasilkan ion H+ sebagai satu-
satunya ion positif.

Dalam mempelajari asam basa, maka kita tidak luput dihadapkan pada seberapa
kuat suatu asam dan basa. Apakah suatu zat bersifat sebagai asam kuat, asam
lemah atau basa kuat, lalu bagaimana kita dapat menentukan kekuatan asam atau
kekuatan basa suatu zat. Yang menjadi penentu kekuatan asam atau basa adalah
posisi kesetimbangan reaksi disosiasi asam atau basa dalam air. Tingkat ionisasi atau
disosiasinya yaitu jumlah ion H+ dan ion OH- yang dilepaskan oleh spesi asam atau
basa.

Membandingkan kekuatan asam lemah, posisi kesetimbangan reaksi antara asam


dan air bervariasi antara asam lemah yang satu dengan asam lemah yang lainnya.
Selanjutnya bergeser ke arah kiri ke sisi asam yang lebih lemah.

Tetapan disosiasi asam (Ka). Disosiasi (ionisasi) asam adalah contoh reaksi homogen.
Semuanya berada pada fasa yang pada kasus ini, pada larutan dalam air, karena itu
Anda dapat menuliskan ungkapan yang sederhana kesetimbangan Kc. Berikut adalah
 
kesetimbangannya adalah dalam bentuk Kc yaitu : Kc  [ H 3O ][ A ]
[ HA][ H 2O]

10
Menurut Arrhenius, asam dapat didefinisikan sebagai senyawa hidrogen yang bila
dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi elektrolit dan menghasilkan ion H+ sebagai
satu-satunya ion positif.

Kekuatan suatu asam sering didefinisikan sebagai kemampuan asam itu untuk
menghasilkan ion H+ (atau proton). Semakin besar ion H+ yang dihasilkan, semakin
kuat asam tersebut. Dari persamaan pertama, terlihat bahwa semakin besar harga
[H+] maka nilai Ka juga akan semakin besar (berbanding lurus). Kemiripan
kecenderungan antara kekuatan asam dengan nilai Ka inilah yang menjadi alasan
mengapa nilai Ka seringkali digunakan sebagai ukuran kekuatan asam.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat

1. Beker gelas
2. Pengaduk magnetis
3. Buret ukuran 50 ml
4. pH meter dilengkapi elektroda gelas

Bahan

1. Larutan 0,2 M KNO3


2. Larutan 0,2 M HCOOH
3. Larutan 0,2 M CH3COOH
4. Larutan 0,2 M C2H5COOH
5. Kristal asam oksalat H2C2O4.2H2O
6. Indikator pp

D. PROSEDUR KERJA

a. Standarisasi Larutan NaOH dan larutan asam(lakukan secara duplet)

1. Timbang 0,9 gram Kristal H2C2O4kemudian larutkan dengan aquades dalam


labu ukur 100 ml dan encerkan sampai tanda batas
2. Ambil 25 ml larutan itu dan tambahkan 1-2 tetes indikator pp kemudian
titrasi dengan larutan 0,5 M NaOH yang akan distandarisasi. Ulangi langkah
ini sebanyak 3 kali, dan tentukan molaritas NaOH
3. Dengan cara serupa, gunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi untuk
menstndarisasi larutan 0,2 M HCOOH, CH3COOH, H2C2O4.2H2O.

11
b. Penentuan Konstanta Asam, Ka

1. Campurkan 90 ml aquades 100 ml 0,2 M KNO 3dan 10 ml 0,2 M CH3COOH


dalam gelas beaker ukuran 500 ml. Masukkan batang pengaduk magnet ke
dalam campuran itu dan celupkan elektroda gelas dari pH-meter yang telah
dikalibrasi untuk kisaran pH yang sesuai.
2. Siapkan larutan 0,5 M NaOH dalam buret dengan ujung buret di atas
campuran tersebut. Sambil diaduk, tambahkan larutan NaOH dari buret ke
dalam campuran catat pH larutan untuk setiap penambahan 2,0 ml dan
penambahan NaOH dihentikan pada jumlah 16 ml.
3. Lakukan percobaan serupa untuk HCOOH dan C 2H3COOH.
4. Dari data percobaan hitunglah μ [H+] dan [OH-]. Kemudian hitunglah pKa
semua asam yang dipelajari dengan rumus berikut ini, dan selanjutnya hitung
harga Ka rata-rata setiap asam (pKa= -log Ka)

pKa = pH– + 0,1 μ + log

dengan CA dan CB masing-masing adalah konsentrasi asam dan NaOH yang


digunakan.

µ= ∑mi.zi2

E. TABEL PENGAMATAN

Standarisasi NaOH (dilakukan secara duplet)

Kelompok Perc. I (ml) Perc.2 (ml) Rata-rata

12
Kelompok Perc. I (ml) Perc.2 (ml) Rata-rata

Standarisasi Asam

Kelompok Perc. I (ml) Perc.2 (ml) Rata-rata

Penentuan Konstanta Ka

pH Kelompok Pengaruh pH

0 ml 4 ml 8 ml 12 ml 16 ml
(NaOH) (NaOH) (NaOH) (NaOH) (NaOH)

Asam 1
Asetat
2

13
Asam 4
Format
5

Asam 7
Propionat
8

Keterangan: Gunakanlah ½ resep dalam bekerja. Sebagai bahan perbandingan,


mintalah data dari kelompok yang lain. Pada saat perhitungan bandingkanlah dua
data yang berbeda (data kelompok mu dan salah satu data kelompok lain.

F. EVALUASI

1. Apakah perbedaan defenisi asam menurut Arhenius, menurut Bronstet dan


menurut Lewis.

2. Bagaimana kekuatan asam dari asam-asam yang dipelajari di atas bila dilarutkan
dalam medium bukan air

14
Perc. 4. Oksidasi Reduksi: Pengaruh Asam basa pada
logam

A. Tujuan
Untuk mempelajari pengaruh asam dan basa terhadap logam

B. Dasar Teori
 Asam
Asam adalah spesi yang dapat mendonorkan proton (donor proton). Asam kuat
mendonorkan semua protonnya. Mineral asam seperti HCl, HNO 3, dan H3PO4 adalah
asam-asam kuat. Asam dapat bertindak sebagai agen pengoksidasi. H + adalah agen
pengoksidasi (dan tereduksi menjadi H2). Tabel 4.1 menunjukkan pengaruh beberapa
asam terhadap logam-logam.
 Logam
Logam cenderung membentuk kation (ion positif) baik didalam larutan maupun
senyawa. Logam padat bereaksi dengan asam membentuk kation dan melepas satu
atau lebih elektron.
n+
M(s) →M (aq) + ne

elektron yang dilepaskan ditangkap oleh agen pengoksidasi (H+, NO3-, SO42-) dan
melepaskan gas. Deret aktivitas logam terlihat pada Table 4.1 Deret unsur pada atas
(kiri) dapat mereduksi unsur-unsur yang ada dibawahnya (kanan). Jadi, kalium (K)
adalah agen pereduksi yang paling kuat yang dapat mengganti semua logam di bawah
(kanan) dalam deret aktivitas, berdasarkan reaksi:
n+ +
nK(s) + M (aq) → nK (aq) + M(s)

dan sebaliknya, semua logam yang berada di atas (kiri) hidrogen dapat menggantikan
asam (sebagai contoh diganti dengan H+) dan semua logam di bawah (kanan)
hydrogen akan bereaksi dengan asam pengoksidasi.
 Alkali

Alkali merupakan basa kuat dengan rumus M(OH)n, dimana M adalah logam alkali

(seperti Na, K) atau logam alkali tanah (seperti Ca, Mg), dan nilai n adalah 1 (untuk
alkali) atau 2 (untuk alkali tanah). Beberapa logam bereaksi dengan larutan alkali.
Reaksi alkali menunjukkan sifat “semi logam” dari unsur-unsurnya. Sifat semi logam
adalah gabungan antara sifat logam dan non-logam. Dalam beberapa kasus,
ditemukan bahwa oksida logam bereaksi dengan asam dan basa. Oksida Logam –
oksida logam tersebut disebut dengan oksida amfoter. Unusr yang mempunyai oksida
amfoter juga dapat bereaksi dengan alkali dan asam untuk menghasilkan gas H2.

15
Zink juga dapat bereaksi degan asam dan basa dengan cara yang sama, tetapi lambat
dan relative susah untuk melihat keberadaan gas H2 yang dihasilkan. Untuk
membuktikan bahwa zink telah larut, tambahkan ion sulfida untuk menghasilkan
endapan zink sulfida.

Tabel 4.1 Pengaruh Asam terhadap Logam


Logam Penggantian Asam Asam-asam pengoksidasi
HCl encer/ H2SO4 encer H2SO4 pekat HNO3 encer HNO3 pekat
pekat (± 18 M) (±15 M)
(sampai 10
M)
K
Na Larut untuk Larut untuk Larut untuk
Ba menghasilka menghasilka menghasilka Larut untuk Larut untuk
Sr n klorida n sulfat n sulfat menghasilka menghasilka
Ca dengan dengan dengan n nitrat n nitrat

Mg1) bilangan bilangan bilangan dengan dengan

Al2) oksidasi lebih oksidasi lebih oksidasi lebih bilangan bilangan

Zn rendah dan rendah dan tinggi dan oksidasi lebih oksidasi lebih

Cd hydrogen hidrogen belerang rendah dan tinggi dan

Fe dioksida nitrogen(II) nitrogen(IV)

Co (SO2) oksida (NO) oksida (NO2)

Ni
Sn
Pb
H
Cu3) Tidak ada
Hg Tidak ada pengaruh
Ag pengaruh
Pt Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Au pengaruh pengaruh pengaruh
Catatan:
1) Dengan larutan HNO3 encer (konsentrasi < 1M, Mg menghasilkan H2)

2) HNO3 bereaksi dengan sangat lambat dengan Al dalam keadaan dingin.
3) Co(II) nitrat terbentuk dengan penambahan HNO 3, sedangkan Co(I) nitrat tidak
terbentuk

16
C. Alat dan Bahan
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet tetes
 logam Fe, Zn, Cu, Al, Pb
 Paku besi
 NaOH 2 M
 HNO3 5 M
 HCl 5 M

D. Prosedur
1. Siapkan potongan kecil dari logam Zn, Fe, Cu, Al dan Pb. Bersihkan logam
tersebut dengan menggunakan kertas amplas dan letakkan sampel tersebut
kedalam tabung rekasi- tabung reaksi terpisah.
2. Tambahkan 3 mL larutan HCl 5 M kedalam tabung reaksi dan catat
pengamatan anda pada table pengamatan pada lembar kerja. Tulis
persamaan reaksinya.
3. Jika reaksi tidak terjadi, panaskan tabung reaksi dengan perlahan, catat
pengamatan anda.
4. Tukar larutan HCl 5 M dengan larutan HNO3 5 M, dan ulangi langkah 1-4.
Catat pengamatan anda pada table pengamatan. Buat persamaan reaksinya.
5. Tukar larutan HCl 5 M dengan larutan NaOH 5 M, dan ulangi langkah 1-4.
Jika tidak mendapatkan pengamatan setelah dipanaskan, tunagkan larutan
ke dalam tabung reaksi yang lain. Catat pengamatan anda pada Table
pengamatan. Buat persamaan reaksinya.
6. Tambahkan 2 mL larutan Na2S ke dalam tabung reaksi. Catat pengamatan

anda pada Table pengamatan. Buat persamaan reaksinya.


Perhatian.
1. Asam dan basa adalah zat yang korosif. Gunakan kaca mata pengamatan saat
praktikum.
2. Jika larutan tertumpah ke kain atau kulit, bersihkan langsung dengan air.
3. Gas beracun mungin saja dihasilkan pada percobaan ini. Lakukan praktikum
secara terpisah dan gunakan reagen dalam jumlah sedikit untuk menghindari
atau meminimalisir dihasilkannya gas beracun. Jika reagen berlebih
digunakan, pindahkan tabung dan rak tabung rekasi ke dalam fume hood.
4. Bersihkan sisanya dengan air mengalir. Ambil sisa logam dari bak cuci dan
letakkan di bak sampah.

17
E. LEMBAR PENGAMATAN

a. PENGARUH ASAM TERHADAP LOGAM

Asam Logam Observasi Persamaan Reaksi


Dingin Panas
HCl Zn
Fe
Cu
Al
Pb
HNO3 Zn
Fe
Cu
Al
Pb

b. PENGARUH BASA TERHADAP LOGAM


Logam Pengamatan dan Reaksi
Pengaruh alkali Pengaruh sulfida
Zn
Pb
Fe
Al
Cu
dst

18
Perc.5. Titrasi Oksidasi Reduksi : Penentuan Oksalat

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengenal penentuan anion dalam senyawa kompleks secara kuantitatif


1. Mengetahui cara titrasi redoks untuk penentuan anion secara kuantitatif.
2. Mengetahui Kimia Redoks

B. DASAR TEORI

Kalium permanganat bereaksi dengan ion oksalat menghasilkan karbon


dioksida dan air dalam suasanan asam dan ion permanganat direduksi menjadi
mangan (II) sebagai berikut:

5 C2O42- (aq) + 2 MnO4- (aq) + 16 H+ (aq) 10 CO2(g) + 8 H2O (l)+ 2Mn2+(aq)(1)

Karena reaksi ini berlangsung lambat pada temperatur kamar, diperlukan


penambahan sedikit panas ke larutan untuk mendapatakan kecepatan reaksi yang
cukup. Tidak ada indikator yang diperlukan pada titrasi permanganat, karena titik
akhir titrasi mudah diamati.Ion permanganat berwarna merah pekat, sedangkan ion
mangan (II) hampir tak berwarna.Kelebihan sedikit permanganat memberikan warna
pink pada larutan yang menandakan bahwa semua oksalat telah habis terpakai.

Setengah reaksi yang telah setara terkait dengan persamaan (1) adalah :

Oksidasi : 5 C2O42- (aq) CO2(g) + 2 e- (2)

Reduksi : 2 MnO4- (aq) + 8 H+(aq) + 2 e- Mn2+(aq) + 8 H2O (l) (3)

Dalam eksperimen ini pertama kali anda harus menstandarisasi larutan


KMnO4 yaitu anda akan menentukan molaritasnya melalui titrasi dengan
satuSampel natrium oksalat yang murni, Na 2C2O4, kemudian anda akan
menggunakan KMnO4 yang telah distandarisasi untuk menentukan persentase ion
oksalat, C2O42-, dalam sampel yang tak diketahui atau dalam kompleks yang anda
preparasi pada percobaan 1 dan 2.

Dasar untuk penentuan oksalat dengan permanganat adalah bahwa kedua


reagen ini bereaksi dengan perbandingan molar permanganat : oksalat = 5 : 2

5 mol MnO4- = 2 mol C2O42-

19
Dengan mengukur volume KMnO4 yang bereaksi dengan sampel natrium oksalat,
Na2C2O4 dengan berat natrium oksalat yang diketahui memungkinkan kita untuk
menghitung molaritas larutan KMnO4. Dengan mengingatkembali hasil kali volume
dalam liter dengan molaritas larutan adalah mol, persamaan (5)

M V = mol = (5)

Karena volume diukur dalam mL, maka bentuk yang lebih cocok dari persamaan (5)
adalah

M V = mmol = (6)

Dimana, V mL adalah volume dalam mL, mmol adalah milimol (yaitu 103mol).

Contoh 5.1 akan mengilustrasikan perhitungan molaritas untuk standarisasi KMnO 4.


Contoh5.2 akan memberi ilustrasi analisis oksalat.

Contoh 5.1

Berapa molaritas suatu larutan KMnO4, jika larutan itu diperlukan 40,41 mL untuk
mentitrasi 0.2538 g Na2C2O4 ?

Jawaban : Reaksi berlangsung sesuai dengan persamaan (1), pada titik eqivalen

mmol KMnO4 = mmol Na2C2O4

Jumlah mmol Na2C2O4 adalah :

= 1.894 mmol Na2C2O4

KMnO4, dengan demikian

KMnO4 dan

M= = 0.01875 KMnO4

Contoh 5.2

Berapa persen oksalat, C2O42- dalam 1.429 g sampel jika 34.21 mL larutan KMnO4
0.02000 M diperlukan untuk titrasi?

20
Jawaban :

% C2O42- =

Dengan demikian kita perlu tahu massa sampel yang beratnya 1.429 g. Pada titik
ekivalen :

mmol C2O42- = 5/2 KMnO4

= 5/2 (0.0200 mmol/mL) (34.21 mL)

= 1.711 mmol C2O42-

Maka massa C2O42- adalah :

M = 1.711 mmol C2O42-

= 0.1506 g C2O42-

dan

% C2O42- = = 10.54%

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
(1) Gelas piala 400 mL (4) Termometer
(2) Buret 50 mL dan klem buret (5) Timbangan analitik
(3) Botol timbang (6) Pembakar Bunsen

2. Bahan
(1) Sampel kompleks oksalat (3) Asam Sulfat 10 M
(2) Natrium Oksalat (standar) (4) Larutan kalium Permanganat 0.02 M

D. PROSEDUR KERJA
1. Preparasi Larutan Kalium Permanganat
Larutan Kalium Permanganat tidak stabil jika disimpan lama, karena Kalium
Permanganat bereaksi lambat dengan bahan-bahan organik, bahkan dalam jumlah
yang sangat kecil sekalipun yang mungkin terdapat dalam air destilat.Larutan ini
harus dihindarkan dari panas dan cahaya sejauh mungkin karena keduanya

21
menginduksi dekomposisi ion permanganat menghasilkan mangan dioksida yang
dapat berfungsi sebagai katalis untuk dekomposisi selanjutnya.Karena permanganat
yang diperdagangkan biasanya mengandung sejumlah mangan dioksida, maka
sebaiknya panaskan dan saring larutan permanganat sebelum standarisasi. Hampir
setiap bentuk bahan organik akan mereduksi larutan permanganat, sehingga larutan
permanganat harus dijauhkan dari kontak dengan sumbat karet, kertas saring,
partikel debu dan sumber bahan organik lain. Karena alasan ini maka larutan
permanganat harus disaring dengan menggunakan corong buchner.
Larutan permanganat sebaiknya dibuat segar sebelum praktikum dimulai.
Buatlah larutan terlebih dahulu jangan berlebih dari kebutuhan percobaan karena
alasan-alasan di atas.Untuk pembuatan larutan permanganat berkonsultasilah
dengan dosen pembimbing praktikum.
2. Standarisasi Larutan Permanganat Dengan Metoda Natrium Oksalat
Beberapa pereduksi dapat digunakan sebagai standar primer larutan
permanganat.Tetapi natrium oksalat yang lazim digunakan.

Oksidasi ion oksalat dilakukan dalam suasana asam dengan mempertahankan


temperatur pada 80 hingga 90°C.Oksidasi ini dikatalisa oleh ion Mn 2+ yang
merupakan produk reaksi redoks ini. Warna pink yang sangat terang akan tetap ada
sampai beberapa ml reagensia permanganat ditambahkan; tetapi apabila telah cukup
Mn2+ terbentuk untuk mengkatalisa reaksi, warna pink akan tiba-tiba hilang dan
akan terus begitu sampai tercapai titik akhir. Titik akhir ini ditandai dengan satu
tetes kelebihan permanganat dan akan menyebabkan timbulnya warna pink yang
tidak mau hilang.

Titrasi dapat dilakukan dengan lebih cpat bila kita tahu perkiraan volume
larutan permanganat yang diperlukan. Misalkan ditimbang 0,2 g sampel Na 2C2O4.
Sampel ini terkait dengan

mmol Na2C2O4

reaksi oksidasi reduksi memerlukan 2/5 mmol KMnO 4 untuk setiap mmol Na2C2O4.
Jika digunakan larutan KMnO4 0,02 M, jumlah ml yang diperlukan untuk titrasi
adalah [lihat persaman (5)] :

2/5 (1,5 mmol) = Vml

VmL

22
Setelah adanya perkiraan ini maka larutan KMnO4 ditambahkan dengan porsi 5 ml
setiap penambahan sampai 25 ml, setelah itu dengan porsi yang lebih kecil kepada
larutan oksalat yang telah diasamkan. Saat mendekati titik akhir penambahan
dilakukan tetes demi tetes sampai mencapai titik akhir.

Prosedur titrasi : Timbang dengan timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg


(timbangan analitik 4 digit) tiga porsi 0,20 g natrium oksalat murni. Dan masukkan
masing-masing porsi itu ke dalam gelas piala 400ml. Selanjutnya 250 ml asam sulfat
0,1 M, kemudian panaskan larutan sambil diaduk dengan termometer (difungsikan
juga sebagai pengaduk) sampai semua oksalat larut dan suhu mencapai antara 80
hingga 90 °C. Masukkan larutan permanganat ke dalam buret dan catat volume awal
(lihat catatan 1).Titrasi larutan oksalat dengan permanganat, aduk secara konstan,
dengan menjaga suhu tetap diatas 70 °C.Tambahkan permanganat tetes demi tetes
bila telah mendekati titik akhir.Biarkan setiap tetesan menjadi tak berwarna lebih
dahulu sebelu penambahan tetes selanjutnya.Titik akhir tercapai bila warna larutan
membayang menjadi warna pink pucat bahkan bila dibiarkan selama 15 detik (lihat
catatan 2).Selanjutnya baca kembali buret dan catat volume permanganat yang telah
digunakan. Lakukan cara yang sama untuk dua porsi yang lain.

Dari data yang diperoleh, hitung molaritas kalium permanganat.Ketiga hasil


harusnya hanya berbeda dalam daerah 3 titik. Jika lebih besar dari ini maka ulangi
titrasi sampel yang lain.

Catatan:

(1) Larutan permanganat 0,02 M berwarna sangat pekat sedemikian rupa hingga
bahagian bawah miniskus sulit untuk dibaca. Dengan demikian adalah perlu
untuk membaca bahagian atas permukaan larutan; dibaca dengan mata
sejajar dengan permukaan di dalam buret, ingat bahwa pembacaan buret
dapat mendekati sampai ± 0,01 ml.
(2) Jika terdapat keraguan apakah titik akhir sudah tercapai atau belum,
sebaiknya membaca buret pada titik keraguan itu kemudian menambahkan 1
tetes permanganat berikutnya. Bertambahnya intensitas warna pink
menyatakan bahwa pembacaan titik akhir yang dilakukan telah benar.

Biasanya titik akhir permanganat tidak permanen.Karena adanya pereduksi yang


terlarut dalam air, permanganat tereduksi secara lambat dan warna menjadi
pucat.Warna pink yang tetap setelah larutan diaduk selama 15 detik harus
diambil sebagai titik akhir.

23
3. Penentuan oksalat dalam sampel kompleks oksalat

Ke dalam tiga gelas piala 400 ml yang terpisah dimasukkan 0,2 sampai 0,3 g
sampel (ditimbang dengan neraca analitik). Tambahkan 250 ml asam sulfat 0,1 M.
Titrasi dengan larutan permanganat yang telah distandarisasi. Hitung persen berat
C2O42- .data dengan standar deviasi lebih kecil atau sama dengan 0,3 menunjukkan
hasil yang dapat diterima.

Catatan :Kompleks kromium oksalat sangat sulit dianalisa melalui titrasi dengan
KMnO4 karena warnanya yang pekat dan dekomposisi yang lambat. Dalam usaha
untuk menganalisanya, maka kompleks harus didekomposisi lebih dahulu melalui
pendidihan 0,6 sampai 1 gram komplex dalam 10 ml air dan 10 ml KOH 3 M selama
15 menit. Saring Cr(OH)3 yang berwarna hijau dan cuci dengan air distilat, encerkan
dalam labu ukur sampai volume 25 ml, pipet 5 ml larutan ini ke dalam gelas piala
400 ml dan titrasi dengan KMnO4 seperti prosedur di atas.

E. PERTANYAAN RESPONSIF

Sebelum memulai percobaan di laboratorium, anda harus dapat menjawab


pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Jika 0,5468 g natrium oksalat, Na2C2O4 memerlukan 35,43 ml larutan KMnO4


untuk mencapai titik akhir, berapa molaritas larutan KMnO4 ?
2. Titrasi sampel oksalat menghasilkan persentase sebagai berikut : 15,75%,
15,55% dan 15,70%. Hitung rata-rata dan standar deviasinya.
3. Kenapa larutan kehilangan warna setelah titik equivalen pada titrasi
permanganat tercapai?
4. Kenapa larutan KMnO4 harus disaring dan kenapa tidak boleh disimpan dalam
botol yang ditutup dengan sumbat karet?
5. Berapa volume KMnO4 0,1M yang diperlukan untuk mentitrasi 0,56 g
K2[Cu(C2O4)2] 2H2O?
6. Hitunglah persentase C2O42- pada senyawa-senyawa berikut: H2C2O4, Na2C2O4,
dan K3[Al(C2O4)3] 3H2O
7. Jika 29,00 ml KMnO4 0,0200 M diperlukan untuk mentitrasi suatu larutan 0,250
g sampel K3[Fe(C2O4)3] 3H2O, berapa persen C2O42- dalam kompleks tersebut?
8. Berapa % kemurnian kompleks pada pertanyaan 7?

24
F. LEMBAR PENGAMATAN
Titrasi Oksidasi Reaksi : Penentuan Oksalat
B. Standarisasi KMnO4
Berat Na2C2O4 Porsi 1 Porsi 2 Porsi 3
Berat botol awal
Berat botol akhir
Berat Na2C2O4

Volume KMnO4 pentitrasi


Pembacaan awal
Pembacaan akhir
Volume KMnO4

Perhitungan
Mmol Na2C2O4
Volume KMnO4
mmol KMnO4
Molaritas KMnO4

Molaritas rata-rata
Standar deviasi (perlihatkan perhitungan)

C. Analisis kompleks oksalat


Berat Sampel Porsi 1 Porsi 2 Porsi 3
Berat botol awal
Berat botol akhir
Berat sampel

Titrasi
Pembacaan awal
Pembacaan akhir
Volume KMnO4

25
Perhitungan
Mmol oksalat C2O42-
Berat oksalat C2O42-
Perseen oksalat C2O42-

Persen oksalat rata-rata Standar deviasi


Persen teoritis dari kompleks (perlihatkan perhitungan) :

Kemurnian Kompleks = 100 = % kemurnian

G. EVALUASI
Pertanyaan :
1. Setarakan reaksi-reaksi berikut :
(a) MnO4- + e- + H+ Mn2+ + H2O
(b) MnO4- + e- + H+ MnO2 + H2O
(c) MnO4- + e- + H+ Mn2+ + H2O
2. Berapa gram KMnO4 diperlukan untuk membuat 2.000 liter larutan KMnO 4
0.0400 M yang digunakan dalam mentitrasi Na2C2O4 ?
3. MnO4- bereaksi dengan Fe2+ dalam suasana asam menghasilkan Fe3+ dan
Mn2+. Buatlah persamaan reaksi yang setara untuk reaksi ini.

26
Perc.6. Preparasi (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O (Garam Mohr)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1.Melakukan preparasi kristal besi (II) amonium sulfat heksahidrat (garamMohr)


2. Melakukan perhitungan dalam pembuatan garam Mohr

B. DASAR TEORI
Besi adalah logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang
umum terdapat di kerak bumi. Logam ini cukup reaktif sehigga lebih cenderung
terdapat sebagai senyawa dengan unsur lain dalam bijihnya. Ada dua macam bijih
besi terpenting yang mengandung oksidanya yaitu hematite, Fe2O3 dan magnetit,
Fe3O4.

Dalam bentuk senyawanya besi umumnya terdapat sebagai sebagai besi (II) dan besi
(III). Kedua kation itu banyak terdapat sebagai garam, dan yang terpenting adalah
garam besi (II) sulfat. Garam ini dapat diperoleh dengan cara melarutkan besi atau
besi (II) sulfida dalam asam sulfat encer, sesuai dengan reaksi

Setelah larutan disaring, kemudian diuapkan, maka terbentuk kristal


FeSO4·7H2O berwarna hijau. Garam ini isomorf dengan garam Epsom, MgSO 4.7H2O.
Dalam skala besar, garam ini ini dibuat dengan cara mengoksidasi FeS 2 perlahan-
lahan di udara yang mengandung air.

Garam besi (II) sulfat dapat bereaksi dengan garam sulfat dari logam alkali
membentuk garam rangkap dengan rumus umum : M2Fe(SO4) · 6H2O dengan M logam
alkali tanah K, Rb, Cs, atau NH4. Jika besi (II) sulfat dan ammonium sulfat dilarutkan
dengan jumlah mol masing-masing sama menghasilkan larutan jenuh maka akan
terbentuk garam (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O. Pada proses ini besi (II) sulfat dilarutkan
dalam air panas dan sedikit asam sulfat untuk mencegah oksidasi menjadi besi (III),
kemudian larutan dicampur dengan larutan amonium sulfat dengan perbandingan
mol yang sama. Jika campuran kedua larutan didinginkan akan terbentuk kristal
garam (NH4)2FeSO4.6H2O berwarna hijau kebiru-biruan. Garam ini dikenal sebagai
garam Mohr. Salah satu kelebihan garam Mohr dibndingkan dengan garam besi (II)
sulfat atau besi (II) klorida adalah kestabilan garam ini terhadap oksidasi. Kristal
garam Mohr stabil di udara dan larutannya tidak mudah dioksidasi oleh oksigen di

27
atmosfir. Garam Mohr antara lain digunakan dalam analisis volumetric untuk
menstandarisasi kalium permanganat atau kalium bikromat.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat

(1) gelas piala 250 ml


(2) gelas ukur
(3) neraca
(4) Pembakar Bunsen
(5) Kaki tiga + kasa asbes
(6) Corong
(7) Pipet tetes
Bahan

(1) serbuk besi atau paku halus


(2) H2SO4 10%
(3) Amonia
(4) Kertas saring

D. PROSEDUR KERJA

Pada pembuatan (NH4)2FeSO4.6H2O (garam Mohr) ini larutan besi (II) sulfat (larutan
A) dan larutan amonium sulfat (larutan B) pertama-tama dibuat terpisah. Larutan A
dibuat dengan melarutkan 3.5 gram besi dalam 50 ml H2SO4 10 %. Larutan ini
dipanaskan hingga semua besi larut dan kemudian disaring ketika masih panas.
Kedalam filtrat kemudian ditambahkan sedikit asam sulfat pekat untuk mencegah
oksidasi besi (II) menjadi besi (III). Larutan kemudian diuapkan sampai terbentuk
kristal hijau di permukaan larutan menandakan terbentuknya besi (II) sulfat
heptahidrat. Larutan B dibuat secara terpisah dalam gelas piala 250 ml yang lain.
Dalam gelas piala ini 100 ml H2SO4 10 % dinetralkan dengan amoniak menghasilkan
amonium sulfat. Uapkan larutan amonium sulfat sampai jenuh

28
Dalam keadaan panas campurkan larutan A dan larutan B dan kemudian didinginkan

hingga terbentuk kristal warna hijau muda. Untuk memurnikan garam yang terbentuk

dapat dilakukan melalui rekristalisasi dengan melarutkan kembali garam ini dalam

sedikit mungkin air panas kemudian di dinginkan.Timbang garam Mohr yang diperoleh

dan tentukan persen hasil.

E. PERTANYAAN RESPONSIF
Sebelum memulai percobaan di laboratorium jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut :

(1) Tuliskan dengan persemaan reaksi proses larutnya besi dalam larutan asam sulfat
encer
(2) Tuliskan dengan persamaan reaksi pembentukan amonium sulfat dengan
menetralisir asam sulfat encer dengan amoniak.
(3) Bagaimana menurut anda cara menentukan kemurnian garam Mohr yang
dihasilkan ?
(4) Untuk mencegah oksidasi besi (II) menjadi besi (III) pada preparasi besi (II) sulfat
ditambahkan asam sulfat pekat. Kenapa ? jelaskan dengan reaksi kimia.

F. LEMBAR PENGAMATAN

Preparasi (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O (Garam Mohr)

Preparasi FeSO4

Berat serbuk besi _______ gram

Jumlah mol FeSO4 ________mol

Preparasi (NH4)2 SO4

Berat H2SO4 _______ gram

Jumlah mol (NH4)2SO4 ________mol

Preparasi (NH4)2Fe SO4·6H2O


mol FeSO4 ________mol

mol (NH4)2SO4 ________mol

29
mol (NH4)2FeSO4 ________mol

gram (NH4)2FeSO4 _______ gram

Warna kristal _______

 Hasil teoritis kompelx oksalat yang dihasilkan (tunjukkan dengan perhitungan) :

 Hasil yang diperoleh secara eksperimen : ______________________

 Persen hasil kompleks oksalat yang dihasilkan (perlihatkan perhitungan) :

G. EVALUASI

1. 200 ml H2SO4 10 % dinetralisir dengan amoniak. Berapa mol amonium sulfat yang
terbentuk dalam larutan ?

2. Untuk larutan amonium sulfat pada pertanyaan 1, berapa gram besi harus dilarutkan
dalam asam sulfat 10 % untuk membuat garam Mohr?
3. Beraapa garam Mohr yang terbentuk secara teoritis dari pertanyaan 1 dan 2 di atas ?

30
Perc.7. Buffer Asam sitrat-Na2HPO4

A. Tujuan Praktikum
1. Memahami cara pembuatan larutan bufferAsam sitrat-Na2HPO4
2. Untuk mengetahui kapasitas buffer Asam sitrat-Na2HPO4

B. Dasar Teori

Larutan buffer merupakan system larutan yang dapat mempertanyakan pH lingkungan


dari pengaruh seperti oleh penambahan sedikit asam/basa kuat, atau oleh pengenceran.

Sistem buffer terdiri atas dua komponen, yakni (1)komponen pelarut (umumnya air),
dan (2) komponen zat terlarutnya. Komponen terakhir ini dapat berupa:

(a) Asam lemah dan garam kuatnya,

(b) Basa lemah dan garam kuatnya,

(c) Sepasang asam-basa konyugat

(d) Sepasang pemberi-penerima proton

Pada system buffer-asetat (CH3COOH-CH3COONa) dalam pelarut air, reaksi yang terjadi
adalah:

CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+ (aq) (a)

Asam lemah

CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) + Na+ (aq) (b)

Spesi kimia pada sistem buffer, seperti pada buffer di atas, maka yang terlibat dalam
kesetimbangan dinamiknya adalah hanya reaksi (a) atau disebut sebagai reaksi
kesetimbangan ionisasi asam asetat. Berdasarkan teori asam-basa Bronsted-Lowry,
persamaan reaksi kesetimbangan (a) dapat ditulis sebagi berikut:

CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3COO-(aq) + H3O+(aq)

Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H+) menyebabkan kesetimbangan bergeser kea rah
kiri (pembentukan asam lemah) sedangkan penambahan basa (OH-)menyebabkan
kesetimbangan bergeser kearah kanan (pengurangan asam lemah). Jadi, penambahan
dalam jumlah kecil ini tidak akan mengakibatkan perubahanyang berarti terhadap
konsentrasi H+ dan Ph dari larutan bufer asetat.

31
C. Alat dan Bahan

Alat

Gelas kimia

Corong

Gelas ukur

Labu ukur

Batang pengaduk

PH meter

Bahan

Asam sitrat

Aquades

Na2HPO4. 7H2O

D. Prosedur Kerja

1. Larutan A

Timbang teliti 10,507 g asam sitrat, C6H8O7.H2O; masukkan ke labu takar 500 ml;
tambahkan 100 ml aquades dan kocok hingga melarut; encerkan dengan aquades
sampai tanda batas)

2. Larutan B

Timbang teliti 26,809 g Na2HPO4. 7H2O; masukkan ke labu takar 500 ml; tambahkan
100 ml, aquades dan kocok hingga garam melarut; tambahkan aquades sampai tanda
batas

Tabel pengamatan

Buffer pH 2,2 -8 (Buffer Sitrat-Na2HPO4)

pH A (ml) B (ml)
2.2
2.6

32
E. Evaluasi

1. Apa yang di maksud dengan Buffer?

2. Apa yang dimaksud dengan kapasitas dan keefektifan larutan buffer?

33
Penilaian keterampilan selama praktikum Dasar Reaksi Anorganik
Judul Praktikum : ____________________________

Tanggal : ____________________________

Skor , X
No. Aspek yang dinilai Bobot (f) fX
(10-100)

1 2 3 4 5

1.
Manipulatif skills
Keterampilan melarutkan zat

Keterampilan menjenuhkan suatu


larutan

Keterampilan menandai
terbentuknya hasil reaksi

2.
Folowing instruction
Keterampilan dalam mengatur
urutan perlakuan

3.
Presentation of result
Ketepatan mengisi lembaran
pengamatan

Kemampuan membaca hasil


pengamatan

4.
Interpretation of data

Keterampilan menghi-tung hasil


yang diharap-kan secara teoritis

Keterampilan mengambil kesimpulan


Keterampilan menjelas-kan hasil
eksperimen

Jumlah

34

You might also like