Professional Documents
Culture Documents
Penyusun:
Dra. Hj. Bayharti, M.Sc
Guspatni, M.A
Dasmawati
8. Praktikum mandiri
Keselamatan dan Petunjuk Bekerja
di Laboratorium
Laboratorium dapat menjadi tempat yang berbahaya dan dapat juga menjadi tempat
bekerja yang menyenangkan. Bila pekerjaan di laboratorium dilakukan dengan tepat dan
dengan pemahaman yang mendalam tentang teknik-teknik pekerjaan di laboratorium, maka
laboratorium tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan ruangan-ruangan kelas yang lain di
Jurusan Kimia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan di laboratorium adalah :
1. Gunakan kacamata pengaman bila anda bekerja dengan bahan-bahan kimia yang
dapat membahayakan mata bila terjadi kontak. Bila mata atau daerah sekitar mata
anda berkontak dengan bahan kimia segera cuci dengan air mengalir di bak cuci
tangan
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengamati beberapa tipe reaksi kimia, mengidentifikasi beberapa hasil reaksi
dan menyimpulkan perubahan kimia serta dapat menuliskan persamaan reaksi kimia
dengan benar
B. DASAR TEORI
Reaksi kimia merupakan suatu proses melibatkan dua atau lebih pereaksi yang
menghasilkan suatu produk yang memiliki sifat fisik/kimia yang berbeda dengan
pereaksinya. Secara umum reaksi kimia dikelompokkan menjadi dua, yaitu reaksi
asam-basa dan reaksi reduksi-oksidasi. Reaksi asam-basa merupakan reaksi kimia
yang melibatkan netralisasi ion H+ dan OH-(teori Arrhenius), akseptor-donor ion
proton (H+, teori Bronsted-Lowry), akseptor-donor pasangan elektron (teori asam-basa
Lewis), atau akseptor-donor ion oksida (O2-). Reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi
kimia yang melibatkan transfer elektron antara reduktor dan oksidator, serta adanya
perubahan bilangan oksidasi.
Perubahan-perubahan yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia antara lain:
a. adanya gas sebagai produk reaksi;
b. adanya endapan;
c. perubahan pH larutan;
d. perubahan warna larutan; atau
e. perubahan suhu larutan.
Berikut contoh beberapa reaksi kimia:
(i) Reaksi oksidasi-reduksi:
Pembentukan gas: 2Al (s) + 6HCl (aq) → 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
Pemurnian bijih oksida: Fe2O3 (s) + 3CO (g) → 2Fe (s) + 3CO2 (g)
Analisa kualitaif/kuantitatif etanol: 2K2Cr2O7(aq) + 3C2H5OH (aq) + 8H2SO4(aq)
→ 2Cr2(SO4)3 (aq) + 3HC2H3O2 (aq) + 2K2SO4 (aq) + 11H2O
(ii) Reaksi asam-basa:
Netralisasi: NH3 (aq) + HCl (aq) → NH4Cl (aq)
Pembentukan endapan: AgNO3(aq) + Na2CrO4 (aq) → Ag2CrO4(s) + 2NaNO3(aq)
Dekomposisi termal: CaCO3 (s) → CaO (s) + CO2 (g) (berlangsung pada
90oC, akseptor-donor oksida, ion Ca2+ menerima ion O2- dari ion CO32-)
1
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
Tabung reaksi
Pipet tetes
Spatula
Bahan
D. PROSEDUR KERJA
2
d. Berdasarkan hasil pengamatan ketiga reaksi di atas, apakah ketiga reaksi
tersebut dapat berlangsung secara spontan?, dan tuliskan persamaan reaksi
yang setara untuk masing-masing reaksi di atas. Gunakan data potensial
reduksi standar,Eo, untuk masing-masing pereaksi di atas.
d. Apakah kedua reaksi di atas menghasilkan endapan dalam larutan? Bila ya,
beri penjelasan.mengapa dapat terbentuk endapan dalam larutan tersebut.
Diketahui Ksp PbI2 (25 oC ) = 7,9 x 10-9 dan kelarutan Pb(C2H3O2)2 (20oC ) =
44,31 g/100 mL
d. Berdasarkan hasil pengamatan tahap b dan c, apa perbedaan reaksi dalam fasa
padat (tahap b) dengan larutan (tahap c) ?
3
4. Perubahan Warna Indikator Dalam Reaksi Asam-Basa
b. Larutan NH3 0,1 M (catatan: larutan NH3 bukan larutan NH4OH) sebanyak 2 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan
indikator ke dalam larutan tersebut. Ke dalam larutan NH3 tersebut tambahkan
2 mL larutan CH3COOH 0,1 M (asam asetat). Amati apakah ada perubahan
warna larutan NH3 setelah penambahan larutan indikator dan larutan
CH3COOH. Beri penjelasannya mengapa hasil pengamatannya demikian.
K2CrO4 dan K2Cr2O7 merupakan garam oksi senyawa Cr(VI), yang larut baik dalam
air. Keberadaan masing-masing ion oksi Cr2O72- dan CrO42- dalam larutan sangat
dipengaruhi oleh pH larutan. Larutan yang mengandung ion Cr2O72- berwarna
jingga, sementara Larutan yang mengandung ion CrO42- berwarna kuning. Catatan:
senyawa Cr(VI bersifat toksik, hati-hati jangan sampai terkena kulit. Bila terkena
larutan Cr2O72-atau CrO42- , harus segera dibilas.
b. Lakukan hal yang sama seperti di atas, larutan K 2CrO4 diganti dengan larutan
K2Cr2O7.
c. Bandingkan hasil percobaan bagian (a) dengan bagian (b). Tentukan pH larutan
asam ataukah basa untuk masing-masing ion oksi Cr(VI) tersebut.
4
d. Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan ion Cr 2O72- dan ion CrO42- dalam
suasana asam dan basa.
Berdasarkan tahap reaksi di atas, I- ada pada awal dan akhir reaksi. Hal ini
menunjukkan bahwa KI merupakan katalis untuk reaksi reduksi H2O2.
Kalium permanganat, KMnO4, merupakan salah satu oksidator kuat yang banyak
digunakan dalam reaksi-reaksi kimia. Diketahui, unsur Mn dapat membentuk
senyawa dengan bilangan oksidasi yang sangat bervariasi, yaitu +2,+3, +4, +5, +6,
dan +7. Dalam suasana asam, ion MnO4-dapat direduksi menjadi ion MnO42-(larutan
berwarna hijau), MnO2 (padatan berwarna coklat kehitaman), atau Mn2+ (larutan
berwarna merah muda) sangat tergantung pada jenis reduktor yang digunakan dalam
reaksi.
Reduktor yang dapat mereduksi ion MnO4- antara lain Zn, H2C2O4, dan Fe. Hal ini
berkaitan dengan nilai potensial reduksi EO antara KMnO4 dengan reduktor.
5
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO 4 untuk berubah warnanya
serta jumlah KMnO4 yang diperlukan.
c. Manakah waktu yang lebih cepat terjadinya perubahan warna KMnO 4, pada
reaksi (a) ataukah (b)? Beri penjelasannya mengapa demikian hasilnya.
e. Jika 1 tetes larutan KMnO4 diasumsikan setara dengan 0,05 mL, maka hitung
jumlah mol KMnO4 yang diperlukan pada masing-masing reaksi di atas. Apakah
jumlah mol KMnO4 yang diperlukan dalam kedua reaksi tersebut berbeda?
Beri penjelasannya mengapa demikian hasilnya.
8. Reaksi Metatesis
a. Ambil 0,5 gram Sodium karbonat, Na2CO3 masukkan ke dalam tabung reaksi
dan tambahkan beberapa tetes HCl 6 M. Catat bau dan warna dari gas yang
terbentuk, gas apakah itu? Tuliskan persamaan reaksi berikut secara lengkap:
HCl(aq) + Na2CO3(s)
b. Pada fume hood, ulangi lagi tes yang sama dengan sodium sulfit, Na 2SO3. Catat
hasil pengamatan saudara, amati gas apa yang terbentuk dan lengkapi
persamaan reaksi ini: HCl (aq) + Na2SO3(s)
6
Perc.2. Efek Ion senama
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan harga tetapan hasil kali kelarutan garam kalium oksalat dan
mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam kalsium oksalat.
B. DASAR TEORI
Dalam larutan jenuh dari suatu garam sukar larut terjadi keseimbangan
antara garam yang tidak larut dengan ion – ionnya, misalnya garam AB merupakan
garam sukar larut dalam larutan jenuh akan terjadi kesetimbangan:
Oleh karena garam AB merupakan padatan maka koefisien aktivitasnya sama dengan
1 dan [AB] adalah konstan sehingga dapat disederhanakan menjadi:
KspAB = [A+] [B-]
Harga tetapan Ksp dikenal dengan harga tetapan hasil kali kelarutan. Jadi
satu garam sukar larut dalam air jika di larutkan dalam air sebagian kecil akan
terurai menjadi ion – ionnya. Proses peruraian itu akan berhenti setelah hasil kaliu
kelarutan garam itu sama dengan harga Ksp dari garam tersebut.Dalam percobaan ini
akan ditinjau garam kalsium oksalat CaC2O4 yang di larutkan dalam air. Konsentrasi
ion oksalat akan dapat ditentukan dengan cara menitrasi larutan jenuh
menggunakan larutan kalium permanganate.
Hasil Kali Kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan
jenuh garam yang sukar larut dalam air. Nilai Ksp untuk elektrolit sejenis semakin
besar menunjukkan semakin mudah larut. Sebuah atom atau molekul disebut ion,
apabila dari kondisi yang stabil atom atau molekul tersebut melepaskan atau
menangkap sebuah elektron. Ion diketemukan pertama kali oleh fisikawan Jerman,
Julius Elster dan Hans Friedrich Geitel pada tahun 1899. Ion dikatakan sebagai ion
positif atau negatif tergantung dari jumlah elektron dan proton yang dimilikinya. Ion
negatif adalah ion yang memiliki jumlah elektron lebih banyak dari jumlah proton,
sedangkan ion positif adalah sebaliknya.
Kelarutan(s) merupakan konsentrasi maksimum zat terlarut. Ketentuan yang
perlu diperhatikan :
1. Jika Harga [Ay+] x [Bx-] = Ksp AxBy, larutan tepat jenuh (tidak terjadi
pengendapan)
7
2. Jika Harga [Ay+]x [Bx-]y< Ksp AxBy, larutan belum jenuh (tidak terjadi
pengendapan)
3. Jika Harga [Ay+] [Bx-]y > Ksp AxBy, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan)
Adapun penambahan ion senama (sejenis) pada pelarut akan memperkecil
kelarutan. Penambahan tersebut menggeser kesetimbangan kekiri (sesuai prinsip Le
Chatelier) Kelarutan suatu elektrolit juga mempengaruhi oleh pH larutan. Keberadaan
ion H+ akan mengikat anion sehingga anion dalam larutan berkurang. Berkurangnya
anion mengakibatkan lebih banyak garam yang larut (sesuai asas Le Chatelier).
D. PROSEDUR KERJA
1. Timbang 0,63 g Asam Oksalat, H2C2O4.2H2O, dan larutkan dalam labu ukur
100 ml, dan encerkan dengan aquades sampai tanda batas
2. Ambil 5 ml larutan asam oksalat itu, tempatkan dalam Erlenmeyer 100 ml.
Tambahkan 20 ml 2,5 M H2SO4, dan titrasi dengan larutan standar KMnO4
yang akan di standarisasi dari buret
3. Ulangi titrasi ini sebanyak 3 kali dan hitung molaritas rata-rata larutan
standar KMnO4
8
b.Penentuan Konstanta hasil kali kelarutan CaC2O4
1. Siapkan 5 buah tabung reaksi besar yang bersih dan kering. masing-masing
diisi dengan 10 ml larutan jenuh sisa ditambah dengan 2,4,6,8 dan 10 ml
Na2C2O4 dan diaduk sampai terjadi pengendapan sempurna
2. Ambil hati-hati (padatan jangan sampai terambil) 5 ml supernatant dari
masing-masing larutan tersebut untuk dititrasi dengan larutan standar
KMnO4 setelah diencerkan dengan aquades menjadi 10 ml
3. Hitung kelarutan kalsium oksalat pada masing-masing eksperimen dan
selanjutnya buat kurva hubungan antara kelarutan dan konsentrasi ion
oksalat
E. EVALUASI
9
Perc.3. Kekuatan Asam dalam medium air
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. DASAR TEORI
Diantara berbagai zat yang teramati paling penting oleh ahli kimia ialah zat yang
dikenal dengan nama asam, basa dan garam. Zat-zat ini tersebar luas di alam, dalam
industri dan di rumah. Asam sulfat banyak sekali berperan dalam proses industri,
demikian juga asam nitrat. Asam karbonat terutama kita kenal sebagai air soda.
Asam klorida dalam jumlah kecil terdapat dalam perut kita, merupakan faktor yang
sangat penting dalam proses pencernaan. Diantara basa yang banyak di kenal adalah
larutan alkali atau soda api dan amoniak. Selanjutnya garam yang paling di kenal
ialah natrium klorida atau garam dapur.
Banyak sekali teori yang mendefinisikan asam-basa, salah satunya adalah Arrhenius,
yang menyatakan bahwa asam adalah senyawa hidrogen yang apabila dilarutkan
dengan air mengalami disosiasi elektrolitik yang menghasilkan ion H+ sebagai satu-
satunya ion positif.
Dalam mempelajari asam basa, maka kita tidak luput dihadapkan pada seberapa
kuat suatu asam dan basa. Apakah suatu zat bersifat sebagai asam kuat, asam
lemah atau basa kuat, lalu bagaimana kita dapat menentukan kekuatan asam atau
kekuatan basa suatu zat. Yang menjadi penentu kekuatan asam atau basa adalah
posisi kesetimbangan reaksi disosiasi asam atau basa dalam air. Tingkat ionisasi atau
disosiasinya yaitu jumlah ion H+ dan ion OH- yang dilepaskan oleh spesi asam atau
basa.
Tetapan disosiasi asam (Ka). Disosiasi (ionisasi) asam adalah contoh reaksi homogen.
Semuanya berada pada fasa yang pada kasus ini, pada larutan dalam air, karena itu
Anda dapat menuliskan ungkapan yang sederhana kesetimbangan Kc. Berikut adalah
kesetimbangannya adalah dalam bentuk Kc yaitu : Kc [ H 3O ][ A ]
[ HA][ H 2O]
10
Menurut Arrhenius, asam dapat didefinisikan sebagai senyawa hidrogen yang bila
dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi elektrolit dan menghasilkan ion H+ sebagai
satu-satunya ion positif.
Kekuatan suatu asam sering didefinisikan sebagai kemampuan asam itu untuk
menghasilkan ion H+ (atau proton). Semakin besar ion H+ yang dihasilkan, semakin
kuat asam tersebut. Dari persamaan pertama, terlihat bahwa semakin besar harga
[H+] maka nilai Ka juga akan semakin besar (berbanding lurus). Kemiripan
kecenderungan antara kekuatan asam dengan nilai Ka inilah yang menjadi alasan
mengapa nilai Ka seringkali digunakan sebagai ukuran kekuatan asam.
1. Beker gelas
2. Pengaduk magnetis
3. Buret ukuran 50 ml
4. pH meter dilengkapi elektroda gelas
Bahan
D. PROSEDUR KERJA
11
b. Penentuan Konstanta Asam, Ka
µ= ∑mi.zi2
E. TABEL PENGAMATAN
12
Kelompok Perc. I (ml) Perc.2 (ml) Rata-rata
Standarisasi Asam
Penentuan Konstanta Ka
pH Kelompok Pengaruh pH
0 ml 4 ml 8 ml 12 ml 16 ml
(NaOH) (NaOH) (NaOH) (NaOH) (NaOH)
Asam 1
Asetat
2
13
Asam 4
Format
5
Asam 7
Propionat
8
F. EVALUASI
2. Bagaimana kekuatan asam dari asam-asam yang dipelajari di atas bila dilarutkan
dalam medium bukan air
14
Perc. 4. Oksidasi Reduksi: Pengaruh Asam basa pada
logam
A. Tujuan
Untuk mempelajari pengaruh asam dan basa terhadap logam
B. Dasar Teori
Asam
Asam adalah spesi yang dapat mendonorkan proton (donor proton). Asam kuat
mendonorkan semua protonnya. Mineral asam seperti HCl, HNO 3, dan H3PO4 adalah
asam-asam kuat. Asam dapat bertindak sebagai agen pengoksidasi. H + adalah agen
pengoksidasi (dan tereduksi menjadi H2). Tabel 4.1 menunjukkan pengaruh beberapa
asam terhadap logam-logam.
Logam
Logam cenderung membentuk kation (ion positif) baik didalam larutan maupun
senyawa. Logam padat bereaksi dengan asam membentuk kation dan melepas satu
atau lebih elektron.
n+
M(s) →M (aq) + ne
elektron yang dilepaskan ditangkap oleh agen pengoksidasi (H+, NO3-, SO42-) dan
melepaskan gas. Deret aktivitas logam terlihat pada Table 4.1 Deret unsur pada atas
(kiri) dapat mereduksi unsur-unsur yang ada dibawahnya (kanan). Jadi, kalium (K)
adalah agen pereduksi yang paling kuat yang dapat mengganti semua logam di bawah
(kanan) dalam deret aktivitas, berdasarkan reaksi:
n+ +
nK(s) + M (aq) → nK (aq) + M(s)
dan sebaliknya, semua logam yang berada di atas (kiri) hidrogen dapat menggantikan
asam (sebagai contoh diganti dengan H+) dan semua logam di bawah (kanan)
hydrogen akan bereaksi dengan asam pengoksidasi.
Alkali
Alkali merupakan basa kuat dengan rumus M(OH)n, dimana M adalah logam alkali
(seperti Na, K) atau logam alkali tanah (seperti Ca, Mg), dan nilai n adalah 1 (untuk
alkali) atau 2 (untuk alkali tanah). Beberapa logam bereaksi dengan larutan alkali.
Reaksi alkali menunjukkan sifat “semi logam” dari unsur-unsurnya. Sifat semi logam
adalah gabungan antara sifat logam dan non-logam. Dalam beberapa kasus,
ditemukan bahwa oksida logam bereaksi dengan asam dan basa. Oksida Logam –
oksida logam tersebut disebut dengan oksida amfoter. Unusr yang mempunyai oksida
amfoter juga dapat bereaksi dengan alkali dan asam untuk menghasilkan gas H2.
15
Zink juga dapat bereaksi degan asam dan basa dengan cara yang sama, tetapi lambat
dan relative susah untuk melihat keberadaan gas H2 yang dihasilkan. Untuk
membuktikan bahwa zink telah larut, tambahkan ion sulfida untuk menghasilkan
endapan zink sulfida.
Zn rendah dan rendah dan tinggi dan oksidasi lebih oksidasi lebih
Ni
Sn
Pb
H
Cu3) Tidak ada
Hg Tidak ada pengaruh
Ag pengaruh
Pt Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Au pengaruh pengaruh pengaruh
Catatan:
1) Dengan larutan HNO3 encer (konsentrasi < 1M, Mg menghasilkan H2)
2) HNO3 bereaksi dengan sangat lambat dengan Al dalam keadaan dingin.
3) Co(II) nitrat terbentuk dengan penambahan HNO 3, sedangkan Co(I) nitrat tidak
terbentuk
16
C. Alat dan Bahan
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
logam Fe, Zn, Cu, Al, Pb
Paku besi
NaOH 2 M
HNO3 5 M
HCl 5 M
D. Prosedur
1. Siapkan potongan kecil dari logam Zn, Fe, Cu, Al dan Pb. Bersihkan logam
tersebut dengan menggunakan kertas amplas dan letakkan sampel tersebut
kedalam tabung rekasi- tabung reaksi terpisah.
2. Tambahkan 3 mL larutan HCl 5 M kedalam tabung reaksi dan catat
pengamatan anda pada table pengamatan pada lembar kerja. Tulis
persamaan reaksinya.
3. Jika reaksi tidak terjadi, panaskan tabung reaksi dengan perlahan, catat
pengamatan anda.
4. Tukar larutan HCl 5 M dengan larutan HNO3 5 M, dan ulangi langkah 1-4.
Catat pengamatan anda pada table pengamatan. Buat persamaan reaksinya.
5. Tukar larutan HCl 5 M dengan larutan NaOH 5 M, dan ulangi langkah 1-4.
Jika tidak mendapatkan pengamatan setelah dipanaskan, tunagkan larutan
ke dalam tabung reaksi yang lain. Catat pengamatan anda pada Table
pengamatan. Buat persamaan reaksinya.
6. Tambahkan 2 mL larutan Na2S ke dalam tabung reaksi. Catat pengamatan
17
E. LEMBAR PENGAMATAN
18
Perc.5. Titrasi Oksidasi Reduksi : Penentuan Oksalat
A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. DASAR TEORI
Setengah reaksi yang telah setara terkait dengan persamaan (1) adalah :
19
Dengan mengukur volume KMnO4 yang bereaksi dengan sampel natrium oksalat,
Na2C2O4 dengan berat natrium oksalat yang diketahui memungkinkan kita untuk
menghitung molaritas larutan KMnO4. Dengan mengingatkembali hasil kali volume
dalam liter dengan molaritas larutan adalah mol, persamaan (5)
M V = mol = (5)
Karena volume diukur dalam mL, maka bentuk yang lebih cocok dari persamaan (5)
adalah
M V = mmol = (6)
Dimana, V mL adalah volume dalam mL, mmol adalah milimol (yaitu 103mol).
Contoh 5.1
Berapa molaritas suatu larutan KMnO4, jika larutan itu diperlukan 40,41 mL untuk
mentitrasi 0.2538 g Na2C2O4 ?
Jawaban : Reaksi berlangsung sesuai dengan persamaan (1), pada titik eqivalen
KMnO4 dan
M= = 0.01875 KMnO4
Contoh 5.2
Berapa persen oksalat, C2O42- dalam 1.429 g sampel jika 34.21 mL larutan KMnO4
0.02000 M diperlukan untuk titrasi?
20
Jawaban :
% C2O42- =
Dengan demikian kita perlu tahu massa sampel yang beratnya 1.429 g. Pada titik
ekivalen :
= 0.1506 g C2O42-
dan
% C2O42- = = 10.54%
1. Alat
(1) Gelas piala 400 mL (4) Termometer
(2) Buret 50 mL dan klem buret (5) Timbangan analitik
(3) Botol timbang (6) Pembakar Bunsen
2. Bahan
(1) Sampel kompleks oksalat (3) Asam Sulfat 10 M
(2) Natrium Oksalat (standar) (4) Larutan kalium Permanganat 0.02 M
D. PROSEDUR KERJA
1. Preparasi Larutan Kalium Permanganat
Larutan Kalium Permanganat tidak stabil jika disimpan lama, karena Kalium
Permanganat bereaksi lambat dengan bahan-bahan organik, bahkan dalam jumlah
yang sangat kecil sekalipun yang mungkin terdapat dalam air destilat.Larutan ini
harus dihindarkan dari panas dan cahaya sejauh mungkin karena keduanya
21
menginduksi dekomposisi ion permanganat menghasilkan mangan dioksida yang
dapat berfungsi sebagai katalis untuk dekomposisi selanjutnya.Karena permanganat
yang diperdagangkan biasanya mengandung sejumlah mangan dioksida, maka
sebaiknya panaskan dan saring larutan permanganat sebelum standarisasi. Hampir
setiap bentuk bahan organik akan mereduksi larutan permanganat, sehingga larutan
permanganat harus dijauhkan dari kontak dengan sumbat karet, kertas saring,
partikel debu dan sumber bahan organik lain. Karena alasan ini maka larutan
permanganat harus disaring dengan menggunakan corong buchner.
Larutan permanganat sebaiknya dibuat segar sebelum praktikum dimulai.
Buatlah larutan terlebih dahulu jangan berlebih dari kebutuhan percobaan karena
alasan-alasan di atas.Untuk pembuatan larutan permanganat berkonsultasilah
dengan dosen pembimbing praktikum.
2. Standarisasi Larutan Permanganat Dengan Metoda Natrium Oksalat
Beberapa pereduksi dapat digunakan sebagai standar primer larutan
permanganat.Tetapi natrium oksalat yang lazim digunakan.
Titrasi dapat dilakukan dengan lebih cpat bila kita tahu perkiraan volume
larutan permanganat yang diperlukan. Misalkan ditimbang 0,2 g sampel Na 2C2O4.
Sampel ini terkait dengan
mmol Na2C2O4
reaksi oksidasi reduksi memerlukan 2/5 mmol KMnO 4 untuk setiap mmol Na2C2O4.
Jika digunakan larutan KMnO4 0,02 M, jumlah ml yang diperlukan untuk titrasi
adalah [lihat persaman (5)] :
VmL
22
Setelah adanya perkiraan ini maka larutan KMnO4 ditambahkan dengan porsi 5 ml
setiap penambahan sampai 25 ml, setelah itu dengan porsi yang lebih kecil kepada
larutan oksalat yang telah diasamkan. Saat mendekati titik akhir penambahan
dilakukan tetes demi tetes sampai mencapai titik akhir.
Catatan:
(1) Larutan permanganat 0,02 M berwarna sangat pekat sedemikian rupa hingga
bahagian bawah miniskus sulit untuk dibaca. Dengan demikian adalah perlu
untuk membaca bahagian atas permukaan larutan; dibaca dengan mata
sejajar dengan permukaan di dalam buret, ingat bahwa pembacaan buret
dapat mendekati sampai ± 0,01 ml.
(2) Jika terdapat keraguan apakah titik akhir sudah tercapai atau belum,
sebaiknya membaca buret pada titik keraguan itu kemudian menambahkan 1
tetes permanganat berikutnya. Bertambahnya intensitas warna pink
menyatakan bahwa pembacaan titik akhir yang dilakukan telah benar.
23
3. Penentuan oksalat dalam sampel kompleks oksalat
Ke dalam tiga gelas piala 400 ml yang terpisah dimasukkan 0,2 sampai 0,3 g
sampel (ditimbang dengan neraca analitik). Tambahkan 250 ml asam sulfat 0,1 M.
Titrasi dengan larutan permanganat yang telah distandarisasi. Hitung persen berat
C2O42- .data dengan standar deviasi lebih kecil atau sama dengan 0,3 menunjukkan
hasil yang dapat diterima.
Catatan :Kompleks kromium oksalat sangat sulit dianalisa melalui titrasi dengan
KMnO4 karena warnanya yang pekat dan dekomposisi yang lambat. Dalam usaha
untuk menganalisanya, maka kompleks harus didekomposisi lebih dahulu melalui
pendidihan 0,6 sampai 1 gram komplex dalam 10 ml air dan 10 ml KOH 3 M selama
15 menit. Saring Cr(OH)3 yang berwarna hijau dan cuci dengan air distilat, encerkan
dalam labu ukur sampai volume 25 ml, pipet 5 ml larutan ini ke dalam gelas piala
400 ml dan titrasi dengan KMnO4 seperti prosedur di atas.
E. PERTANYAAN RESPONSIF
24
F. LEMBAR PENGAMATAN
Titrasi Oksidasi Reaksi : Penentuan Oksalat
B. Standarisasi KMnO4
Berat Na2C2O4 Porsi 1 Porsi 2 Porsi 3
Berat botol awal
Berat botol akhir
Berat Na2C2O4
Perhitungan
Mmol Na2C2O4
Volume KMnO4
mmol KMnO4
Molaritas KMnO4
Molaritas rata-rata
Standar deviasi (perlihatkan perhitungan)
Titrasi
Pembacaan awal
Pembacaan akhir
Volume KMnO4
25
Perhitungan
Mmol oksalat C2O42-
Berat oksalat C2O42-
Perseen oksalat C2O42-
G. EVALUASI
Pertanyaan :
1. Setarakan reaksi-reaksi berikut :
(a) MnO4- + e- + H+ Mn2+ + H2O
(b) MnO4- + e- + H+ MnO2 + H2O
(c) MnO4- + e- + H+ Mn2+ + H2O
2. Berapa gram KMnO4 diperlukan untuk membuat 2.000 liter larutan KMnO 4
0.0400 M yang digunakan dalam mentitrasi Na2C2O4 ?
3. MnO4- bereaksi dengan Fe2+ dalam suasana asam menghasilkan Fe3+ dan
Mn2+. Buatlah persamaan reaksi yang setara untuk reaksi ini.
26
Perc.6. Preparasi (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O (Garam Mohr)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. DASAR TEORI
Besi adalah logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang
umum terdapat di kerak bumi. Logam ini cukup reaktif sehigga lebih cenderung
terdapat sebagai senyawa dengan unsur lain dalam bijihnya. Ada dua macam bijih
besi terpenting yang mengandung oksidanya yaitu hematite, Fe2O3 dan magnetit,
Fe3O4.
Dalam bentuk senyawanya besi umumnya terdapat sebagai sebagai besi (II) dan besi
(III). Kedua kation itu banyak terdapat sebagai garam, dan yang terpenting adalah
garam besi (II) sulfat. Garam ini dapat diperoleh dengan cara melarutkan besi atau
besi (II) sulfida dalam asam sulfat encer, sesuai dengan reaksi
Garam besi (II) sulfat dapat bereaksi dengan garam sulfat dari logam alkali
membentuk garam rangkap dengan rumus umum : M2Fe(SO4) · 6H2O dengan M logam
alkali tanah K, Rb, Cs, atau NH4. Jika besi (II) sulfat dan ammonium sulfat dilarutkan
dengan jumlah mol masing-masing sama menghasilkan larutan jenuh maka akan
terbentuk garam (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O. Pada proses ini besi (II) sulfat dilarutkan
dalam air panas dan sedikit asam sulfat untuk mencegah oksidasi menjadi besi (III),
kemudian larutan dicampur dengan larutan amonium sulfat dengan perbandingan
mol yang sama. Jika campuran kedua larutan didinginkan akan terbentuk kristal
garam (NH4)2FeSO4.6H2O berwarna hijau kebiru-biruan. Garam ini dikenal sebagai
garam Mohr. Salah satu kelebihan garam Mohr dibndingkan dengan garam besi (II)
sulfat atau besi (II) klorida adalah kestabilan garam ini terhadap oksidasi. Kristal
garam Mohr stabil di udara dan larutannya tidak mudah dioksidasi oleh oksigen di
27
atmosfir. Garam Mohr antara lain digunakan dalam analisis volumetric untuk
menstandarisasi kalium permanganat atau kalium bikromat.
Alat
D. PROSEDUR KERJA
Pada pembuatan (NH4)2FeSO4.6H2O (garam Mohr) ini larutan besi (II) sulfat (larutan
A) dan larutan amonium sulfat (larutan B) pertama-tama dibuat terpisah. Larutan A
dibuat dengan melarutkan 3.5 gram besi dalam 50 ml H2SO4 10 %. Larutan ini
dipanaskan hingga semua besi larut dan kemudian disaring ketika masih panas.
Kedalam filtrat kemudian ditambahkan sedikit asam sulfat pekat untuk mencegah
oksidasi besi (II) menjadi besi (III). Larutan kemudian diuapkan sampai terbentuk
kristal hijau di permukaan larutan menandakan terbentuknya besi (II) sulfat
heptahidrat. Larutan B dibuat secara terpisah dalam gelas piala 250 ml yang lain.
Dalam gelas piala ini 100 ml H2SO4 10 % dinetralkan dengan amoniak menghasilkan
amonium sulfat. Uapkan larutan amonium sulfat sampai jenuh
28
Dalam keadaan panas campurkan larutan A dan larutan B dan kemudian didinginkan
hingga terbentuk kristal warna hijau muda. Untuk memurnikan garam yang terbentuk
dapat dilakukan melalui rekristalisasi dengan melarutkan kembali garam ini dalam
sedikit mungkin air panas kemudian di dinginkan.Timbang garam Mohr yang diperoleh
E. PERTANYAAN RESPONSIF
Sebelum memulai percobaan di laboratorium jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut :
(1) Tuliskan dengan persemaan reaksi proses larutnya besi dalam larutan asam sulfat
encer
(2) Tuliskan dengan persamaan reaksi pembentukan amonium sulfat dengan
menetralisir asam sulfat encer dengan amoniak.
(3) Bagaimana menurut anda cara menentukan kemurnian garam Mohr yang
dihasilkan ?
(4) Untuk mencegah oksidasi besi (II) menjadi besi (III) pada preparasi besi (II) sulfat
ditambahkan asam sulfat pekat. Kenapa ? jelaskan dengan reaksi kimia.
F. LEMBAR PENGAMATAN
Preparasi FeSO4
29
mol (NH4)2FeSO4 ________mol
G. EVALUASI
1. 200 ml H2SO4 10 % dinetralisir dengan amoniak. Berapa mol amonium sulfat yang
terbentuk dalam larutan ?
2. Untuk larutan amonium sulfat pada pertanyaan 1, berapa gram besi harus dilarutkan
dalam asam sulfat 10 % untuk membuat garam Mohr?
3. Beraapa garam Mohr yang terbentuk secara teoritis dari pertanyaan 1 dan 2 di atas ?
30
Perc.7. Buffer Asam sitrat-Na2HPO4
A. Tujuan Praktikum
1. Memahami cara pembuatan larutan bufferAsam sitrat-Na2HPO4
2. Untuk mengetahui kapasitas buffer Asam sitrat-Na2HPO4
B. Dasar Teori
Sistem buffer terdiri atas dua komponen, yakni (1)komponen pelarut (umumnya air),
dan (2) komponen zat terlarutnya. Komponen terakhir ini dapat berupa:
Pada system buffer-asetat (CH3COOH-CH3COONa) dalam pelarut air, reaksi yang terjadi
adalah:
Asam lemah
Spesi kimia pada sistem buffer, seperti pada buffer di atas, maka yang terlibat dalam
kesetimbangan dinamiknya adalah hanya reaksi (a) atau disebut sebagai reaksi
kesetimbangan ionisasi asam asetat. Berdasarkan teori asam-basa Bronsted-Lowry,
persamaan reaksi kesetimbangan (a) dapat ditulis sebagi berikut:
Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H+) menyebabkan kesetimbangan bergeser kea rah
kiri (pembentukan asam lemah) sedangkan penambahan basa (OH-)menyebabkan
kesetimbangan bergeser kearah kanan (pengurangan asam lemah). Jadi, penambahan
dalam jumlah kecil ini tidak akan mengakibatkan perubahanyang berarti terhadap
konsentrasi H+ dan Ph dari larutan bufer asetat.
31
C. Alat dan Bahan
Alat
Gelas kimia
Corong
Gelas ukur
Labu ukur
Batang pengaduk
PH meter
Bahan
Asam sitrat
Aquades
Na2HPO4. 7H2O
D. Prosedur Kerja
1. Larutan A
Timbang teliti 10,507 g asam sitrat, C6H8O7.H2O; masukkan ke labu takar 500 ml;
tambahkan 100 ml aquades dan kocok hingga melarut; encerkan dengan aquades
sampai tanda batas)
2. Larutan B
Timbang teliti 26,809 g Na2HPO4. 7H2O; masukkan ke labu takar 500 ml; tambahkan
100 ml, aquades dan kocok hingga garam melarut; tambahkan aquades sampai tanda
batas
Tabel pengamatan
pH A (ml) B (ml)
2.2
2.6
32
E. Evaluasi
33
Penilaian keterampilan selama praktikum Dasar Reaksi Anorganik
Judul Praktikum : ____________________________
Tanggal : ____________________________
Skor , X
No. Aspek yang dinilai Bobot (f) fX
(10-100)
1 2 3 4 5
1.
Manipulatif skills
Keterampilan melarutkan zat
Keterampilan menandai
terbentuknya hasil reaksi
2.
Folowing instruction
Keterampilan dalam mengatur
urutan perlakuan
3.
Presentation of result
Ketepatan mengisi lembaran
pengamatan
4.
Interpretation of data
Jumlah
34