You are on page 1of 7

MAKALAH

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Oleh:

Syafi’ Mirza 132210101084

Tiara Berlianti 132210101085

R. Ayu Rifqa Zainatul 132210101089

Kirana Rifrianasari 132210101091

Fitri Wulan A 132210101093

Friska Wira S 132210101095

Via Lachtheany 132210101097

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal,


ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah
umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin
(Sukandar, E., 2004). Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang
terjadi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. Beberapa
istilah yang sering digunakan dalam klinis mengenai ISK :

 ISK uncomplicated (sederhana), yaitu ISK pada pasien tanpa disertai


kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
 ISK complicated (rumit), yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik. Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan
kuman oleh antibiotika.
 First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK
yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah
sekurang-kurangnya 6 bulan bebas dari ISK.
 Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah
sebelumnya dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi
yang pertama. Timbulnya infeksi berulang ini dapat berasal dari re-
infeksi atau bakteriuria persisten. Pada re-infeksi kuman berasal dari
luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten bakteri penyebab
berasal dari dalam saluran kemih itu sendiri. Asymtomatic significant
bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang bermakna tanpa disertai
gejala.

1.2 Klasifikasi ISK

Diklasifikasikan berdasarkan anatomi :

 ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.


a. Perempuan
Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi
klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
b. Laki-laki
Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis,
epidimidis, dan uretritis.
 ISK atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran
kemih serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik
sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang spesifik.
 Klinis

a. ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada


perempuan yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural
ataupun ginjal.

b. ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria,


ISK pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.

1.3 Gejala Infeksi Saluran Kencing

Infeksi saluran kencing terkadang tidak menimbulkan gejala atau


pertanda apapun. Gejala umumnya meliputi :

 Keinginan mendesak untuk segera buang air kecil.


 Sensasi terbakar ketika buang air kecil.
 Urine yang dikeluarkan sedikit namun sering.
 Urine berwarna agak pucat.
 Urine berwarna pink cerah atau cokelat seperti minuman kola bersoda.
Ini artinya urine mengandung darah.
 Urine berbau menyengat.
 Nyeri panggul pada perempuan. Nyeri dubur pada laki-laki.

1.4 Diagnosa

 Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada


ISK (urinalisis atau kultur urine). Jika secara makroskopik didapatkan
> 10 leukosit per mm3 atau terdapat > 5 leukosit per lapangan 3
pandang besar dapat dikatakan terinfeksi. Kultur urine dimaksudkan
untuk menentukan keberadaan kuman, jenis kuman, dan sekaligus
menentukan jenis antibiotika.
 Pemeriksaan darah untuk mengungkap adanya proses inflamasi atau
infeksi. Didapatkannya sel ‐sel muda pada sediaan hapusan darah
menandakannya proses inflamasi akut.
1.5 Pengobatan Infeksi Saluran Kencing

 Infeksi saluran kencing dapat diatasi dengan antibiotik. Jenis dan


berapa lama perawatannya dilakukan akan bergantung pada kondisi
kesehatan dan tipe bakteri yang menginfeksi.
 Infeksi yang ringan biasanya akan mereda setelah beberapa hari
perawatan. Dokter juga mungkin akan meresepkan obat pereda nyeri
(analgesik) untuk membuat uretra dan kandung kemih kebal.
Tujuannya agar pasien tidak merasakan sensasi terbakar lagi ketika
buang air kecil. Tapi, obat ini dapat membuat urine berwarna oranye
atau merah.
 Jika infeksi yang dialami bukanlah yang pertama kali, penderitanya
harus mengonsumsi antibiotik dalam periode yang lebih lama. Kalau
infeksi berkaitan dengan aktivitas seksual, penderitanya harus
mengonsumsi antibiotik setiap setelah berhubungan seksual.
 Bagi mereka yang sudah menopause, dokter mungkin akan
merekomendasikan terapi estrogen. Hormon estrogen tambahan
dimasukkan lewat vagina untuk meningkatkan ketahanan terhadap
infeksi. Sedangkan, untuk infeksi saluran kencing yang parah,
penderitanya perlu dirawat inap. Antibiotik pun akan dimasukkan
lewat infus.

1.6 Penatalaksanaan

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :


 Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai
 Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan
gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah
dan mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan
pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping
yang minimal. Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan
bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta
lainnya. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk berbagai
bentuk yang berbeda dari ISK, antara lain :
 Pengobatan dosis tunggal
 Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
 Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
 Pengobatan profilaksis dosis rendah
 Pengobatan supresif.

a. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah


Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan
yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi
simtomatik untuk alkalinisasi urin :
 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam
dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram,
trimetroprim 200 mg.
 Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria)
diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari.
 Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak
diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-
infection) :
 Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif
diikuti dengan koreksi faktor resiko.
 Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah
asupan cairan yang banyak, cuci setelah melakukan
senggama diikuti terapi antimikroba dosis tunggal (misal
trimentoprim 200 mg)
 Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung
kuman 103 -105 memerlukan antibiotika yang adekuat.
Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan
tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan mikroorganisme
anaerobik diperlukan antimikroba yang serasi (misal
golongan kuinolon).

b.
Infeksi saluran kemih (ISK) atas
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika
parenteral paling sedikit 48 jam.
The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam
sebelum diketahui mikroorganisme penyebabnya :

 Flurokuinolon
 Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
 Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosid

c.

c. Infeksi saluran kemih berulang


Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain
trimetroprimsulfametoksazol dosis rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu
setiap malam, Flurokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin makrokristal 100
mg tiap malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat
diperpanjang 1-2 tahun lagi.

Dapus :

Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001

Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2006.

You might also like