Professional Documents
Culture Documents
Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria dextra dan sinistra, yang berasal dari aorta
ascendens tepat diatas valve aortae. Arteriae coronariae dan cabang-cabang utamanya terdapat di
permukaan jantung, terletak didalam jaringan ikat subepicardium.
Emosi
Apakah emosi Anda dapat membuat Anda beresiko menderita penyakit jantung koroner?
Sebenarnya masih perlu dilakukan lebih banyak penelitian untuk dapat lebih memahami
mekanisme hubungan antara emosi negatif dengan penyakit jantung. Namun, para peneliti
menduga bahwa hormon stres efinefrin dan norefinefrin memainkan peranan yang signifikan
(Januzzi & DeSanctis, 1999; Melani, 2001).
Emosi yang berupa kemarahan dan kecemasan memicu kelenjar adrenal untuk melepas
hormon-hormon tersebut, yang kemudian menggerakkan sumber-sumber tubuh untuk mengatasi
situasi yang mengancam. Mereka meningkatkan detak jantung, frekuensi pernafasan, dan
tekanan darah. Hal tersebut kemudian meningkatkan aliran darah yang kaya oksigen ke otot
untuk mempersiapkan tindakan pertahanan, lawan atau lari menghadapi stressor yang
mengancam.
Apabila orang terus menerus mengalami kegelisahan atau kemarahan, pelepasan hormon-
hormon stres pun terus berlanjut, yang akhirnya dapat menimbulkan kerusakan pada jantung dan
pembuluh darah. Hormon stres juga dapat meningkatkan kepekatan faktor pembekuan darah,
sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya sumbatan yang membahayakan dalam
pembuluh darah (Januzzi & DeSanctis, 1999).
Orang yang tingkat hostilitasnya tinggi (suatu sikap yang ditandai dengan
kecenderungan untuk menyalahkan orang lain dan menilai dunia dengan pandangan negatif)
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Tekanan darah tinggi tersebut (hipertensi)
merupakan faktor resiko utama serangan jantung dan stroke.
Tekanan darah tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab. Tekanan darah
tinggi terjadi apabila tekanan darah menunjukkan angka 140/90 namun angka tersebut bukan
menjadi salah satu ukuran bagi seseorang yang mempunyai tekanan darah tinggi, pada beberapa
orang tekanan darah tinggi ada yang disebut dengan pra hipertensi yang menunjukkan angka
tekanan darah mencapai 120/80 dan 139/89. Tekanan darah tinggi membawa faktor resiko
terhadap suatu serangan penyakit dan penyebab dari kerusakan organ tubuh tertentu, seperti
diabetes dan penyakit ginjal serta penyakit lainnya, namun yang paling berbahaya adalah
membawa penyakit pada serangan jantung yang mungkin dapat terjadi secara tiba-tiba.
1. Gejala
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala–gejala seperti:
Resistensi insulin adalah salah satu ciri dari tekanan darah tinggi. Pada sebuah studi di
tahun 2004 yang dilakukan oleh Muhammad F. Saad dari sebuah terbitan dalam Jurnal
Hipertensi, resistensi insulin atau tingkat insulin yang tidak normal terjadi peningkatan di
dalam darah yang kemudian dikaitkan oleh hipertensi, yang sebenarnya resistensi insulin ini
terjadi pada penyakit diabetes.
Para ahli mencatat bahwa resistensi insulin atau insulinemia ini memiliki kaitan yang erat
dengan ciri-ciri tekanan darah tinggi atau darah ada mereka yang memiliki penyakit diabetes
mellitus tipe 2. Hal ini dilatar bekalangi oleh glukosa yang diubah dan mengalami
peningkatan pada plasma insulin yang menghasilkan efek negatif pada dinding pembuluh
darah.
Terjadinya penurunan fungsi arteri atau perubahan dalam struktur pembuluh darah
merupakan 4irri-ciri darah tinggi. Hal inilah yang membuat tekanan darah tinggi ini sulit
terdeteksi. Untuk mengetahui tekanan darah tinggi dibutuhkan pemeriksaan oleh tenaga
medis. Ciri-ciri tekanan darah tinggi yang sulit terdeteksi ini disebut dengan arteriosklerosis.
Sumber : http://gejalahipertensi.com/ciri-ciri-hipertensi/
3. Penyebab Hipertensi
Makan Berlebihan
Jumlah lemak total yang diperlukan tubuh maksimum 150 mg/dl, kandungan lemak baik
(HDL) optimum 45 mg/dl dan kandungan lemak jahat (LDL) maksimum 130 mg/dl. Lemak baik
masih diperlukan tubuh, sedang lemak jahat justru merusak organ tubuh.
Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas). Kegemukan lebih cepat terjadi
dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak
mengandung lemak jahat (seperti kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan lemak di
sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah menjadi
kurang lancar.
Pada orang yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia), dapat menyebabkan penyumbatan
darah sehingga mengganggu suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh. Penyempitan dan
sumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi, agar dapat memasok
kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat, maka terjadilah
hipertensi.
Merokok
Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti tar, nikotin dan
gas karbon monoksida.
Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa jantung
untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu pengeluaran zat catecholamine
tubuh seperti hormon adrenalin.
Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 sampai 20 X per menit, dan
meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat volume darah meningkat dan
jantung menjadi cepat lelah.
Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga darah menjadi lebih
kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah memaksa
jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah meningkat.
Selain orang yang merokok (perokok aktif), orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap
rokok juga memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif. Resiko perokok pasif
bahayanya 2X dari perokok aktif.
Sumber: Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi. Makassar :FKM
Unhas.Bustan, M.N. 2007.
Arteriosklerosis
Arteriosklerosis, istilah umum untuk suatu kondisi yang ditandai dengan penebalan,
pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding pembuluh darah. Perubahan ini sering disertai
dengan penimbunan lipid di dalam dinding pembuluh, misalnya kolesterol, kondisi ini sering
disebut sebagai aterosklerosis. Awalnya lesi terbentuk di dinding arteri, yang mengakibatkan
lecet dan penimbunan kolesterol low-density. Sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi, yang
mempermudah menyimpan kolesterol dan kalsium di dinding pembuluh. Bahan lemak
terakumulasi kalsium dan menghasilkan plak keras, sehingga terjadi pengerasan dinding
pembuluh. Ketika dinding pembuluh menebal, lorong-lorong melalui pembuluh menyempit,
terjadi penurunan pasokan darah ke daerah yang terkena. Penyempitan arteri koroner dapat
mempengaruhi jantung. Jika pembuluh pada kaki yang terpengaruh, mungkin ada rasa sakit
dengan berjalan kaki dan terjadinya gangren. Ketika terjadi penggumpalan pembuluh ( trombosis
) hasilnya mungkin serangan jantung ( jika terjadi di arteri koroner ) atau stroke ( jika di arteri
serebral ) .
Faktor risiko arteriosklerosis adalah hipertensi, peningkatan kadar lemak dalam darah,
merokok, diabetes mellitus dan obesitas. Risiko genetik terkait dengan kemampuan tubuh untuk
proses ( serapan dan metabolisme ) low-density lipid yang mengandung kolesterol. Pengurangan
kolesterol tubuh ke tingkat normal melalui obat penurun kolesterol dan pembatasan diet lemak
biasanya diresepkan. Pengobatan hipertensi, manajemen stres dan berhenti merokok juga
penting. Meningkatkan konsumsi antioksidan dan asam folat dapat menjadi pelindung.
Pembedahan yang melewati daerah yang tersumbat atau prosedur seperti angioplasty kadang-
kadang diperlukan, terapi gen yang memaksa pertumbuhan pembuluh darah baru melewati suatu
daerah juga telah digunakan. Olahraga sering dapat meningkatkan pemanfaatan kelebihan lemak
low-density. Meskipun hubungan antara kadar kolesterol darah dan arteriosklerosis tidak
sepenuhnya dipahami , pemanfaatan lipid low-density tampaknya menjadi indikator utama dari
risiko arteriosklerosis.
Sumber: http://www.infoplease.com/encyclopedia/science/arteriosclerosis.html
Angina Pectoris
A. Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit
dadadi dearah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas,
yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri,
kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada
tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya. (Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996)
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard, karena
suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1
sampai 5 menit, bila sakit dada terus berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien
mendapat serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa. Pada
pasien angina pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan kadang-
kadang sakit dada disertai keringat dingin
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis
Kardiovaskuler)
B. ETIOLOGI
Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:
1. Ateriosklerosis
2. Spasmearterikoroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta Insufisiensi
C. MANIFESTASI KLINIS
Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa
tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan
menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum atas atau sternum ketiga
tengah (retrosentral). Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat
menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas. Pasien biasanya
memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau
baal di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama terjadi
nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik utama nyeri tersebut
akan berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan.
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay oksigen
ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner
berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksido yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke
koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang
menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi
oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda. Sejumlah faktor yang dapat
menimbulkan nyeri angina:
o Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung.
o Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
o Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
o Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan
demikian beban kerja jantung juga meningkat.
E. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai
melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau
angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary
angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medisdan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner
mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser
untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi.
Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau
seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu
pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina
yang diderita pasien.
Sumber: http://www.netdoctor.co.uk/diseases/facts/angina.html
Angina pectoris stabil kronis/tipikal: Mengacu pada nyeri dada episodik saat pasien
berolahraga atau mengalami bentuk stress lainnya. Angina pektoris stabil biasanya
disebabkan oleh penyempitan ateroskelrotik tetap ( biasanya 75% atau lebih )satu atau
lebih arteri koronaria.
Angina varian (prinzmetal) : Rasa tidak enak pada dada, terjadi pada saat istirahat atau
membangunkanpasien tidur. Angina varian disebabkan oleh spasme fokal dari koronaria
epikardial yang proksimal. Terdapat obstruksi arteri koronaria arterosklerotik, dalam
kasus vasospasme terjadi dekat lesi stenotik.
Angina pektoris tidak stabil : Angina pektoris tidak stabil dapat dicetuskan oleh suatu
keadaan ekstrinsik terhadap lapisan vaskular koroner yang memperhebat iskemia
miokardial, seperti anemi, demam, infeksi takiaritmia, stres emosional atau hipoksemi,
dan dapat juga setelah infark miokardial spasme segmental disekitar bercak ( plaque
arterosklerotik ) juga dapat memainkan suatu peranan dalam perkembangan angina yang
tidak stabil.