You are on page 1of 29

PEDOMAN PELAYANAN RUANG TINDAKAN

PUSKESMAS URAGAGUNG

PUSKESMAS URANGAGUNG
Alamat : Jl Raya Cemeng Kalang

Telp/Fax : (031) 8950177

Email : pkmurangagung@gmail.com
Halaman Judul
Visi Misi Kebijikan Mutu, Tata Nilai, Slogan
DAFTAR ISI
SK PEDOMAN PELAYANAN RUANG TINDAKAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
D. BATASAN OPERASIONAL
E. LANDASAN HUKUM

BAB II : STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber daya manusia
B. Distribusi ketenagaan
C. Jadwal Pelayanan

BAB III : STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV : TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Tata laksana pelayanan RUANG TINDAKAN
B. Tata laksanan sistem rujukan

BAB V : LOGISTIK

BAB VI : KESELAMATAN PASIEN

BAB VII : KESELAMATAN KERJA

BAB VIII : PENGENDALIAN MUTU

BAB IX : PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian
dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana. Dengan semakin meningkatnya
jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang
diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke puskesmas, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan
yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien Ruang Tindakan Puskesmas Urangagung
khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat di
Ruang Tindakan Puskesmas Urangagung harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat
Puskesmas Urangagung.

B. Tujuan Pedoman

Tujuan dari pedoman pelayanan Unit Gawat Darurat :

1. Sebagai bahan pedoman untuk melaksanakan kegiatan pelayanan di Ruang Tindakan


sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat sehingga
memberikan kepuasan pada masyarakat.
2. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
3. Merujuk penderita gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan
yang lebih memadai.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pelayanan Unit Gawat Darurat dimulai dari pasien datang di Ruang Tindakan
sampai pemeriksaan dan penatalaksanaan sesuai kondisi pasien.

D. Batasan Operasional

1. Unit Gawat Darurat adalah unit pelayanan di puskesmas yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multi disiplin.

2. Triage adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
Klasifikasi pasien Ruang Tindakan berdasarkan triage:
a. Pasien Gawat darurat pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
b. Pasien Gawat Tidak Darurat pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut.
c. Pasien Darurat Tidak Gawat pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
d. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC
kulit, dan sebagainya
e.

E. Landasan Hukum

1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE / VII / 1991
Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Ruang Tindakan adalah :

No. Jenis Ketenagaan Kompetensi Kompetensi Tambahan Jumlah


(Ijazah)
1. Penanggung Jawab DIII Keperawatan PPGD
Ruang Tindakan
2. Dokter Penanggung Dokter Umum ATLS
Jawab
3. Perawat Pelaksana DIII Keperawatan BCLS
Ruang Tindakan
4. Perawat Pelaksana DIII Keperawatan PPGD
Ruang Tindakan
5. Bidan Pelaksana DIII Kebidanan APN
Ruang Tindakan

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat yaitu :
Yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Ruang Tindakan
2 orang Pelaksana

C. JADWAL PELAYANAN
Jam buka pelayanan : Senin – kamis (8 jam)
Jumat (5 jam)
Sabtu (6 jam)
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

BED
BED

O2 MEJA

WASTAFEL
PINTU

PINTU
KURSI KURSI

LEMARI ALKES
MEJA
TROLI

S U

T
B. Standar Fasilitas

1. Fasilitas & Sarana


Ruang Tindakan Puskesmas Urangagung berlokasi di gedung utama yang terdiri dari
ruangan Triase, ruangan tindakan dan ruangan observasi. Ruangan resusitasi terdiri dari 1
(satu) tempat tidur, ruangan tindakan bedah terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan
non bedah terdiri dari (satu) tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 2 (dua) tempat tidur.
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di Ruang Tindakan mengacu kepada buku pedoman pelayanan
Gawat Darurat Departemen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung seperti
monitor dan defribrilator
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1) Mesin suction ( 1 set )
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3) Spuit semua ukuran ( masing – masing 3 buah )
4) Infus set / transfusi set ( 3 / 3 buah )
5) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang (1buah)
6) Gunting besar (1 buah )
7) Monitor EKG ( 1 buah )
8) Slang oksigen sesuai kebutuhan
9) IV catheter sesuai kebutuhan
a) Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
b) Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
c) Nomer 22 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
b. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Puskesmas Urangagung saat ini
memiliki 1 (satu) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi Ruang
Tindakan dan bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance.
1) Perlengkapan Ambulance
a) AC
b) Sirine
c) Lampu rotater
d) Sabuk pengaman
e) Sumber listrik / stop kontak
f) Lampu ruangan
2) Alat & Obat
a) Tabung Oksigen ( 1 buah )
b) Scope ( 2 buah )
c) Piala ginjal ( 5 buah )
e) Tas Emergency yang berisi :
Obat – obat untuk life saving :
a. Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 2 /5 kolf )
b. Senter ( 2 buah )
c. Stetoskop ( 2 buah )
d. Tensimeter ( 1 buah )
e. Piala ginjal ( 5 buah )
f. Oropharingeal air way
g. Gunting verban ( 2 buah )
h. Tongue Spatel ( 1 buah )
i. Reflex hummer ( 2 buah )
j. Infus set ( 1 buah )
k. IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
l. Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )
m. 11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi (1buah)
n. Papan resusitasi ( 1 buah )
o. Ambu bag ( 1 buah )
p. Stetoskop ( 1 buah )
q. Tensi meter ( 1 buah )
r. Thermometer ( 1 buah )
s. Tiang Infus ( 1 buah )
Alat – alat untuk ruang tindakan bedah
a. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1set )
b. Verban segala ukuran :
1) 4 x 5 em ( 5 buah )
2) 4 x10 em ( 5 buah )
c. Extraksi kuku set ( 2 set )
d. Hecting set ( 3 set )
e. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
1) Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
2) Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
3) Jarum ( 1 set )
f. Lampu sorot ( 1 buah )
g. Kassa ( 1 tromel )
h. Cirkumsisi set ( 1 set )
i. Ganti verban set ( 3 set )
j. k. Spekulum hidung ( 2 buah )
k. Spuit sesuai kebutuhan
1) 5 cc ( 3 buah )
2) 2.5 cc ( 3 buah )
l. Infus set ( 1 buah )
m. Dower Catheter segala ukuran
1) Nomer 16 ( 2 buah )
2) Nomer 18 ( 2 buah )
o. Emergency lamp ( 1 buah )
p. Stetoskop ( 1 buah )
q. Tensimeter ( 1 buah )
r. Thermometer ( 1 buah )
s. Tiang infus ( 2 buah )
Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :
a. Urine bag ( 3 buah )
b. Otoscope ( 1 buah )
c. Nebulizer ( 1 buah )
d. Mesin EKG ( 1 buah )
e. Infus set ( 1 buah )
f. IV catheter semua nomer ( 1 set )
g. Spuit sesuai kebutuhan :
a. - 1 cc ( 5 buah )
b.2.5 cc ( 5 buah )
c. - 5 cc ( 5 buah )
d.10 cc ( 5 buah )
e. 20 cc ( 3 buah )
f. 50 cc ( 3 buah )
h. Tensimeter ( 1 buah )
i. Stetoskop ( 1 buah )
j. Thermometer ( 1 buah )
k. Tiang infus ( 1 buah )
Alat – alat untuk ruang observasi (di Ruang Tindakan)
1. Tensi meter ( 1 buah )
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
3. Termometer ( 1 buah )
4. Stetoskop ( 1 buah )
5. Standar infus ( 1 buah )
6. Infus set ( 1 set )
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set )
8. Spuit sesuai kebutuhan
a. - 1 cc ( 5 buah )
b. 2.5 cc ( 5 buah )
c. - 5 cc ( 5 buah )
d. - 10 cc ( 5 buah )
(5) Alat – alat dalam trolly emergency
1. Obat life saving ( terlampir pada standar obat Ruang Tindakan Puskesmas
Sidoarjo)
2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat Ruang Tindakan Puskesmas
Sidoarjo)
3. Alat – alat kesehatan :
a. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah )
b. Oropharingeal airway
i. Nomer 3 ( 2 buah )
ii. Nomer 4 ( 2 buah )
c. Face mask ( 1 buah )
d. Urine bag non steril ( 2 buah )
e. Spuit semua ukuran
f. Infus set ( 1 set)
g. Slang oksigen sesuai kebutuhan
h. IV catheter sesuai kebutuhan
1) Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
2) Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
3) Nomer 22 Cath / T]erumo ( 2 / 2 buah )
Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Puskesmas Urangagung saat ini
memiliki 1 (satu) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi Ruang
Tindakan dan bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
a. Perlengkapan Ambulance
1. AC
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
6. Lampu ruangan
b. Alat & Obat
1. Tabung Oksigen ( 1 buah )
2. Mesin suction ( 1 buah )
3. Scope ( 2 buah )
4. Piala ginjal ( 5 buah )
5. Tas Emergency yang berisi :
Obat – obat untuk life saving :
1.Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % (2 /5 kolf )
2. Senter ( 2 buah )
3. Stetoskop ( 2 buah )
4. Tensimeter ( 1 buah )
5. Piala ginjal ( 5 buah )
6. Oropharingeal air way
7. Gunting verban ( 2 buah )
8. Tongue Spatel ( 1 buah )
9. Reflex hummer ( 2 buah )
10. Infus set ( 1 buah )
11. IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
12. Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah

1. OBAT LIVE SAVING


A. Injeksi
No. Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1 Ventolin Flakon 2 Anti asthmatic dan COPD
2 Aminophilin preparations Ampul 3 Anti asthmatic dan COPD
3 Diazepam / Valisanbe Ampul 3 Minor Transquillizer
4 Ephinephrin Ampul 3 Asnastetic lokal & general
5 Lidocain Ampul 3 Anastetic lokal
6 Ondansentron 4 mg Ampul 3 Anti emetik
7 Ranitidine Ampul 3 Antacida
8 Tramadol Ampul 3 Analgetik
B. Tablet
No. Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Captopril 25 mg Tablet 10 Anti hypertensi
2. Isosorbide dinitrate 5 mg Tablet 10 Anti anginal

C. Cairan Infus
No. Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1 RL
2 D5
3 NS

D. Suppositoria
Ibuproven
Stesolid

1. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
ceftriaxone
Neurosanbe
B1
Vit K
Adona
Diphenhidramine
Santagesic
Ranitidin
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat Ruang Tindakan
b. Petugas Admission
2. Perangkat Kerja
Status Medis
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien Ruang Tindakan
a. Pendaftaran pasien yang datang ke Ruang Tindakan dilakukan oleh pasien /
keluarga dibagian admission (SPO – Ruang Tindakan).
b. Bila keluarga tidak ada petugas Ruang Tindakan bekerja sama dengan security
untuk mencari identitas pasien.
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status
untuk diisi oleh dokter Ruang Tindakan yang bertugas.
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di Ruang Tindakan, sementara keluarga / penanggung jawab
melakukan pendaftaran di bagian admission.
B. TATA LAKSANA SISTEM KOMUNIKASI Ruang Tindakan
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Petugas Operator
b. Dokter / perawat Ruang Tindakan
2. Perangkat Kerja
a. Pesawat telpon
b. Hand phone
3. Tata Laksana Sistem Komunikasi Ruang Tindakan
1. Antara Ruang Tindakan dengan unit lain dalam Puskesmas Sidoarjo adalah
dengan nomor extension masing-masing unit ( SPO – Ruang Tindakan)
Antara Ruang Tindakan dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait
dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat
telephone/handphone langsung dari Ruang Tindakan
2. Antara Ruang Tindakan dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan pesawat telephone dan handphone ( SPO – Ruang Tindakan )
3. Dari luar Puskesmas Sidoarjo dapat langsung melalui operator.
C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE
I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga Ruang Tindakan
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Status medis
III. Tata Laksana Pelayanan Triase Ruang Tindakan
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission ( SPO – Ruang Tindakan )
2. Dokter jaga Ruang Tindakan melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap
dan
menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi.
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa /
fungsi vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan
dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan
bedah / non bedah
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Pasien ditempatkan diruang non bedah
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT
I. Petugas Penangung Jawab
 Dokter jaga Ruang Tindakan
II. Perangkat Kerja
 Formulir Persetujuan Tindakan
III. Tata Laksana Informed Consent
1. Dokter Ruang Tindakan yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien / keluarga pasien ( SPO – Ruang Tindakan)
disaksikan oleh perawat
2. pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan
oleh perawat.
3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.
E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN
I. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat Ruang Tindakan
 Supir Ambulance
II. Perangkat Kerja
 Ambulance
 Alat Tulis
III. Tata Laksana Transportasi Pasien Ruang Tindakan
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan Puskesmas Sidoarjo sebagai
transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi Ruang Tindakan ( SPO- Ruang
Tindakan )
2. Perawat Ruang Tindakan menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama
pasien ruang rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
3. Perawat Ruang Tindakan menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
4. Perawat Ruang Tindakan menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien
F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY
I. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat Admission
b. Dokter jaga Ruang Tindakan
II. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Tensi meter
c. Alat Tulis

III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency


1. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission ( SPO – Ruang Tindakan)
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga Ruang Tindakan
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung
jawab
5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM


I. Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Rekam Medis
 Dokter jaga Ruang Tindakan
II. Perangkat Kerja
 Formulir Visum Et Repertum Ruang Tindakan
III. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas Ruang Tindakan menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian ( SPO – Ruang Tindakan )
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga
yang menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar
yang asli diberikan pada pihak kepolisian

H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )


I. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter jaga Ruang Tindakan
 Petugas Satpam

II. Perangkat Kerja


 Senter
 Stetoscope
 EKG
 Surat Kematian

III. Tata Laksana Death On Arrival Ruang Tindakan ( DOA )


1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga Ruang Tindakan ( SPO –
Ruang Tindakan )
2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan
jenazah.
3. Dokter jaga Ruang Tindakan membuat surat keterangan meninggal.
4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan
bagian umum / keamanan.

I. TATA LAKSANA SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH


SAKIT
I. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat Ruang Tindakan
II. Perangkat Kerja
 Ambulance
 Handphone
III. Tata Laksana Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai
kondisi pasien yang akan dibawa, kepada perawat Ruang Tindakan Rumah sakit rujukan
wilayah Sidoarjo.
2. Isi informasi mencakup :
 Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )
 Peralatan yang diperlukan di Ruang Tindakan ( suction, monitor, defibrillator )
 Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care ( SPO – Ruang Tindakan )
 Perawat Ruang Tindakan melaporkan pada dokter jaga Ruang Tindakan & PJ
Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima
dari petugas.

J. TATA LAKSANA SISTEM RUJUKAN


I. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter Ruang Tindakan
 Perawat Ruang Tindakan
II. Perangkat Kerja
 Ambulan
 Formulir persetujuan tindakan
 Formulir rujukan
III. Tata Laksana Sistem Rujukan Ruang Tindakan
1. Alih Rawat
 Perawat Ruang Tindakan menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
 Dokter jaga Ruang Tindakan memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasein ( SPO - Ruang Tindakan )
 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat Ruang Tindakan
menghubungi Rumah sakit rujukan sesuai kondisi pasien.
2. Pemeriksaan Diagnostik
 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus
mengisi informed consent.
 Perawat Ruang Tindakan menghubungi rumah sakit rujukan.
 Perawat Ruang Tindakan menghubungi petugas ambulance RS Bakti Timah
3. Spesimen
Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaanspecimen

 Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent


 Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan ke petugas laboratorium
 Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju.

BAB V
LOGISTIK

Logistik Ruang Tindakan meliputi :

No. Nama Barang Jumlah

1. HANDSCOON UKURAN (L) 1 KTK


2. HANDSCOON UKURAN (L) 2 KTK
3 HYPAFIK 15x5cm 1 ROL
4 HANDSCOON UKURAN (M) 1 LTR
5 ALKOHOL 70% 2 ROL
6 KASSA BALL 2 ROL
7 LEUKOPLAST BESAR 85 PC
8 HANDSCOON (XS)
1. Barang habis Pakai (BHP)
2. Alat Rumah Tangga (ART)
3. Alat Tulis Kantor (ATK)
Mekanisme permintan barang habis pakai (bhp) :
 Permintaan obat-obatan dilakukan pada jam kerja (07.30 s/d 14.00)
 Permintaan obat / alkes yang sudah diambil di gudang farmasi menjadi tanggung jawab
masing-masing unit
 Pengambilan obat di gudang farmasi dilakukan tanggal 1 - 5
 Pengambilan obat di gudang farmasi harus ditandatangani oleh ka.unit / koordinator

No. Nama Barang Jumlah

1. Amplop pendek 1 ktk


2. Amplop panjang (kop) 1 ktk

3. Stiker yoker 3 bks

4. Map hijau 2 buah

5. Blangko gadar 2 rim

Mekanisme permintaan barang ATK dan ART :


 Permintaan barang ATK dan ART diajukan setiap bulannya tanggal 24
 Permintaan dibuat oleh Koordinator ruangan diketahui oleh ka.unit dan di tandatangani
 Permintaan selanjutnya diajukan kepada bagian umum dan kepegawaian kemudian
ditandatangani dan selanjutnya diserahkan ke bagian logistic
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko.
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien.
3. Pelaporan dan analisis insiden.
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
6. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
7. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
8. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas.
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi.
5. pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Standar keselamatan pasien :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
 Kejadian tidak diharapkan (KTD) :
1. Adverse event adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah atau yang tidak dapat dicegah.
2. Unpreventable Adverse Event adalah Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang
tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir
 Kejadian nyaris cedera (KNC) :
Near Miss adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga Ruang Tindakan
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan
Insiden Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai. Angka pengidap HIV di
Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan
kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan di masyarakat cukup tinggi (misalnya
melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena
belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll). Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial
untuk menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar
2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan
WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena
tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
Umum ” atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosocomial
yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”. Tenaga kesehatan sebagai ujung
tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24
jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular
penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Urangagung dalam memberikan pelayanan


adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan variable jumlah penderita
yang dilayani >5 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.
BAB IX
PENUTUP

Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh kerena itu masukkan dan saran untuk perbaikan
peningkatan buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semoga buku ini dapat
menjadi pegangan bagi setiap orang yang akan melakukan Medical Cek Up.

You might also like