You are on page 1of 19

LAPORAN TETAP

PENGENDALIAN PROSES CRL I

Disusun Oleh: Kelompok 1


Kelas 4EGB
Nama:
1. Nyayu Laras Islami 061540411586
2. Sarah Nurlita Sari 061540411588
3. Tri Abiyyah Ulfa 061540411589
4. Yuda Pratama 061540411591
5. Zhelin Restiana 061540411592
6. Alifah Rizky Hefyani 061540411905
7. Depera Agustin 061540411908
8. Herlin Linia 061540411912
9. Muhammad Sadikin 061540411919
10.Susilo Eko Pebrianto 061540411925

Instruktur: Yohandri Bow, S.T., M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN 2017

PENGENALAN FLUIDA CRL


TUJUAN UMUM :
1. Menjelaskan dan membedakan mode pengendalian kontinyu dan tidak
kontinyu.
2. Menjelaskan terminology yang digunakan dalam pengendalian unit
CRL.
3. Memahami prinsip pengendalian level air pada unit CRL.
4. Melakukan simulasi pengendalian dan menjelaskan grafik tersebut.

PENDAHULUAN
Peralatan simulasi proses CRL dibuat oleh DIDACTA Italia dan
dikembangkan untuk mempelajari teknik pengendalian level (ketinggian)
permukaan fluida cair, yang dalam hal ini fluida yang digunakan adalah air.
Konfigurasi yang digunakan untuk simulasi ini adalah sistem loop terbuka
(open loop) dan sistem loop tertutup ( closed loop). Selain itu, juga dipelajari
mode pengendalian dengan pengendali tak kontinyu ( ON-OFF Controller) dan
pengendali kontinyu (Three term-controller; P/I/D).
Peralatan CRL ini terdiri dari beberapa unit :
1. Tangki air kapasitas 20 liter.
2. Pompa sentrifugal dengan laju 20 liter/menit.
3. Katup jenis pneumatik proporsional dengan input 3-5 psi.
4. Transduser I/P.
5. Inlet udara tekan (dioperasikan pada 2 bar, min).
6. Pengukur tekanan udara tekan.
7. Alat pengatur tekanan udara tekan secara manual.
8. Controller elektronik MiniReng (alat tambahan).
9. Peralatan listrik (panel CRL).
10. Komputer dan printer (aplikasi window, min window (95).
11. Tangki bening berskala.
12. Katup pengeluaran manual V1 dan V2.
13. Transduser P TI.
14. Katup solenoid untuk input gangguan (disturbance).
X. Sinyal Penggerak (actuating signal)
Y. Sinyal variable yang dikendalikan (controller var, signal)
N. Sinyal gangguan (noise)

URAIAN SINGKAT
Liquid yang berada di tangki (1) dipompakan ke tangki berskala (11) oleh
pompa sentrifugal (2) di bawah pengendaliankatup pneumatic proporsional (3).
Pengisian tangki berskala (11) menghasilkan tekanan pada bagian dasar
tangki yang ekivalen terhadap ketinggian (level) liquid dalam tangki, di deteksi
oleh tranduser P/I (13) dan di transmisikan sebagai sinyal Y ke unit pengkondisi
(panel) kontrol (9). Outputnya berupa sinyal X yang berasal dari panel kontrol (9)
di transmisikan ke katup (3) oleh tranduser I/P (4) yang kemudian menggerakkan
katup pneumatik proporsional dengan bantuan udara tekan yang disuplai oleh inlet
udara tekan (5).
Katup V1 dan V2 dapat diatur secara manual untuk tertutup dan terbuka
penuh dalam hubungan dengan tangki berskala (11). Katup solenoid (14)
memungkinkan untuk pengendalian gangguan aliran air. Untuk pemakaian katup
14, V1 harus dalam keadaan terbuka penuh.

PANEL KONTROL
Panel kontrol (9) terdiri dari beberapa indikator yang menunjukkan kerja
peralatan pada unit CRL ini,
15. Saklar utama (main switch) yang mensulai arus listrik dari socket dinding
ke peralatan CRL.
16. Lampu indikator kerja pompa menunjukkan pompa sedang hidup.
17. Lampu indikator kerja level minimal dan maksimal untuk pemakaian
resistive probe. Resistive probe terletak di dalam tangki berskala
berbentuk seperti elektroda terbuat dari logam dalam 3 ukuran panjang
berbeda.
18. Penunjuk ketinggian (level indikator) dalam satuan (%).
19. Lampu indikator, menunjukkan posisi katup untuk menimbulkan gangguan
sesuai posisi nomor.
Posisi selektor NOISE (gangguan)
0 – Katup solenoid tidak diaktifkan
Man – Katup solenoid diaktifkan secara manual
PC - Katup solenoid dikendalikan melalui komputer
20. Sinyal pengaturan , X, dalam bentuk output analog.
21. Sinyal yang dikendalikan , Y , Controller var dalam bentuk output analog.
22. Selektor pemilih untuk jenis mode control :
- Pengendalian gerakan katup secara manual
- Unit Off (0), posisi pengendali tidak hidup
- Pengendalian dengan resistive probes
- Pengendalian dengan PC ( komputer)
- Pengendalian dengan Mini Reg ( alat tambahan)
- Pengendalian dengan MRRP (alat tambahan)
23. Pengaturan katup secara manual
24. Pengaturan katup secara manual.
25. Lampu penunjuk power suplai.

JENIS PENGENDALIAN LEVEL

1. JENIS PENGENDALIAN LEVEL


Pengendalian yang paling sederhana adalah jenis on-off, dimana
pengeerak (actuator) hanya berada pada dua keadaan posisi ON (hidup) atau
posisi membuka atau menutup aliran yang menuju tangki berskala.
Pada keadaan ini, katup akan terbuka apabila level air berada dari level
yang diinginkan (setr point)atau katup menutup napabila aiar melebihi dari set
point.disini akan terdapat batasan level (level threshold) yang berhubungan
dengan set point, apabila ada batasan ini dilampaui karena level bertambah atau
berkurang, katup juga berubah posisinya, hal ini akan menimbulakan perubahan
posisi katup disekitar batasan level yang diatur secara simetris diatas dan dibawah
set point.
o Batasan atas dilampaui apabila level meningkat, katup akan menutup
o Batasan dibawah dilampaui apabila level berkurang, katup akan membuka.
Interval antara level yang dikehendaki dengan salah satu batas level dinamakan
HISTERISIS.semakin besar histerisis, semakin besar histerisis, semakin rendah
tekanan pada actuator.

2. PENGENDALIAN P/I/D
System pengendalian secara kontinyu berbeda dengan system
pengendalian tak kontinyu (ON-OFF).pada system control kontinyu, system
control melakukan evaluasi antara error dan set point dan secara kontinyu pula
memberikan masukan (input) bagi eleman control akhir untuk melakukan
perubahan agar harga pengendalian (control point) mendekati atau sama dengan
harga set point.
Sistem pengendalian kontinyu ini menggunakan kontinyu ini
menggunakan tiga terminology berikut :
1. Proposional
2. Integral
3. Derivative
Sinyal yang diregulasi, yang didasarkan atas error (perbedaan antara set point
dengan control point) ditentukan oleh jumlah ketiga definisi diatas.

PROPOSIONAL
Bagian atau komponen mode pengendali ini menyatakan eror yang terjadi
sebanding antara set point dan harga terukur.sebanding ini dinyatakan sebagai
harga konstanta (Kp).
Ketika sinyal regulasi mencapai 100 % atau katup pneumatic terbuka penuh, eror
mencapai level salurasi (jenuh), penambahan eror tidak akan meningkatkan sinyal
regulasi.
Disini perlu diketahui range interval eror agar sinyal regulasi dapat beroperasi
antara 0% -100%.range variasi antara 0-PB, maka persen harga sinyal regulasi, X
adalah
X=e.PB
Semakin besar PB, semakin kecil keluaran controller (X), untuk error yang sama,
dengan kata lain, semakin rendah gain proposional controller.
System pengendalian yang hanya menggunakan mode proposional ini
mempunyai ketentuan berikut :
a. Error tidak dapat dieliminasi (dikurangi dan sulit mencapai set point
b. Adanya error sisa (residu) yang disebut OFFSET yang bertambah dengan
bertambahnya PB.

INTEGRAL
Mode control integral selalu digunakan berpasangan dengan mode proposional
dengan persamaan :
X(t) =Kp.E(t) + Ki,?0 (X).dx
Dengan mode gabungan ini eror pertama-tama meningkatkan kemudian berkurang
dengan cepat oelh aksi proposional.error tidak akan menjadi nol dikarenakan oleh
adanya offset.aksi control integral akan mengurangi eror secara tunas, sedangkan
kondisi equilibrium baru memrlukan aliran masuk yang baru yang digerakkan
oleh mode integrasi juga.
Umumnya mode gabungan ini digunakan ketika variable yang
dikendalikan diharapkan mngalami perubahan besar namun lambat yang
memerlukan perubahan cukup besar pada sinyal regulasi X.

DERIVATIF
Mode derivative juga dipergunakan bergabung dengan mode proposional dengan
persamaan:
X (t(=Kp.e(t) + Kd.d/dT e(t)
Jika error konstan, derivative sebagai fungsi waktu akan mempunyai harga nol
(tidak ada output).mode proposional derivative ini digunakan apabila diharapkan
perubahan yang cepat dan dalam batas level yang diizinkan.oleh karena level
control mempunyai variasi beban yang rada lambat, penggunaan mode
proposional derivative kurang memberikan pengertian yang jelas.
Mode gabungan yang melibatkan derivative yang digunakan pada CRL adalah
mode gabungan atau PID (proposional, integral, derivative) dengan persamaan :
X (t) = Kp.e(t) + Ki.?t0 e(x)dx +Kd.d/dt e(t)
Gabungan ketiganya disini memberikan kemungkinan pengendalian yang
sempurna dan menghasilkan pengendalian yang optimal.

PERCOBAAN I
PENGENDALIAN ON-OFF
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktek ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan simulasi pengendalian On – Off dengan mempergunakan
peralatan CRL.
2. Menjelaskan pengertian set point, hysterisis, open time.
3. Memahami mekanisme pengendalian On – Off
4. Mencetak grafik pengendalian On – Off dan menjelaskan grafik tersebut.

II. ALAT DAN BAHAN


II.1 Alat yang Digunakan :
1. Satu set CRL
2. Satu set personal komputer

2.2 Bahan yang Digunakan :


1. Air dalam tangki penampungan

III. DASAR TEORI


Terlampir di pendahuluan.

IV. PROSEDUR KERJA


(Memastikan seluruh kabel listrik dan penghubung antara komputer dan
unit CRL tersambung dengan baik dan benar selektor komputer pada CRL dan
bukan pada CRF)

1. Mengeset selektor kontrol (23) dipanel kontrol unit CRL pada posisi ‘PC’ dan
selektor noise (20) pada 0.
2. Membuka katup VI dan V2 dan mengkosongkan volume tangki.
Mengaturmagar katup V2 tertutup sekitar 25%, katup VI tetap terbuka.
3. Menghidupkan unit CRL dengan mengaktifkan tombol saklar utama.
4. Memutar sambil menarik katup tekanan (7) dan mengatur dengan memutar
katup tersebut agar tekanan yang terbaca di (6), maksimal 2 bar.
5. Menghidupkan komputer, menjalankan program CRL dan memilih file
‘New’.
6. Memilih regulator On – Off pada ‘Regulator Type’, mengklik oke, lalu
mengklik oke lagi.
7. Pada monitor PARAMETER, memasukkan :
- Set Point = 30%
- Hysterisis = 5%
- Open Time = 2 s
- Gain = 0,5
8. Menekan tombol ‘Start’ untuk memulai percobaan.
9. Meng-observasi kejadian di unit CRL dan grafik terbentuk.
10. Setelah berjalan 10 menit, menekan tombol ‘freeze’. Hal ini menyebabkan
proses terhenti.
11. Mengubah parameter sesuai perintah instruktur, menekan ‘enter’ (atau klik
oke)
12. Menekan tombol ‘start’ kembali, meng-observasi gerakan yang terjadi baik di
unit CRL maupun grafik yang terbentuk.
13. Mengulangi langkah 11 apabila perlu. Menekan tombol ‘freeze’ dan
menghidupkan printer, mengklik tombol ‘Print’ untuk memulai pencetakan
grafik.
14. Pada akhir percobaan, mengklik tombol ‘Quit’, lalu YES File, memilih EXIT
dan menekan YES.
15. Mengosongkan tangki dan mematikan d=saklar utama.

Alternatif harga praktek :


Mengubah harga set point setelah proses berjalan 1/3 grafik, menambahkan
NOISE, kemudian mengubah harga GAIN. Mengubah – ubah variable dinamis
lainnya untuk mempermudah pemahaman mekanisme pengendalian.

V. DATA PENGAMATAN
Skala Katup Waktu (detik) Debit (L/S)
148 0,056
14
167 0,050
269 0,031
12
270 0,031
536 0,014
10
441 0,019

Grafik Hubungan Skala Katup dengan Debit (L/s)

VI. PERHITUNGAN
 Volume Silinder Besar
Keliling silinder luar : 48 cm
Ketebalan silinder : 0.1 cm
K = 2 ηr
48 cm = 2. 3,14. r
r = 7,6 cm
r silinder besar = r – ketebalan
r silinder besar = 7,6 cm – 0,1 cm
r silinder besar = 7,5 cm
Tinggi silinder = 50 cm, maka :
Volume Silinder besar = ηr2t
= 3,14 (7,5cm)2 50 cm
=8831,25 cm3 = 8,83125 L
 Volume Silinder Kecil
Keliling silinder kecil: 10 cm
K = 2 ηr
10 cm = 2. 3,14. r
r = 1,59 cm
Tinggi silinder = 50 cm, maka :
Volume Silinder besar = ηr2t
= 3,14 (1,59 cm)2 50 cm
= 396,9117 cm3 = 0,3969117 L
 Volume Air
Volume air = Volume silinder besar – Volume silinder kecil
= (8,83125 – 0,3969117)L
= 8,4343383 L
 Debit air
o Skala Katup 14
 Percobaan I

Q= = = 0,056 L/s
 Percobaan II

Q= = = 0,050 L/s

o Skala Katup 12
 Percobaan I

Q= = = 0,031 L/s

 Percobaan II

Q= = = 0,031 L/s

o Skala Katup 10
 Percobaan I

Q= = = 0,014 L/s

 Percobaan II

Q= = = 0,019 L/s
VII. ANALISA PERCOBAAN
CRL adalah suatu peralatan pengendalian level yang memanfaatkan sinyal
tekanan dalam suatu aliran fluida. Alat ini dihubungkan dengan Personal
Computer sebagai media pemantau jalannya proses pengendalian ketinggian.
Sistem kerja CRL dapat dilihat pada Gambar 2. Skema Level Regulator
Control. Dari skema tersebut, dapat dilihat bahwa liquid yang dipompakan
menuju ke tangki berskala oleh pompa sentrifugal di bawah pengendalian katup
pneumatic proporsional. Karena katup ini bersifat proporsional, maka output level
yang dihasilkan memiliki nilai yang sebanding dengan input yang diberikan.
Selanjutnya, pengisian tangki berskala menghasilkan tekanan pada bagian dasar
tangki yang nilainya sama ekivalen terhadap ketinggian (level) liquid dalam
tangki yang ditransmisikan sebagai sinyal menuju transduser P/I dan kemudian
diteruskan menuju controller. Output sinyal yang berasal dari panel control
ditransmisikan ke katup oleh transduser I/P yang kemudian menggerakkan katup
pneumatic proporsional dengan bantuan udara tekan yang disuplai oleh inlet udara
tekan. Apabila level berada di bawah srt point, maka katup akan terbuka sehingga
tangki berskala terisi. Katup yang terbuka ditandai dengan naikknya katup
pneumatic (pada posisi ON). Sementara apabila level berada di atas nilai set point,
maka katup akan tertutup sehingga menghalangi aliran air menuju tangki berskala.
Posisi ini dinamakan dalam keadaan OFF yang ditandai dengan turunnya katup
pneumatic. Perlu diingat bahwa nilai set point dipengaruhi oleh histerisis sebagai
rentang toleransi control level yang digunakan. Pada bagian bawah tangki
berskala dapat dilihat adanya katup v1 dan v2 yang dapat diatur secara manual
untuk tertutup dan terbuka penuh dalam hubungan dengan tangki berskala. Katup
solenoid yang ada pada peralatan digunakan untuk mengatur pengendalian aliran
air. Untuk memakai katup solenoid, katup v1 harus dalam keadaan terbuka penuh.
Sistem control level telah disambungkan dengan program CRL module
pada komputer sehingga dapat dilihat grafik ON-OFF regulator seperti yang
ditampilkan gambar 1. Dari gambar tersebut dapat dilihat 4 garis indikator yang
digunakan untuk memantau pengendalian level. Garis merah menunjukkan posisi
membuka atau menutupnya katup. Garis kuning menunjukkan posisi konstan set
point, garis biru (act. Signal) menunjukkan gain terukur, sementara garis hijau
merupakan noise. Pada gambar tersebut, tidak ada tanda-tanda noise yang ditandai
oleh garis hijau. Hal ini terjadi karena peralatan dan program tidak terhubung
dengan benar. Noise dapat timbul apabila katup solenoid dibuka atau ditutup
secara random saat operasi dijalankan sehingga memberikan gangguan terhadap
system. Gangguan dalam proses tersebut dapat mempengaruhi tingginya
permukaan air dalam tangki berskala.
Nilai gain diatur 0,5 atau setara 50% yang ditunjukkan oleh garis biru act.
Signal. Seharusnya, nilai tersebut bersifat konstan sehingga grafik yang dihasilkan
memiliki bentuk rata pada posisi 50%. Namun, pada percobaan yang dilakukan
grafik yang dihasilkan tidak konstan akibat posisi gain yang tidak beraturan.
Penyebab pasti kesalahan tesebut tidak dapat dinyatakan dengan pasti mengingat
alat dan program tidak tersambung dengan baik. Tetapi hal ini terjadi akibat untit
control tidak menghitung besarnya koreksi dengan benar.
VIII. PERTANYAAN
Jelaskan pengertian set point, gain, histerisis dan open time !
 Set point merupakan suatu titik, nilai, atau posisi yang dijadikan
sebagai tolak ukur dalam suatu sistem pengendalian.
 Gain merupakan bilangan (variabel) unti kontrol proporsional yang
besarnya tetap di setiap daerah kerja dan tidak tergantung pada fungsi
waktu.
 Histerisis merupakan interval antalra level yang dikehendaki dengan
salah satu batas level.
 Open time merupakan waktu bukaan katup yang digunakan dalam
program untuk pencatatan fluktuasi grafik saat membuka atau
menutup.

IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Pengendalian ON-OFF dilakukan dengan memanfaatkan sinyal
tekanan. Apabila tinggi fluida berada di bawah nilai set point, katup
pneumatik akan membuka (pada posisi ON). Sementara apabila tinggi
fluida di atas nilai set point dan batas histerisis, maka katup akan
menutup (pada posisi OFF).
 Control variabel pada grafik ON-OFF regulation menunjukkan posisi
membuka atau menutupnya katup.
 Nilai gain unit kontrol proporsional seharusnya teteap. Kesalahan
dapat terjadi akibat unit kontrol tidak menghitung besarnya koreksi
dengan benar.

X. DAFTAR PUSTAKA
Bow, yohandri. 2017. Modul Petunjuk Praktikum Laboratorium
Pengendalian Proses. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
GAMBAR ALAT
Seperangkat alat CRL

You might also like