You are on page 1of 8

ISSN: 2339-2592

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

EFEK KURKUMA TERHADAP KADAR ALANINE MINOTRANSFERASE PADA


PEMAKAIAN OBAT ANTI TUBERKULOSA DI POLIKLINIK ANAK RSUD ARIFIN
ACHMAD PROPINSI RIAU

Rita Agustin A1, Zullies Ikawati2, Amalia Setyati3


Poliklinik anak RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau ,
Farmasi Klinik Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRAK

Obat Anti tuberkulosa lini pertama yaitu isoniazid, rifampisin dan pirazinamid
merupakan obat yang menginduksi kerusakan hati yang ditandai dengan meningkatnya
alanine aminotransferase ( ALT ). Oleh sebab itu diperlukan hepatoprotektor untuk
mencegah terjadinya kerusakan hati. Curcuma adalah salah satu yang mempunyai aktifitas
sebagai hepatoprotektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian hepatotoksik
karena pemberian OAT setelah dua bulan atau lebih pada pasien anak serta mengetahui
efektifitas dari kurkuma sebagai hepatoprotektor.
Penelitian dilakukan dengan disain Randomized Clinical Control Trial, single blind,
antara bulan November 2012 hingga Maret 2013 di poliklinik anak RSUD ArifinAchmad
Propinsi Riau. Sebanyak 24 subyek yang termasuk kriteria inklusi dibagi menjadi dua
kelompok secara acak ( kelompok uji dan kelompok kontrol ) masing-masing kelompok
terdiri dari 12 subyek. Kelompok uji diberi curcuma tablet dan kelompok kontrol diberi
plasebo selama satu bulan. Pemeriksaan darah dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan
untuk mengetahui kadar ALT
Kadar ALT pada kedua kelompok setelah pemberian OAT tidak ada yang melewati
batas normal dan perbedaan kadar ALT antara kelompok tidak bermakna dengan p > 0,05.
Setelah perlakuan, pada kelompok uji terjadi penurunan rerata kadar ALT tetapi tidak
bermakna ( p > 0.,05 ) dan kelompok kontrol terjadi kenaikan kadar rerata ALT yang
signifikan dengan p < 0,05, Sedangkan perbandingan selisih kadar ALT pada kedua kelompok
signifikan dengan p < 0,05.
Dari hasil penelitian ini, tidak terjadi hepatotoksisitas setelah pemberian OAT selama
2 bulan atau lebih dan pemberian curcuma dapat menurunkan kadar ALT dibandingkan
dengan plasebo.

Kata kunci: Tuberkulosa, OAT, Hepatotoksik, curcuma

PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah penyakit kuno, Mycobacterium tuberculosis termasuk basil


dan terbukti TB ditemukan di sisa-sisa gram positif, berbentuk batang, dinding
peninggalan Mesir Kuno. Pada tahun 1882 selnya mengandung komplek lipida-
ketika Robert Koch berhasil mengisolasi dan glikolipida serta lilin ( wax ) yang sulit
kultur Mycobacterium tuberculosis yang ditembus zat kimia. Mikobakteri ini
menunjukkan sifat menular. Munculnya mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
radiografi, ditemukan lesi cavitary paru yang asam saat pewarnaan, sehingga disebut Basil
penting dalam evolusi penyakit ( Koda Tahan Asam ( BTA ) ( Depkes RI, 2007)
Kimble, 2009 ). Tuberkulosis adalah Penularan TB dapat terjadi melalui
penyakit menular yang disebabkan oleh batuk, bersin, bicara, meludah dan
Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian sebagainya yang keluar menjadi droplet
besar ( 80%) menyerang paru-paru. nuclei dalam udara . Bila partikel ini dihirup

199
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

oleh orang sehat maka akan menempel pada asetilator lambat, karena INH dihidrolisis
jalan napas atau paru-paru. Partikel tersebut langsung menjadi hidrazin serta terakumulasi
dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran sebagai asetil hidrazin yang berubah menjadi
partikel kurang dari 5 mikrometer. Bila hidrazin (Tostmann et.al, 2007) .
kuman menetap di jaringan paru maka ia Pengobatan tuberkulosis anak pada
akan tumbuh dan berkembang biak dalam terapi intensif menggunakan obat lini
sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat pertama yaitu isoniazid, rifampisin dan
masuk ke organ tubuh lainnya( Katzung pirazinamid (Depkes, 2007 ). Penggunaaan
et.al., 2010). isoniazid dan rifampisin pada 8 – 12 minggu
Anak-anak memiliki risiko lebih pertama dapat meningkatkan serum
tinggi terkena infeksi daripada orang transaminase, dan mengalami
dewasa. Hal ini berkaitan dengan belum hepatotoksisitas ( Dipiro, 2008). Beberapa
sempurnanya sistem pada anak baik secara penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
kualitatif maupun kuantitatif. Oleh sebab itu obat antituberkulosa pada anak dapat
perlu penanganan khusus untuk mencegah meningkatkan kadar alanine
terjadinya penyebaran TB pada bayi dan aminotransferase lebih dari 100 UI/L dan
anak. ( Hoskyn W, 2003). Pada prinsipnya sebagian terjadi gejala hepatitis seperti
pengelolaan penyakit TB pada anak-anak, jaundice ( Saukkonen, 2006 ).
remaja dan dewasa adalah sama. Terapi Curcuma sp. adalah salah satu
standar tuberkulosisi ntrathoracic(penyakit tanaman obat yang mempunyai aktifitas
paru dan/atau limfadenopatihilus) pada anak- hepatoprotektif yang secara klinis dapat
anak yang direkomendasikan oleh Centers memperbaiki fungsi hati akibat adanya
for Disease Control and Prevention ( CDC ) peradangan atau kerusakan pada
dan American Academy of Pediatrics (AAP ) hepatoseluler jaringan hati yang ditandai
adalah 6 bulan rejimen isoniazid dan dengan meningkatnya kadar ALT (Hanani
rifampisin ditambah pirazinamid selama1-2 dan Mun’in, 2011 ). Tanaman yang biasanya
bulan pengobatan ( Nelson , 2007 ). aromatik dan karminatif, dan digunakan
Hepatotoksisitas, gangguan untuk mengobati gangguan pencernaan,
gastrointestinal dan neurologis merupakan hepatitis, penyakit kuning, diabetes,
efek samping yang sering terjadi pada aterosklerosis dan infeksi bakteri. Spesies
pengobatan TB. Hepatotoksisitas adalah yang Curcuma yang populer adalah C. longa, C.
paling serius. Meningkatnya transaminase aromaticadan C.xanthorrhiza . Kandungan
selama pengobatan TB adalah hal yang utama dari spesies Curcuma adalah
umum akan tetapi hepatotoksisitas yang kurkuminoid dan seskuiterpen. Curcumin
timbul jika diabaikan akan berakibat fatal. adalah konstituen yang paling penting di
Isoniazid, rifampisin, pirazinamid adalah antarakurkuminoid alami yang ditemukan
obat yamg berpotensi mengakibatkan drug dalam tanaman (Itokawa et.al.,2008).. Dalam
induced liver injury dengan istilah temulawak terdapat dua jenis kurkuminoid
Antituberculosis drug-induced hepatotoxicity aktif dengan kadar yg relatif kecil ( sekitar 3
disingkat ADTH ( Hoskyns, 2003). % ) bila dibandingkan dengan kadar
INH diasetilasi oleh enzim n- kurkuminoid dalam kunyit ( 10% )
asetiltrasferase 2 (NAT2) dan CYP2EI dan (pharmalab, 2012).
menghasilkan toksin. Hidrazin merupakan Penelitian ini bertujuan untuk
penyebab hepatotoksisitas pada penggunaan mengetahui apakah terjadi hepatotoksisitas
INH. Studi pada mikrosom liver tikus pada anak setelah pemberian OAT selama 2
menunjukkan bahwa terbentuk radikal NO2 bulan atau lebih yang ditandai dengan
selama proses metabolisme hidrazin secara peningkatan kadar ALT yang tinggi dan
oksidasi, yang dianggap penyebab utama melihat efektifitas kurkuma dalam
hepatotoksisitas. ATDH lebih mudah terjadi menurunkan kadar ALT tersebut.
dan dapat menjadi parah pada kelompok

200
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di poliklinik dan telah mendapat terapi intensif, tidak
anak RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau, memiliki penyakit penyerta, berusia antara 1
pada bulan November 2012 hingga Maret – 16 tahun, pasien tidak mendapatkan obat
2013, Rancangan penelitian ini adalah lain yang dapat meningkatkan enzim hati,
ekperimental , randomized clinical control tidak mempunyai riwayat minum alkohol,
trial,single blind, melakukan pemilihan bersedia ikut dalam penelitian ini yang
subyek yang termasuk kriteria inklusi, disetujui oleh orangtua/keluarga
kemudian dibagi menjadi dua kelompok pasienKriteria ekslusi adalah Pasien dengan
yaitu kelompok uji dan kelompok kontrol status Gizi buruk, dengan TB berulang,
dengan sistem block randomization. Gambar pasien dengan penyakit penyerta yang
1 memperlihatkan pelaksanaan alur mempengaruhi fungsi hati, Pasien
penelitian ini. menggunakan obat atau suplemen lain yang
Kriteria inklusi adalah pasien anak mempengaruhi fungsi hati
dengan diagnosa TB, merupakan kasus baru

Gambar 1. Alur penelitian

201
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Pada kedua kelompok dilakukan kadar ALT.Dilakukan analisa data dengan


pemeriksaan awal laboratorium yaitu kadar menggunakan independent t-test untuk
ALT kemudian subyek kelompok uji membandingkan karakteristik umum dan
diberikan curcuma X tablet dan subyek selisih kadar ALT kedua kelompok dan
kelompok kontrol diberi plasebo selama 1 paired t-test untuk melihat kadar ALT
bulan. Dosis curcuma berdasarkan luas sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-
permukaan tubuh ( LPT ) subyek yang masing kelompok. Sebelum menganalisa,
diberikan dalam kapsul yang sama dengan dilakukan uji distribusi normal, jika distribusi
kapsul plasebo.Setelah perlakuan tersebut tidak normal maka analisa menggunakan
dilakukan kembali pemeriksaan kembali Mann-whitney atau Wilcoxon.

HASIL DAN DISKUSI

Ada 28 subyek yang masuk kriteria inklusi, 4 terlihat karakteristik dasar subyek pada
orang diekslusi karena 3 orang pindah kedua kelompok meliputi jenis kelamin,
perawatan dan 1 orang dengan penyakit umur, lamanya terapi dan jenis penyakit
penyerta. Pada kelompok uji 12 orang dan tuberkulosis.
kelompok kontrol 12 orang. Pada tabel 1

Tabel 1. Karakteristik Dasar Subyek Penelitian


Jumlah (%) Rerata ± SB
Kelompok Kelompok
Variabel Uji Kontrol Uji Plasebo Nilai p
n= 12 n=12
Jenis Kelamin (%) 0,045m
Laki-laki 9 (75,0 %) 4 (33,3%)
Perempuan 3 ( 25,0%) 8 (66,7%)
7,84 ± 6,24 ±
Usia ( tahun ) 4,57 2,96 0,323*
2,50 ± 2,42 ±
Lama OAT (bulan) 0,48 0,47 0,661m
Jenis TB
TB Paru 11 (91,67%) 8 ( 75,00%) 0,140m
TB kelenjar 1 ( 8,33%) 4 ( 25,00%)
Ket: m : mann-whitney test , * t-independent test

Karakteristik umur, lamanya terapi kelompok kontrol 2,42 ± 0,47, perbandingan


OAT dan jenis TB tidak berbeda secara ini tidak bermakna dengan nilai p = 0,661
signifikan dengan p <0,05 . Pada kelompok dan untuk jenis TB Tidak ada perbedaan
uji rerata umur adalah 7,84 ± 4,57 sedangkan yang bermakna antara kelompok uji dan
pada kelompok kontrol rerata umur 6,24 ± kelompok kontrol dengan p = 0,140, Jenis
2,96 dengan p = 0,321, Lamanya terapi OAT kelamin kedua kelompok terdapat perbedaan
pada kelompok uji rerata 2,5 ± 0,48 dan yang bermakna laki-laki lebih banyak

202
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

daripada perempuan dengan p = 0,045, Terapi INH dapat menyebabkan peningkatan


Perbedaan lamanya terapi OAT dan jenis TB serum transaminase singkat yang biasanya
pada kedua kelompok tidak bermakna muncul dalam 8 - 12 minggu pertama terapi (
dengan nilai p >0,05 yaitu 0,661 dan 0,140, Dipiro, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh
Pada penelitian Nakajo et.al., 2008, rentang Gonzales et.al., 2003, membandingkan kasus
umur antara 3 bulan hingga 18 tahun dengan TB paru dengan TB ekstra paru dan
rerata umur 8 tahun dan jenis kelamin tidak menunjukkan terdapat 28,6% kasus TB
ada yang predominan. Penelitian Donald ekstra paru Berdasarkan analisis multivariate
et.al., 1998 , pemeriksaan nilai ALT setelah didapatkan bahwa usia dibawah 18 tahun OR
pemberian 8 minggu sedangkan penelitian = 2,0 dan p = 0,04, sirosis hati dengan OR =
yang dilakukan faella et.al., 2006, terapi 2,3 dan p = 0,02.
OAT selama 12 bulan hingga 18 bulan.

10 3 bulan

laki-laki 2.5 bulan Plasebo


5
perempuan Uji
2 bulan
0
plasebo Uji 0 5 10

15 8
10 TB Paru 6
5 4 Uji
TB ekstra paru 2
0 TB Paru TB ekstra Plasebo
paru 0
1 - 5 5 - 10 10 - 15
tahun tahun tahun

Gambar 2. Karakteristik umum Subyek

Tabel 2. Nilai ALT sebelum dan sesudah Pemberian curcuma dan plasebo
ALT UI/L ( Rerata ± SB ) IK 95%
Kelompok Sebelum Sesudah Nilai p
Bawah Atas
n = 12 n=12

Uji 20,00 ± 6,56 17,67 ± 3,89 0,092ʷ -0,564 5,23


Kontrol 17,67 ± 3,20 19,08 ± 3,03 0,045* -2,729 -0,104
ket : ʷUji wilcoxon * uji t berpasangan

203
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Pada tabel 2 terlihat hasil terjadi peningkatan kadar ALT dengan rerata
pemeriksaan awal kadar ALT pada subyek 19,08 ± 3,03 dengan nilai p = 0,045 yang
yang telah mendapatkan OAT selama 2 bulan berarti peningkatan kadar ALT bermakna
atau menunjukkan tidak ada kejadian secara statistik.
hepatotoksik karena kadar ALT pada semua Pada penelitian Sanchez,et.al.,1997,
subyek masih dibatas nilai normal dengan yang melakukan evaluasi terhadap 114
masing-masing rerata 20,00 ± 6,56 dan pasien anak berumur 6 bulan hingga 15 tahun
kelompok kontrol 17,67 ± 3,20. dengan rerata umur 4,5 tahun menunjukkan
Perbandingan antara kelompok uji dan 11 (19,6%) mengalami peningkatan nilai
kelompok kontrol tidak bermakna dengan ALT bila dibandingkan dengan sebelum
nilai p = 0,348. Pemeriksaan akhir setelah pengobatan tetapi tidak ada satupun yang
pemberian curcuma dan plasebo pada menunjukkan gejala hepatotoksisitas
masing-masing kelompok menunjukkan Penelitian yang dilakukan oleh Ohkawa et.al.
kelompok uji terjadi penurunan kadar ALT 2002, terhadap 117 pasien anak yang dirawat
dibandingkan dengan pemeriksaan awal, di rumah sakit Jepang periode januari 1995
dengan rerata 17,67 ± 3,89 tetapi tidak hingga November 1999, 8 pasien mengalami
bermakna secara statistik dengan nilai p = hepatotoksitas berat dengan nilai ALT > 5
0,092, sedangkan pada kelompok kontrol kali nilai normal.

Tabel 3. Selisih nilai ALT selama pemberian cucuma dan plasebo pada masing- masing
kelompok

Rerata ± SB IK 95%
Kelompok Uji Kontrol Nilai p
Bawah Atas
n = 12 n=12
ALT ( IU/ L
2,33 ± 4,559 -1,42 ± 2,065 0,017* 0,676 6,824
)
ket ; * uji t-independent

signifikan terhadap enzim hati. Penelitian


Selisih kadar ALT sebelum dan
yang dilakukan Kusuma A.M., 2008,
sesudah perlakuan, pada kelompok uji
didapatkan bahwa Kurkumin mempunyai
didapatkan rerata 2,33 ± 4,559 dan kelompok
aktifitas hepatoprotektif terhadap tikus
plasebo -1,42 ± 2,065, Hal ini menunjukkan
westar jantan yang diinduksi dengan
adanya penurunan kadar ALT pada
parasetamol dosis toksik dan dapat
kelompok uji dan adanya kenaikan kadar
menurunkan kadar SGPT secara signifikan
ALT pada kelompok kontrol. Selisih ini
dengan p = 0,000, Menurut Akram et.al.,
bermakna secara statistik dengan p = 0,017 (
2010, Turmeric mempunyai efek
Tabel 3 ).
hepatoprotektif sama dengan silymarin.
Penelitian Adhvaryu et.al., 2007, efek Beberapa studi terhadap hewan yang telah
4 obat herbal India pada OAT ( INH, dipapar bahan yang dapat menyebabkan
rifampisin dan PZA) sebagai induced hepatic hepatotoksik seperti ; Carbon tetrachloride (
injury terhadap guinea pigs, menunjukkan CCl4 ), parasetamol, galactosamine, dan
bahwa penggunaan OAT meningkatkan ALT aspergillus aflatoxin . Efek hepatoproteksif
sampel dan pemakaian OAT bersamaan Turmeric sebagian besar dihasilkan oleh efek
dengan obat herbal tidak ada efek yang antioksidan dari Turmeric.

204
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

KESIMPULAN

1. Pemberian OAT selama 2 bulan atau bermakna secara statistik


lebih pada subyek tidak dibandingkan dengan kelompok
mengakibatkan hepatotoksisitas kontrol p < 0,05,
dengan kadar ALT masih dibatas
normal. Disarankan untuk melakukan
2. Pemberian Hepatoprotektor kurkuma penelitian terhadap efektifitas kurkuma pada
dalam penelitian ini bermanfaat penderita hepatotoksik dengan dosis
dalam menurunkan kadar ALT kurkuma yang berbeda dan sampel yang
dengan selisih nilai ALT yang lebih besar

TERIMAKASIH

Dr. Riza Iriani Nasution, SpA , SMF anak RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau

DAFTAR PUSTAKA

Akram M.,et.al., 2010, Curcuma longa and Katzung B.G, Maters S.and Trevor A.J, 2010
curcumin : A Review Article, Basic And Clinical Pharmacology ,
Rom.Journal Biol-Plant Biol, Volume 10th edition , Mc Graw Hill, Lange
55, no.2, Bucharest Kusuma.A.M., 2008, Efek hepatoprotektif
Dipiro, J.T et al., 2008, Pharmacotherapy, A kurkumin dan beberapa analognya
Pathophysiology Approach , 7 th terhadap ketoksikan parasetamol pada
edition, Mc Graw Hill Medical, New tikus wistar jantan, program studi ilmu
York farmasi sekolah pasca sarjana,
Fauci et.al., 2008 Harrison's PRINCIPLES of universitas gadjah mada Yogyakarta
internal medicines, 17th edition, The Ohkawa K, Hoshiguchi M, Ohno K, Kluchi
McGrawHills companies, United State, C, Takahashi S, Kondo S, et.al, 2002,
Amerika Risk factors for antituberculous
Gunawan S.G., Setiabudy R., Nafrialdi, chemotherapy-induced hepatotoxicity
Elysabeth , 2009, Farmakologi dan in Japanese pediatric
terapi edisi 5, Departemen Farmakologi patients,72(2):220-6, Meiji Medical
dan teraeutik Fakultas Kedokteran University, Tokyo, Japan
Universitas Indonesia, Jakarta Sanchez A, Vidal ML, Joya-Verde G, del
Hanani E. dan Mun’in A , 2011, Fitoterapi Dasar Castillo F, de Jose MI, Garcia-
, Dian Rakyat, Jakarta , Indonesia Hortelano J, 1997, Tolerance of
Hoskyn W, 2003, Paediatric tuberculosis , pyrazinamide in short course
Best Practice , Postgraduate medical chemotherapy for pulmonary
journal, 79: 272-278 tuberculosis in children, Departement
Itokawa H, Shi Q, Akiyama T, Morris- of pediatrics, Hospital infantile La Paz,
Natschke S.and Lee K-H, 2008, Recent Pediatric Infect Dis J, Madrid, Spain.
advances in the investigation of Tostmann,A., Boeree M.J , Aarnoutse R.E ,
curcuminoids, Chinese Medicine, 3:11 de Lange W.C, van der Ven A J A M
diakses 18 september 2012 and Dekhuijzen R.,2007,
http://www.cmjournal.org/content/3/1/1 Antituberculosis drug-induced
1 hepatotoxicity: Concise up-to-date
review , Journal of Gastroenterology

205
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

and Hepatology 23 (2008) 192–202 ,


diakses 14 september 2012
Saukkonen et.al, 2006 , An officials ATS
Statement: Hepatotoxicity of
Antituberculosis Therapy, Am J Respir Crit
Care Med Vol 174, pp 935–952, diakses
18 juli 2012 www.atsjournals.org

World Health Organization , 2006, The stop


TB Strategy, Building on and
enhancing DOTS to meet the TB-
related Millennium Development
Goals, WHO

206

You might also like