Polisakarida adalah senyawa dalam mana molekul-molekul mengandung banyak satuan
monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukosida. Polisakarida memenuhi tiga maksud dalam sistem kehidupan: sebagai bahan bangunan (architectural), bahan makanan (nutritional), dan sebagai zat spesifik. Polisaksarida arsitektural misalnya selulosa, yang memberikan kekuatan pada pokok kayu dan dahan bagi tumbuhan, dan kitin (chitin), komponen struktur dari kerangka-luar serangga. Polisaksarida nutrisi yang lazim ialah pati (starch, yang terdapat dalam padi dan kentang) dan glikogen, karbohidrat yang siap pakai dipakai dalam tubuh hewan (Fessenden, 1986). Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O; misalnya, rumus molekul glukosa ialah C6H12O6 (enam kali CH2O). Senyawa ini pernah disangka “hidrat dari karbon”, sehingga disebut karbohidrat (Fessenden, 1986). Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida (sering disebut gula sederhana) adalah satuan karbohidrat yang tersederhana. Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida. Jika lebih dari delapan satuan monosakarida diperoleh dari hidrolisis, maka karbohidrat itu disebut polisakarida. Contoh polisakarida adalah pati, yang dijumpai dalam gandum dan tepung jagung (Fessenden, 1986). Karbohidrat yang terdapat dalam kulit pisang adalah pati. Karena kulit pisang mengandung pati, maka kulit pisang dapat diolah menjadi sebuah plastik polimer alami (biodegradableplastik) (Utomo, 2017). Pati (starch) adalah karbohidrat penyimpan energi pada tanaman. Pati merupakan komponen padi-padian, kentang, jagung. Dalam bentuk inilah glukosa disimpan oleh tanaman untuk keperluan mendatang. Pati tersusun dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-α-glikosida, walaupun rantai ini dapat pula mempunyai percabangan karena adanya ikatan 1,6-α-glikosida (Achmadi, 1983). Dalam sel tumbuhan hijau dan pada beberapa mikrorganisme, pati disimpan dalam berbagai organ tanaman seperti pada biji, buah, umbi, dan kulit. Pati dapat diartikan sebagai bentuk penyimpanan energi yang dihasikan oleh semua tanaman hijau. Adapun beberapa contoh tanaman hijau yang mengandung pati dengan kadar cukup tinggi yaitu jagung, kentang, gandum, beras, tapioka, kacang polong dan lainnya. Pati disimpan dalan tanaman dalam bentuk butiran yang terdiri dari amilase dan juga amilopektin. Amilosa dan amilopektin disimpan dalam tanaman dalam butiran dengan diameter berkisar antara 1-100μm. Dalam butiran tersebut, terkandung sejumlah kecil air, lipid dan protein. Kandungannya pun berbeda untuk sertiap sumber pati yang berbeda (Haryati, 2017). Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa yang terdiri dari amilosa dan amilopektin dengan perbandingan 1:3 (besarnya perbandingan amilosa dan amilopektin ini berbeda-beda tergantung jenis patinya) (Anita, 2013). Pati (amilum) mempunyai rumus molekul (C6H10O5)n, banyak terdapat dalam biji, umbi, akar dan jaringan batang tanaman. Komponen-komponen yang menyusun pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Amilosa terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan α- (1,4)- D- glukosa. Amilosa memberi sifat keras, dan memiliki berat molekul rata rata 10.000 -60.000. Sedangkan amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai rantai cabang, amilopektin menyebabkan sifat lengket, tidak larut dalam air dingin, dan mempunyai berat molekul 60.000-100.000. Amilopektin terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan _-(1,4)-D-glukosa dan _-(1,6)-D-glukosa (Aripin, 2017). Dalam penelitian Musita (2009), menyatakan bahwa kandungan pati kulit pisang tergantung dari varietas buah pisang. Kulit pisang raja memiliki kandungan pati yang lebih besar dari kulit pisang lainnya. Dalam penelitian Sukriyadi (2010), menyatakan bahwa semua jenis kulit pisang dapat diolah menjadi tepung, namun yang terbaik adalah kulit pisang raja karena memiliki struktur serat yang lebih tebal dan memiliki kandungan pati dan kalsium yang cukup tinggi. Dalam penelitian Haryati (2017), menyatakan bahwa pembentukan plastik biodegradable dengan bahan dasar pati (starch) menggunakan prinsip gelatinisasi. Karena didalam pati mengandung ikatan hidrogen yang kuat, hal ini mengakibatkan granula pati tidak larut dalam air dingin. Namun berbeda jika air tersebut dipanaskan, granula didalam pati akan secara bertahap mulai membengkak secara irreversible. Proses dimulai dengan pembengkakan pada daerah granula karena air masuk ke granula pati. Meresapnya air ke dalam granula menyebabkan ukuran granula terus membengkak hingga akhirnya pecah. Terjadi pengingkatan viskositas akibat air yang sebelumnya berada diluar granula dan bergerak bebas, kini berada dalam butiran pati dan tidak dapat bergerak bebas. Meningkatnya viskositas membuat kekentalan pada bagian-bagian granula akhirnya akan menjadi larutan kanji kental. Proses ini dikenal sebagai gelatinisasi. Kemampuan pati untuk mengental seperti pasta bila dipanaskan dalam air, adalah sifat yang digunakan dalam aplikasi pati. Gelatinisasi adalah perubahan yang terjadi pada granula pada waktu mengalami kenaikan yang luar biasa dan tidak dapat kembali ke bentuk semula. Gelatinisasi juga disebut sebagai peristiwa koagulasi koloid dengan ikatan rantai polimer atau penyerapan zat terlarut yang membentuk jaringan tiga dimensi yang tidak terputus sehingga dapat mengakibatkan terperangkapnya air dan terhentinya aliran zat cair yang ada di sekelilingnya kemudian mengalami proses pengorientasian partikel. Suhu gelatinisasi adalah suhu pada saat granula pati pecah dan berbeda-beda bagi tiap jenis pati serta merupakan suatu kisaran. Viskometer suhu gelatinisasi dapat ditentukan, misalnya pada jagung 62-70°C, ubi jalar 80-90 oC, beras 68-78°C gandum 54,5- 64°C, kentang 58-66°C, dan tapioka 52-64°C (Coniwanti, 2014).