You are on page 1of 48

BAB I

KONTRASEPSI

I.1. Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma.

I.2. Tujuan
1. Untuk menunda kehamilan
2. Untuk menjarangkan kehamilan
3. Untuk menghentikan kehamilan / mengakhiri kehamilan / kesuburan

I.3. Syarat-Syarat Alat Kontrasepsi


Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif karena
masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap
pasien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai
berikut:
1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.
2. Berdaya guna, jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah
kehamilan.
3. Dapat diterima, bukan hanya oleh pasien melainkan juga oleh lingkungan
budaya di masyarakat.
4. Terjangkau harganya oleh masyarakat.
5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, maka akan segera kembali
kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

1
I.4. Sasaran
1. Pasangan usia subur
Semua pasangan usia subur yang ingin menunda, menjarangkan kehamilan dan
mengatur jumlah anak.
2. Ibu yang mempunyai banyak anak
Dianjurkan memakai kontrasepsi untuk menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi yang disebabkan karena faktor multiparitas (banyak
melahirkan anak).
3. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan
Ibu yang mempunyai penyakit yang bisa membahayakan keselamatan jiwanya
jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan memakai kontrasepsi.

I.5. Metode Kontrasepsi


Macam-macam teknik dan efektifitas kontrasepsi yang sering digunakan
yang disertakan kemungkinan terjadinya kehamilan bila menggunakan metode
kontarsepsi dapat dilihat pada tabel.1:

Tabel 1. Klasifikasi kontrasepsi.


1

2
Jenis KB Macam-macam
Jenis Tanpa alat : - MAL (metode amenore laktasi)
kontrasepsi - Senggama terputus (coitus interruptus)
sederhana - Pembilasan pasca senggama (post
coital douche)
- Pantang berkala (rhythm method)
Dengan alat / - Kondom
obat : - Diafragma vaginal
- Cervical cap
- Spermisid

Jenis Hormonal : - Pil


kontrasepsi - Suntikan
modern - Implant
Non - IUD (intra uterine devices)
-hormonal:

Jenis - Tubektomi pada wanita


kontrasepsi - Vasektomi pada pria
mantap
Tabel 2. Estimasi Efikasi Kontrasepsi.1

Metode EfektifitasTeori Penggunaan Efektifitas


Kontrasepsi kombinasi oral 99,9% 93% - 96%
"Minipill" (progestin) 97,5% 96%
Intrauterin Devices 97% - 99% 91% - 96%
Vaginal spermisida 97% 70% - 97%
Kondom, Diafragma 97% 80% - 97%
Rhytem (kalender) 95% 70% - 75%
Tanpa kontrasepsi Kehamilan terjadi pada wanita 80% - 85%

I.5.1. Kontrasepsi Sederhana


I.5.1.1. Tanpa Alat
I.5.1.1.1. MAL
A. Definisi

3
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method
(LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau
Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga
berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

Gambar 1.
B. Cara Kerja
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang
cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam
bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila
menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per
laktasi.
Prinsipnya menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada wanita
pospartum konsentrasi esterogen, progesteron, dan prolaktin (PRL) yang tinggi
selama kehamilan turun secara drastis. Tanpa menyusui, kadar gonadotropin
meningkat pesat, konsentrasi PRL kembali ke normal dalam waktu sekitar 4
minggu dan pada minggu ke-8 pascapartum, sebagian besar wanita yang memberi

4
susu formula pada bayinya memperlihatkan tanda-tanda perkembangan folikel
dan akan berevolusi tidak lama kemudian.
Sebaliknya, pada wanita yang menyususi, konsentrasi PRL tetap meninggi
selama pengisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjadi
peningkatan sekresi PRL secara akut dan hormon gonadotrophin melepaskan
hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar
estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.
Walaupun konsentrasi Follicle Stimulating Hormone (FSH) kembali ke
normal dalam beberapa minggu pascapartum, namun konsentrasi Luteinizing
Hormone (LH) dalam darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Yang
terpenting, pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami gangguan dan inilah
yang diperkirakan merupakan penyebab mendasar terjadinya penekanan fungsi
normal ovarium. Wanita yang menyusui bayinya secara penuh atau hampir penuh
dan tetap amenore memiliki kemungkinan kurang dari 2 % untuk hamil selama 6
bulan pertama setelah melahirkan.
C. Kelebihan
- Untuk bayi :
1. Mendapat kekebalan pasif (mendapat antibody perlindungan dari ASI).
2. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tubuh kembang bayi
yang optimal.
3. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air susu lain atau
formula atau alat minum yang terpakai.
- Untuk ibu :
1. Mengurangi perdarahan postpartum
2. Mengurangi resiko anemia
3. Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi
- Efektifitas dari MAL adalah :
1. Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan)
2. Segera efektif
3. Tidak mengganggu senggama
4. Tidak perlu pengawasan medis
5. Tidak perlu obat atau alat
6. Tanpa biaya.

5
D. Kekurangan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pasca persalinan
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
3. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
E. Indikasi
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan
dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
F. Kontra Indikasi
a. Sudah mendapat haid setelah bersalin
b. Tidak menyusui secara eksklusif
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Wanita bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam

I.5.1.1.2. Coitus Interruptus


A. Definisi
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan penis dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

Gambar 2.

B. Cara Kerja

6
Penis dikeluarkan dari vagina sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum
dan kehamilan dapat dicegah.
C. Kelebihan
1. Kontrasepsi
Efektif bila dilaksanakan dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI,
dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya, tidak ada efek
samping, dapat digunakan setiap waktu, dan tidak membutuhkan biaya.
2. Non Kontrasepsi
Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB, untuk pasangan
memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.
D. Kekurangan
1. Efektifitas sangat tergantung pada kesetiaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus (angka kegagalan 4-27 kehamilan/ 100 perempuan per
tahun).
2. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi
masih melekat pada penis.
3. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.

E. Indikasi
1. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam KB.
2. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
memakai metode-metode lain.
3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode
yang lain.
5. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
F. Kontra Indikasi
1. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
2. Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
3. Suami yang memiliki kelainan fisik dan psikologi.

7
4. Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.
5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
Cara ini tentu memerlukan suami yang bertanggung jawab dan dengan
kemauan yang cukup besar, tapi mudah diterima, karena merupakan cara yang
dapat dirahasiakan tidak usah minta nasihat pada orang lain.8

I.5.1.1.3. Pantang Berkala


Pantang berkala adalah metode dimana pasangan suami istri menghindari
berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel
telur dari indung telur) terjadi 14 hari sebelum menstruasi yang akan datang, tapi
dapat terjadi pada hari ke 12 dan hari ke 16 sebelum haid. Jadi ke 5 hari itu
merupakan masa yang terlarang untuk koitus.
Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi
sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual.
Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari
sebelum ovulasi.

Gambar 3.

A. Menentukan Ovulasi
1. Metode kalender (metode Ogino Knaus).
2. Metode suhu basal.
3. Metode lendir cervix.
Ketiga metode ini dapat dikombinasikan, misalnya metoda
"Symptothermal" mengkombinasikan ketiga cara ini dan mengajar pada wanita
gejala-gejala lain dari ovulasi.8

8
1. Metode Kalender
Metode ritmik kalender merupakan metode dimana pasangan menghindari
berhubungan seksual selama periode subur wanita berdasarkan panjang siklus
menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi, jangka waktu sel telur masih dapat
dibuahi, dan kemampuan sperma untuk bertahan di saluran reproduksi wanita.
Siklus haid di catat 3 bulan terakhir. Periode subur seorang wanita dihitung
dari : (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang - 11)
= dua angka yang di peroleh merupakan range masa subur.
Contoh: Bila siklus terpendek seorang wanita adalah 28 hari, dan siklus
terpanjangnya 36 hari, maka periode suburnya adalah (28 – 18 = 10)
dan (36 – 11= 25) yang berarti hubungan seksual tidak boleh dilakukan
pada hari ke-10 sampai hari ke-25 siklus haid.
Masa aman hari ke 1-9 siklus haid dan hari 26-9 sesudah haid yang
akan datang.

2. Metode Suhu Basal


Metode pengukuran suhu tubuh berdasarkan perubahan temperatur.
Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika bangun tidur sebelum
beranjak dari tempat tidur). Suhu basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak
meningkat (kurang dari 1° Celsius) setelah ovulasi karena progesteron meningkat.
Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sejak hari pertama menstruasi
sampai 3 hari setelah kenaikan dari temperatur.
Suhu basal harus diukur dengan termometer yang khusus dan dicatat pada
kartu grafik tertentu. Pengukuran harus dilakukan setiap hari, yaitu pada pagi hari
sebelum bangun dari tempat tidur dan sebelum makan atau minum.
Metode suhu basal tidak dapat digunakan pada remaja dan dalam
klimakterium, karena sering siklus yang ovulatoir diselingi denga siklus yang
anovulatoir.
Pengukuran ini secara oral (3 menit) atau rektal (1 menit). Kekurangan
dari cara ini ialah bahwa kita hanya dapat menentukan masa aman post ovulasi.
Karena itu sering dikombinasikan dengan metoda kalender untuk menentukan
masa tidak subur pre-ovulasi.

9
Jadi pelaksanaannya yaitu, masa aman pre-ovulasi ditentukan dengan
metode kalender atau dengan mengurangi 6 hari dari kenaikan suhu yang paling
dini yang telah tercatat selama 6 bulan. Masa aman post ovulasi ialah 3 hari
setelah kenaikan suhu basal.8

3. Metode Lendir Cervix


Dasarnya ialah perubahan kualitatif dan kuantitatif dari lendir cervix karena
pengaruh hormon ovarium. Perubahan ini dapat dibagi dalam 5 fase yaitu :
1. Fase 1: masa "kering" segera setelah menstruasi, karena kadar estrogen yang
rendah, kurang merangsang sekresi.
2. Fase 2: pada masa pre-ovulasi dini kadar estrogen mulai naik dan akibatnya
ialah sekresi lendir yang keruh dan liat.
3. Fase 3: hari-hari "basah" beberapa waktu sebelum dan sesudah ovulasi. Pada
masa ini kadar estrogen mencapai puncak, maka lendir berubah menjadi jernih,
licin, sifatnya seperti putih telur.
4. Fase 4: masa post ovulasi di mana kadar progesteron naik, sehingga lendir
berkurang sekali dan menjadi keruh dan liat.
5. Fase 5: masa pre-menstruasi di mana lendir kadang-kadang menjadi jernih lagi
dan sangat cair, tapi fase ini tidak selalu terjadi.

Masa subur mulai terjadi pada hari pertama adanya lendir cervix pasca haid
(fase 2) dan berlangsung sampai 4 hari sesudah keluarnya lendir yang jernih dan
licin (fase 3), hari lainnya merupakan masa yang aman. Sejak tahun 1950 metode
lendir cervix dikombinasikan dengan metode suhu dan kalender dan gejala lain
dari ovulasi, dikenal sebagai metoda symptothermal.
Metoda lendir cervix dikenal juga sebagai metoda Billings. Jelas bahwa
wanita yang ingin mempergunakan metoda ini harus tahu membedakan perasaan
basah atau kering dan sifat liat atau licin, jadi harus pandai juga memeriksa
lendirnya sendiri.
B. Efektivitas
Efektivitas pantang berkala rendah, angka kegagalan sekitar 30 per 100
women years. Tentu ada perbedaan antara metoda kalender, metoda suhu basal
dan metoda lendir cervix. Di antara tiga cara ini metoda suhu basal paling baik
hasilnya.

10
C. Komplikasi
Karena cara ini tidak memakai obat atau alat maka tentu tidak ada bahaya
bagi pemakainya. Walaupun begitu beberapa laporan mengemukakan bahwa
mungkin terjadi kelainan janin, kalau terjadi kehamilan pada waktu melaksanakan
pantang berkala. Diduga bahwa ini disebabkan oleh spermatozoa atau ovum yang
tua.8

I.5.1.2. Dengan Alat atau Obat


I.5.1.2.1. Kondom
A. Definisi
Kondom adalah metode mengumpulkan air mani dan sperma di dalam
kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita.7

B. Cara Pakai
1. Buka kondom secara perlahan untuk mencegah kerusakan (jangan
menggunakan gigi atau benda tajam).
2. Pasang kondom dalam keadaan penis ereksi dan sebelum kontak dengan
pasangan.

3. Pastikan tidak ada udara yang terjebak di ujung kondom.

4. Pastikan penggunaan pelumas yang cukup (dapat menggunakan pelumas


tambahan).

5. Gunakan hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika menggunakan


kondom (pelumas dengan bahan dasar minyak dapat melemahkan lateks).
6. Pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan untuk mencegah
terlepasnya kondom, keluarkan kondom dari vagina dalam keadaan penis
ereksi.

11
Gambar 4.

C. Kelebihan
1. Cukup efektif (kegagalan biasanya karena kelalaian pihak si pemakai),
efektivitas kondom dapat ditingkatkan dengan penambahan spermicide.
Kegagalan 3 per 100 tahun exposure. 5
2. Murah.
3. Merupakan suatu cara yang sederhana dan non-medis
4. Tidak mempunyai efek sampingan.
5. Perlindungan terhadap penyakit kelamin dan juga terhadap infeksi alat
kandungan lainnya seperti trichomoniasis dan moniliasis.5

Gambar 5.

12
I.5.1.2.2. Diafragma
A. Definisi
Diafragma bentuknya hampir menyerupai kondom. Diafragma berbentuk
seperti topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma terbuat dari bahan karet
namun agak tebal dibanding dengan kondom.
Diafragma cukup efektif dalam mencegah kehamilan yang cara kerjanya
hanya dimasukkan ke dalam vagina, untuk mencegah masuknya sperma ke dalam
rahim. Biasanya dipakai bersamaan dengan spermicide.5

B. Macam-macam Diafragma
1. Diafragma
Ini bentuk yang paling sering dipakai. Terbuat dari karet dan berbentuk
setengah bola, pinggirnya mengandung per datar atau berbentuk spiral. Dibuat
dalam berbagai ukuran dari diameter 45 mm sampai 105 mm yang paling
sering dipakai ialah dengan diameter 70 mm, 75 mm, 80 mm.

Gambar 6.
2. Vault Cap
Juga berbentuk setengah bola, pinggirnya tidak berper. Ukurannya dari
50-74 mm.

13
Gambar 7.
3. Cap cervix (cervical cap)
Terbuat dari karet dan menutup cervix dengan rapat. Ada yang
mempunyai tali untuk memudahkan pengeluarannya. Ukurannya antara 22-31
mm.

Gambar 8.

4. Plastik ortho-cervical cap.


Terbuat dari plastik, dapat dipakai terus-menerus kecuali pada waktu
menstruasi.

14
Gambar 9.
5. Vimule cap
Terbuat dari karet.

Gambar 10.

C. Cara Penggunaan
1. Pinggir diafragma ditekan antara ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kanan,
sehingga berbentuk panjang.
2. Masukan sepanjang dinding belakang vagina sampai di fornix posterior,
sedangkan ujung belakang disandarkan pada symphysis.
3. Tentukan letak diafragma dengan meraba cervix melalui bola karet.
4. Diafragma hanya cukup efektif jika dipakai dengan obat spermicide yang
diletakkan pada permukaan karet yang menghadap ke cervix. Obat ini
sebaiknya juga diletakkan pada pinggir diafragma.
5. Mengeluarkan diafragma dengan mengait pinggir diafragma di belakang
symphysis.7
6. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam setelah senggama.

15
Gambar 11.

D. Syarat Pemasangan Diafragma


1. Tidak ada prolaps yang berat.
2. Tonus vagina baik.
3. Pasien harus dapat meraba cervixnya.
4. Cervix tidak luka.
E. Kelebihan
Dapat digunakan selama menyusui, tidak ada risiko gangguan kesehatan,
melindungi dari PMS.

F. Kekurangan
Angka kegagalan tinggi kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita,
peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan,
ketidaknyamanan, pemasangan sulit.5

I.5.1.2.3. Spermisida
A. Definisi
Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang berbahan kimia yang dapat
membunuh sperma.
B. Cara Kerja
Spermisida vaginal mengandung surfaktan atau agen-agen yang bersifat
asam sebagai bahan aktifnya (kinin, tapi kemudian dipakai juga acidum boricum,
acidum lacticum, chinosol, hexyl resorcinol, acidum ricinoleicum dan

16
formaldehyde), menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
A. Macam-macam Spermisida
1. Aerosol

Gambar 12.
2. Tablet busa
3. Suppositoria
4. Film/Tissue

Gambar 13.
5. Krim/Jelly

17
Gambar 14.

D. Cara Penggunaan
Alat dimasukkan ke dalam vagina 5-10 menit sebelum koitus. Douching
atau pembilasan tidak boleh dilakukan sebelum 6-8 jam setelah koitus, agar tidak
melarutkan spermisida.7
E. Kekurangan
Kurang efektif karena dapat menimbulkan ketidaknyaman, ketidakpuasan
pasangan dalam mencapai orgasme dan menimbulkan alergi yang tidak enak.
Keefektifan alat kontrasepsi ini dinilai efektif apabila dikombinasikan
dengan alat lain seperti kondom atau diafragma. Angka kegagalan cukup tinggi
sekitar 22,5 per 100 perempuan.7

Gambar 15.

I.5.2. Kontrasepsi Modern


I.5.2.1. Hormonal
Kontrasepsi hormonal dapat diberikan melalui berbagai cara, misalnya
diminum (oral kombinasi, oral progestin), ditempelkan di kulit (patch), ditanam di
bawah kulit (implant progestin), atau disuntikkan di otot (suntik kombinasi, suntik
progestin).

18
Hormon yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembuahan yaitu
estrogen dan progestin (obat yang mirip dengan progesteron). Kontrasepsi
hormonal mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovarium melepaskan
sel telur atau menjaga lendir serviks tetap tebal sehingga sperma tidak dapat
masuk melalui serviks ke dalam rahim, membuat lapisan dalam rahim menjadi
tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi
lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur. 3

I.5.2.1.1. Kontrasepsi Peroral Kombinasi


A. Definisi
Mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah
kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi.
Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang
mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan
kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy).

Gambar 16.

21 tablet masing-masing mengandung 0.15 mg Levonorgestrel dan 0.03 mg


Etinilestradiol serta 7 tablet plasebo.
B. Mekanisme Kerja
Estrogen dan progesteron bekerja secara sinergis, menghasilkan efek
multiple pada sistem HPO (Hypothalamus-Pituary-Ovary) selama siklus
menstrual, yang pada akhirnya akan menghambat ovulasi secara efektif.

19
Menurut Lipsett (1983) pada wanita normal, peningkatan sekresi estrogen
oleh folikel ovarium sebelum ovulasi akan memicu pelepasan hormon LH yang
merupakan penyebab ovulasi. Tetapi karena pemberian estrogen rendah, sehingga
peningkatan puncak hormon LH pun tidak akan terjadi. Hormon progesteron
bekerja melalui 3 macam mekanisme berbeda :
1. Pada dosis tinggi akan menekan sekresi gonadotropin, sehingga akan
menghambat ovulasi.
2. Menurunkan reseptor estrogen endometrium, sehingga dinding endometrium
menjadi atropi dan tidak reseptif terhadap implantasi.
3. Mengubah karakteristik lendir serviks dari lapisan tipis menjadi lapisan
mukoid tebal untuk mencegah penetrasi sperma.8

F. Kontra Indikasi
1. Ibu menyusui atau kurang dari 6 bulan setelah melahirkan
2. usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari
3. riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru
4. riwayat sakit jantung dan stroke
5. riwayat kanker payudara
6. diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati, penyakit vaskular, atau
diabetes > 20 tahun
7. sirosis berat dan kanker hati
D. Kelebihan
1. Efektivitas kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun
penggunaan pertama. Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi
obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan
berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan
fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada
wanita pemakai pil KB.
2. mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium.
3. menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan dengan
menstruasi.
4. menghaluskan kulit dengan jerawat sedang.

20
E. Kekurangan
1. Tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui, dapat mengurangi jumlah air
susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil
terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu
menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin,
yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
2. Tidak melindungi dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
3. Harus diminum setiap hari. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus
diminum sesegera mungkin setelah ingat, dan pack tersebut harus
dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka pack pil
harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti
kondom untuk mencegah kehamilan.
4. Membutuhkan resep dokter
F. Efek Samping
1. Mual, nyeri tekan pada payudara, sakit kepala.
2. Perdarahan tidak teratur (umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian).
Perdarahan irregular diantara siklus menstruasi dengan penurunan volume
darah tiap siklus.
3. Meningkatkan tekanan darah (dapat kembali normal bila oral kombinasi
dihentikan).
4. Menyebabkan bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis
tinggi). Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan
setelah melahirkan sebelum memulai oral kombinasi karena peningkatan
risiko terbentuknya bekuan darah di tungkai.
5. Meningkatkan faktor risiko penyakit jantung dan risiko stroke (pada wanita
usia > 35 tahun).
6. Memiliki efek metabolik, diabetogenik yang tinggi. Komponen estrogen
menyebabkan naiknya kadar HDL dan turunnya kadar LDL, sementara
komponen progestin justru memiliki efek sebaliknya. Estrogen
meningkatkan konsentrasi serum trigliserida dengan meningkatkan VLDL.

21
Progestin menurunkan toleransi glukosa dan meningkatkan resistensi
terhadap insulin.8
G. Pengembalian Kesuburan
Ketika dihentikan, maka kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan
ini bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka tidak ada
perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi oral dan yang
tidak.
Perlindungan kontraseptif maksimal dicapai setelah 7 hari penggunaan,
maka dari itu penggunaan segera (dalam waktu seminggu) setelah menstruasi
berakhir atau setelah suatu aborsi mengoptimalkan efikasi.3

I.5.2.1.2. Kontrasepsi Peroral Progestin (Mini Pil)

Definisi
Preparat ini hanya mengandung hormon progesteron, sehingga bila
dibandingkan dengan preparat kontrasepsi kombinasi peroral efikasinya lebih
rendah.
Secara teoritis efektivitasnya mencapai 99% sedangkan efektivitas
penggunaannya mencapai 96%-97%.9 Preparat ini juga merupakan alternatif
pilihan bagi ibu menyusui karena progestin tidak mempengaruhi laktasi.3
Preparat ini mengandung progesteron dosis rendah (Mini pil), umumnya
microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol, (35 pil) norethindrone 350 μg,
atau (28 pil) norgestrel 75 μg yang dikonsumsi setiap hari secara terus-menerus.

22
Gambar 17.
A. Kelebihan
Kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil), menurunkan kejadian
menoragia dan anemia. Dapat digunakan pada wanita menyusui. Mencegah
terjadinya kanker endometrium, tidak memiliki efek samping yang berkaitan
dengan estrogen (bekuan darah di vena tungkai). Efektivitas kehamilan terjadi
pada 0,5 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama. Pengembalian
kesuburan cepat ketika pil dihentikan
B. Kekurangan
Harus diminum di waktu yang sama setiap hari, kurang efektif dibandingkan
oral kombinasi, membutuhkan resep dokter
C. Efek Samping
Penambahan berat badan, jerawat, kecemasan, angka kejadian terjadinya
perdarahan tidak teratur tinggi.
I.5.2.1.3. Kontrasepsi Suntik Kombinasi
A. Definisi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroxyprogesteron acetat dan
5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofem), dan
50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi I.M.
sebulan sekali.

Gambar 18.

23
B. Cara Kerja
1. Menekan ovulasi
2. Membuat lendir serviks menjadi lebih kental sehingga penetrasi sperma
terganggu.
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba

C. Efektifitas
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.

D. Kelebihan Dan Kekurangan


Kelebihan Kekurangan
 Tidak berpengaruh terhadap  Terjadi perubahan pola haid
hubungan seksual  Ketergantungan pasien terhadap
 Tidak diperlukan pemeriksaan pelayanan kesehatan
dalam  Mual, sakit kepala dan nyeri
 Jangka panjang dan efek samping payudara
kecil  Dapat terjadi efek samping yang
 Mengurangi jumlah perdarahan serius seperti serangan jantung,
dan nyeri stroke, dll.
 Mencegah anemia  Penambahan BB
 Mengurangi penyakit payudara  Tidak menjamin perlindungan
jinak dan kista ovarium terhadap IMS
 Mencegah kehamilan ektopik  Pemulihan kesuburan terlambat

24
E. Indikasi Dan Kontraindikasi
Indikasi Kontraindikasi
 Usia reproduksi  Hamil/ diduga hamil
 Ingin mendapatkan kontrasepsi  Menyusui dibawah 6 minggu
dengan efektifitas tinggi pascapersalinan
 Menyusui ASI pascapersalinan >  Perdarahan pervaginam yang
6 bulan belum jelas penyebabya
 Pascapersalinan dan tidak  Usia > 35 tahun yang merokok
menyusui  Riwayat penyakit jantung, stroke
 Anemia atau dengan tekanan darah
 Nyeri haid hebat tinggi (>180/110 mmHg)
 Riwayat kehamilan ektopik  Kelainan pembuluh darah yang
 Haid teratur menyebabkan sakit kepala/
 Sering lupa menggunakan pil migrain
kontrasepsi  Keganasan payudara

F. Waktu Suntikan Kombinasi


1. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.
2. Pascapersalinan > 6 bulan, bila tidak menyusui
3. Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat diberikan dalam waktu 7 hari

G. Cara Penggunaan
Suntikan kombinasi dapat diberikan setiap 1 bulan sekali dan pasien diminta
datang setiap 4 minggu. Tempat penyuntikan secara intramuskuler (IM) di daerah
bokong.

I.5.2.1.4. Kontrasepsi Suntik Progesteron


A. Jenis
1. Depo medrokxyprogesteron acetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah
bokong).

25
2. Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.

Gambar 19.

B. Cara Kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba

C. Efektifitas
Efektifitas tinggi (0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun)

D. Kelebihan Dan Kekurangan


Kelebihan Kekurangan
 Tidak berpengaruh terhadap  Terjadi gangguan pola haid: siklus
hubungan seksual memendek/ memanjang,
 Tidak memiliki pengaruh perdarahan banyak/ sedikit,
terhadap ASI spotting atau tidak haid

26
 Dapat digunakan oleh  Terjadi penambahan BB
perempuan > 35 tahun sampai  Terlambat kembali ke kesuburan
perimenopouse  Tidak menjamin perlindungan
 Membantu mencegah Ca terhadap IMS
endometrium dan kehamilan  pasien sangat bergantung pada
ektopik sarana pelayanan kesehatan
 Menurunkan kejadian penyakit
jinak payudara

E. Indikasi Dan Kontraindikasi


Indikasi Kontraindikasi
 Usia reproduksi  Hamil/ dicurigai hamil
Menghendaki kontrasepsi jangka  Perdarahan pervaginam yang
panjang dengan efektifitas belum jelas penyebabnya
tinggi  Tidak dapat menerima terjadi
 Menyusui dan membutuhkan gangguan haid, terutama
kontrasepsi yang sesuai amenorea
 Setelah melahirkan dan tidak  Menderita kanker payudara atau
menyusui riwayat kanker payudara
 Pasca abortus/ keguguran  Diabetes melitus disertai
 Sering lupa menggunakan pil komplikasi
kontrasepsi

F. Waktu Suntikan Progestin


A. Setiap saat selama siklus haid, jika tidak hamil
B. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat jika
tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh berhubungan
seksual.

G. Cara Penggunaan
Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan sekali diberikan secara
intramuskular (IM) di daerah bokong (1/3 SIAS (spina iliaka anterior superior)
90º) suntikan diberikan setiap 90 hari.

I.5.2.1.5. Kontrasepsi Implant


A. Definisi

27
Kontrasepsi implan/susuk adalah alat kontrasepsi hormonal yang
ditempatkan di bawah kulit (ditanam dibawah kulit).
B. Macam-macam alat kontrasepsi implan
Kontasepsi implan terdiri dari:
- Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm diameter 2,4 mm berisi 36 mg levonorgestrel dan lama kerja 5
tahun
- Implanon, terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang ± 40 mm dan
diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerja 3
tahun.
- Jedena dan indoplant, terdiri dari 2 batang berisi 75 mg levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun.

Gambar 20.

Gambar 21.

C. Efektifitas dan keuntungan alat kontrasepsi implan


Kontrasepsi implan sangat efektif (0,2 – 1 kehamilan/100 perempuan)

28
D. Kelebihan
1. Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
2. Pengembangan tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
3. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4. Bebas dari pengaruh estrogen
5. tidak mengganggu ASI dan tidak mengganggu sangggama
6. pasien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
7. dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
E. Kekurangan
Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
(spotting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid serta amenorea.
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan. Tidak
memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat TBC atau obat epilepsi.
F. Indikasi
1. usia reproduksi
2. telah memiliki anak ataupun belum
3. menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang
4. menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5. pascapersalinan dan tidak menyusui
6. pascakeguguran
7. tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
8. riwayat kehamilan ektopik
9. tekanan darah <180/110>
10. sering lupa menggunakan pil
G. Kontra Indikasi
1. hamil atau diduga hamil
2. perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4. tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5. mioma uterus dan kanker payudara

29
6. gangguan toleransi glukosa
H. Waktu Menggunakan implant
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid,
pasien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan alat
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
2. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi
dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak memerlukan
kontrasepsi lain.
3. Pada pasien pasca keguguran implan dapat langsung diinsersikan.
4. Lokasi insersi: lengan atas bagian dalam, 8 cm di atas lipatan siku.
I. Efek Samping
1. amenorea
2. perdarahan bercak (spotting ringan)
3. ekspulsi
4. infeksi pada daerah insersi
5. berat badan naik/turun
J. Cara Kerja
1. mengentalkan lendir serviks
2. mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
3. mengurangi transportasi sperma
4. menekan ovulasi
K. Instruksi pada pasien pengguna alat kontrasepsi implan
1. Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama,
untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
2. pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan, hindari benturan, gesekan atau
penekanan pada daerah insersi.
3. balutan penekanan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester
dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).

I.5.2.1.6. Kontrasepsi Patch

30
Patch melepaskan 20µg ethinyl estradiol dan 150 µg norelgestromin.
Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil).
Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.
Dapat ditempatkan pada lengan, pantat, atau perut, dan bagian lainnya.5

Gambar 22.

Gambar 23.

I.5.2.1.7. Kontrasepsi Postkoitus atau Kontrasepsi Emergensi


A. Jenis
1. Pil Progestin mengandung hormone progestin (levenorgestrel). Pil ini dapat
mengurangi risiko kehamilan sebesar 88% (12 orang hamil dari 100 orang
yang memakai pil ini dalam setahun). Salah satu pil ini adalah Postinor-2,
tablet pertama harus dikonsumsi dalam waktu 72 jam setelah berhubungan
seks tanpa pemakaian alat kontrasepsi. Tablet kedua harus diminum dalam

31
waktu 12 jam setelah tablet pertama. Bisa diminum 2 sekaligus dalam waktu
72 jam setelah berhubungan seks tanpa pemakaian alat kontrasepsi.
2. Pil Kombinasi menggunakan hormone progestin dan estrogen. Pil ini
mengurangi resiko kehamilan sebesar 75%. Pil kondar kombinasi salah
satunya adalah Microgynon, dengan cara pemakaian yang sama seperti pil
progestin.

Gambar 23.

Gambar 24.

B. Indikasi

32
1. Kesalahan dalam pemakain kontrasepsi seperti :
- kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya
- Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat
- Kegagalan senggama terputus (ejakulasi di vagina atau genetalia eksternal)
- Salah hitung masa subur
- AKDR ekspulsi
- Lupa minum pil KB lebih dari dua tablet
- Terlambat lebih dari satu minggu untuk suntik KB yang setiap bulan
- Terlambat lebih dari dua minggu untuk suntik KB tiga bulanan
2. Kasus Pemerkosaan.
3. Tidak menggunakan kontrasepsi.

C. Mekanisme Kerja
Kontrasepsi emergensi menginhibisi sekresi normal gonadotropin dan
akan mengganggu fungsi korpus luteum yang berguna untuk mempertahankan
kehamilan. Selain itu, kontrasepsi emergensi juga menyebabkan berubahnya
reseptifitas endometrium untuk menerima nidasi, mempengaruhi fertilitas dengan
produksi mukus serviks yang tebal sehingga mengurangi penetrasi sperma serta
transport sperma, ovum atau embrio pada tuba falopii.3
D. Efek Samping dan Kontraindikasi
Efek samping yang sering terjadi adalah mual yang biasanya diikuti
muntah.
Kontrasepsi emergensi tidak boleh diberikan bila implantasi telah terjadi
karena potensi teratogenik estrogen dapat menyebabkan abnormalitas kongenital.3

I.5.2.1.8. Ring Vagina


Cincin ini terbuat dari plastik fleksibel dan memberikan hormon estrogen
and progesteron, seperti pil kombinasi. Ring vagina ini berdiameter 5 cm. Cara
pemakaian : masukkan cincin ke vagina dengan cara menekan kedua tepi cincin
secara bersamaan. Keluarkan cincin tiga minggu kemudian dan setelah itu selama
satu minggu akan menstruasi. Pemakaian Ring Vagina ini hanya bisa melalui
resep dokter.5

33
Gambar 25.

I.5.2.2. Non- Hormonal


I.5.2.2.1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD (Intra Uterine Devices) atau
yang lebih dikenal sebagai alat kontrasepsi spiral. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR/IUD) atau spiral ini ada yang terbuat dari plastik seperti huruf S (Lippes
Loop), tembaga yang berbentuk seperti angka 7 (tujuh/ Copper Seven) dan huruf
T (Copper T) serta ada yang berbentuk seperti sepatu kuda (Multiload).
Metode kontrasepsi dengan menggunakan IUD adalah menginsersikan suatu alat
kedalam uterus. Ada 2 jenis IUD, yaitu :
1. IUD Tanpa Medikasi
IUD jenis ini tahan lama, tak perlu adanya penggantian atau pelepasan sampai
efek kontraseptifnya sudah tidak diinginkan lagi (misal, menopause).Tersedia
dua macam bentuk, yaitu Saf-T-Coil dan Lippes Loop (huruf S, terbuat dari
plastik).
2. IUD Dengan Medikasi
IUD yang dilengkapi dengan medikasi akan menambah efikasi dari bahan
inertnya itu sendiri. Tersedia dua pilihan, sesusai dengan medikasi yang
melengkapinya, yaitu :
A. Progestasert (Mirena); IUD yang dilengkapi dengan hormon progesteron.
IUD jenis ini harus diganti setiap tahun. Mirena (5 tahun) mengandung
20µg levonogestrel yang menghambat ovulasi dan menyebabkan
penebalan mukus serviks sehingga menghambat penetrasi sperma. Selain

34
itu, sama seperti Paragard (10 tahun), Mirena (yang dianggap sebagai
‘benda asing’ di uterus) juga menstimulasi pengeluaran mediator
inflamasi yang bersifat spermisidal dan ovisidal.
B. Cu-7; IUD yang dilengkapi dengan ion tembaga. IUD jenis ini harus
diganti tiap 3-5 tahun.6 IUD jenis ini bekerja dengan cara menstimulasi
pengeluaran sel leukosit dan mediator radang prostaglandin oleh
endometrium akibat adanya selubung tembaga yang bersifat inflamatif.
Adanya leukosit dan prostaglandin bersifat spermisidal dan ovisidal.
Selain itu diduga IUD dengan tembaga menghambat perkembangan
embrio pada masa pra implantasi.

Jenis IUD yang tersedia tahun 2004. ParaGard (kiri) dan Mirena (kanan).
Gambar 26.

A. Waktu Pemakaian
IUD dapat diinsersikan kedalam uterus kapan saja, tetapi lebih sering pada
saat menstruasi dimana mulut serviks berdilatasi, dan kehamilan dapat dipastikan
tidak terjadi. Setelah suatu kehamilan aterm, insersi IUD harus menunggu
sempurnanya involusi uterus (4-8 minggu) untuk mengurangi resiko perforasi
uterus dan ekspulsi IUD secara spontan. Namun pemasangan IUD dapat
dilakukan sesegera mungkin setelah aborsi pada trimester pertama. IUD juga
efektif memberikan perlindungan kontraseptif bila digunakan dalam 3 hari setelah
koitus beresiko.

35
Namun disarankan bagi wanita yang menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam
rahim ini harus melakukan pemeriksaan ulang, 2 minggu sekali, 3 bulan sekali, 6
bulan sekali atau 1 tahun sekali setelah pemasangan alat konrasepsi ini.
B. Kelebihan
Dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama 3-10 tahun dan tidak
mempengaruhi produksi ASI bagi ibu yang sedang dalam menyusui. 6 Murah, dan
jika ingin hamil, kesuburan dapat dikembalikan dengan cepat setelah
melepaskannya. Spiral progestogen memiliki manfaat tambahan mengurangi
perdarahan haid.
C. Kekurangan
Dapat menimbulkan infeksi vagina, pendarahan, keputihan yang
disebabkan dari benang pada alat kontrasepsi yang digunakan.

Gambar 27.

D. Mekanisme Kerja
IUD tidak mencegah konsepsi, tapi mencegah implantasi blastokista ke
endometrium dengan efek kombinasi yang mengubah kondisi biokimia
endometrium sehingga tidak dapat menerima nidasi. Segera setelah insersi IUD,
terjadi infiltrasi leukosit sebagai reaksi inflamasi steril di endometrium. Kadar
serum immunoglobulin meningkat, sehingga kadar immunologik normal
endometrium untuk dapat dinidasi tidak tercapai. Akibatnya implantasi pada
endometrium tidak terjadi. Selain itu, IUD juga mampu menghambat transportasi
sperma.

36
Bahan aktif pada IUD dengan medikasi, menambah efek yang sudah ada.
Penambahan ion tembaga pada sediaan Cu-7 menghambat sintesis dan penebalan
mukus endometrial juga dapat menghambat implantasi. Adanya tembaga
menyebabkan produksi prostaglandin yang dapat menstimulasi reaksi inflamasi
menjadi lebih banyak. Ion tembaga juga dapat mengurangi motilitas sperma dan
menghambat pertumbuhan gonococcus in vitro.
Pemasangan IUD setinggi fundus uteri memaksimalkan efikasi, karena pada
pemasangan yang rendah mudah terjadi ekspulsi parsial. Hal ini mengurangi
efikasi dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi.6
E. Efek Samping
1. Rasa tidak nyaman
2. Perdarahan tidak teratur
Dapat terjadi pada bulan-bulan pertama penggunaan IUD. Menstruasi terjadi
lebih awal, dengan volume total darah yang dikeluarkan berkurang, tapi
sering terjadi spotting. Menorrhagia, terutama pada penggunaan preparat
ParaGard (IUD dengan tembaga). Sebaliknya preparat Mirena menyebabkan
amenorrheae pada 30-60% pasien.
3. Alergi
4. Kehamilan ektopik
Kehamilan, bila terjadi selama penggunaan alat kontrasepsi IUD, lebih
sering terjadi ektopik dibandingkan dengan penggunaan alat kontrasepsi
lainnya. Resiko kehamilan ektopik tertinggi pada penggunaan progestasert
yaitu 16% dari kehamilan yang terjadi, sedangkan penggunaan IUD jenis
lain hanya 4%. Kejadian kehamilan ektopik dapat meningkat seiring dengan
lamanya penggunaan IUD. Kehamilan ektopik harus dicurigai bila terjadi
kehamilan dengan IUD in situ atau bila abdominal pain dan perdarahan
abnormal terjadi.
5. Pelvic inflammatory Disease (PID)
Kejadian PID meningkat 3 – 5 kali dengan penggunaan IUD, dimana resiko
pada wanita nulligravida lebih besar. Diagnosis PID sebaiknya
dipertimbangkan bila ditemukan adanya abdominal pain, sekret vaginal
yang abnormal dan demam. Bila infeksi yang terjadi ringan dan membaik

37
setelah 1 – 2 hari diobati dengan antibiotik, IUD boleh dipertahankan.
Namun pada infeksi serius, IUD harus dilepaskan dan segera diberi terapi
antibiotik dosis tinggi.
6. Perforasi uterus
Kesalahan pada pemasangan atau penempelan IUD pada endometrium
karena IUD yang telah terpasang dapat bergeser.
F. Kontraindikasi
IUD tidak boleh digunakan pada wanita hamil, pasien dengan perdarahan
genital tanpa sebab yang jelas, pasien dengan suspek atau diagnosa karsinoma
uteri, pasien dengan infeksi pelvis akut dan resiko terjangkit PID tinggi, pasien
dengan adanya riwayat kehamilan ektopik, dan pasien dengan uterus kecil atau
kanal servikal yang stenosis.6
G. Efektifitas
Efektifitas yang sama seperti sterilisasi tuba (American College of
Obstetrician and Gynecologist, 2003) dan menurunkan angka kehamilan yang
tidak dikehendaki setelah satu tahun penggunaan (Vessey et.al, 1983). Preparat
Mirena memiliki angka kegagalan sekitar 0,1%, lebih rendah dibanding preparat
ParaGard (Rowe, 1992).

I.5.3. Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi)


A. Syarat
1. Sukarela
Secara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara
kontrasepsi.
2. Bahagia
Calon peserta dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah
dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan
jasmani. Umur istri paling muda sekitar 25 tahun.

38
3. Sehat

B. Tujuan
Dalam perkembangan sejarahnya, sejak dulu sampai sekarang tercatat
4 macam sterilisasi berdasarkan tujuannya :
1. Sterilisasi hukuman (compulsary sterilization).
2. Sterilisasi eugenik, yaitu untuk mencegah berkembangnya kelainan mental
secara turun temurun.
3.Sterilisasi medis, yaitu dilakukan berdasarkan indikasi medis demi
keselamatan wanita tersebut karena kehamilan berikutnya dapat
membahayakan jiwanya.
4. Sterilisasi sukarela, yaitu yang bertujuan ganda dari sudut kesehatan,
sosial ekonomi, dan kependudukan.

C. Jenis Sterilisasi
1. Tubektomi
a. Definisi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan secara permanen.
b. Mekanisme Kerja
1) Memotong Tuba (tubektomi)
a) Cara Pomeroy
Cari tuba lalu angkat pada pertengahannya sampai membentuk lengkungan.
Bagian yang berada dibawah klem, diikat dengan benang yang dapat diserap oleh
jaringan. Lakukan pemotongan (tubektomi) pada bagian atas ikatan, setelah luka
sembuh dan benang ikatan diserap, kedua ujung tuba akan berpisah satu
dan lainnya.

39
Gambar 28.
b) Cara Kroener
Cari tuba lalu angkat pada fimbria dengan klem, buat dua ikatan, lakukan
fimbriektomi pada ujung yang tidak diikat.

Gambar 29.
c) Cara Madlener
Cari tuba, angkat pada pertengahannya dan klem. Bagian bawah klem,
diikat dengan benang yang mudah diserap oleh jaringan, kemudian klem dilepas
dan dibiarkan tanpa dilakukan pemotongan.

40
Gambar 30.
d) Cara Aldridge
Buat insisi kecil pada peritonium, buka sedikit dengan klem. Fimbira, lalu
tanamkan kedalam atau dibawah ligamentum. Luka dijahit dengan beberapa
jahitan.

Gambar 31.

e) Cara Uchida
Tuba dicari dan dikait keluar, kemudian disekitar ampula tuba disuntikkan
larutan salin-adrenalin. Didaerah ini di lakukan insisi kecil, tuba diikat kemudian
dipotong (tubektomi).

41
Gambar 32.
f) Cara Irving
Tuba diikat pada dua tempat dengan benang yang dapat diserap, lalu
dilakukan tubektomi diantara kedua ikatan. Dibuat insisi kecil kedalam
miometrium pada sudut tuba fundus uteri. Ujung sebelah proksimal dibenamkan
kedalam insisi miometrium tadi. Ujung bagian distal boleh pula dibenamkan ke
ligamentum latum.

Gambar 34.
2) Dengan menjepit saluran telur :
Menggunakan klip atau menggunakan cincin (cincin Fallopi dan Yoon).

42
Gambar 35.

3) Membakar saluran telur menggunakan aliran listrik


Fulgurasi, Koagulasi, dan Kauterisasi.

Gambar 36.
c. Kelebihan
1. Sangat efektif (0,2 – 4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan)
2. Permanen
3. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
4. Tidak bergantung pada faktor sanggama

43
5. Baik bagi pasien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius
6. Pembedahan sedarhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
7. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
8. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium)
9. Berkurangnya risiko kanker ovarium
d. Kekurangan
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi
2. Pasien dapat menyesal di kemudian hari
3. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
4. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/ AIDS
e. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontraindikasi
- usia > 26 tahun - hamil
- paritas > 2 - perdarahan vaginal yang belum
- yakin telah mempunyai besar terjelaskan
keluarga sesuai dengan - infeksi sistemik atau pelvik yang
kehendaknya akut
- pada kehamilannya akan - tidak boleh menjalani proses
menimbulkan risiko kesehatan pembedahan
yang serius - kurang pasti mengetahui
- pascapersalinan keinginannya untuk fertilitas di
- pascakeguguran masa depan
- paham dan secara sukarela setuju - belum memberikan persetujuan
dengan prosedur ini tertulis

f. Waktu Dilakukan

44
1. Masa interval.
Sebaiknya setelah selesai menstruasi.
2. Pasca persalinan (postpartum).
Sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam pasca
persalinan. Karena setelah lebih dari 48 jam, opeasi dipersulit oleh adanya
edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan fertilisasi. Bila
dilakukan setelah hari ke 7-10 pasca bedah, uterus dan alat-alat genital lainnya
telah mengecil, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah, dan infeksi.
3. Pasca keguguran (postabortus).
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi.
4. Sewaktu operasi membuka perut.
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya
harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk
dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri
karena kesempatan ini dapat sekaligus digunakan untuk melakukan kontrasepsi
mantap.

2. Vasektomi
a. Definisi
Vasektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang pria secara permanen.
b. Mekanisme kerja
Menghentikan reproduksi pria dengan melakukan oklusi vasa deferensia
sehingga transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan
ovum) tidak terjadi.

45
c. Kelebihan
1. Efektif
2. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3. Sederhana.
4. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
5. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja.
6. Biaya rendah.
d. Kekurangan
1. Diperlukan suatu tindakan operatif.
2. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi
3. Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat
oklusi vas deferens, dikeluarkan.
4. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem
reproduksi pria.
e. Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

46
f. Kondisi khusus bagi tindakan vasektomi
1. Infeksi kulit pada daerah operasi
2. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan pasien
3. Hidrokel atau varikokel yang besar
4. Hernia inguinalis
5. Filariasis (elefantiasis)
6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskrotalis
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoagulansia

DAFTAR PUSTAKA

47
1. Albar, Erdjan. 2007. Ilmu Kandungan “Kontrasepsi”, Edisi Kedua Cetakan
Kelima. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman
535-537
2. Myrnawati, 1979. Mengapa Mereka Memilih Sterilisasi, Perkumpulan
untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia, Jakarta.
3. Sosrohadikoesoemo, Soemiani , 1984. Pil, Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional Propinsi Jawa Tengah Bidang Kependudukan.
4. Yuarsi, Susi Eja, 1997. Norplant, Penerimaan Program dan Layanan
Lanjutan,Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gajah Mada.
5. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,1980. Pedoman Praktis
Pelayanan Kontrasepsi Petugas Paramedis. Jakarta
6. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,1980. Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim. Jakarta
7. Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
8. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
9. Sastrawinata sualaiman, 1983, obstetric fisiologi, Penerbit Eleman,
Bandung

48

You might also like