You are on page 1of 4

1

1. BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang


seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan
laju pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya pengetahuan
serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga berencana
(KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga
Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga
Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan
juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hartanto, 2004).
Tim BAPPENAS dan BPS yang didukung oleh UNFPA dan para pakar
kependudukan memproyeksikan penduduk Indonesia pada 2010 sebanyak 234,1
juta. Angka ini merupakan proyeksi moderat yang mengasumsikan keberhasilan
Program KB dalam menurunkan fertilitas pada periode 1970 – 2000 akan tetap
berlanjut (BKKBN, 2012).
Saat ini tersedia berbagai metode atau alat kontrasepsi seperti IUD, suntik,
pil, implant, kontrasepsi mantap (kontap), dan kondom. Kontrasepsi suntik adalah
kebutuhan kontrasepsi yang berkembang dari tahun ke tahun pada awal tahun
1960-an, hormon progestin mulai digunakan sebagai kontrasepsi untuk
kepentingan KB. Kontrasepsi suntik adalah salah satu kontrasepsi yang populer di
Indonesia (Glasier, 2005).
Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya yaitu
peningkatan berat badan. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Hipotesi
para ahli DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hypothalamus,
yang menyebabkan akseptor makan lebih daripada biasanya (Hartanto, 2004).
Peningkatan berat badan ini terbukti melalui penelitian yang dilakukan
oleh Irianingsih tahun 2011 tentang lama penggunaan kontrasepsi 3 bulan

1
2

menunjukkan dari 34 akseptor yang menggunakan KB suntik 3 bulan kurang dari


1 tahun dan 36 akseptor yang menggunakan KB suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun.
Hasil didapatkan 41 responden dengan peningkatan berat badan dan 29 responden
tidak mengalami peningkatan berat badan, jadi akseptor yang menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun lebih berisiko mengalami
peningkatan berat badan.
Menjaga berat badan yang ideal tidak hanya penting bagi penampilan dan
kesehatan tubuh saja, ternyata hal ini akan memberikan hal positif bagi janin.
Perempuan yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas sebelum
kehamilan lebih mungkin akan menjalani masa kehamilan yang lebih lama,
memerlukan induksi, dan juga operasi caesar (Handayani, 2010).
Selain itu masalah kegemukan karena peningkatan berat badan yang
berlebihan merupakan salah satu risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler
(Azwar, 2004). Komplikasi lain yang ditimbulkan obesitas diantaranya hipertensi,
DM tipe II, sesak napas, stroke, penyakit saluran cerna dan gangguan psikologis.
Dilihat dari segi estetika masalah kegemukan atau obesitas adalah masalah yang
besar karena dapat menghilangkan rasa percaya diri, sehingga mereka tidak
merasa nyaman dengan penampilan yang gemuk.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di BPS NY.WINARTI pada
maret 15 april 2015 pada 10 orang wanita Akseptor KB Suntik 3 bulan melalui
wawancara, 8 diantara wanita akseptor tersebut mengeluh bahwa mengalami
perubahan berat badan, yaitu peningkatan berat badan mencapai 3 kg sampai lebih
dari 5 kg setelah menggunakan KB suntik 3 bulan rata-rata lebih dari 9 bulan.
Kenaikan Berat Badan Pada Wanita Akseptor KB di Wilayah Kerja BPS
NY.Winarti, Binoh Kabupaten Bangkalan. Tidak mengejutkan apabila banyak
wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematik dan
mungkin terpaksa memilih yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan
atau tidak menggunakan metode KB sama sekali.
Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat
permasalahan ini. Berdasarkan penelusuran yang telah penulis lakukan, sejauh ini
belum ada penelitian yang meneliti tentang lama pemakaian KB suntik 3 bulan
dengan perubahan berat badan pada akseptor KB sehingga penulis ingin

2
3

mengetahui lebih jauh lagi hubungan lama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan
peningkatan berat badan pada peserta KB di BPS Ny. Winarti Bangkalan pada
bulan maret 2015 yang berjumlah 100 orang pengguna KB. Bila ada hubungan
yang bermakna pada akseptor maka dapat diupayakan berbagai pendekatan dari
segi medis, misalnya memakai alat kontrasepsi lain yang lebih sesuai dengan
akseptor atau dengan melakukan diet makanan dengan benar dan juga pendekatan
dari segi yang lain.
Akseptor KB suntik 3 bulan yang berjumlah 210 pada tahun 2015 dan pada 11
bulan terakhir berjumlah 100 akseptor dan sampel yang di ambil 88 responden di Wilayah
BPS NY.Winarti kecamatan Binoh Kabupaten Bangkalan

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan pemakaian kontrasepsi suntik tiga bulan dengan


perubahan berat badan pada akseptor di BPS Ny. Winarti Kabupaten Bangkalan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
perubahan berat badan akseptor.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden.
b. Mengetahui perubahan berat badan akseptor selama menggunakan alat
kontrasepsi.
c. Mengetahui hubungan lama pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan
perubahan berat badan akseptor.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai metode Keluarga
Berencana
b. Mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan
2. Bagi Masyarakat

3
4

Memberikan informasi secara praktis bagi masyarakat, khususnya pada


akseptor dan calon akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat,
terutama bagi masyarakat yang memiliki maslah berat badan.
3. Bagi Instansi
a. Sebagai bahan masukan dalam peningkatan pelayanan kesehatan, terutama
dalam hal kesehatan ibu yang terkait dengan efek samping penambahan
berat badan dari pemakaian alat kontrasepsi suntik.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi dalam memberikan pelayanan
kontrasepsi yang tepat agar akseptor dapat terhindar dari penyakit
degeneratif yang ditimbulkan dari faktor risiko kegemukan dari peningkatan
berat badan.

You might also like