Professional Documents
Culture Documents
Semua
gelar psikologinya diperoleh dari Universitas Wisconsin. Nama Maslow menjadi
pembicaraan banyak orang terutama setelah ia meluncurkan buku
keduanya Motivation and Personality pada 1954. Berbeda dengan teoritikus-teoritikus
psikologi sebelumnya yang mendasarkan teorinya pada hasil penelitian mengenai
orang-orang yang sakit jiwa, Maslow merumuskan teorinya dari hasil-hasil
penelitiannya mengenai orang-orang sehat, kreatif, dan telah mencapai puncak-puncak
prestasi. Ia banyak meneliti orang-orang besar zaman dulu dan yang sezaman
dengannya semisal Abraham Lincoln, Albert Einstein, Joseph Hayden, dan Ralph W.
Emerson.
Maslow menyebut dirinya sebagai orang yang berpandangan humanistik dalam
psikologi. Pandangannya tentang manusia positif dan optimistik. Ia yakin bahwa
manusia pada dasarnya baik, mempunyai potensi-potensi yang tak terukur untuk
mencapai puncak tertinggi.
Tingkat-tingkat Kebutuhan
Salah satu sumbangan penting Abraham Maslow bagi psikologi modern adalah teorinya
tentang aktualisasi-diri (self-actualization). Pembahasan tentang aktualisasi-diri tidak
bisa dilepaskan dari teori Maslow tentang tingkat-tingkat kebutuhan. Menurut Maslow
kebutuhan-kebutuhan itu adalah faktor-faktor yang mendorong (memotivasi) orang
untuk melakukan perbuatan. Kebutuhan tingkat pertama berupa kebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan seperti makan, minum, dan hubungan seksual. Tingkat kedua berupa
kebutuhan akan rasa aman (safety needs), di mana orang bisa bebas melakukan
aktivitasnya tanpa terganggu oleh ancaman-ancaman yang dapat mengincar
keselamatannya. Tingkat ketiga adalah kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta (social
needs). Pada tingkat ini orang butuh untuk mengikatkan dirinya pada kelompok sosial
tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tersebut. Tingkat keempat
adalah kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kelima, dan yang paling tinggi,
adalah kebutuhan akan aktualisasi-diri. Aktualisasi diri dapat diartikan sebagai
perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat, potensi, serta
penggunaan semua kualitas dan kapasitas secara penuh.
Karena aktualisasi diri adalah kebutuhan yang paling tinggi, maka ia menjadi
kebutuhan yang paling rendah prioritasnya. Orang harus memenuhi keempat
kebutuhan di bawahnya untuk merasa butuh akan aktualisasi-diri. Karena itu, menurut
Maslow, sangat sedikit di dunia ini orang yang sudah mencapai tahap aktualisasi-diri;
kurang dari 1 (satu) persen dari seluruh manusia yang ada di bumi.
Meta-Kebutuhan dan Patologinya
Dalam hirarkinya Maslow membedakan antara kebutuhan dasar (basic-needs) dan
kebutuhan tinggi (meta-kebutuhan atau meta-needs). Kebutuhan dasar mencakup
kebutuhan tingkat kesatu sampai tingkat keempat. Sedangkan meta-kebutuhan adalah
kebutuhan tingkat kelima (kebutuhan akan aktualisasi-diri). Meta-kebutuhan inilah
yang menjadi motivasi utama bagi orang yang teraktualisasi-diri. Karena itu kebutuhan
tingkat tertinggi ini disebut juga meta-motivasi.
Maslow mendata macam-macam meta-kebutuhan ini dan mendapatkan tujuh belas
meta-kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan menjadi meta-patologi (penyakit
kejiwaan). Tujuh belas meta-kebutuhan yang oleh Maslow disebut juga Being-
values (B-values; kebutuhan akan pertumbuhan) itu adalah:
1. Kebenaran, dengan meta-patologinya ketidakpercayaan, sinisme, dan skeptisisme.
2. Kebaikan, dengan meta-patologinya kebencian, penolakan, kejijikan, kepercayaan
hanya pada dan untuk diri.
3. Keindahan, dengan meta-patologinya kekasaran, kegelisahan, kehilangan selera,
rasa suram.
4. Kesatuan, keparipurnaan, dengan meta-patologinya disintegrasi.
5. Transendensi-dikotomi, dengan meta-patologinya pikiran hitam/putih, pandangan
salah satu dari dua, pandangan sederhana tentang kehidupan.
6. Penuh energi; proses, dengan meta-patologinya mati, menjadi robot, terdeterminasi,
kehilangan emosi dan semangat, kekosongan pengalaman.
7. Keunikan, dengan meta-patologinya kehilangan perasaan diri dan individualitas,
anonim.
8. Kesempurnaan, dengan meta-patologinya keputusasaan, tidak bisa bekerja apa-apa.
9. Kepastian, dengan meta-patologinya kacau-balau, tidak dapat diramalkan.
10. Penyelesaian; penghabisan, dengan meta-patologinya ketidaklengkapan,
keputusasaan, berhenti berjuang dan menanggulangi.
11. Keadilan, dengan meta-patologinya kemarahan, sinisme, ketidakpercayaan,
pelanggaran hukum, mementingkan diri sendiri.
12. Tata tertib, dengan meta-patologinya ketidakamanan, ketidakwaspadaan,
ketidakhati-hatian.
13. Kesederhanaan, dengan meta-patologinya terlalu kompleks, kekacauan,
kebingungan, kehilangan orientasi.
14. Kekayaan; keseluruhan; kelengkapan, dengan meta-patologinya depresi,
kegelisahan, kehilangan perhatian pada dunia.
15. Tanpa susah payah; santai; tidak tegang, dengan meta-patologinya kelelahan,
tegangan, kecanggungan, kejanggalan, kekakuan.
16. Bermain; kejenakaan, dengan meta-patologinya keseraman, depresi, kesedihan.
17. Mencukupi diri sendiri; mandiri, dengan meta-patologinya tidak berarti, putus asa,
hidup sia-sia.
Bagi orang yang telah mencapai aktualisasi diri, tidak terpenuhinya satu apalagi
beberapa dari meta-kebutuhan itu akan membuatnya sangat kesakitan, lebih sakit
daripada kematian. Karena itu orang-orang besar seperti Sokrates, Isa, Suhrawardi,
Galileo, lebih memilih mati daripada hidup dalam tatanan sosial yang menurutnya tidak
adil.
Kreativitas bisa berarti menghasilkan karya baru, asli, inovatif, atau menggabungkan
beberapa penemuan sehingga didapatkan sesuatu yang berbeda. Kreativitas juga
merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara
bagaimana kita mengamati dan beraksi terhadap dunia – suatu proses – dan bukan
mengenai hasil-hasil yang sudah selesai.
Referensi
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Ab