Professional Documents
Culture Documents
SULAWESI TENGAH
DISUSUN OLEH
HERLINA
AWAL RAHMAT
INDAH INDRIATI
BAZRUL MAKATITA
HAMSINA RUMBOUW
ARINDIAH PUSPO WINDARI
SYVIANOVELISTA R. LOSOIYO
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri ketika
darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi tergantung
pada pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika
ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi
hipertensi. Dalam upaya primer seperti promosi kesehatan diantaranya diet yang sehat
dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan
aktifitas dan tidak merokok . Cara pencegahan sekunder seperti kegiatan deteksi dini
untuk menemukan penyakit, tersier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan
pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat
terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, strok dan
sebanyak 300menit perminggu (minimal 5 hari) atau sebanyak 60 menit dalam 1 hari
penyakit tidak menular. Masyarakat diajak berperilaku cerdik dengan cek kesehatan
secara berkala, hilangkan asap rokok, rajin aktifitas fisik, diet sehat dengan kalori
seimbang, istirahat cukup dengan kelola stress. Masyarakat juga bias bias mengetahui
factor resiko, deteksi, pengobatan, dan tata kelola tanggap darurat penyakit hipertensi.
Data world health organization (WHO) tahun 2011 menunjukan satu milyar orang
berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi hipertensi akan meningkat tajam dan
diprediksikan pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia terkena
hipertensi. Hipertensi mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana
1,5 juta kematian terjadi di asia tenggara yang 1/3 populasi menderita hipertensi
Pada tahun 2014/15, hampir 6 juta orang Australia (34% ) berusia 18 tahun keatas
memiliki tenakan darah tinggi (tenakanan darah sistolik dan diastolic adalah ≥ 140/90
mmHg atau minum obat). Dari jumlah tersebut, lebih dari 2/3 (68%) memiliki tekanan
darah tinggi yang tidak terkontrol atau tidak terkelola (tidak minum obat), mewakili 4
juta orang dewasa Australia. Prevalensi tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol atau
tidak terkelola terendah di Australia barat (20,4%) dan tertinggi di Taksmania (25,2%).
Prevalensi tekanan darah tinggi meningkat di Afrika, dimana 46% untuk kedua
jenis kelamin digabungkan baik pria maupun wanita memiliki tingkat tekanan darah
tinggi yang tinggi diwilayah Afrika, dengan tingkat prevalensi diatas 40%. Prevalensi
terendah dari tekanan darah tinggi adalah diwilayah WHO diAmerika pada 30% untuk
kedua jenis kelamin. Pria diwilayah ini memiliki prevalensi yang lebih tinggi daripada
wanita (39% untuki pria dan 32% untuk wanita). Disemua wilayah WHO, pria memiliki
prevalensi tekanan darah tinggi yang sedikit lebih tinggi dari pada wanita. (WHO,2013)
Sementara di Indonesia sendiri setiap tahunnya terjadi 175 ribu kematian akibat
hipertensi dan terdapat 450 ribu kasus penyakit hipertensi dari kasus hipertensi tersebut
diketahui bahwa 337.500 kasus (75%) merupakan usia produktif (15-50 tahun) yang
didominasi oleh laki laki, sisanya 112.500 kasus (25%) tidak terdiagnosis dan baru
Indonesia berumur 18 tahun ke atas tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 9,4% dan pengukuran tekanan darah sebesar 25%. Berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan, prevalensi tertinggi terdapat pada Provinsi Sulawesi Utara, sementara
kesehatan maupun pengukuran terdapat pada Provinsi Papua, yaitu sebesar 16,8%.
Sumber: Riskesdas 2007, Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes
dinas kesehatan Sulawesi Tengah tahun 2015 bahwa total kasus hipertensi mengalami
penurunan yaitu 78.589 kasus pada tahun 2013, 76.726 kasus pada tahun 2014,
menurun menjadi 72.120 kasus pada tahun 2015. Penurunan ini disebabkan oleh
penurunan jumlah kasus baru dari 37.615 kasus baru pada tahun 2013, 34.836 kasus
barupa data tahun 2014, menurun menjadi 30.943 kasus baru pada tahun 2015. Upaya
menderita hipertensi, diantaranya ciri – ciri individu seperti umur, jenis kelamin dan
suku, factor genetic serta factor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi
garam, merokok, konsumsi alcohol, dan sebagainya. (Kaplan,1985 dalam Anggara, dkk
2017).
Sumber :Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Dinkes
Sulteng Tahun 2015
kebiasaan olahraga, asupan natrium, asupan kalium berhubungan secara statistic dengan
tekanan darah (p<0,05). Untuk mengurangi kasus hipertensi perlu adanya cara untuk
serta melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Sama halnya dengan
Simotorang (2014), factor – factor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah
factor genetic, factor pola makan, factor merokok dan factor alcohol.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian khususnya
untuk mengintervensikan diet hipertensi serta gaya hidup dan perilaku sehat pada
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum surveilans adalah untuk menganalisis Pola Diet Dan Faktor
2. Tujuan khusus
1. MANFAAT TEORITIS
pengetahuan dan dapat dijadikan salah satu bahan bacaan bagi peneliti.
2. MANFAAT PRAKTIS
kesehatan dalam memahami pola diet dan factor gaya hidup sebagai akibat
terjadinya hipertensi.
b. Bagi Mahasiswa
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti
selanjutnya yang berkaitan dengan pola diet dan factor gaya hidup sebagai
TINJAUAN PUSTAKA
A. SURVEILANS
1. DEFINISI SURVEILANS
data yang outcome-specific secara sistematik dan terus menerus yang digunakan
data secara sistematik dan terus-menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu
(2004)
dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus-menerus, yang diperlukan
dipadukan dengan diseminasi data secata tepat waktu kepada pihak-pihak yang
perlu mengetahuinya.
2. TUJUAN SURVEILANS
tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat
dideteksi dini dan dapat dilakukan respon layanan kesehatan dengan lebih efektif.
outbreak;
B. KONSEP HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah didalam
arteri diatas 140/90 mmHg dengan sedikitnya tiga kali pengukuran secara berurutan
(Ganong 2010). Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak
Hipertensi secara terus menerus dapat memicu terjadinya stroke, serangan jantung,
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal
atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik.
Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak
Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu
stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal
tekanan darah di atas normal yaitu berkisar 140/90 mmHg. Hipertensi tidak bisa
tertinggi di Indonesia. Setiap tahun, tujuh juta orang didunia meninggal akibat
2. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah Normal apabila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan
tekanan darah diastolic <80 mmHg, Hipertensi ringan atau pra hipertensi apabila
tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-90 mmHg,
hipertensi sedang atau hipertensi derajat 1 apabila tekanan darah sistolik 140-159
mmHg dan tekanan darah diastolic 90-99 mmHg, sedangkan hipertensi berat atau
hipertensi derajat 2 apabila tekanan darah sistolik lebih > 160 mmHg dan tekanan
darah diastolic >100 mmHg (Iskandar, 2004). Berikut ini adalah klasifikasi tekanan
antara lain :
a. Genetik
adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
b. Obesitas
Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17%
untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut
standar internasional).
c. Jenis kelamin
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
d. Stres
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa
e. Kurang olahraga
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
hipertensi.
g. Kebiasaan Merokok
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan
subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
4. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui
sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal
dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi
lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial
sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama.
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
tekanan darah.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin
ialah bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat
terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema
sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam
penglihatan. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah,
telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.
6. Komplikasi Hipertensi
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan
pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan
besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah
a. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat.
b. Kardiovaskular
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui
infark.24
c. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan
sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid
plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.
d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah
iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang
buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri
menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium
akhir. Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi hipertensi
7. Penatalaksanaan Hipertensi
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. fokus utama dalam
mmHg. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau panyakit ginjal, target
tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg. Pencapaian tekanan darah target secara
a. Non Farmakologis
menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan
asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih: peningkatan berat badan
itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol
hipertensi.
terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas
bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII
yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta
yaitu:
Yang lebih jarang digunakan adalah vasodilator dan antihipertensi kerja sentral
dan yang jarang dipakai, guanetidin, yang diindikasikan untuk keadaan krisis
hipertensi.
hipertensi stage 1 (Tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah
selama 10 tahun akan mencegah 1 kematian dari setiap 11 pasien yang diobati.
kematian.
(TDS) <140 mmHg, dan tekanan darah diastolik (TDD) <90 mmHg. Pada
dibandingkan tekanan darah diastolik (TDD) kecuali pada pasien lebih muda
dari umur 50 tahun. Hal ini disebabkan oleh karena kesulitan pengontrolan TDS
umumnya terjadi pada pasien yang berumur lebih tua. Percobaan klinik terbaru,
atau lebih obat kombinasi. Namun ketika dokter gagal dengan modifikasi gaya
8. Pencegahan
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan
f. Hindari stres
darah dan mempertahannya menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk
menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak
kolesterol dan asam urat dalam darah. Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi
2002).
Sebagian besar faktor gaya hidup berkaitan dengan faktor diet/ asupan makanan
berlebih/kegemukan. Dalam makalah ini akan diuraikan faktor asupan makanan, baik
1. Makronutrien
Keadaan ini diduga karena umumnya asupan makanan sehari-hari terdiri dari ketiga
menunjukkan faktor jumlah dan bagian dari masing-masing jenis makronutrien juga
a. Karbohidrat
jumlah karbohidrat digantikan dengan protein atau asam lemak tak jenuh
karbohidrat, yaitu sukrosa dan fruktosa terhadap hipertensi. Sebagian besar hasil
penelitian baik pada hewan coba dan manusia menunjukkan asupan sukrosa dan
Martinez et al. melaporkan hasil penelitiannya bahwa hewan coba anjing yang
glukosa tidak mengalami hal demikian. Penelitian pada manusia juga telah
glukosa tidak. Jalal et al, dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada
g/hari berasal dari diet ataupun minuman yang diberi gula dapat meningkatkan
risiko sebesar 30% untuk mempunyai tekanan darah >140/90 mmHg. Jumlah
fruktosa ini adalah ekuivalen dengan 2½ kemasan minuman manis yang diberi
gula/hari.10 Dalam makanan sehari hari, fruktosa dalam diet dapat diperoleh
dari minuman manis, produk roti/ bakery, minuman sari buah, kembang gula,
b. Protein
bahwa terdapat hubungan terbalik antara asupan protein dengan tekanan darah.
Penelitian yang dilakukan oleh Stamler et al., terhadap 10.020 laki-laki dan
asupan protein total tidak didapatkan hasil yang signifikan. Berbeda dengan
penelitiannya bahwa protein hewani yang berasal dari susu dapat menurunkan
tekanan darah sesuai dengan protein nabati dari kacang kedelai pada pasien
dan potasium dari susu telah disetarakan dengan protein kacang kedelai dan
karbohidrat, sehingga efek penurunan tekanan darah yang diperoleh dari protein
menurunkan tekanan darah sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, namun
glutamat, glutation, arginin, leusin, taurin, dan triptofan dari protein mempunyai
efek antihipertensi. Efek asam amino tersebut dalam menurunkan tekanan darah
meningkatkan produksi nitric oxide (NO) yang semuanya ini akan memperbaiki
fungsi endotel dan menurunkan tahanan vaskular perifer mengakibatkan tekanan
darah menurun.
c. Lemak
Efek asupan lemak total terhadap tekanan darah belum diketahui dengan jelas
dan masih kontroversi. Penelitian lebih lanjut mengenai komposisi asam lemak
bahwa total asam lemak, asam lemak jenuh (ALJ), dan asam lemak tak jenuh
(ALTJ) asam linoleat, masing masing dapat memengaruhi tekanan darah secara
ALJ yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah sistolik. Peneliti lain
menunjukkan bahwa diet tinggi asam lemak tak jenuh tunggal (ALTJ-T) dapat
menurunkan tekanan darah pada individu sehat sedangkan, diet tinggi ALJ tidak
memberikan perubahan tekanan darah. Namun, peran ALTJ-T akan hilang bila
asupan lemak total lebih dari 37% total energi.17 Asam lemak tak jenuh dapat
2. Mikronutrien
karena tidak ada satu bahan makanan yang hanya mengandung satu jenis
mikronutrien saja. Oleh karena itu, untuk mengetahui peran jenis mikronutrien
suplemen. Dalam makalah ini akan diuraikan mineral yang telah banyak dilakukan
sodium dengan tekanan darah. Penelitian The Norfolk Cohort of the European
pada kelompok diet kontrol dan 1,3/0,6 mmHg pada kelompok diet DASH.
Penurunan asupan sodium yang lebih rendah, yaitu 1,5 g/hari, terjadi penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih besar, yaitu 4,6/2,4 mmHg, pada
kelompok diet kontrol dan 1,7/1 mmHg pada kelompok diet DASH.2.
b. Potasium
dengan peningkatan tekanan sistolik sebesar 3,4 mmHg dan tekanan diastolik
sebesar 1,9 mmHg. Selain itu, disampaikan juga bahwa rasio potasium/sodium
16 mmol/hari yang disertai asupan sodium yang biasa diasup berkisar 120-200
Kalsium dan magnesium merupakan faktor gizi yang telah banyak diteliti,
namun efeknya terhadap tekanan darah masih belum jelas dan tidak cukup untuk
mempunyai efek yang tidak terlalu besar terhadap penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik, yaitu 1,9 mmHg dan 1,0 mmHg.23 Hasil yang sama
didapatkan dari penelitian uji klinik secara acak selama 2 tahun dengan
terdapat efek yang terbalik antara magnesium terhadap tekanan darah. Akan
tetapi, penelitian metaanalisis dari 20 uji klinik secara acak tidak menunjukkan
masyarakat. Gaya hidup tidak sehat, akan dapat menyebabkan terjadinya penyakit
hipertensi, misalnya: alkohol, aktifitas fisik, stres, dan merokok. Adapun factor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup dibagi dua faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) dan
faktor dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi: sikap, pengalaman, kepribadian,
konsep diri, dan motif serta persepsi. Pada faktor eksternal meliputi kelompok referensi,
keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan. Kebiasaan begadang atau pola tidur tidak
teratur juga dapat menyebabkan stres yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi
tekanan darah serta jarangnya berolahraga juga dapat terjadinya penumpukan lemak
yang akan menyumbat aliran darah sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah
(Rahmawati, 2012).
E. SURVEILANS HIPERTENSI
2. Surveilans factor resiko menjadi prioritas karena lebih fleksibel dan lebih sensitive
3. Menerima laporan kasus morbiditas hipertensi secara rutin dari sarana pelayanan
diikut sertakan baik organisasi yang formal (governance organization ) maupun non
formal ( non governance organization ). Metode surveilans yang diterapkan sesuai
dengan anjuran WHO adalah metode STEP 1 yaitu data tentang gaya hidup dan
a. Mengumpulakan data :
1) Data rutin
2) Bila tidak ada maka dapat dimulai dengan melakukan survey STEP 1
d. Diseminasi data
2) Factor resiko adalah kerekteristik, tanda maupun gejala yang secara statistic
a) Factor resiko tidak dapat diubah antara lain factor umur, genetic, gender,
dan ras
b) Factor resiko yang dapat diubah antara lain kebiasaan merokok, latihan
penyakit lain.
mmHg.
Sumber data yaitu laporan Puskesmas dan laporan rumah sakit, jumlah
penderita hipertensi
d) Tentukan instrument
e) Bagain system
f) Tentukan indicator
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan di sajikan dalam bentuk
7) Evaluasi
berhasil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain/Rancangan Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design.
Kelompok eksperimen maupun kelompok control kemudian diberi pre-test dan post-test
(Notoatmodjo, 2012).
X3 Kelompok control X4
-
Keterangan:
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 8 Januari s/d 10 Februari di wilayah
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal pada wilayah
kerja Puskesmas Baturube Tahun 2018 yang memenuhi criteria, Adapun kriteria
Kriteria inklusi:
Kriteria Eksklusi:
2. Sampel
a. Jumlah sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tinggal di wilayah kerja
Puskesmas batu rube Tahun 2018. Besar sampel dalam penelitian ini dapat
n = 2o2 (Z1-α/2+Z1-β)2
(µ1-µ2)2
b. Tekhnik Pengambilan Sampel
sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel secara acak yang dimana setiap
D. Definisi Operasional
1. Persiapan
responden.
eksperimen.
pada kelompok eksperimen dan pada kelompok control tidak diberi intervensi,
telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Katalambula, et al. 2017. Dietary pattern and other lifestyle factors as potential contributors
Nizar Syarif Hamidi.2014. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Penyakit Hipertensi Di
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta Timur. Trans Info Media
Masriadi. 2012. Model system surveilans TB Paru Kepulauan. Yogyakarta. Pustaka Timur
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan- Ed. Rev.- Jakarta: Rineka Cipta