You are on page 1of 12

Pengertian

Kedaruratan sistem pernapasan


Pernapasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi inspirasi akan mengekspansikan rongga dada,
menurunkan tekanan didalam alveoli paru sehingga tekanan atmosfer dapat memaksa udara
masuk. Ekspirasi menekan alveoli untuk memaksa udara keluar untuk pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang efektif, udara yang masuk kedalam paru harus berkontrak erat dengan
darah. Alveoli diliputi oleh kapiler berdinding tipis sehingga ia bisa berkontrak. Keadaan
patologik apapun yang menyebabkan kerusakan alveoli dan pembesaran menjadi kantong
udara akan menurunkan pertukaran gas dengan menurunkan luas permukaan.
Obstruksi saluran napas kronis merupaka sekumpulan gejala dan tanda yang diakbatkan oleh
sumbatan di saluran napas bagian atas. Sumbatan jalan napas karena benda asing sangat
berbahaya dan harus dibersihkan karena apabila tidak dapat bernafas, maka ita tidak dapat
memberikan pernafasan buatan. Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat
menyebabkan henti jantung. Pada sumbatan total, pernafasan akan berhenti karena benda
tersebut menyumbat airway sepenuhnya. Beberpa menit kemudian penderita yang sadar akan
menjadi tidak sadar dan kematian akan terjadi jika sumbatan tidak segera diatasi.
Etiologi
Benda-benda asing tersebut dapat tersangkut pada :
a. Laring
Terjadi obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai
berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apnea, disfagia,
hemoptisis, pernapasan otot-otot napas tambahan atau dapat pula terjadi
sianosis.
b. Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka
dapat dibagi pada bagian atas pada trachea dan pada bronkus.

Patofisiologi
Paru obstruksi

Obstruksi bronkus tekanan jaringan (cairan, tumor,


pembesaran jantung)

udara luar tidak masuk paru-paru terdesak


secara keseluruhan
jaringan paru kekurangan O2 inspirasi tidak maksimal

O2 tidak dapat masuk dengan maksimal

ukurannya menyusut mengecil

Manifestasi klinik
 Dispneu berat
 Cianosis
 Nyeri fluera
 Takikardi
 Demam
 Dinding dad pada sisi yang sakit sedikit bergerak
 Sisi yang lain mengembang secara maksimal
 Dapat mengeluh nafas pendek, sesak pada kerja fisik dan kelemahan
 Ansietas, gelisah
 Pemeriksaan auskultrasi menunjukan penurunan bunyi nafas
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing,
derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui
hidung dpat tersangkut dihidung, nesofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda asing yang
masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil, dasr lidah, sinus
piriformis, dan esofagus. Gejala yang timbul bervariasi dari tanpa gejala hingga kematian
sebelum diberikan pertolong akibatsumbatan total.
Seorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami stadium
3 yaitu:
1. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-
tiba, rasa tercekik, rasa tersumbatan ditenggorokan dan obstruksi jalan napas yang
terjadi dengan segera.
2. Stadium kedua, gejala permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena
benda asing tersebut tersangkut. Stadium berbahaya sering menhyebabkan
keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda
asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas.
3. Stadium ketiga, telah terjadi gejal komplikasi dengan osbstruksi, erosi atau infeksi
sebagi akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis,
pnumonia dan abses paru.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada gangguan pernapasan dapat berupa pemeriksaan
penunjang. Pada kasus benda asing disaluran napas dapat dilakukan pemerikasaan
radiologis dan laboraturium
1. Radiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh akan timbul bayangan radiologi yang
diakibatkan oleh dua sebab, yakni :
a. Sifat radiopaque maka bayangan yang terjadi adalah disebabkan oleh benda asing
itu sendiri
b. Sebab koplikasi, misalnya ateoetksis dan emfisema, maka aka terkantung pada
tipe obstruksi yang terjadi
2. Pemeriksaan faal paru
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktiffaal paru dan ini tergantung
kepada lokasi obstrksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi
pengurangan dari kecepatan aliran. Bila obstruksi terjadi disuparstrnal notch, maka
akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi. Sedangkan bila terjadi
dibawah suparsternal mocht, maka akan terjadi penguranagn dari kecepatan aliran
ekspirasi
3. Pemeriksaan gas darah
Pada fase permulaan obstruksi yang 30 x/mnt masih dapat mengkompensasi sehingga
tidak terjadi hipoksemia
1.2 pengkajian
Pada pasien denga gangguan sistem respirasi yaitu sebagai berikut :
1. Riwayat kesehatan yang dikaji tentang riwayat data saat ini dan yang terdahulu.
Mengkaji keadaan pasien dan keluarganya, kajian berfokus pada manifestasi klinik
keluhan utama dan kejadian yang membuat kondisi sekarang ini. Aspek yang sangat
erat hubungannya dengan gangguan sistem pernafasan adalah usia, jenis kelamin,
pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.
A. Keluhan utama :
 Batuk
 Penigkatan produksi sputum
 Dispnea
 Hemoptisis
 Chest pain

B. Riwayat kesehatan masa lalu :


 Riwayat merokok
 Pengobatan saat ini dan masa lalu
 Alergi
 Tempat tinggal

C. Riwayat kesehtan keluarga :


 Penyakit infeksi
 Kelainan alergi
 Pasien bronkitis kronis
2. kajian sistem
A). Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah:
a. Pemeriksaan dada dimulai dari posterior dan pasien harus dalam keadaan
duduk.
b. Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan lainnya.
c. Tindakan dilakukan dari atas sampai kebawah.
d. Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya dan gangguan
tulang belakang.
e. Catat jumlah (frekuensi napas), irama (reguler/ireguler), kedalaman
pernapasan dan kesimetrisan pergerakan dada.
f. Observasi tipe pernapasan sperti : pernapasan hidung atau diafragma serta
penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi intercoastae.
g. Saat mengobservasi respirasi catat durasi dari fase inspirasi dan ekspirasi.
h. Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior dengan
diameter lateral/tranversal. Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7
tergantung dari cairan tubuh pasien.
i. Kelainan pada bentuk dada : barrel chest, funnel chest, pigeon chest,
Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)
j. Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau
pleura.
k. Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan napas.
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui
vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna untuk mengetahui
abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa, lesi, dan bengak. Perlu
dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien mengeluh nyeri. Perhatikan
adanya getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara (vocal
premitus0.
c) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonasi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskrusi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua
jenis:
1. Suara perkusi normal
a. Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya
bergaung dan bersuara rendah.
b. Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
c. Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
2. Suara perkusi abnormal
a. Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
b. Flatness: nadanya lebih timggi dari dullness dan dapat didengar
pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
d) Askultasi
Askultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup mendengar
suara napas normal dan suara tambahan (abnormal). Suara napas normal dihasilkan
dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat
bersih.
1. Jenis suara napas normal adalah:
a. Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya
terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasinya dan tidak ada jeda
di antara kedua fase tersebut (E > 1). Normal terdengar di atas
trachea atau daerah lekuk suprasternal.
b. Bronkovesikular: meruapakan gabungan dari suara napas bronchial
dan vesicular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang.
Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E – 1). Suara ini terdengar
di daerah dada dimana bronkus tertutup oleh dinding dada.
c. vesicular: terdengar lembut, halus, seperti angina sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan (E < 1).
2. Jenis suara napas tambahan adalah:
a. Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran
udara melalui jalan napas yang menyempit.
b. Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-
menerus. Berhubungan dengan sekresi dan peningkatan produksi
sputum.
c. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi
pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat
bernapas dalam.
d. Crackles, dibagi menjadi dua jenis:
1) Fase crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2) Coarse crackles: lebih menojol saat ekspirasi. Karakter suara
lemah, kasar, suara geekan terpotong akibat terdapatnya
cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar. Mungkin
akan berubah ketika pasien batuk.
3. Pengajian Psikososoal
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup
pasien ang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.
Beberapa kondisi respiratori timbul akibat stress. Penyakit pernapasan
kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan
dengan orang lain, isolasi social, masalah keuangan, pekerjaan , atau
ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat
dapat mengkaji reaksi pasien terhadap masalah stress psikososial dan
mencari jalan keluar.
Analisis
Pasien dengan obstruksi benda asing.
Intervensi
Paien sadar Hemlich maneuver
Paisean tidak sadar
1. Aktifkan emergency call
2. Chest Trust
3. Cek adanya benda asing tidak terlihat
4. Cek Trust benda asing keluar
5. Cek nadi dan nafas simultan
6. Ada nadi da nada nafas
7. Observasi

Implementasi
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu
diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing
di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan
trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing dating ke rumah sakit
setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan
seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga
medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui
dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan
dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke
dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda
asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.
Di Instalasi Gawat Darurat, tetapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor
jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronskokopi merupakan
terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik preoperative dapat
mengurangi komplokasi seperti edema saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg
IV dan antibiotik spectrum luas yang cukup mencakup. Streptokokus hemolitik dan
Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum tindakakn bronkoskopi.
Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dengan benda asing
saluran napas tanpa diagnosa pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing
secara endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan
mengeluarkan benda asing akan menambah tingkat kesulitan terutama pada anak, tetapi ahli
endoskopi menyatakan walaupun bronkoskopi harus dilakukan pada waktu yang tepat dan
cepat untuk mengurangi risiko komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa
persiapan yang baik dan hati-hati. Penatalaksanaan dan teknik ekstrasi benda asing haruus
dinilai kasus per kasus sebelum tindakan ekstraksi.
Bronkoskopi
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing
tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal. Penentuan
cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur penderita, keadaan
umum, lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing dan lamanya benda
asing berada di saluran pernapasa. Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk
tindakan bronkoskopi, selama hal itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life
saving). Pada keadaan tertentu dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut,
tindakan dapat ditunda sementara dilakukan pengobatan medikamentosa untuk megatasi
infeksi. Pada aspirasi benda asing organic yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan
sumbatan total, maka harus segera dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi
umum.
Benda asing si bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun
bronkoskopi serat optic. Pada bayi dan anak-anak sebaiknyadigunakan bronkoskopi kaku
untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter
jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakaan
bronkoskopi kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai
juga enentukan keberhasilan tindakan. Ketrampilan operator dalam bidang endoskopi juga
berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukuannya lebih besar variasi
cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan
kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan diatas, penggunaan
bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bias untuk mengambil benda asing di
distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi
bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam enting diperhatikan bahwa
ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini
harus dibatasi seingkat mungkin. Bronkoskop serat optic dapat digunakan untuk orang
dewasa dengan benda asing kecil yang terletak si sidal, penderita dengan ventilasi mekanik,
trauma kepala, trauma servikal dan rahang.a
Beberapa faktor penyulit mungkin di jumpai dan dapat menimbulka bronkoskopi
antara lain adalah faktor penderita, saat ada waktu melakukan bronkoskopi, alat, cara
mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis anesthesia.
Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang
dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik
menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak cepat menurun,
dan cepay terjadi dehidrasi dan renjatan. Demm menyebabkan perubahan metabolism,
termasuk pemakaian oksigen dan metabolism jaringan, vaskokontraksi umum dan perfusi
jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu proses respirasi,
sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pasca tindakan bronskopi. Pada penderita dengan keadaan sakit berat, maka
sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu , misalnya:
rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotic.
Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan
penderita maupun orangtua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan
penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam
saluran napas atau benda asing organik maka mukosa yang menjadi edem dapat menutupi
benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukan jaringan granulasi
dan striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.
Cara lain untuk menegluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah
dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun
dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk kedalam laring ialah pada saat
inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang
tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatannya akan terlempar keluar.
Komplikasi prasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya rupture lambing atau hati
dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada
sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam
hal ini penderita dapat dibawa kerumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopi
berupa laringoskop dan bronkoskop.
1) PUKULAN DAN HENTAKAN UNTUK SUMBATAN BENDA ASING
Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan
partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang
mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka
segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.
Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:
 Pada penderita sadar:
 Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila
dalam beberapa detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka
mulut, dan bila penderita tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan
segera bersihkan mulut dan faringnya dengan jari. Kalau keadaan
memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep Magil untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
 Bila cara no. 1 gagl, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai
empat kali pukulan diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau
dada ulangi usaha-usaha pembersihan.
 Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah,
krikotirotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.
 Pada penderita tidak sadar
Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika
tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan gangguan sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-
5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan
ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan
ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jai sampai
penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk
mengeluarkan benda asing dari jalan nafa secara langsung tiba. Selama
melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh darah
besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.
2. CARA-CARA MELAKUKAN PEMUKULAN PUNGGUNG DAN HENTAKAN
ABDOMEN
Untuk pukulan punggung (A) lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal
telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika mungkin
rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.
Untuk hentakkan abdomen (B) berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua
lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong
berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan
prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan
hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali. Hindari prosesus sifoideus. Hentakan dada diatas
sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.
3. CARA-CARA PUKULAN PUNGGUNG (A) DAN HENTAKAN ABDOMEN (B)
UNTUK SUMBATAN BENDA ASING PADA KORBAN BERBARING YANG TIDAK
SADAR
Untuk pukulan ounggung (A) gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap
penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong. Berikan 3 sampai 5 kali pukulan
tajam dengan pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang penderita, diantara
kedua tulang belikat.
Untuk hentakan abdomen (B) letakkan penderita telentang (muka menghadap ke
atas), penolong berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya. Penolong
meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan sebelah bawah, di
garis tengah antara pusat dan prosesus sifoideus penderita. Miringkan sehingga bahu
penolong berada diatas abdomen penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan
cepat ke dalam dan ke atas. Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu
ulangi 3 sampai 5 kali.
4. PUKULAN PUNGGUNG PADA BAYI DAN ANAK KECIL
Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan
satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut antara
kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi dengan muka
menghadap keatas pada lengan bawah penolong rendahkan kepala dan berikan hentakan dada
secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar.
Jika jalan napas hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat bernapas dalam posisi
tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bakhan
mungkin menggunakan tindakan anestesi. Tindakan hentakan abdomen jangan m=dilakukan
pada bayi dan anak kecil.
5. MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS
Membersihkan jalan napas ada dua cara :
1. Dengan manual
2. Dengan pengisapan

Pengisapan benda asing dari jalan napas ada dua cara :


1. Pengisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan pengisapan
dengan tekanan negatif yang besar.
2. Pengisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan
penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat
menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat mengalami
asfiksi.

Untuk penhisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunaka


kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter sampai
hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kateter dapat
dimasukkan ke dalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter
yang lurus biasanya masuk ke bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam
bronkus kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke kanan. Diameter kateter seharusnya
kurang dari setengah diameter pipa trakea.
DEFINISI
Head Tilt Manuver adalah tindakan menekan dahi korban tidak sadar dengan tujuan
untuk membuka jalan nafas. Tindakan ini dilakukan pada pasien non trauma dan tidak
mengalami fraktur servikal.
Chin Lift Manuver adalah tindakan mengangkat dagu korban dengan tujuan
mengangkat otot pangkal lidah ke depan.
Head Tilt Chin Tilt merupakan tindakan menekan dahi dan mengangkat dagu korban
yang tidak sadar secara bersamaan untuk pembebasan jalan nafas yang terdapat dalam teknik
ABC (Airway Breathing Circulation) dalam tindakan BLS (Basc Lfe Support). Teknik ini
hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang.
INDKASI
a) Penyumbatan jalan nafas
b) Tidak ada kecurigaan patah tulang leher
c) Tidak ada kecurigaan cidera kepala
d) Tidak ada kecurigaan cidera tulang belakang
TUJUAN
Tujuannya adalah membuka jalan nafas yang tersumbat akibat dari kecelakaan atau
trauma yang dalam pasien yang menyebabkan pasien tersebut tidak sadar.
LANGKAH-LANGKAHNYA
 Head Tilt
Letakkan 1 telapak tangan di dahi pasen dan tekan ke bawah, sehingga kepala menjadi
tengadah dan penyangga lidah tegang akhirnya lidah terangkat ke depan.
 Chin Lift
Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian
angkat dan dorong tulangnya ke depan
DEFINISI
Jaw Thrust Maneuver adalah suatu cara yang paling mudah untuk membuka jalan
nafas dengan mendongakkan kepala. Metode Jaw Thrust Manuver adalah teknik untuk
membuka jalan nafas dengan menempelkan jari di belakang sudut rahang lalu mengangkat
rahang ke arah atas. Ini adalah pilihan untuk pasien yang dicurigai cedera tulang belakang
leher (Margolis, 2005).
Teknik ini hanya dilakukan untuk korban yang mengalami trauma atau cedera pada
kepala, leher maupun tulang belakang ataupun yang dicurigai mengalami trauma tersebut.
Teknik ini cukup sulit dilakukan, namun kepala dan leher korban dibuat dalam posisi
alami/normal.
TUJUAN
 Untuk mempertahankan dan memelihara kepatenan jalan nafas.
 Untuk menghilangkan obstruksi parsial maupun total akibat kesalahan letak dimana
lidah jatuh kebelakang pharynx atau epiglottis setingkat larynx

INDIKASI
 Pasien tidak sadar
 Jalan nafas tidak adekuat
 Gejala fraktur servikal

LANGKAH-LANGKAH
Langkah-langkah teknik Jaw Trhust Maneuver sebagai berikut (Kartikawati, 2012)
1) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal pasien berada pada
satu garis.
2) Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan permukaan pasien
berbaring.
3) Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah pasien, pada sudut
rahang di bawah telinga.
4) Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah anda.
5) Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang abwah pasien kearah atas dan
depan.
6) Anda mungkin akan membutuhkan mendorong ke depan bibir bagian bawah pasien
dengan menggunakan ibu jari untuk mempertahankan mulut teteap terbuka.
7) Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien.

PENUTUP
Asuhan kegawatdaruratan dasar pada sistem pernafasan merupakan kegiatan
tenaga kesehatan yang kompeten untuk memberikan asuhan kegawatdaruratan
pada sistem pernafasan, misalnya RJP (Resusitasi Jantung Paru) untuk anak-anak,
dewasa, ibu, hamil dll.
Pada wanita hamil, henti jantung adalah keadaan yang sangat rumit,
dikarenakan oleh adanya perubahan patofisiologi yang terjadi selama kehamilan
terutama kompresi aortocaval. Selama resusitasi jantung paru dilakukan dengan
pijatan dada tertutup pada pasien yang tidak hamil, maksimal curah jantng
mendekati 30% dari normal. Pada pasien dengan kehamilan ≥ 20 minggu,
berbaring dengan posisi terlentang, curah jantungnya menurun, ini berarti bahwa
jika psien menderita henti jantung ketika ditempatkan dalam posisi terlentang,
secara praktis tidak akan ada curah jantung sama sekali meskipun telah dilakukan
resusitasi jantung paru dengan benar.

You might also like