Professional Documents
Culture Documents
Poliamida
Nilon adalah kain sintetis yg terbuat dari produk minyak bumi. Bahan yang satu
ini sering diperdebat mengenai benar apa tidaknya nilon merupakan fiber sintetis
pertama yg dibuat oleh manusia. Jika cotton, sutra, linen dan wol semuanya
berasal dari tumbuhan atau hewan, nylon sepenuhnya merupakan kain sintetis.
Nylon dikenal karena kekuatannya, elastisitas, tidak mudah rusak, dan
ketahanannya terhadap minyak dan lemak.
Kelebihan :
Tidak mudah terkoyak atau lecet
Tahan terhadap air dan panas
Tidak mendukung berkembangnya jamur dan kerusakan kimia.
Kekurangan :
Kekurangan dari kain nylon adalah daya serap lembab yang rendah. Tidak tahan
terhadap sinar matahari sehingga dapat berubah warna dari putih menjadi
kekuning-kuningan sehingga kekuatannya menjadi berkurang. Mempunyai daya
tahan gosok dan lipat yang baik sehingga banyak digunakan untuk lipatan
permanen. Bahan nylon tidak tahan panas tinggi, pada suhu setrika 180 o C nylon
mulai lengket dan rusak pada suhu 230oC dan meleleh pada suhu 250oC. Nylon
dapat dicuci dengan sabun alkali dan tahan terhadap pencucian kimia atau dry
cleaning. Nylon dapat dicelup dengan zat warna asam dan kompleks logam,
terhadap zat warna lain seperti basa,direk, belerang.
Golongan 2
Zat warna asam yang termasuk golongan ini dalam pemakaiannya memerlukan
asam lemah pH 5,2-6,2 sebagai asam dapat dipakai asam asetat. Pada
pemakaiannya tidak memerlukan penambahan elektrolit, karena pH lebih besar
dari pada 4,7 penambahan elektrolit akan mempercepat penyerapan.
Ketahanan sinar dan ketahanan cucinya baik.
Golongan 3
Zat warna asam yang termasuk golongan ini dalam pemakaiannya tidak
memerlukan penambahan asam, sehingga cukup pada pH netral. Pada suhu
rendah terdispersi secara koloidal sedang pada suhu mendidih terdispersi
secara molekuler. Zat warna asam golongan ini sering disebut zat warna asam
milling. Sifat kerataannya sangat kurang, sehingga di dalam pemakaiannya
memerlukan pengamatan yang teliti. Ketahanan sinar dan ketahanan cucinya
paling baik dibanding dengan kedu.
Air
Sebagai medium dengan zat warna atau pengatur viskositas zat warna dan
untuk mendapatkan naftolat yang lebih jernih.
Asam Asetat
Untuk mengatur pH lar dan menetralkan sisa alkali.
3.4 Resep
Resep Pasta Cap
Zat warna asam : 10 – 40 gr
Gliserin : 30 gr
Alginat 7% : 700 gr
CH3COOH 30% : 5 ; 10 gr
Air : x gr
1000 gr
Resep Penyabunan
Teapol : 1 ml/L
Na2CO3 : 1 g/L
Resep Pencucian
1
Teapol = 𝑥 75 = 0.075 𝑚𝑙/𝐿
1000
1
Na2CO3 = 𝑥 75 = 0.075 𝑔/𝐿
1000
V. Data percobaan
Ketahanan Sinar
Ketahanan Cuci
Sampel Kain
Hasil Pencapan
VI. Diskusi
Ketuaan Warna
Waktu steaming berpengaruh terhadap ketuaan warna, karena semakin lama
waktu steaming yang dilakukan, warna yang dihasilkan akan lebih tua karena
pasta cap akan semakin banyak yang terserap kedalam kain. Resep 1 meraih
ketuaan warna yang paling baik dengan nilai 8 (baik sekali) bila dibandingkan
dengan resep lainya. Padahal seharusnya dengan waktu yang lama warna
yang dihasilkan semakin tua, resep 4 seharusnya meraih ketuaan warna yang
paling baik. Ada kemungkinan waktu 15 menit adalah waktu optimum untuk
penyerapan pasta cap terhadap poliamida (nylon).
Ketahanan Cuci
Ketahanan cuci yang paling baik diperoleh oleh resep 4 dengan nilai 8 (baik
sekali) dibandingkan dengan resep lainnya. Hal itu mungkin disebabkan karena
pada resep 3 pengenta yang digunakan telah hilang setelah proses pencucian
menggunakan detergent, sehingga kekakuan akan berkurang.
Ketahanan Sinar
Pada uji ketahanan sinar yang paling baik pada resep 3, karena waktu
steaming dapat mempengaruhi ketahanan sinar. Semakin lama waktu
steaming maka semakin banyak zat warna yang berikatan dengan serat (ikatan
ionik), namun pada uji ketahanan sinar paling baik pada resep 3 hal ini mungkin
dapat diakibatkan karena waktu optimum berada pada resep 3.
Hand Feel
Pada percobaan menggunakan jumlah pengental yang sama namun waktu
steaming menggunakan waktu yang berbeda. Semakin singkat waktu steaming
semakin sedikit zat warna yang terfiksasi, sehingga zat warna banyak yang
menempel dipermukaan kain saja yang menyebabkan kain semakin kaku.
Ketajaman Motif
Pada ketajaman motif resep 2 didapat nilai paling tinggi, karena pada resep 2
perakelan screen yang baik dan penggunaan pasta cap dan viskositasnya pas,
sehingga saat pencapan tidak terjadi blobor atau ketajaman motif yang didapat
pas. Begitu pula dengan waktu steam pada resep 2 adalah 20 menit dengan
suhu 1050C yang menjadikan suhu maksimu, pada resep dua lebih optimum
karena jika waktunya berlebih mengakibatkan potensi motif blobor.
Kerataan Warna
Kerataan didapat hasil yang optimum pada resep 3 dengan nilai 8, karena yang
harus diperhatikan adalah waktu perakelan dan waktu steaming yang lebih
optimum pada suhu 1050C dan waktu 25 menit yang menghasilkan kerataan
maksimum pada data percobaan, karena pada praktikum sebenarnya zat
pembantu tekstil yang berpengaruh adalah gliserin seharusnya yang paling
baik pada resep 1 dengan waktu steam yang singkat sehingga gliserin tidak
banyak menguap, tetapi kenapa diperoleh resep 3 paling baik mungkin pada
resep 3 pembungkusannya yang baik, sehingga gliserin tidak banyak menguap
di resep 3.
Ketuaan Warna
Pada proses percobaan dilakukan variasi gliserin dan CH3COOH , namun
untuk ketuaan warna dipengaruhi oleh CH3COOH , berdasarkan nilai ranking
ketuaan warna tertinggi didapat pada kelompok 6 dan 5, hal tersebut
dikarenakan penggunaan CH3COOH yang lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok lain. Semakin banyak penambahan CH3COOH ketuaan warna pada
kain poliamida semkain meningkat, karena dengan penambahan CH3COOH
menambah kereaktifan zat warna asam (muatan + zat warna meningkat)
terhadap nylon.
HOOC....Nylon......CONH......NH2
H+
HOOC....Nylon......CONH......NH3 +
H+ Semakin asam
HOOC....Nylon......CONH+......NH3 +
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil terbaik sebagai berikut:
Ketuaan warna : Resep 1
Ketahanan cuci : Resep 4
Ketahanan sinar : Resep 3
Hand Feel : Resep 3
Ketajaman motif : Resep 2
Kerataan warna : Resep 3