You are on page 1of 14

MAKALAH

Keperawatan Maternitas II
“Gangguan Perdarahan Kehamilan Lanjut”

DOSEN PEMBIMBINNG :

OLEH KELOMPOK 2 :

1. RIZKATUL HIKMAH
2. FALQURRIATI
3. ERIN SAPUTRA
4. EGI DIAH SYAFITRI
5. TEGUH GAMA ZARKASYI
6. PANDI WIJAYA
7. NUR HAFNILAH
8. RAHMI
9. ERNA LESTARI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN ( STIKES ) MATARAM


PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
2017/2018
Puji syukur kami ucapkan kepada kehadiran Allah, yang telah memberikan penyusun
kesehatan jasmani dan rohani karena dengan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Gangguan Perdarahan Kehamilan Lanjut”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Gangguan Perdarahan
Kehamilan Lanjut. Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dan berbagai sumber
reverensi. Dalam menyelesaikan makalah ini penyusun mengalami banyak hambatan dari segi
pengetahuan dan informasi .
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan, hal ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki . Maka dari itu penyusun mengharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 08 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………i

Daftar Isi…………………………………………………………………………ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1. Latar Baelakang ……………………………………………………………..1

1.2 Tujuan…………………………………………………………………… 1

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian……………………………………………………………………… 2

2.2 Etiologi……………………………………………………………………….... 3

2.3 Klasifikasi…..…………………………………………………………………. 4

2.4 Patofosiologi………………………………………………………………….. 8

2.5 Manifestasi Klinis………….…………………………………………………. 9

2.6 Pemeriksaan Penunjang.………………………………………………………. 9

2.7 Penatalaksanaan..…………………………………………………………….. 10

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian………………………………………………………………….…13

3.2 Diagnosa Keperawatan …………………................………………………… 14

3.3 Rencana Keperawatan ……………………………………………………. 14

BAB VI: PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………20


BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Pendarahan obsterti yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah pendarahan yang berat, dan jika
tidak menapat penanganan yang cepat dapat mendatangkan syok yang fatal. Sampai
sekarang pendarahan dalam obstetric masih memegang peran penting sebagai penyebab
utama kematian maternal, sekalipun di negara maju, terutama pada kelompok social
ekonomi rendah. (Sarwono, 2012)
Pendarahan pada kehamilan lanjut yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta sedangkan pendarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya
kelainan serviks, biasanya tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester III dalam hal ini pendarahan pada
kehamilan lanjut, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu,
sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar
dapat segera melakukan penanganan yang tepat.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah :

1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai gangguan perdarahan plasenta


previa.
2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien gangguan perdarahan
plasenta previa.
3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan klien
dengan gangguan perdarahan plasenta previa.
4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan klien
dengan gangguan perdarahan plasenta previa.
5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan keperawatan
klien dengan gangguan perdarahan plasenta previa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (
Sarwono, ilmu kebidanan 2010 ).
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi.
Plasenta previa adalah plasenta ada di depan jalan lahir (prae: didepan, vias: jalan ).
Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi plasenta yang
normal adalah pada dinding depan atau belakang rahim di daerah fundus uteri (
winknjosastro, 1999 )

2.2. Etiologi

Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah


mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging) 7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya

2. Usia lebih dari 35 tahun 8. Keguguran berulang

3. Multiparitas 9. Status sosial ekonomi yang rendah


4. Pengobatan infertilitas 10. Jarak antar kehamilan yang pendek

5. Multiple gestation 11. Merokok

6. Erythroblastosis
2.3. Klasifikasi

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan


plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :

1. Plasenta Previa Totalis

Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak
mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko
perdarahan sangat hebat.

2. Plasenta Previa Parsialis/Lateralis

Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat
implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan
melalui pervaginam.

3. Plasenta Previa Marginalis

Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam
tetapi risiko perdarahan tetap besar.

4. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir
risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan
pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas
pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

2.4. Patofisiologi

Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang


bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal
ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang
selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan
kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu
tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek Karena lepasnya placenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari placenta.
Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada placenta letak normal.

2.5. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala

Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :

1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.

2. Darah biasanya berwarna merah segar.

3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.

4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.

5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

2.6. Pemeriksaan Penunjang

1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.

2. Kardiotokografi: kehamilan > 28 minggu.

3. Laboratorium : darah perifer lengkap.


2.7. Penatalaksanaan

Menurut sarwono ( 2009 ) terdapat 2 macam terapi, yaitu :


1. Terapi Ekspektatif
 Tujuan terapi ekspektatif adalahsupaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui knalis
serviks. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis
dilaksanakan secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit kemudian berhenti
b) Belum ada tanda-tanda inpartu
c) Keadaan umum ibu cukup baik(kadar hb dalam batas normal)
d) Janin masih hidup

 Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis

 Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia


kehamilan profil biofisik, letak dan presentasi janin.

 Berikan tokolitik bila ada kontraksi:


a) MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutka 4 g stiap 6jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

 Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari hasil
amniosentesis.

 Bila setelah usia kehamilan diatas 34minggu, plasenta masih berada di


sekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas,
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat.

 Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih


lama, pasien dapat di pulangkan untuk rawatjalan ( kecuali apabila rumah
pasie diluar kota dan jarak untuk encapai rumah sakit lebih dar 2 jam )
dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi
pendarahan berulang.
2. Terapi Aktif
a. Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang
maturitas janin.
b. Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
 Infus/transfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
 Kehamilan >37 minggu (berat badan >2500gram) dan inpartu
 Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal:
anansefali).
 Perdarhan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
Menurut winkjosastro ( 2002 ) Prinsip dasar penanganan plasenta previa
yait, setiap ibu perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas transfusi darah dan operasi. Perdarahan
yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah
menyebabkan kematian, asal sebelumya tidak di periksa dalam. Biasana
masih cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit,
sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang selalu akan lebih banyak
dari sebelumya, jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam
keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur
ternyata perdarahan yang teah berlangsung atau yang akan berlangsung
tidak akan membahayakan ibu dan janin ( yang masih hidup ) dan
kehamilannya belum cukup 36 minggu atau taksiran berat janin belum
mencapai 2500gram, dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan
untuk menunda persalinan sampai janin dapat sampai janin dapat hidup
di luar kandungan lebih baik lagi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
(Budi Anna Keliat, 1994).

1. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae atau
tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut
berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi
selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas,
Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick),
Hipertropi epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung,
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal

b. Khusus

1) Tinggi fundus uteri

2) Posisi dan persentasi janin

3) Panggul dan janin lahir

4) Denyut jantung janin

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.


2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
3. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
4. Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang dialami.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
BAB 1V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian uterusnya.Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen
atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak
merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan
kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

4.2. Saran

Keadaan perdarahan sebelum persalinan merupakan keadaan yang dapat berakibat fatal
jika tak mendapatkan penangan intensif, karena itu dalam hal ini para perawat sebaiknya
cermat melihat kondisi pasien misalnya pendarahan pada plasenta prefia, agar jika terjadi
keadaan darurat dapat segera tertangani.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like