Professional Documents
Culture Documents
PEMBUATAN AMONIA
Anggota Kelompok :
1. Azizah
2. Erfin
3. Merika
4. Yeny
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pembuatan
NH3 Ditinjau dari Sisi Laju Reaksi” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.
Terima kasih penulis sampaikan kepada guru pembimbing yang telah memberikan
tugas ini juga rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini baik secara materil maupun nonmateril.
Makalah ini memberi perhatian yang besar terhadap proses pembuatan amoniak yang
mana menjadi bahan dasar atau bahan baku dalam pembuatan pupuk urea.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Amiinn.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Sifat – Sifat Amoniak............................................................................ 1
1.3 Sifat – Sifat Berbahaya dari Amoniak.................................................. 2
1.4 Alat Pelindung Diri............................................................................... 2
1.5 Pertolongan Pertama............................................................................. 3
1.6 Rumusan Masalah................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembuatan Amoniak............................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Sifat-Sifat Berbahaya dari Amoniak
1.3.1 Kesehatan
- Efek Jangka Pendek (Akut)
Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi
pada 400- 700 ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak
dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total. Kontak
dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frostbite).
- Efek Jangka Panjang (Kronis)
Menghirup uap asam pada jangka panjang mengakibatkan iritasi pada
hidung, tenggorokan dan paru-paru. Termasuk bahan teratogenik. Nilai
ambang batas : 25 ppm (18 mg/m3) (ACGIH 1987-88) STEL 35 ppm (27
mg/m3).
Toksisitas : LD50 = 3 mg/kg (oral, tikus). LC 50 = 200 ppm (tikus
menghirup 4 jam)
1.3.2 Kebakaran
Dapat terbakar pada daerah mudah terbakar : 16-25 % (LFL-UFL).
Suhu kamar : 651oC.
1.3.3 Reaktivitas
Stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran.
Larut dalam air membentuk ammonium hidroksida.
1.3.4 Keselamatan dan Pengamanan
- Penanganan & Penyimpanan
Hindari gas berada dalam ruang kerja, hindari dari loncatan api dan sumber
panas. Simpan pada tempat dingin, kering dan berventilasi dan jauh dari
populasi. Hindarkan dari asam, oksidator, halida, etoksi, logam alkali dan
kalium klorat.
- Tumpahan & Bocoran
Bila terjadi tumpahan atau bocoran, harus ditangani oleh orang yang terlatih
dengan memakai alat pelindung diri. Jauhkan dari sumber api. Kabut
amoniak dapat disemprot oleh air.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembuatan NH3 dan CO2 adalah
sebagai berikut :
Katalisator
Katalisator adalah suatu senyawa yang berfungsi untuk mempercepat suatu
reaksi kimia. Secara fisik katalisator tidak berubah bentuk walaupun terlibat
dalam suatu reaksi kimia. Dari bentuknya katalisator di pabrik amoniak
sebagian besar berbentuk padatan. Hanya DEA (Dietanol Amione) yang
berbentuk cairan.
Katalisator yang dalam bentuk padatan ini disuplai dari pembuatnya dalam
kondisi masih teroksidasi. Untuk mengaktifkanya katalisator harus terlebih
dahulu direduksi (penurunan bilangan oksida) menggunakan pereduksi H 2 dan
CO2, akan tetapi yang umum dipakai adalah H 2 karena kenaikan temperatur
yang dihasilkan dari aktifasi/reduksi katalis masih dapat dikendalikan
dibandingkan bila menggunakan CO sebagai pereduksi.
Berikut adalah salah satu contoh reaksi reduksi katalis Fe3O4 dengan H2 :
3Fe2O3 + H2 —> 2Fe3O4 +H2O + Panas
5
Untuk menjaga katalisator tetap tinggi aktivitasnya maka beberapa racun
katalis berikut harus dipastikan tidak masuk ke dalam sistem reaksi :
- Sulfur
- Carbon
- CL-
- Phospat
Khusus untuk katalis synthesa amoniak disamping racun-racun di atas, berikut
racun-racun lainnya yang dapat menurunkan aktifitas katalis : CO, CO2, H2O
Tiga tahap dalam penyiapan gas synthesa :
- Desulfurisasi.
Gas alam pada umumnya mengandung sulfur dalam bentuk H2S/Sulfur
Anorganik dan Sulfur Organik seperti mercaptan yang rumus molekulnya RS.
Kadar sulfur anorganiknya di dalam gas alam yang diterima industri pupuk
adalah relatif kecil yaitu berkisar 0,18 -0.3 ppm sedang sulfur organiknya
relatif tidak ada.
Kadar sulfur dalam gas alam yang diijinkan untuk memasuki Primary
Reformer maksimum adalah 0,1 ppm. Untuk menyerap sulfur dari gas yang
dari gas alam digunakan ZnO sebagai adsorbent ini bukan katalis, lihat reaksi
no 1.
Keberhasilan adsorbsi sulfur anorganik praktis
diadsorbsi padatemperatur yang lebih rendah (200-250oC) dibandingkan
dengan sulfur organik (250-400oC).
Kondisi operasi di Desulfurisasi:
Pressure : 35-40 kg/cm2G
Temperature Inlet : 350-400oC
Temperature Outlet : 330-380oC
- Primary Reformer.
Ke dalam Primary Reformer dimasukan Steam bersama gas alam yang keluar
dari Desulfurisasi. Sebelum bertemu katalis yang berada dalam tube yang
dipanasi secara radiasi oleh burner-burner (seperti burner pada kompor gas),
campuran steam dan gas terlebih dahulu dipanasi hingga temperatur reaksi
530-650oC. Hal ini sesuai dengan jenis reaksinya yang endotermis. Disamping
reaksi reforming, reaksi shift juga terjadi di Primary Reformer seperti pada
reaksi no. 2 dan no. 3.
6
Untuk menjamin bahwa reaksi berjalan sesempurna mungkin rasio steam
terhadap karbon yang ada dalam gas alam (S/C) dijaga sekitar 3,1—4
(mol/mol)
7
Synthesis Loop dan Refrigerasi.
Di dalam Synthesis loop ini terdapat converter amoniak yang berfungsi
mereaksikan N2 dengan H2 untuk membentuk amoniak/NH3. Gas synthesa
dengan kadar CO+CO2 maksimum 10 ppm sebelum dimasukkan ke Synthesis
loop dinaikkan tekanannya terlebih dahulu ke 130-210 kg/cm2G menggunakan
kompressor Synthesis Gas.
Yang perlu diperhatikan adalah rasio H2/N2 dijaga 3 atau sedikit dibawah dari
3. Hal ini penting dipertahankan agar reaksi pembentukan amoniak berjalan
maksimal. Pangaturan rasio ini dilakukan dengan mengatur laju udara yang
dimasukkan ke Scondary Reformer.
Reaksi pembentukan amoniak ini berlangsung pada temperature inlet
Converter 270oC dan temperatur 530oC. Dengan temperature setinggi ini, maka
amoniak yang terbentuk mustahil diperoleh dalam keadan cair. Untuk itu gas
keluar converter harus terlebih dahulu menjalani pendinginan hingga
temperatur 6–(-5)oC. Pendinginan ke temperatur ini dilakukan dengan
cara,melakukan pertukaran panas antara gas masuk dengan converter dengan
gas keluar converter, pembangkitan steam dan pemanasan air umpan boiler
(BFW), pendinginan dengan menggunakan air pendingin (cooling water) serta
yang utama adalah pendinginan menggunakan refrigerasi.
Gas yang telah didinginkan,karena masih mengandung H2 dan N2 yang tidak
bereaksi, gas dicampur dengan gas dari metanasi dikembalikan ke converter
amoniak. Sistem ini akhirnya merupakan sebuah Loop atau siklus amoniak.
Di dalam Loop ini juga ada gas-gas yang benar-benar tidak bereaksi yang
disebut inert, yaitu CH4 yang berasal dari Metanasi dan Argon (Ar) yang
berasal dari udara yang dimasukkan ke Scondary Reformer. Inert ini
konsentrasinya harus dijaga sekitar 7-11 % berat agar reaksi pembentukan
amoniak berlangsung maksimal.
Adapun gas dari metanasi yang mengandung CO, CO2 dan H2O sebelum
masuk ke dalam synthesis Loop dipertemukan terlebih dahulu dengan gas
keluar converter yang sudah didinginkan dan mengandung amoniak cair.
Tujuannya adalah agar CO, CO2 dan H2O yang ada dalam gas dari Metanasi
(make up gas) dapat larut dalam amoniak cair dan terbawa ke refrigerasi, tidak
ke inlet converter amoniak.
Kondisi Operasi Converter :
Pressure : 230-210 kg/cm2G
8
Temperature Inlet : 250-270 oC
Temperature Outlet : 480-530 oC
NH3 Inlet : 1,5-5 % berat
NH3 Outlet : 13-20 % berat.
Refrigerasi
Produk amoniak cair dengan temperature 6oC – (-5)oC ini selanjutnya dikirim
ke refrigerasi untuk dimurnikan dari H2, N2, CO, CO2, H2O dan inert yang
terlarut dalam amoniak cair dan didinginkan hingga temperature -31oC.
Selanjutnya amoniak cair yang panas (25oC) yang merupakan hasil kondensasi
uap amoniak keluar kompressor/discharge dikirim ke pabrik Urea. Sedangkan
amoniak cair yang dingin (-31oC)dari bagian suction kompersor dikirim ke
Storage Amoniak.
Demikian proses pembuatan amoniak dan karbondioksida sebagai bahan baku
pembuatan Industri Pupuk Urea.
2.1.2 Cara Memperbanyak Reaksi Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Laju Reaksi
- Berdasarkan luas permukaan sentuh
Pada reaksi kimia terjadi tumbukan antarpartikel atom unsur atau antarpartikel
molekul senyawa. Adanya tumbukan antar partikel yang bereaksi, berarti
adanya bidang sentuh antarpartikiel yang bereaksi. Makin luas bidang yang
bersentuhan, zat produk yang dihasilkan makin banyak. Dengan kata lain, jika
luas permukaan sentuh makin besar,laju reaksi makin cepat. Maka jika ingin
hasil reaksi semakin bertambah, maka luas permukaan sentuh harus diperbesar.
- Berdasarkan suhu yang dinaikkan
Ketika temperatur dinaikkan maka kesetimbangan bergeser ke zat yang
bereaksi secara endoterm, artinya jumlah konsentrasi NH 3 berkurang
sementara itu konsentrasi N2 dan H2 bertambah. 2 NH3(g) + 92 kJ/mol → N2(g) +
3H2(g)
- Berdasarkan penambahan molaritas
Larutan amonia apabila molaritasnya ditambahkan maka hasil reaksi akan
semakin besar.
- Berdasarkan katalis
Faktor laju reaksi yang sering digunakan adalah katalis. Seperti yang telah
kalian pelajari tentang uraian katalis di depan, katalis merupakan zat yang
9
mempercepat laju reaksi tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali seperti
semula. Contoh industri yang menggunakan katalis adalah pembuatan amonia
((NH3) dan asam sulfat (H2SO4). Amonia merupakan bahan untuk membuat
asam nitrat, pupuk, dan bahan peledak. Proses pembuatan amonia dikenal
dengan nama Proses Haber-Bosch sesuai dengan nama penemunya, yaitu Fritz
Haber dan Karl Bosch.
Ternyata Reaksi tersebut sangat lambat pada suhu kamar, sehingga perlu
dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat laju reaksi.Salah satu usaha yang
dilakukan adalah menambah katalis besi. Pada prosespembuatan asam sulfat
yang sering dikenal sebagai proses kontak,juga diperlukan katalis yaitu
Vanadium pentoksia (V2O5).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Amonia (NH3) merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat dan sangat
mudah larut dalam air. Amonia ini biasanya digunakan dalam refrigerator dan
dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, plastik, serta bahan-bahan kimia lainnya.
Selian itu, amonia juga digunakan sebagai pelarut. Amonia dapat dibuat dengan
mereaksikan gas nitrogen (N2) dengan gas hodrogen (H2) melalui proses reaksi
eksoterm, yang dapat membentuk keseimbangan sebagai berikut :
Berdasarkan asas Le Chateiler, untuk memperoleh jumlah hasil yang banyak dalam
suatu reaksi, maka reaksi tesebut harus dilakukan pada tekanan yang tinggi dan suhu
yang rendah. Akan tetapi, semakin rendah suhu, semakin lambat reaksi tersebut. Oleh
karena itu, kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu kita memperoleh amonia dalam
jumlah sedikit secara cepat atau amonia dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang
lama. Pada dasarnya, kedua pilihan tersebut tidak ekonomis. Lalu bagaimana cara
untuk memperoleh amonia yang ekonomis tersebut?
Dalam industri, amonia dibuat dengan dengan mencampur gas N2 yang diperoleh
melalui udara dan gas H2 yang diperoleh dari reaksi antara gas metana dan air.
Campuran gas N2 dan H2 dengan perbandingan N2 : H2 = 3 : 1 tersebut kemudian
dialirkan melalui pompa bertekanan tinggi (250 atm) ke dalam tabung pemurnian gas.
Dalam tabung inilah kemudian diperoleh gas N2 dan H2 murni yang dialirkan ke dalam
reaktor katalisis.
Amonia yang dihasilkan dalam proses industri berupa amonia cair. Hal ini karena
campuran gas H2, N2 dan NH3 dialirkan melalui kondensor. Karena NH3 mempunyai
titik didih lebih tinggi dibanding H2 dan N2, maka NH3 akan segera mencair dan
ditampung dalan bejana tertentu, sedangkan gas H2 dan N2 didaur ulang kembali untuk
menghasilkan amonia pada proses berikutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.joetrizilo.wordpress.com
http://www.pusri.co.id
http://www.pupuk-indonesia.com
http://www.joetrizilo.wordpress.com/2012/03/26/proses-pembuatan-urea-proses-pabrik-
amoniak-lengkap-bagian-6/
http://www.zainiusman6.blogspot.com
http://www.kimiadahsyat.blogspot.com
http://www.edukatindo.wordpress.com
13