You are on page 1of 16

MAKALAH

PEMBUATAN AMONIA

Anggota Kelompok :
1. Azizah
2. Erfin
3. Merika
4. Yeny

SMA NEGERI 1 PLAOSAN


Tahun Pelajaran 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pembuatan
NH3 Ditinjau dari Sisi Laju Reaksi” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.
Terima kasih penulis sampaikan kepada guru pembimbing yang telah memberikan
tugas ini juga rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini baik secara materil maupun nonmateril.
Makalah ini memberi perhatian yang besar terhadap proses pembuatan amoniak yang
mana menjadi bahan dasar atau bahan baku dalam pembuatan pupuk urea.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Amiinn.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Sifat – Sifat Amoniak............................................................................ 1
1.3 Sifat – Sifat Berbahaya dari Amoniak.................................................. 2
1.4 Alat Pelindung Diri............................................................................... 2
1.5 Pertolongan Pertama............................................................................. 3
1.6 Rumusan Masalah................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembuatan Amoniak............................................................................. 4

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan baku pembuatan Urea adalah Amoniak (NH3) dan Karbon Dioksida
(CO2), Amoniak dalam bentuk liquid (cair) dan karbon dioksida dalam fasa gas.
Dari mana kedua bahan itu diperoleh?
Amoniak (NH3) diperoleh dari reaksi H2 dan N2. N2 diperoleh dari udara bebas,
sedangkan H2 diperoleh dari proses reform gas alam (CH 4). Gas karbon dioksida
berasal dari produk samping proses pembuatan amoniak tadi. Dan karena gas alam
merupakan komponen vital dalam industri pupuk maka biasanya Industri Fertilizer itu
pasti berada di lokasi yang dekat dengan lapangan gas : seperti di Aceh, Palembang,
Gresik, Cikampek dan Bontang.
Karena industri pupuk urea erat kaitannya dengan proses pabrik amoniak,
maka di sini akan dijelaskan secara terperinci mengenai proses pembuatan amoniak.
Pertama, akan dibahas mengenai sifat-sifat gas amoniak.

1.2 Sifat-Sifat Amoniak


Gas amoniak lebih ringan dibanding dengan udara, gas tidak berwarna, iritan, dapat
meledak dan terbakar pada kondisi tertentu, mudah larut dalam air dengan reaksi
eksotermis. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru dan bahkan kematian, karena Amoniak digolongkan sebagai
bahan beracun jika terhirup. Amoniak dikenal dengan baunya yang spesifik yang
mempunyai sifat-sifat fisis sebagai berikut :
Titik leleh : -77,7oC
Titik didih : -33,4oC
Tekanan Uap : 400 mmHg (-45,4oC)
Kelarutan dalam air : 31g/100g (25oC)
Berat jenis : 0.682 (-33,4oC)
Berat jenis uap : 0.6 (udara=1)
Suhu kritis : 133oC
Berat Molekul : 17.03
Selain sifat-sifat di atas, amoniak pun memiliki sifat-sifat berbahaya dari segi
kesehatan, keamanan, reaktivitas, serta penanganan dan penyimpanan.

1
1.3 Sifat-Sifat Berbahaya dari Amoniak
1.3.1 Kesehatan
- Efek Jangka Pendek (Akut)
Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi
pada 400- 700 ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak
dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total. Kontak
dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frostbite).
- Efek Jangka Panjang (Kronis)
Menghirup uap asam pada jangka panjang mengakibatkan iritasi pada
hidung, tenggorokan dan paru-paru. Termasuk bahan teratogenik. Nilai
ambang batas : 25 ppm (18 mg/m3) (ACGIH 1987-88) STEL 35 ppm (27
mg/m3).
Toksisitas : LD50 = 3 mg/kg (oral, tikus). LC 50 = 200 ppm (tikus
menghirup 4 jam)
1.3.2 Kebakaran
Dapat terbakar pada daerah mudah terbakar : 16-25 % (LFL-UFL).
Suhu kamar : 651oC.
1.3.3 Reaktivitas
Stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran.
Larut dalam air membentuk ammonium hidroksida.
1.3.4 Keselamatan dan Pengamanan
- Penanganan & Penyimpanan
Hindari gas berada dalam ruang kerja, hindari dari loncatan api dan sumber
panas. Simpan pada tempat dingin, kering dan berventilasi dan jauh dari
populasi. Hindarkan dari asam, oksidator, halida, etoksi, logam alkali dan
kalium klorat.
- Tumpahan & Bocoran
Bila terjadi tumpahan atau bocoran, harus ditangani oleh orang yang terlatih
dengan memakai alat pelindung diri. Jauhkan dari sumber api. Kabut
amoniak dapat disemprot oleh air.

1.4 Alat Pelindung Diri


Paru-paru : Masker dengan Filter Amoniak atau respirator udara
Mata : Safety goggles dan pelindung muka
Kulit : Gloves (neoprene, karet, PVC karet butil)
2
1.5 Pertolongan Pertama
Terhirup : bawa ke tempat aman dan udara yang segar, beri pernapasan buatan jika
perlu, segera bawa ke dokter.
Terkena mata : cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit dan segera bawa
ke dokter.
Terkena kulit : cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit, lepaskan pakaian
yang tekontaminasi.

1.6 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pembuatan amonia ditinjau dari sisi laju reaksi?
2. Bagaimana cara memperbanyak hasil reaksi berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembuatan Amoniak


2.1.1 Pembuatan Amoniak Ditinjau Secara Umum
(Meskipun proses pembuatan amoniak ini ditinjau secara umum, akan tetapi
dalam proses tersebut mengarah kepada tinjauan dari sisi laju reaksi.Terbukti
dengan pengaruh suhu, katalis, dan luas permukaan sentuh yang menjadi fokus
dalam proses pembuatan amoniak ini).
 Rumus molekul amoniak adalah NH3.
Terlihat amoniak terbentuk dari gugus N dan H yang masing-masing dapat
diperoleh dari H2 (Hidogen) dan N2 (Nitrogen). H2 adalah salah satu komponen
gas synthesa yang diperoleh dari pemrosesan gas alam yang mengandung 80 –
95 % CH4 (Metan). Sedang N2 diperoleh dari udara yang mengandung 79%
N2 dan 21% O2.
Berikut blok diagram proses pembuatan amoniak secara sederhana :

4
Reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembuatan NH3 dan CO2 adalah
sebagai berikut :

 Katalisator
Katalisator adalah suatu senyawa yang berfungsi untuk mempercepat suatu
reaksi kimia. Secara fisik katalisator tidak berubah bentuk walaupun terlibat
dalam suatu reaksi kimia. Dari bentuknya katalisator di pabrik amoniak
sebagian besar berbentuk padatan. Hanya DEA (Dietanol Amione) yang
berbentuk cairan.
Katalisator yang dalam bentuk padatan ini disuplai dari pembuatnya dalam
kondisi masih teroksidasi. Untuk mengaktifkanya katalisator harus terlebih
dahulu direduksi (penurunan bilangan oksida) menggunakan pereduksi H 2 dan
CO2, akan tetapi yang umum dipakai adalah H 2 karena kenaikan temperatur
yang dihasilkan dari aktifasi/reduksi katalis masih dapat dikendalikan
dibandingkan bila menggunakan CO sebagai pereduksi.
Berikut adalah salah satu contoh reaksi reduksi katalis Fe3O4 dengan H2 :
3Fe2O3 + H2 —> 2Fe3O4 +H2O + Panas

Katalisator yang aktif (tereduksi) bila terkena udara ( O 2 ) akan bereaksi


dengan cepat dan menghasilkan panas yang besar (pyrophoric) dan sulit
dikendalikan, oleh karena itu katalisator baru selalu disuplai oleh penjual
dalam bentuk teroksidasi agar pada saat dibuka drumnya ketika akan
dimasukkan ke dalam reaktor tidak bereaksi dengan udara.

5
Untuk menjaga katalisator tetap tinggi aktivitasnya maka beberapa racun
katalis berikut harus dipastikan tidak masuk ke dalam sistem reaksi :
- Sulfur
- Carbon
- CL-
- Phospat
Khusus untuk katalis synthesa amoniak disamping racun-racun di atas, berikut
racun-racun lainnya yang dapat menurunkan aktifitas katalis : CO, CO2, H2O
 Tiga tahap dalam penyiapan gas synthesa :
- Desulfurisasi.
Gas alam pada umumnya mengandung sulfur dalam bentuk H2S/Sulfur
Anorganik dan Sulfur Organik seperti mercaptan yang rumus molekulnya RS.
Kadar sulfur anorganiknya di dalam gas alam yang diterima industri pupuk
adalah relatif kecil yaitu berkisar 0,18 -0.3 ppm sedang sulfur organiknya
relatif tidak ada.
Kadar sulfur dalam gas alam yang diijinkan untuk memasuki Primary
Reformer maksimum adalah 0,1 ppm. Untuk menyerap sulfur dari gas yang
dari gas alam digunakan ZnO sebagai adsorbent ini bukan katalis, lihat reaksi
no 1.
Keberhasilan adsorbsi sulfur anorganik praktis
diadsorbsi padatemperatur yang lebih rendah (200-250oC) dibandingkan
dengan sulfur organik (250-400oC).
Kondisi operasi di Desulfurisasi:
Pressure : 35-40 kg/cm2G
Temperature Inlet : 350-400oC
Temperature Outlet : 330-380oC
- Primary Reformer.
Ke dalam Primary Reformer dimasukan Steam bersama gas alam yang keluar
dari Desulfurisasi. Sebelum bertemu katalis yang berada dalam tube yang
dipanasi secara radiasi oleh burner-burner (seperti burner pada kompor gas),
campuran steam dan gas terlebih dahulu dipanasi hingga temperatur reaksi
530-650oC. Hal ini sesuai dengan jenis reaksinya yang endotermis. Disamping
reaksi reforming, reaksi shift juga terjadi di Primary Reformer seperti pada
reaksi no. 2 dan no. 3.

6
Untuk menjamin bahwa reaksi berjalan sesempurna mungkin rasio steam
terhadap karbon yang ada dalam gas alam (S/C) dijaga sekitar 3,1—4
(mol/mol)

Kondisi operasi Primary Reformer :


Pressure : 35 – 40 kg/cm2G
Temperature Inlet : 530 – 650oC
Temperature Outlet : 770 – 811oC
Kadar CH4 Outle : 9 – 16% berat
Kadar CO Outlet : 8 – 9% berat
Kadar H2 Outlet : 65 – 70% berat.
- Scondary Reformer
Pada dasarnya Scondary Reformer berfunggsi untuk menyempurnakan reaksi
reforming yang telah terjadi di Primery Reforming. Kalau Primery Reformer
sumber panas untuk reaksi reforming yang endotermis disuplay oleh burner-
burner yang memberikan panasnya secara radiasi, maka sumber panas di
Scondary Reformer disuplay oleh udara yang dimasukkan ke Scondary
Reformer menggunakan kompresor udara.
Reaksi pembakaran O2 dari udara dengan H2 hasil reaksi reforming di Primary
Reformer :
O2 + H2 + H2O + Panas (exothermic)
Akan menghasilkan panas yang akan dipakai oleh reaksi reforming Scondary
Reformer. Campuran hasil reaksi di Scondery Reformer ini akan menyisakan
N2 yang praktis tidak/belum bereaksi dengan H2 dan campuran gas lainnya.
N2 akan bereaksi dengan H2 nantinya di Converter Amoniak setelah menjalani
berbagai proses pemurnian berikutnya.
Kondisi operasi di Secondary Reformer :
Pressure : 35-40 kg/cm2G
Temperature Inlet : 520-560oC
Temperature Outlet : 950-1050oC
CH4 Outlet : 0,2-1,0% berat
CO Outlet : 10-13% berat
H2 Outlet : 54-56% berat

7
 Synthesis Loop dan Refrigerasi.
Di dalam Synthesis loop ini terdapat converter amoniak yang berfungsi
mereaksikan N2 dengan H2 untuk membentuk amoniak/NH3. Gas synthesa
dengan kadar CO+CO2 maksimum 10 ppm sebelum dimasukkan ke Synthesis
loop dinaikkan tekanannya terlebih dahulu ke 130-210 kg/cm2G menggunakan
kompressor Synthesis Gas.
Yang perlu diperhatikan adalah rasio H2/N2 dijaga 3 atau sedikit dibawah dari
3. Hal ini penting dipertahankan agar reaksi pembentukan amoniak berjalan
maksimal. Pangaturan rasio ini dilakukan dengan mengatur laju udara yang
dimasukkan ke Scondary Reformer.
Reaksi pembentukan amoniak ini berlangsung pada temperature inlet
Converter 270oC dan temperatur 530oC. Dengan temperature setinggi ini, maka
amoniak yang terbentuk mustahil diperoleh dalam keadan cair. Untuk itu gas
keluar converter harus terlebih dahulu menjalani pendinginan hingga
temperatur 6–(-5)oC. Pendinginan ke temperatur ini dilakukan dengan
cara,melakukan pertukaran panas antara gas masuk dengan converter dengan
gas keluar converter, pembangkitan steam dan pemanasan air umpan boiler
(BFW), pendinginan dengan menggunakan air pendingin (cooling water) serta
yang utama adalah pendinginan menggunakan refrigerasi.
Gas yang telah didinginkan,karena masih mengandung H2 dan N2 yang tidak
bereaksi, gas dicampur dengan gas dari metanasi dikembalikan ke converter
amoniak. Sistem ini akhirnya merupakan sebuah Loop atau siklus amoniak.
Di dalam Loop ini juga ada gas-gas yang benar-benar tidak bereaksi yang
disebut inert, yaitu CH4 yang berasal dari Metanasi dan Argon (Ar) yang
berasal dari udara yang dimasukkan ke Scondary Reformer. Inert ini
konsentrasinya harus dijaga sekitar 7-11 % berat agar reaksi pembentukan
amoniak berlangsung maksimal.
Adapun gas dari metanasi yang mengandung CO, CO2 dan H2O sebelum
masuk ke dalam synthesis Loop dipertemukan terlebih dahulu dengan gas
keluar converter yang sudah didinginkan dan mengandung amoniak cair.
Tujuannya adalah agar CO, CO2 dan H2O yang ada dalam gas dari Metanasi
(make up gas) dapat larut dalam amoniak cair dan terbawa ke refrigerasi, tidak
ke inlet converter amoniak.
Kondisi Operasi Converter :
Pressure : 230-210 kg/cm2G
8
Temperature Inlet : 250-270 oC
Temperature Outlet : 480-530 oC
NH3 Inlet : 1,5-5 % berat
NH3 Outlet : 13-20 % berat.
Refrigerasi
Produk amoniak cair dengan temperature 6oC – (-5)oC ini selanjutnya dikirim
ke refrigerasi untuk dimurnikan dari H2, N2, CO, CO2, H2O dan inert yang
terlarut dalam amoniak cair dan didinginkan hingga temperature -31oC.

Selanjutnya amoniak cair yang panas (25oC) yang merupakan hasil kondensasi
uap amoniak keluar kompressor/discharge dikirim ke pabrik Urea. Sedangkan
amoniak cair yang dingin (-31oC)dari bagian suction kompersor dikirim ke
Storage Amoniak.
Demikian proses pembuatan amoniak dan karbondioksida sebagai bahan baku
pembuatan Industri Pupuk Urea.
2.1.2 Cara Memperbanyak Reaksi Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Laju Reaksi
- Berdasarkan luas permukaan sentuh
Pada reaksi kimia terjadi tumbukan antarpartikel atom unsur atau antarpartikel
molekul senyawa. Adanya tumbukan antar partikel yang bereaksi, berarti
adanya bidang sentuh antarpartikiel yang bereaksi. Makin luas bidang yang
bersentuhan, zat produk yang dihasilkan makin banyak. Dengan kata lain, jika
luas permukaan sentuh makin besar,laju reaksi makin cepat. Maka jika ingin
hasil reaksi semakin bertambah, maka luas permukaan sentuh harus diperbesar.
- Berdasarkan suhu yang dinaikkan
Ketika temperatur dinaikkan maka kesetimbangan bergeser ke zat yang
bereaksi secara endoterm, artinya jumlah konsentrasi NH 3 berkurang
sementara itu konsentrasi N2 dan H2 bertambah. 2 NH3(g) + 92 kJ/mol → N2(g) +
3H2(g)
- Berdasarkan penambahan molaritas
Larutan amonia apabila molaritasnya ditambahkan maka hasil reaksi akan
semakin besar.
- Berdasarkan katalis
Faktor laju reaksi yang sering digunakan adalah katalis. Seperti yang telah
kalian pelajari tentang uraian katalis di depan, katalis merupakan zat yang
9
mempercepat laju reaksi tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali seperti
semula. Contoh industri yang menggunakan katalis adalah pembuatan amonia
((NH3) dan asam sulfat (H2SO4). Amonia merupakan bahan untuk membuat
asam nitrat, pupuk, dan bahan peledak. Proses pembuatan amonia dikenal
dengan nama Proses Haber-Bosch sesuai dengan nama penemunya, yaitu Fritz
Haber dan Karl Bosch.

Ternyata Reaksi tersebut sangat lambat pada suhu kamar, sehingga perlu
dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat laju reaksi.Salah satu usaha yang
dilakukan adalah menambah katalis besi. Pada prosespembuatan asam sulfat
yang sering dikenal sebagai proses kontak,juga diperlukan katalis yaitu
Vanadium pentoksia (V2O5).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Amonia (NH3) merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat dan sangat
mudah larut dalam air. Amonia ini biasanya digunakan dalam refrigerator dan
dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, plastik, serta bahan-bahan kimia lainnya.
Selian itu, amonia juga digunakan sebagai pelarut. Amonia dapat dibuat dengan
mereaksikan gas nitrogen (N2) dengan gas hodrogen (H2) melalui proses reaksi
eksoterm, yang dapat membentuk keseimbangan sebagai berikut :

N2 (g) + 3H2 (g) Û 2NH3 (g) DH = -92,2kJ

Berdasarkan asas Le Chateiler, untuk memperoleh jumlah hasil yang banyak dalam
suatu reaksi, maka reaksi tesebut harus dilakukan pada tekanan yang tinggi dan suhu
yang rendah. Akan tetapi, semakin rendah suhu, semakin lambat reaksi tersebut. Oleh
karena itu, kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu kita memperoleh amonia dalam
jumlah sedikit secara cepat atau amonia dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang
lama. Pada dasarnya, kedua pilihan tersebut tidak ekonomis. Lalu bagaimana cara
untuk memperoleh amonia yang ekonomis tersebut?

Dalam industri, amonia dibuat dengan dengan mencampur gas N2 yang diperoleh
melalui udara dan gas H2 yang diperoleh dari reaksi antara gas metana dan air.
Campuran gas N2 dan H2 dengan perbandingan N2 : H2 = 3 : 1 tersebut kemudian
dialirkan melalui pompa bertekanan tinggi (250 atm) ke dalam tabung pemurnian gas.
Dalam tabung inilah kemudian diperoleh gas N2 dan H2 murni yang dialirkan ke dalam
reaktor katalisis.

Reaksi pembuatan amonia merupakan reaksi eksoterm, sehingga untuk menghasilkan


amonia dalam jumlah besar, maka reaksi tersebut harus dilakukan pada suhu yang
rendah. Akan tetapi, pada suhu rendah reaksi akan berlangsung lambat. Oleh karena
itu, untuk mengimbanginya, maka reaksi dalam pembuatan amonia dilakukan pada
suhu tinggi (sekitar 500°C) dan tekanan yang tinggi (200 – 400 atm). Suhu dan
11
tekanan tersebut memungkinkan reaksi pembuatan amonia dapat berlangsung cepat
dan amonia yang dihasilkannya dalam jumlah besar (reaksi bergeser ke kanan).

Amonia yang dihasilkan dalam proses industri berupa amonia cair. Hal ini karena
campuran gas H2, N2 dan NH3 dialirkan melalui kondensor. Karena NH3 mempunyai
titik didih lebih tinggi dibanding H2 dan N2, maka NH3 akan segera mencair dan
ditampung dalan bejana tertentu, sedangkan gas H2 dan N2 didaur ulang kembali untuk
menghasilkan amonia pada proses berikutnya.

Mekanisme produksi amonia yang telah diuraikan di atas pada mulanya


dikembangkan oleh dua orang ahli kimia Jerman, Fritz Haber (1868-1934) dan Karl
Bosch (1874-1940), sehingga proses pembuatan amonia tersebut dikenal dengan
proses Haber-Bosch.
Ditinjau dari sisi laju reaksi, hasil reaksi amonia dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Luas permukaan sentuh
2. Suhu
3. Katalis/ katalisator
4. Molaritas

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.joetrizilo.wordpress.com
http://www.pusri.co.id
http://www.pupuk-indonesia.com
http://www.joetrizilo.wordpress.com/2012/03/26/proses-pembuatan-urea-proses-pabrik-
amoniak-lengkap-bagian-6/
http://www.zainiusman6.blogspot.com
http://www.kimiadahsyat.blogspot.com
http://www.edukatindo.wordpress.com

13

You might also like