You are on page 1of 27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Efektivitas Pengajaran

Efektivitas berasal dari bahasa inggris “efectifity” (kata sifat) yang

berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya, dapat membawa

hasil, berhasil guna). (Peter Salim dan Yani Salim, 1991:376). Efektivitas

menunjukkan pada suatu yang mampu memberikan dorongan atau motivasi

dan bantuan dalam mencapai suatu tujuan. Efektif berarti semua potensi dapat

dimanfaatkan dan semua tujuan dapat dicapai (Margono,1998:3). Dengan

demikian efektivitas berarti ada efeknya yang menunjukkan keberhasilan dari

segi tercapai tidaknya suatu sasaran yang telah ditetapkan.

Metode pembelajaran yang tepat dan efektif akan dapat menunjang

tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif. Metode yang tepat adalah

metode yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, sedangkan metode

pembelajaran yang efektif adalah metode yang memanfaatkan semua potensi

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas metode

pembelajaran dapat ditinjau dari prestasi belajar yang diperoleh setelah proses

belajar mengajar, dimana hasil yang mendekati sasaran berarti makin tinggi

efektivitasnya.

Efektivitas pengajaran dapat diukur dengan tiga cara yaitu:

1. Pendekatan analisis, penelitian menentukan standar minimal yang dapat

dicapai siswa.

8
2. Pendekatan deskriptif, memberi tahu kepada evaluator tentang tingkat

keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajarnya.

3. Pendekatan eksperimen, dengan cara membandingkan dua kelompok,

yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan catatan kondisi

kedua kelompok yang tidak berbeda. ( Gilbert Sax dalam Suharsimi,

2002:160)

Dalam pembelajaran guru dituntut harus memiliki pengetahuan bidang

studi yang cukup, mengetahui cara mengajar yang efektif dan efisien,

memiliki sifat terbuka, agar proses belajar mengajar pada diri siswa dapat

berlangsung serta dapat mengatur kondisi ruang kelas dan laboratorium yang

memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar.

2.2. Belajar dan Pembelajaran

2.2.1. Pengertian belajar

Belajar sebagai suatu kegiatan yang telah dikenal dan bahkan sadar

atau tidak sadar dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup

sekaligus mengembangkan dirinya. Kemampuan untuk melakukan itu

semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada.

Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang telah menandakan

telah terjadi belajar. Proses belajar ini merupakan kegiatan mental yang

tidak dapat disaksikan dari luar.

Beberapa ahli telah menyusun definisi belajar menurut sudut

pandang masing- masing, antara lain sebagai berikut:

9
1. Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu adanya perubahan

tingkah laku, sifat perubahannya relatif permanen, dan perubahan

tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan (Elaine B.

Johnson, 2006: 15).

2. Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan

perubahan tingkah laku pada individu yang belajar (Slameto, 2003: 25).

3. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang

pendidikan (Muhibin Syah, 2004: 88)

Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan individu

dimana menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dan

berkesinambungan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran efektif menurut

Dick dan Reijer ( Sutikno, 2005:3 ) adalah suatu pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk belajar ketrampilan spesifik, ilmu

pengetahuan dan sikap serta membuat siswa senang.

Ada tiga prinsip yang layak diperhatikan, diantaranya: (1) belajar

menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif permanen, (2)

anak didik memiliki potensi dan kemampuan yang merupakan benih

kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. (3) perubahan atau

pencapaian kualitas ideal tidak tumbuh secara alami melainkan sejalan

dengan proses kehidupan (Elaine B. Johnson, 2006: 46).

10
2.2.2. Ciri- Ciri Belajar

Belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil, oleh karena itu

belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan

berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Ciri- ciri belajar:

1. Proses belajar adalah mengalami, berbuat, mereaksikan dan melampaui.

2. Proses belajar melalui bermacam-macam pengalaman dan mata

pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.

3. Hasil- hasil belajar yang telah tercapai bersifat kompleks dan dapat

berubah- ubah, jadi tidak sederhana dan statis (Oemar Hamalik, 2002

:15).

Ciri -ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu:

1. Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu atau sekurang- kurangnya individu merasa telah terjadi

adanya perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada individu berlangsung

terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan

ataupun proses berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan- perubahan itu senantiasa

bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih aktif dari

11
sebelumnya. Perubahan bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu itu sendiri.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau

permanent.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar kearah perubahan tingkah

laku yang benar- benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu melalui proses belajar, meliputi

perubahan seluruh tingkah laku (Abu Ahmadi dan Joko Tri, 1997 :121-

122).

2.2.3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak factor.

Faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar, sedangkan factor ekstern adalah factor yang berada di luar

individu.

1. Faktor- faktor intern

Dari faktor intern dibagi menjadi 3 faktor yaitu :faktor

jasmaniah, factor psikologis, dan factor kelelahan.

12
a. Faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan, dan cacat tubuh

b. Faktor psikologis, meliputi; intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(Slameto, 2003: 54-59).

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat

dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, factor sekolah,

dan factor masyarakat.

a. Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota, keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,

dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan alat pelajaran.

c. Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat,

media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat

(Slameto, 2003: 60-71).

2.2.4. Tujuan Belajar

Menurut Slameto (2003 : 72-74), ada lima kemampuan yang

dicapai dalam belajar yaitu :

1. Kemampuan Intelektual (Intelectual Skills)

Adalah kecakapan yang membuat seseorang segera tanggap terhadap

permasalahan- permasalahan yang dihadapinya.

13
2. Strategi cognitif (Cognitive Strategies)

Adalah kecakapan khusus yang sangat penting yang memungkinkan

seseorang dapat belajar dan menentukan sesuatu secara mandiri.

3. Informasi Verbal (Verbal Information)

Informasi itu dapat diklasifikasikan sebagai fakta, nama, prinsip-

prinsip dan generalisasi.

4. Ketrampilan motor (Motor Scills)

Adalah ketrampilan yang berkaitan dengan gerak otot.

5. Sikap (Attitude)

Sebagai kemampuan, sikap sering dihubungkan dengan nilai - nilai.

2.2.5. Prestasi Belajar

Pada masa sekarang ini belajar merupakan masalah tiap orang,

hampir setiap kegiatan manusia dibentuk dan dikembangkan karena

belajar. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan

nyata, proses ini terjadi di dalam diri seseorang yang sedang belajar.

Seberapa besar perubahan ini dapat dicapai atau berhasil atau tidaknya

siswa dalam mencapai tujuan dapat diketahui dari prestasi belajarnya.

Hasil belajar yang didapat di sekolah sering juga disebut dengan

prestasi belajar, yaitu hasil yang dicapai oleh siswa selama mengikuti

proses belajar mengajar. Hal ini akan memberikan masukan bagi pengajar

untuk mengetahui seberapa banyak siswa mampu menguasai materi

selama proses belajar tersebut berlangsung.

14
Menurut Abin Syamsuddin Makmun, (2003: 44) prestasi belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah melalui proses

belajar. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berbentuk:

Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal,

baik secara tertulis maupun lisan seperti pemberian nama terhadap suatu

benda, definisi dan sebagainya.

Kecakapan intelektual, yaitu ketrampilan individu dalam

melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-

simbol, kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami

konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum.

Strategi kognitif, yaitu kecakapan individu untuk melakukan

pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya.

Sikap, yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan indivudu

untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain,

sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan

kecenderungan bertindak dalam menghadapi objek atau suatu peristiwa, di

dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran

dan kesiapan untuk bertindak.

Kecakapan motorik, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan

pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik

Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil pengukuran dan penilaian

dengan menggunakan alat ukur, baik yang berupa tes maupun nontes.

15
Prestasi belajar dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

kompetensi pelajaran yang dapat dikuasai siswa.

Pada Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan yang merupakan

pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi, penilaian prestasi

belajar didasarkan pada tiga ranah kemampuan, yaitu:

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yaitu kemampuan menghafal, memahami,

menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.

2. Ranah afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, perasaan, minat,

emosi atau nilai.

3. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni

gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks serta

gerakan ekspresif dan interpretatif (Depdiknas, 2003)

Ranah psikomotorik dapat diukur baik dengan pengamatan atas

kecakapan gerakan siswa maupun dengan portofolio atas tugas yang telah

dikerjakan oleh siswa.

16
2.3. Motivasi Belajar

2.3.1. Pengertian Motivasi Belajar

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia

terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil

atau tujuan tertentu.

Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri

seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi

untuk mencapai tujuan (Frederick dalam Nashar, 2004). Tetapi menurut

Clayton Alderfer dalam Nashar (2004) Motivasi belajar adalah

kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong

oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan

kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih

baik, berprestasi dan kreatif (Maslow dalam Nashar, 2004).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut disimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk

belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada

gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh

konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kagiatannya.

2.3.2. Unsur-Unsur Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

17
1. Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan

sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan

memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-

cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik

sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

2. Kemampuan Belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini

meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa.

Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Di

dalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berfikir siswa

menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan berfikirnya konkrit

(nyata) tidak sama dengan siswa yang berfikir secara operasional

(berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya

nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi,

biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih

sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat

motivasinya.

3. Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa

Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi

kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan

dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih

cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya

18
dari pada kondisi psikologis. Misalnya siswa yang kelihatan lesu,

mengantuk mungkin juga karena malam harinya bergadang atau juga

sakit.

4. Kondisi Lingkungan Kelas

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar

diri siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu

pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat. Jadi unsur-unsur yang mendukung atau menghambat

kondisi lingkungan berasal dari ketiga lingkungan tersebut. Hal ini

dapat dilakukan misalnya dengan cara guru harus berusaha mengelola

kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan

diri secara menarik dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam

belajar.

5. Unsur-unsur Dinamis Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang

keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah

dan bahkan hilang sama sekali.

6. Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan

diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara

menyampaikannya hingga menarik perhatian siswa.

Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar menurut

Dimyati dan Mudjiono (1994) yaitu :

19
1. Optimalisasi penerapan prinsip belajar

Kehadiran siswa dikelas awal dari motivasi belajar. Untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan bimbingan tindak

pembelajaran bagi guru. Dalam upaya pembelajaran, guru harus

berhadapan dengan siswa dan menguasai seluk beluk bahan yang

diajarkan kepada siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa

prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara

lain sebagai berikut :

a. Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar,

oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara

hirarkis.

b. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan

masalah yang menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan

masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik

c. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala

kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu oleh

karena itu guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam

pengajaran unit atau proyek.

d. Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu

guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai

paling menantang.

e. Belajar menjadi lebih menantang bila siswa memahami prinsip

penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian

20
hari, oleh karena itu guru perlu memberitahukan kriteria

keberhasilan atau kegagalan belajar.

2. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran

Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada

yang mendorong dan ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh

karena itu guru yang lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa

dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis tersebut dengan

jalan :

a. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan

belajar yang dialaminya.

b. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga

terwujud tindakan belajar.

c. Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar memberi

kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.

d. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.

e. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira

terpusat pada perilaku belajar.

f. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.

3. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa

dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan

pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : (1) Siswa

ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan bertanya kepada guru

21
apa yang mereka tidak mengerti. (2) Guru mempelajari hal-hal yang

sukar bagi siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar. (4) Guru

mengajarkan cara memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik

kebenaran mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak siswa mengalami

dan mengatasi kesukaran. (6) Guru memberi kesempatan siswa untuk

menjadi tutor sebaya. (7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang

berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai

pengalaman dan kemampuan siswa belajar secara mandiri.

4. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar

Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah

dasar. Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan

membuat kegiatan belajar sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan

pada setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya dorongan keberanian

untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang berasal dari

semua lapisan masyarakat.

Menurut Catharina Tri Anni (2006) ada beberapa strategi motivasi

belajar antara lain sebagai berikut:

1. Membangkitkan minat belajar

Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting dan

karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat

bermanfaat bagi mereka. Cara lain yang dapat dilakukan adalah

memberikan pilihan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang

akan dipelajari dan cara-cara mempelajarinya.

22
2. Mendorong rasa ingin tahu

Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk

membangkitkan dan memelilhara rasa ingin tahu siswa didalam

kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran studi kasus, diskoveri,

inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa

metode yang dapat digunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu

siswa.

3. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik

Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan

materi pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi

metode penyajian.

4. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar

Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras

untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan

oleh dirinya sendiri dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang

lain.

2.3.3. Indikator Motivasi

Menurut Sardiman (2001), disebutkan bahwa motivasi yang ada

pada diri siswa, dapat diukur melalui indikator sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri

23
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Indikator-indikator ini juga yang akan diadopsi untuk mengukur

motivasi belajar siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 5

Kupang pada mata pelajaran melakukan overhoul sistem pendingin dan

komponen-komponennya.

2.4. Metode Pembelajaran

Ada beberapa pendapat mengenai Pengertian Metode. Menurut

Mulyani Sumantri Dan Johar Permana (2001: 114) metode merupakan cara -

cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-

benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan

tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

Menurut Mulyati Arifin (1995:107) metode pembelajaran menyangkut

permasalahan kegiatan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga

kemampuan intelektualnya dapat berkembang, sehingga belajar dapat

berjalan secara efisien dan bermakna bagi siwa. Metode pembelajaran

menurut Slameto (2003 : 65) adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

dalam pembelajaran.

Untuk mencapai hal- hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan

mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien, dan efektif sesuai

dengan materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka

24
akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar- benar

memahami materi yang diberikan.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian metode

pembelajaran, yaitu cara- cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan

situasi pembelajaran yang benar- benar menyenangkan dan membuat

kemampuan intelektual siswa berkembang, siswa belajar dapat berjalan

secara efisien dan bermakna bagi siswa.

Menurut Slameto (2003: 92), variasi pembelajaran merupakan

penerapan beberapa metode dalam proses mengajar. Variasi metode

pembelajaran mengakibatkan penyajian bahan pelajran menjadi lebih menarik

perhatian siswa. Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan

siswa, hal ini dikarenakansiswa tidak tertarik pada penyampaian materi oleh

guru, sehingga dengan variasi metode pembelajaran akan dapat meningkatkan

minat dan kegiatan belajar siswa.

2.5. Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan)

Radno Harsanto, (2007: 21) menganggap bahwa proses pembelajaran

berbasis kompetensi akan akan sangat berkembang jika guru memberi

keleluasaan dan otonomi kepada siswa untuk memilih kegiatan dan bahan

pembelajaran yang akan dilaksanakan, sedangkan guru hanya berperan

sebagai fasilitator yang secara demokratis memberi arahan tentang peta

proses pembelajaran yang akan berlangsung. Proses ini mensyaratkan guru

harus sudah mengetahui secara persis liku- liku materi pembelajaran yang

akan dipelajari. Karena pada saat pembelajaran dilaksanakan, siswa

25
diharpkan bersikap dewasa, terbuka, dan memiliki komitmen tinggi untuk

belajar. Suasana akan terbangun secara demokratis dan siswa sendiri akan

merasa senang karena keinginan, keberadaan, otonominya sebagai siswa

diakomodasi oleh guru.

Pembelajaran yang menyenangkan (Joyful Learning) bukan semata-

mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-

bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi

yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada

tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung.

(Achmad Sapari, 2003)

Menurut Paulo Fraire (dalam Sapari, 2003), Joyful Learning adalah

pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi tekanan, baik tekanan fisik

maupun psikologis. Karena kondisi Joyful Learning yaitu membuat kelas jadi

menyenangkan, tidak monoton, sehingga menyebabkan motivasi untuk terus

mencari tahu dan untuk terus belajar menjadi tinggi sehingga siswa

memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar.

Meier dalam Kaifa (2003:36) menyebutkan bahwa konsep joyfull

learning yang menyenangkan bukan berarti membuat suasana kelas menjadi

ribut, hura-hura dan meriah, tetapi harus dimaknai sebagai seperangkat

prosedur menciptakan kegembiraan yang direncanakan. Prosedur ini akan

membangkitkan minat siswa, membuat mereka bersemangat untuk terlibat

penuh selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian, akan

26
terserap makna, pemahaman, dan nilai-nilai sikap yang membahagiakan pada

diri mereka.

Dari beberapa makna Joyful Learning di atas, disimpulkan bahwa

Joyful Learning adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar dalam hal

ini adalah guru untuk membuat siswa lebih dapat menerima materi yang

disampaikan yang dikarenakan suasana yang menyenangkan dan tanpa

ketegangan dan metode belajar cepat dan tepat serta menyenangkan untuk

mengimbangi kerja otak kiri (inquiry) dan otak kanan (kinestetik) agar dapat

berkembang secara maksimal.

Goerge Homan (2008) menganggap metode Joyful Learning dapat

mempercepat penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari,

sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar lebih cepat. Materi pelajaran

yang sulit dibuat menjadi mudah, sederhana/ tidak berbelit-belit, sehingga

tidak terjadi kejenuhan dalam belajar.

Lebih lanjut dijelaskan Goerge Homan (2008) bahwa metode Joyful

Learning dapat membantu murid dan guru dalam mengatasi masalah tersebut

di atas, keistimewaan metode Joyful Learning adalah:

1. Bagi siswa

a. Dapat diaplikasikan langsung ke mata pelajaran

Metode Joyful Learning dapat diterapkan langsung ke semua

mata pelajaran yang ada, sehingga membuat belajar yang dulunya sulit

menjadi mudah termasuk mata pelajaran dalam penelitian ini yakni

pemeliharaan/ servis sistem pendingin dan komponen-komponennya.

27
b. Tidak terpengaruh oleh perubahan kurikulum

Perubahan kurikulum yang sering terjadi di Indonesia.

Walaupun kurikulum sering berubah metode Joyful Learning tetap

dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.

c. Joyful Learning dipakai untuk selamanya di (SD, SMP, SMA/ SMK,

kuliah, dan saat bekerja)

Metode yang sudah dikuasai dan sering digunakan atau

dipraktekkan dengan sendirinya metode Joyful Learning akan

mempengaruhi pola atau cara berpikir kita dalam menyerap informasi

yang pada akhirnya menjadi kebiasaan kita dalam berpikir.

d. Suasana belajar rileks dan menyenangkan

Dengan melibatkan kerja otak kiri dan kanan akan menjadikan

belajar murid lebih ringan dan menyenangkan sehingga murid tidak

mengalami stress dalam belajarnya.

e. Mempercepat proses belajar

Pada umumnya sering dijumpai kesulitan dalam belajar yang

diakibatkan oleh cara belajar. Dalam metode joyfull learning peserta

didik diberikan pembekalan metode belajar yang baik dan kendala-

kendala belajar dapat diatasi sehingga tidak perlu mengulang-ulang

materi sehingga waktu yang dipakai belajar lebih cepat.

2. Bagi Guru

a. Lebih Efektif dalam pembelajaran di kelas

28
Dengan penguasaan metode Joyful Learning menjadikan guru

lebih bertambah rasa percaya diri dalam penguasaan materi pelajaran

yang diembannya. Sehingga guru lebih fokus dan lebih besar dalam

memberikan perhatian kepada muridnya, hal ini akan menjadikan

proses pembelajaran di kelas lebih efektif.

b. Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran

Dengan penguasaan materi yang mantap guru dapat mendesaint

membungkus suatu penyajian materi kegiatan pembelajaran lebih

menarik dengan berbagai variasi agar para murid mengikuti dengan

suasana hati yang gembira dan semangat yang tinggi.

c. Meningkatkan kreativitas guru

Metode Joyful Learning diciptakan berdasarkan cara kerja otak

manusia dalam menyerap informasi yang melibatkan otak kiri dan

kanan. Kita mengetahui bahwa kreatifitas kita terletak di otak bagian

kanan, belajar dengan metode Joyful Learning juga melibatkan lebih

banyak otak kanan sehingga para guru terlatih menggunakan otak

kreatifnya. Guru mengetahui hal-hal yang ditolak oleh manusia salah

satunya adalah jika informasi yang sama dilulang-ulang terus, guru

mengetahui apa yang harus di lakukan hal ini dibutuhkan kreatifitas

yang tinggi.

d. Dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar murid

Metode Joyful Learning yang sudah dikuasai oleh guru dapat

dimanfaatkan dalam penanganan murid yang mengalami kesulitan

29
belajar. Semua guru harus bisa membantu murid yang mengalami

kesulitan belajar. Jadi tidak ada lagi istilah masalah kesulitan belajar

murid semua di serahkan ke petugas BK yang jumlahnya terkadang

tidak seimbang dengan jumlah murid yang ada.

e. Materi pelajaran lebih berkesan

Materi yang disajikan dengan cara yang menarik akan berkesan

dalam ingatan murid. Semua hal yang berkesan tidak akan mudah untuk

dilupakan oleh otak. Sesuatu yang berkesan bisa berupa hal-hal yang

menyenangkan, menakutkan, menjijikkan, menyedihkan dll.

Soetarto (2005) menganggap jika pembelajaran melalui pendekatan

Joyful learning ingin mencapai tujuan, maka sebaiknya memperhatikan

beberapa faktor sebagai berikut:

1. Kebermaknaan

Pemahaman akan meningkat bila informasi baru, sesuai dengan gagasan

dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh murid, apabila istilah dan

konsep sering sulit dipahami, maka pemahaman tersebut perlu digali

melalui pengalaman siswa itu sendiri.

2. Penguatan

Terdiri atas pengulangan oleh guru, dan latihan oleh siswa.. Dalam

pendekatan Joyful learning, penguatan merupakan sesuatu yang harus

diperhatikan.

3. Umpan Balik

30
Kegiatan belajar akan efektif bila siswa menerima dengan cepat tentang

hasil- hasil belajar tersebut. Umpan balik sederhana, misalnya koreksi

jawaban siswa atas pertanyaan guru selama pelajaran berlangsung, atau

koreksi pekerjaan siswa.

2.6. Metode IODE dalam Joyful Learning

Istilah IODE merupakan akronim bahasa Inggris untuk Intake

(Penerimaan), Organization (Pengaturan), Demonstration (Peragaan), dan

Expression (Pengungkapan). Penerimaan, pengaturan, peragaan dan

pengungkapan merupakan tahapan – tahapan yang harus dilaksanakan dalam

sebuah pembelajaran secara berkesinambungan.

1. Penerimaan (intake)

Menurut Winkel (2005), penerimaan yaitu kepekaan dalam menerima

rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu.

Rangsangan yang dating bias berupa berbagai dimensi. Dalam

pembelajaran modern rangsangan bisa muncul dari personal, media

maupun lingkungan yang menonjol. Gagne (2004) mengemukakan bahwa

rangsangan yang diterima pada dasarnya bersifat kumulatif, yang berarti

bahwa hasil dari penerimaan yang dicapai individu adalah merupakan

kumpulan keseluruhan hasil-hasil pembelajaran sebelumnya yang saling

terkait. Penerimaan rangsangan dalam bentuk informasi kemudian diolah

sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran.

Penerimaan rangsangan lebih lanjut menurut Gagne (2004) mampu

31
membangkitkan motivasi, pemahaman, pemerolehan, penahanan, ingatan

kembali, generalisasi, perlakuan, dan umpan balik.

2. Pengaturan (Organization)

Menurut winkel (2005) organisasi pembelajaran adalah pembentukan

suatu sistem nilai yang mengandung norma dan etika dalam sebuah proses

belajar. Sistem nilai yang dimaksud adalah semua kondisi yang ada dalam

sebuah kelas. Kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok

(group proses) sebagai intinya. pengajaran berlangsung dalam kaitannya

dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap proses individual, maka

kehidupan kelas dalam kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang

sangat berarti terhadap kegiatan belajar. Tugas guru di sini adalah

mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.

3. Peragaan (Demonstration)

Demonstrasi ialah suatu metode mengajar yang dilakukan guru dengan

memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses cara melakukan

sesuatu. Penyampainnya dalam dilakukan dengan menggunakan peralatan

langsung atau melalui media audio dan visual.

Penggunaan metode peragaan memiliki tujuan untuk memperjelas cara

kerja sesuatu, atau perilaku tertentu dan untuk memperjelas

konsep/pengertian sesuatu. Sedangkan manfaat dari penerapan teknik

demonstrasi adalah siswa memperoleh kejelasan mengenai cara kerja

sesuatu (mengembangkan aspek motorik), siswa memperoleh kejelasan

32
contoh perilaku tertentu (menanamkan aspek afektif) dan siswa

memperoleh kejelasan mengenai pengertian/konsep mengenai sesuatu

4. Pengungkapan (Expression)

Manurut Winkel (2005) pengungkapan mengandung makna memunculkan

semua yang diketahui secara lugas. Pengungkapan hasil pembelajaran

akibat sebuah tindakan merupakan penjabaran atas pemahaman baik secara

kognitif, afktif ataupun motorik atas sebuah topic yang dipelajari.

Penggungkapan hasil belajar dapat dilakukan dengan model presentasi,

demosntrasi, atau dalam bentuk laporan teks. Model pengungkapan

ditentukan oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi kelas.

2.7. Ketuntasan Belajar Siswa

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, guru menganalisis hasil

ulangan harian siswa atau berupa test. Apabila tingkat ketuntasan belajar

siswa setelah diberikan tindakan lebih tinggi dari pada keadaan awal, berarti

ada peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep

pemeliharaan/ servis sistem pendingin dan komponen-komponennya yang

diajarkan guru.

Ketuntasan belajar merupakan salah satu muatan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Standar ketuntasan belajar siswa ditentukan dari

hasil prosentase penguasaan siswa pada Kompetensi Dasar dalam suatu

materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap Kompetensi Dasar berkisar

antara 0 -100%. Menurut Petunjuk teknis (Juknis) Kriteria Ketuntasan Belajar

yang ditetapkan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP)

33
Departemen Pendidikan Nasional (2009), idealnya untuk masing-masing

indikator mencapai 75%. Sekolah dapat menetapkan sendiri kriteria

ketuntasan belajar sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa, sekolah perlu menetapkan kriteria

ketuntasan belajar dan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara

berkelanjutan sampai mendekati ideal.

Kriteria ketuntasan belajar yang diterapkan dalam pembelajaran

melakukan overhoul sistem pendingin dan komponen-komponennya

ditentukan berdasarkan ketuntasan belajar kelas dan ketuntasan individu.

Manurut Departemen Pendidikan Nasional (2009), kelas dianggap telah

mencapai ketuntasan belajar jika sekurang-kurangnya 75% dari jumlah

peserta didik telah menguasai materi yang diajarkan. Penguasaan materi

diukur dari pencapaian rata-rata nilai klasikal minimal sama dengan kriteria

ketuntasan minimal yang diberlakukan di SMK Negeri 5 Kupang (KKM

untuk mata diklat produktif 7,0). Jika hasil uji kompetensi peserta didik yang

mencapai KKM kurang dari 75% maka guru wajib mengulang kegiatan uji

kompetensi dan hasil uji kompetensi sebelumnya dianggap gugur atau tidak

berlaku.

34

You might also like