You are on page 1of 18

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/299981427

MINYAK LEMAK, SALAH SATU POTENSI HASIL


HUTAN BUKAN KAYU YANG PERLU
DIKEMBANGKAN

Article · January 2013

CITATIONS READS

0 2,659

2 authors:

Ary Widiyanto Mohamad Siarudin


Forestry Research and Development Agency Ministry of Environment and Forestry, Republic…
41 PUBLICATIONS 10 CITATIONS 38 PUBLICATIONS 13 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Land Nutrition View project

Cajuputi View project

All content following this page was uploaded by Ary Widiyanto on 08 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MINYAK LEMAK, SALAH SATU POTENSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG
PERLU DIKEMBANGKAN

Oleh:
Ary Widiyanto dan Mohamad Siarudin
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Jl Raya Ciamis-Banjar KM 4, Ciamis
Email: ary_301080@yahoo.co.id

Makin terbatasnya jumlah dan ijin eksploitasi kayu, maka produk non kayu terus
dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Dalam perkembangannya, beberapa
produk bukan kayu, atau lebih dikenal sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) termyata
memiliki nilai ekonomis yang tinggi, seperti gaharu, damar, rotan, tengkawang, kemiri,
kluwek (picung) dan nyamplung. Definisi HHBK berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan
nomor: P.35 / Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan
hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu
yang berasal dari hutan.
Salah satu HHBK yang potensial untuk dikembangkan adalah minyak lemak.
Berdasarkan pemanfaatannya minyak lemak terbagi menjadi lima kategori, yaitu bahan
makanan, obat, energi, kosmetik dan material lainnya. Berdasarkan asal bagian tumbuhan
yang diambil, terbagi menjadi tiga bagian utama: biji, buah dan daun. Berdasarkan tumbuhan
penghasilnya, terdapat 19 jenis tumbuhan, yaitu: balam, bintaro, buah merah, croton, kelor,
kemiri, kenari, ketapang, ketiau, lena/wijen, macadamia, mimba, nyamplung, nyatoh,picung,
saga pohon, seminai, suntai dan tengkawang.
1. BALAM (Palaquium walsurifolium), Famili: Sapotaceae
Balam adalah jenis tumbuhan langka asli Indonesia yang tersebar di semenanjung
Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan Timur. Jenis ini dikenal dengan nama: balam,
suntai, balam putih, dan balam suntai, beitis, margetahan, nyato, nyatoh dan nyatoh
jangkar.

1
Gambar 1. Biji Balam
(sumber: kabarmingguan.blogspot.com)

Biji balam mengandung minyak lemak 30-45% tergantung dari teknik


pengolahannya. Lemak dari biji balam oleh masyarakat tradisional di Bengkalis
dimanfaatkan sebagai bahan bakar obor.
2. BINTARO (Cerbera manghas), Famili: Apocynaceae
Bintaro tersebar secara alami di daerah tropis. Jenis ini memiliki beberapa sinonim,
yaitu: Cerbera venenifera, Tanghinia venenifera, dan Odollamia manghas (L.) Raf. Sylva
Telluriana. Di Indonesia, bintaro tersebar di berbagai daerah mulai dari Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Jenis ini juga dikenal dengan berbagai nama
daerah antara lain kanyeri putih (Bali), bilutasi (Timor), wabo (Ambon), goro-goro
guwae (Ternate), madangkapo (Minangkabau), bintan (Melayu), lambuto (Makasar) dan
goro-goro (Manado).

Gambar 2. Buah Bintaro


(sumber: fobi.web.id)

Biji bintaro mengandung minyak dengan kadar yang tinggi yaitu 54,33%.
Kandungan minyak tersebut merupakan potensi yang cukup baik untuk biodiesel. Setiap
1 kg minyak Bintaro dapat dihasilkan dari kurang lebih 2,9 kg biji bintaro yang berasal
dari 36,4 kg buah bintaro tua (Anonim, 2013).
Pemanfaatan buah bintaro disarankan pada buah tua untuk mengurangi efek racun
dari getahnya. Pohon bintaro yang sudah dewasa dapat menghasilkan kurang lebih 300 kg
buah setiap tahun. Dari setiap kilogram buah bintaro tua dihasilkan sekitar 79,7 gram biji.

2
Selain itu, cangkang buah bintaro dapat dimanfaatkan menjadi arang dan briket arang
Heyne, 1987).

3. BUAH MERAH (Pandanus conoideus), Famili: Pandanaceae


Buah merah berasal dari Papua, tersebar di daerah Baliem, Wamena, Talikora,
pegunungan Bintang, Yahukimo, Jayapura, Sorong dan Manokwari. Buah merah saat ini
telah dikembangkan di beberapa wilayah di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan
Sumatera.

Gambar 3. Buah Merah


(sumber: indonesiaprofile-s.blogspot.com)

Bagian daging biji buah merah menghasilkan minyak lemak hingga 51% per berat
kering kernel. Pada 3 jenis buah merah yang unggul, yaitu mbarugum, maler dan magari,
ekstrak minyak yang dihasilkan cukup tinggi dengan rata-rata 120 ml/kg buah atau
rendemen minyak 15%. Berdasarkan produktifitasnya, ketiga jenis buah merah ini dapat
memproduksi 5-10 buah per rumpun, dengan ukuran diameter 10-15 cm dan panjang 60-
110 cm. Buah merah berbuah dalam umur 3-5 tahun dengan masa panen 3-4 bulan.
Ekstrak buah merah dapat dimanfaatkan sebagai obat, makanan suplemen dan
pewarna alami. Hasil penelitian yang dilakukan beberapa ahli kesehatan dan gizi
menunjukkan bahwa ekstrak buah merah mengandung antioksidan dan senyawa lain
penangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Minyak buah merah dapat mengobati
penyakit seperti kanker, HIV, malaria, kolesterol dan diabetes. Selain itu minyak buah
merah juga dapat dimanfaatkan sebagai penyedap masakan (mengandung beta-karoten),
dan dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang tidak mengandung logam berat (Hadad
dan Octivia, ……..)
Ekstraksi minyak pada buah merah dilakukan dengan teknik sederhana, yaitu
dengan menumbuk biji. Sebelumnya biji buah merah dipisahkan dari empulurnya,
sehingga diperoleh daging biji buah merah yang mengandung minyak. Setelah ditumbuk,

3
daging biji buah merah diberi air secukupnya kemudian disaring dan direbus dengan
menambah air dan diaduk terus menerus. Setelah air mendidih Minyak akan terbentuk,
selanjutnya dilakukan penyaringan 3-4 kali hingga diperoleh minyak bersih.
4. CROTON (Croton argyratus), Famili: Euphorbiaceae
Croton merupakan salah satu tanaman yang dikenal di wilayah bagian barat
Indonesia. Di Pulau Jawa, jenis ini ditemukan di daerah dataran rendah. Croton juga
dikenal dengan beberapa nama daerah seperti jarakan (Banjarmasin), kayu bulan
(Palembang), Ki jahe, calik angin (Sunda), prakosa, tapen, walik angin (Jawa), dan pas-
kapasan (Madura).

Gambar 4. Buah Croton


(sumber: www.flickr.com)
Informasi mengenai pemanfaatan minyak croton masih sulit didapatkan, namun
masyarakat Banten jaman dahulu telah menggunakannya untuk lampu bakar.

5. KELOR (Moringa oleifera), Famili: Moringaceae


Kelor merupakan tanaman asli dari bagian barat Himalaya dan banyak
dibudidayakan di daerah tropis, seperti Aceh, Kalimantan, Makassar dan Kupang. Minyak
lemak kelor dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati. Pohon kelor mulai berbuah
pada umur 1 tahun setelah penanaman dan pada umur 3 tahun dapat menghasilkan 400-
600 polong/tahun. Pohon dewasa dapat menghasilkan sekitar 1600 polong per tahun.

Gambar 6. Buah Kelor


(sumber: www.zimbio.com)

Minyak kelor dihasilkan dari bijinya dengan rendemen berkisar antara 21,38% -
35,83%. Berat jenis minyak 0,89-0,91 gr/ml dengan kandungan asam lemak bebas
4
(%FFA) 2,07-4,78%, nilai angka penyabunan 8,56-107,54 mgKOH/g, bilangan asam
0,040-0,095 mgKOH/g, dan viskositas 29,36-54,99 cst (Nasir et al., 2009).
Selain sebagai minyak bakar, biji kelor dapat digunakan sebagai penjernih air
dengan cara menumbuk biji menjadi serbuk dan memanfaatkan koagulan alami dalam
pengolahan air bersih. Biji kelor dengan dosis 6 biji/Liter dapat menurunkan kekeruhan
hingga 90,46% dan menurunkan jumlah bakteri Coliform hingga 87,65%. (Retnaningtyas,
2009).

6. KEMIRI (Aleurites moluccana), Famili: Euphorbiaceae


Kemiri merupakan tanaman yang secara alami tersebar di Asia Tenggara, Polinesia,
Asia Selatan dan Brazil. Di Indonesia tanaman ini tersebar hampir di seluruh daerah
mulai Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
Kemiri telah menjadi nama perdagangan tumbuhan ini dengan nama local: kameri (Bali),
anoi (Papua), keminting (Kalimantan), engas (Ambon), sakete (Ternate), hagi (Buru),
kereh (Aceh), hambiri (Batak), kemling (Lampung), buah koreh (Minangkabau) dan
sapiri (Makassar).

Gambar 6. Buah Kelor


Sumber: heart-waterlily.blogspot.com

Biji kemiri mengandung minyak sekitar 60%. Setiap pohon kemiri dapat
memproduksi 30-80 kg biji kemiri. Minyak kemiri dapat dimanfaatkan untuk
mengawetkan kayu, bahan cat dan pernis, pelapis kertas, dan bahan sabun (Anonim,
2008). Selain potensi minyak lemak, pohon kemiri yang memiliki umur produktif 25-40
tahun ini mempunyai beragam kegunaan seperti daunnya dapat digunakan oleh
masyarakat di Sumatera untuk obat sakit kepala dan gonnorhea.
Masyarakat Ambon dan Jawa menggunakan korteknya (bagian tumbuhan yang
terletak antara kulit luar dengan silinder pusat) sebagai obat anti tumor, diare, sariawan
dan desentri. Buah kemiri dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai bumbu masak yang
memiliki kandungan gizi dan minyak yang tinggi (Darmawan dan Kurniadi, 2012)’

5
7. KENARI (Canarium odoratum), Famili: Burseraceae
Kenari merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara
terutama Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di Indonesia, pohon kenari banyak terdapat di
Maluku, dan beberapa daerah lain seperti Kangean, Bawean, Flores, Timor, Wetar,
Tanimbar dan Sulawesi. Kenari terdapat juga di beberapa kota seperti Bogor, Medan dan
Mataram sebagai pohon peneduh di pinggir jalan.
Satu pohon kenari dewasa menghasilkan sekitar 50 kg biji per tahun. Biji kenari
mengandung 60-70% minyak, tergantung pada varietas, tempat tumbuh dan
pemeliharaannya. Keping biji kenari mengandung 60-70% lemak, 8% karbohidrat dan
11,5-13,9% protein (Anonim 2013c)

Gambar 7. Kenari
Sumber: organicfarm.net

Pohon kenari mempunyai beragam kegunaan diantaranya, getah putih dari kulit
batangnya dapat dimanfaatkan untuk industri parfum atau pewangi sabun secara
tradisional. Minyak resin ini juga dapat dimanfaatkan untuk pembersih rambut, bahan
pembuatan dupa, dan obat gosok untuk mengobati gatal-gatal. Selain itu, pemanfaatan
getah kenari adalah untuk bahan plaster farmasi dan salep serta pelapis akhir dalam
varnishing kayu.
Manfaat lain dari biji kenari adalah mencegah kanker prostat, memperlambat dan
menghentikan pertumbuhan tumor, meningkatkan kinerja arteri, mengurangi kolesterol
buruk, meningkatkan pertumbuhan otot dan imunitas tubuh, serta mengoptimalkan fungsi
sel-sel otak. Biji kenari mengandung asam alpha-linolenic (ALA) yang merupakan salah
satu tipe asam lemak omega 3. Kandungan ALA dalam kenari lebih tinggi dari kedelai,
biji rami, ikan laut dan beberapa sayuran hijau.

6
8. KETAPANG (Terminalia catappa), Famili: Combretaceae
Ketapang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara termasuk Indonesia, dan telah
dikembangkan di Australia Utara, Polinesia, Pakistan, India, Afrika Timur dan Barat,
Madagaskar dan dataran rendah Amerika Selatan dan Tengah. Di Indonesia, tanaman ini
tersebar secara alami hampir diseluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera dan
Kalimantan. Beberapa nama lokal tanaman ini yang dikenal antara lain hatapang (Batak),
katafa (Nias), katapieng (Minangkabau), lahapang (Simeulue), ketapas (Timor), atapan
(Bugis), talisei, tarisei, salrise (Sulawesi Utara), tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara),
sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Maluku), lisa (Rote), dan kalis, kris (Papua).

Gambar 8. Buah Ketapang


Sumber: fbaugm.wordpress.com

Biji ketapang mengandung minyak dan dapat dimakan dengan rasa yang mirip
dengan kacang almond dan berpotensi menggantikan biji almond sebagai bahan pembuat
kue. Biji ketapang mengandung minyak 50% dari bobot biji kering. Minyak biji ketapang
berwarna kuning dengan kandungan asam-asam lemak seperti palmitat (55,5%), asam
oleat (23,3%), asam linoleat, asam stearat, asam miristat, serta berbagai macam asam
amino. (Ahira, 2013)
Bagian lain dari pohon ketapang juga memiliki manfaat yang beragam yaitu kulit
batang dan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai penyamak kulit dan pewarna alami.
Daunnya juga dapat digunakan sebagai obat rematik. Kulit batang dan daun mengandung
tannin yang dapat dimanfaatkan sebagai astrigen pada disentri dan sariawan, sebagai
diuretic dan kardiotonik dan juga sebagai obat luar pada kulit yang luka.

9. KETIAU (Ganua motleyana), Famili: Sapotaceae


Ketiau tumbuh secara alami di Malaysia dan Indonesia. Di Malaysia jenis ini
dikenal dengan nama Nyatoh Katiau. Di Indonesia, Ketiau secara alami tersebar di
Sumatera dan Kalimantan.

7
Gambar 9. Biji dan Buah Ketiau
Sumber: www.asianplant.net

Biji ketiau mengandung minyak 51,3% dengan aroma yang kuat dan memiliki rasa
seperti mentega dan telah lama dikonsumsi masyarakat Banjarmasin. Getah ketiau dari
Banjarmasin telah dikenal dalam perdagangan Internasional sejak tahun 1910. Getah
ketiau dilaporkan mengandung 16,27% gutta, 75,43% damar dan 8,3% air. Pohon ketiau
setinggi 20 m dengan diameter batang 55 cm dapat menghasilkan getah sekitar 2 kg, yang
diambil dari bagian kulitnya. Di Kalimantan Tengah, getah ini dikenal dengan istilah
“getah nyatu”, yang menjadi bahan baku kerajinan.

10. LENA (Sasanum orientale), Famili: Pedaliaceae


Lena tumbuh di daerah dan sub tropis seperti Laut Tengah, Amerika Serikat bagian
selatan dan Mansyuria. Di Indonesia, jenis ini telah diperdagangkan sejak lama di Jawa,
Madura, dan Sulawesi Selatan. Dalam perdagangan tanaman ini lebih dikenal sebagai
tanaman Wijen.

Gambar 10. Tanaman Pengasil Wijen


Sumber: vegetablegardendjp.blogspot.com

Tanaman lena dikenal sebagai penghasil biji wijen yang dapat dipanen pada umur 5
bulan. Seperti salah satu varietas unggul wijen (Sumberrejo I) memiliki potensi produksi
1-1,6 ton/ha dengan kadar minyak 56,10% pada umur panen 90-110 hari. (Mardjono et
al., 2006).

8
Biji wijen dari tanaman lena banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, dengan
kandungan minyak 35-63%, protein 20%, 7 jenis asam amino, lemak jenuh 14%, lemak
tak jenuh 85,8%, fosfor, kalium, kalsium, natrium, besi, vitamin B dan E, antioksidan dan
alanin atau lignin. Biji wijen dipercaya dapat memulihkan stamina badan yang lemah
setelah sakit. Selain itu masyarakat juga memanfaatkan rebusan biji wijen untuk
mengobati sakit batuk. Sementara itu bagian daun dapat dimanfaatkan untuk obat sakit
kepala dan demam dengan cara digiling dan ditempelkan pada dahi (Mardjono et al.,
2006).
Minyak yang dihasilkan dari biji wijen dapat dimanfaakan untuk minyak salada,
minyak goreng, dan minyak rambut (setelah dicampur dengan bahan pewangi), minyak
lampu dan bahan pembuatan sabun. Minyak wijen juga dapat dimanfaatkan untuk obat
gosok Selain itu, minyak wijen dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri plastik,
margarin, sabun, kosmetik dan pestisida.

11. MAKADAMIA (Macadamia sp.), Famili: Proteaceae


Makadamia (Macadamia sp.) berasal dari Australia, Kaledonia Baru dan Indonesia.. Di
Indonesia, makadamia(M.hildebrandii) banyak terdapat di Sulawesi Tengah dan Sumatera
Utara, dan dikenal sebagai “buah tahan api”. Di Sulawesi, makadamia dikenal dengan nama
perande, tinapu, kayu balomatoa, dan kanjole.

Gambar 11. Biji macadamia


Sumber: www.macadamia.net.au/

Dalam keadaan baik, pohon dewasa menghasilkan 136,36 kg biji/tahun dan dalam
keadaan kurang mendukung seperti cuaca berangin menyebabkan banyak bunga rusak
sehingga hanya dapat menghasilkan antara 22,73 – 90,91 kg biji/tahun (Anonim, 2011).
Minyak makadamia merupakan bahan makanan yang digunakan dalam industri makanan
karena memiliki nilai gizi baik dengan kadar protein tinggi. Berkat rasanya yang manis,
lembut dan berlemak, makadamia dapat digunakan sebagai campuran sajian penutup
(dessert), maupun dipercikkan secara langsung di atas hidangan ikan atau sayuran.

9
Kacang makadamia mempunyai kandungan lemak sehat 70% dan protein 8%. Kacang
makadamia mengandung pati, kalsium, zat besi, fosfor, magenesium, dan tiamin. Minyak
makadamia sering digunakan untuk terapi alami pemulihan orang yang kecanduan alkohol,
pemulihan gangguan hati, gangguan anemia dan membersihkan saluran pembuluh nadi
jantung. Hasil studi menunjukan, mengonsumsi 40 gr kacang makadamia (setara 305 kalori),
dapat menurunkan kolesterol jahat (LDL) hingga 9% dalam waktu 5 minggu.

12. MIMBA (Azadirachta indica), Famili: Meliaceae


Mimba (Azadirachta indica) tumbuh alami di berbagai daerah di Indonesia dan telah
dibudidayakan , khususnya di Jawa dan Bali. Nama lain mimba yaitu: membha, mempheuh
(Madura), mimb dan intharan (Bali). Di Inggris dan Belanda, mimba dikenal dengan nama
margosier, margosa tree.

Gambar 12. Buah dan Biji Mimba


Sumber: blogsumberinformasigratis.blogspot.com/

Pada saat pembuahan pertama, tanaman ini menghasilkan 9 kg buah/pohon, kemudian


tahun-tahun berikutnya meningkat menjadi 30 - 50 kg buah/pohon. Dari 30 kg buah mimba,
dapat diperoleh 6 kg minyak mimba dan 24 kg bahan kering, dengan rendemen minyak
sebesar 20%.
Minyak biji mimba digunakan sebagai obat penyakit kulit. Minyak biji mimba berupa
cairan yang tidak mengering berwarna kuning tua, berbau kurang enak seperti bawang putih
dan berasa pahit. Kegunaan minyak ekstrak biji mimba adalah sebagai obat luar untuk
mengobati penyakit kulit, dan bahan pembuatan sabun kesehatan, karena mengandung
belerang sebesar 0,4%. Namun, proses ekstraksi minyak mimba lama dan menimbulkan bau
tidak enak.
Bagian pohon mimba mempunyai beragam kegunaan, diantaranya rebusan kulit
batangnya menjadi obat demam. Getah dari kulit mimba, yang berbentuk gumpalan bening
berwarna coklat muda berfungsi sebagai obat penyakit lambung dan perekat. Daunnya sangat
pahit tapi bisa digunakan sebagai makan ternak. Selain itu rebusan daun mimba ini dapat
10
digunakan sebagai pembangkit selera makan dan obat malaria. Ekstrak daun mimba biasa
digunakan sebagai campuran pestisida alami untuk mengawetkan kayu (Arjentinia, 2001)

13. NYAMPLUNG (Callophyllum inophyllum), Famili: Guttiferaceae


Pohon nyamplung tumbuh di Asia Tenggara, India, Afrika, Australia dan negara
lainnya. Di Indonesia pohon nyamplung tumbuh alami di Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Pohon ini memiliki nama daerah: bintangur
(Sumatera), nyamplung, soulatri (Jawa), bentangur (Kalimantan), bintula (Sulawesi), pataule,
bitaur (Maluku), bentango, samplong (NTT).

Gambar 13. Buah dan biji nyamplung


Sumber: kebumen.aribicara.com/

Biji nyamplung segar mengandung minyak sekitar 40 - 55%, sedang biji kering 70 –
73%. Bahan aktif yang terkandung pada biji adalah Inophylum A-E, Calophylloide dan Acid
calophynic. Kandungan lain dalam jumlah kecil antara lain, 7-beksahidro-1, 6 dimetil-4 (1-
metilletil) naftalin, cubebene, selinene, calerene, farnesene, scadinene, bourbonene,
zingiberene, copaene, murelene, sesquiphellandrene, octadecanal, heksadecane, farmesol.
Berat jenis 0,941 - 0,945; angka iodium 82 - 98; angka penyabunan 192 - 202, titik leleh 8°C.
Komposisi asam lemak (%-b) : oleat 48 - 53, linoleat 15 - 24, palmitat 5 - 18, stearat 6 - 12.
(Anonim, 2013b).
Minyak nyamplung berwarna hijau gelap atau kuning kebiru-biruan, mengandung
komponen aktif yang mempercepat kesembuhan luka atau pertumbuhan kulit (cicatrization)
dan obat kurap. Selain itu, minyak ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan
bakar alami atau biodiesel.

14. NYATOH (Palaquium javense), Famili: Sapotaceae


Nyatoh (Palaquium javense) merupakan tanaman yang tumbuh di banyak tempat di
Indonesia. Nyatoh ditanam oleh masyarakat di berbagai daerah, khususnya Jawa, Kalimantan

11
dan Bali. Pohon ini memiliki nama daerah: kawang, nyatu (Jawa), nyatoh (Madura), klesi
(Bali).

Gambar 14. Buah Nyatoh


Sumber: www.flickr.com/

Minyak nyatoh bisa digunakan untuk minyak bakar seperti memasak dan bahan bakar
lampu minyak untuk penerangan. Pohon nyatoh mempunyai beragam kegunaan. Bijinya bisa
menghasilkan minyak yang dapat diperoleh dengan cara memasak/merebus bijinya.

15. PICUNG (Pangium edule), Famili: Flacourtiaceae


Picung (Pangium edule) adalah tanaman buah yang tumbuh di banyak negara tropis
khususnya Malaysia dan Indonesia. Nama lain picung adalah kepayang (Indonesia) dan pangi
(Malaysia). Di Indonesia, picung ditanam oleh masyarakat di berbagai daerah mulai dari
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Nama daerah untuk tanaman ini adalah:
pangi, hapesong (Sumut), pucung (Jakarta), kapayang, kapeunceung, kapecong, simaung
(Sumbar), kayu tuba buah (Lampung), pacung, picung (Jabar), pakem, pucung (Jatim/Jateng),
pakem (Madura), pangi (Bali), kalowa (NTB/Sulsel).

Gambar 15. Buah Picung


Sumber: floranegeriku.blogspot.com/

Pohon ini berbuah setelah berumur 15 tahun dan jatuh pada awal musim hujan dengan
jumlah rata-rata diatas 300 buah per pohon. Biji picung dapat mengeluarkan minyak, dengan
cara direbus dalam air selama 2-3 jam kemudian dikupas dan dibuang noda-noda hitam yang
ada di bagian inti biji. Kemudian inti biji yang sudah bersih direndam dalam air selama 24

12
jam. Inti biji kemudian dijemur sampai mengeluarkan minyak jika dipijit. Jika kondisi seperti
ini maka minyak bisa diekstrak dengan cara dikempa/tekan.
Minyak biji picung mengandung asam sianida dengan dosis tinggi, yang dapat
berfungsi sebagai antiseptik, pemusnah hama dan pencegah parasit yang baik. Minyak biji
picung bisa dipakai sebagai pengganti minyak kelapa, dengan berbagai penggunaan, seperti
menggoreng, memasak, penerangan pada lampu minyak, pengobatan beberapa penyakit,
khususnya encok dan penyakit kulit. Penyimpanan yang baik pada botol yang tertutup rapat
memperpanjang keawetan minyak dan mencegah minyak berbau tengik, seperti pada minyak
kelapa (Partomihardjo dan Rugayah, 1989).
Pohon picung juga mempunyai beragam kegunaan. Kulit kayu dan daun pohon picung
juga bisa dipakai sebagai racun/tuba ikan yang dipakai dengan cara meremas dan
menaburkannya. Daunnya juga bisa dipakai sebagai pestisida nabati yang cukup efektif dan
tidak meninggalkan bau atau rasa apapun. Untuk mencegah infeksi pada luka, ekstrak daun ini
bisa picung dapat dibalurkan pada luka manusia maupun binatang. Daunnya juga berfungsi
sebagai pengawet daging, yaitu dengan cara membungkus daging dengan daun picung
(Saputra, 2001).

16. SAGA POHON (Adenanthera povinina), Famili: Leguminosae


Saga pohon (Adenanthera povinina) adalah tanaman yang tumbuh di berbagai daerah
di Indonesia, di India dan beberapa negara koloni Perancis. Di Indonesia tanaman ini banyak
ditemui pantai utara pulau Jawa. Di Indonesia, saga pohon dikenal dengan nama saga utan
(Bangka), ki toke laut (Sunda), segawe sabrang (Jawa), ghak saghakan (Madura), sagha nal
(Kangean) dan bibilaka (Alor). Di India saga pohon dikenal dengan nama Koraalboom, Bois
de corail, Condori commun, Koral lenbaum, Bead tree dan Coral pea tree.
Minyak biji saga pohon mengandung lemak tinggi, yaitu sebesar 35%. Minyak
digunakan sebagai bahan makanan, memasak dan menggoreng. Selain itu. biji saga pohon
memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai pemurni dan pematri emas, dengan cara
menghancurkannya menjadi tepung (aci), kemudian dicampur dengan bahan patri. Selain itu
juga bisa digunakan sebagai bahan makanan, dari daging bijinya dengan cara dipanggang dan
ditumbuk dimakan sebagai lauk, rasanya mirip kedelai (Sutandi, 2002).

13
Gambar 16. Biji saga pohon
Sumber: matoa.org/

Kulitnya kayunya, baik dalam kondisi segar maupun kering bisa digunakan untuk
membersihkan rambut dan mencuci pakaian. Ini dikarenakan kulit kayu saga pohon
mengandung saponin, zat kimia yang banyak digunakan sebagai pembersih meskipun tidak
berbuih/berbusa.

17. SEMINAI (Madhuca utilis) , Famili: Sapotaceae


Seminai (Madhuca utilis) merupakan tanaman yang tumbuh di banyak negara Asia
Tenggara khususnya Malaysia dan Indonesia yaitu di Sumatera bagian timur meliputi
Kampar-kiri, Pelawan dan Tapungs (Siak).

Gambar 17. Biji saga pohon


Sumber: www.kcpremierroofing.com/

Minyak dari pohon ini digunakan untuk memasak sebagai pengganti minyak kelapa.

18. SUNTAI (Palaquium burckii), Famili: Sapotaceae


Suntai (Palaquium burckii) merupakan tanaman yang hanya dijumpai di Indonesia,
khususnya daerah Sumatera bagian timur yang meliputi daerah Bengkalis dan pulau Karimun
(Riau).

14
Gambar 18. Buah dan Biji Suntai
Sumber: fr.wikipedia.org

Biji yang menghasilkan minyak diperoleh dengan dua cara, yaitu dikupas dengan
menggunakan pisau, setelah kering biji dibakar di atas api dan selanjutnya digiling. Tepung
atau hasil gilingan kemudian disaring. Tepung suntai kemudian direbus dan dituangkan ke
dalam plat/cetakan besi dan diberi tekanan (pressing) sampai keluar cairan lemak. Minyak
lemak ini kemudian ditampung dalam cetakan/wadah kayu dan siap untuk digunakan atau
dijual. Minyak dari biji ini bisa digunakan sebagai bahan memasak, sebagai pengganti minyak
kelapa (Heyne, 1987)’
18. TENGKAWANG (Shorea seminis; S. pinanga; S.sp ) Famili: Dipterocarpaceae
Tengkawang (Shorea spp) merupakan tanaman khas Indonesia dan tersebar diseluruh
wilayah Kalimantan serta di beberapa wilayah Sumatera seperti Palembang (Sumatera
Selatan) dan Minangkabau (Sumatera Barat). Nama lain tengkawang adalah melebekan
(Palembang), maranti beras, maranti jawi (Minangkabau), tengkawang majau, t.salungsung,
t.sungkasuwu (Kalbar), kalang tanggui, kalapis danum, kalepek danum, kekawang, majau,
mengkabang, tengkawang asu, t.pasir, t.tanggui (Kalsel), kenuar, lampong meranti,
menkabang, mesap (Kaltim).

Gambar 19. Biji Tengkawang (sumber: http://massurono.com/)


Pohon tengkawang yang baru berbuah akan menghasilkan 50 – 100 kg biji kering. Hasil
rata-rata pohon tengkawang selam panen raya berkisar antara 250 – 800 kg biji kering. Di luar
waktu panen raya hanya menghasilkan sekitar 50 – 100 kg biji. Minyak tengkawang diperoleh
dari biji yang telah dijemur atau disalai hingga kering, yang kemudian ditumbuk dan dikempa.

15
Secara tradisional, minyak tengkawang dimanfaatkan untuk memasak, sebagai penyedap
makanan dan ramuan obat-obatan.
Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak
coklat, bahan farmasi dan kosmetika serta cocok digunakan pada industri margarin, coklat,
sabun, lipstik dan obat-obatan; karena memiliki keistimewaan, yaitu titik lelehnya yang tinggi
berkisar antara 34 – 39°C juga sebagai penambah campuran minyak coklat agar mutunya
menjadi lebih baik dan tahan disimpan pada suhu panas .
. Selain untuk pangan, prospek yang baik dari minyak tengkawang yang dikenal dengan
nama vegetable thallow atau illip nut, dapat dipakai sebagai minyak pelumas mesin,
pembuatan sabun, peti kemas, bahan baku pembuatan lilin, stearine, dan palmitat.

DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A. 2013. Mengenal Pohon Ketapang dan Manfaatnya.
http://www.anneahira.com/ketapang.htm. Diakses 30 Januari 2013.
Anonim. 2008. Budidaya Kemiri. Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. Direktorat Jendral
Perkebunan. Departemen Pertanian.
Anonim. 2011. Minyak makadamia: Minyak Sehat. www.litbang.deptan.go.id. Diakses 31
Januari 2013.
Anonim. 2013. Tanaman Bintaro (Cerbera manghas
http://fasula.blogspot.com/2011/06/tanaman-bintaro-cerbera-manghas.html. Diakses
tanggal 7 Januari 2013.
Anonim. 2013b. http://sains.kompas.com/read/2008/09/23/14552488/ Nyamplung.
Potensi.Baru .Biofuel. Diakses tgl 8 Januari 2013.
Anonim. 2013c. Tinjauan Pustaka Buah Kenari. http://lib.uin-
malang.ac.id/thesis/chapter_ii/04520005-rohaini-kinanggi.ps. Diakses tgl 8 Januari
2013.
Arjentinia, I.P.G.Y. 2001. Efektifitas Ekstrak Daun Selasih (Ocimum gratissimum L.) dan
Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A.JUSS) sebagai insektisida Nabati
Alternatif Pada Nyamuk Aedes aegypti L. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.
Darmawan S. dan R Kurniadi. 2012.Studi Pengusahaan Kemiri di Flores, NTT dan Lombok,
NTB. www.forda-mof.org. Diakses tanggal 17 Desember 2012.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hadad, M dan T.Octivia. Eksplorasi dan Konservasi Tanaman Buah Merah (Pandanus
conideus) dalam Upaya Pengelolaan Sumberdaya Genetik yang Berkelanjutan.
Makalah disampaikan pada Lokakarya nasional Pengelolaan dan Perlindungan
Sumberdaya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan
Nasional.
Kusuma, R.D. 2003. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap Keutuhan Biji dan
Rendamen Minyak Kemiri (Aleurites moluccana Wild). Skripsi Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.

16
Mardjono, R, Suprijono dan Hadi Sudarmo, 2006. Galur-galur baru untuk pengembangan
wijen di Indonesia. Makalah disampaikan pada sidang komisi pelepasan varietas, di
Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Nasir, S., D. Pratiwi, dan D.F. Soraya. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Biji Kelor sebagai Bahan
Bakar Nabati. Prosiding Seminar Avoer 2009. Fakultas Teknik Unsri, Palembang.
ISBN 979-587-340-7
Partomihardjo, T. dan Rugayah 1989. Pangi (Pangium edule Reinw.) dan Potensinya Yang
Mulai Terlupakan. Media Konservasi Vol II (2), Januari 1989. Hal 45-50.
Retnaningtyas, A., 2009. Efisiensi Proses Ekstraksi Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera).
Universitas Brawijaya, Malang
Saputra, T.K. 2001. Potensi Daging Biji Picung (Pangium edule Reinw) Sebagai Fungisida
Botani Terhadap Fusarium solani Secara In-Vitro. . Skripsi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.
Sutandi, A. 2002. Karakteristik Isolat Saga Pohon (Adenanthera povinina) Tanpa Kulit.
Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.

17

View publication stats

You might also like