You are on page 1of 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tinea korporis merupakan istilah untuk menunjukkan adanya infeksi jamur golongan

dermatofita pada badan, tungkai dan lengan, tetapi tidak termasuk lipat paha, tangan dan kaki.

Tinea korporis tinea glabrosa karena terdapat pada kulit yang tidak berambut. 1,2,3 Insidensi

dermatomikosis di Indonesia masih cukup tinggi. Dari data beberapa rumah sakit di Indonesia

pada tahun 1998 didapatkan persentase dermatomikosis terhadap seluruh kasus dermatosis

bervariasi dari 2,93% (Semarang) sampai 27,6% (Padang).4 Dari segi usia, data dari beberapa

rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa remaja dan kelompok usia produktif adalah

kelompok usia terbanyak menderita dermatomikosis superfisialis dibandingkan dengan

kelompok usia yang lebih muda atau lebih tua. Kemungkinan karena segmen usia tersebut lebih

banyak mengalami faktor predisposisi atau pencetus misalnya pekerjaan basah, trauma, banyak

berkeringat, selain pajanan terhadap jamur lebih lama.4 Walaupun demikian tidak terdapat

perbedaan secara khusus gambaran klinis tinea korporis dan tinea kruris baik pada remaja, anak-

anak maupun orang dewasa.

1.2 Rumusan Masalah

Case Report Session ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,

gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis Tinea Korporis.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Case Report Session ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis tentang

Tinea Korporis.

1
1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada beberapa

literatur berupa buku teks, jurnal dan makalah ilmiah.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tinea korporis adalah penyakit dermatofit pada kulit glabrosa, selain kulit kepala, wajah,

kaki, telapak tangan dan kaki, janggut dan lipatan paha.(1,2,3) Manifestasinya akibat infiltrasi dan

proliferasinya pada stratum korneum dan tidak berkembang pada jaringan yang hidup.(1,4)

Metabolisme dari jamur dipercaya menyebabkan efek toksik dan respon alergi. Tinea korporis

umumnya tersebar pada seluruh masyarakat tapi lebih banyak di daerah tropis. (1)

Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur dan paling sering terjadi pada iklim yang

panas (tropis dan subtropis).(5,6) Ada beberapa macam variasi klinis dengan lesi yang bervariasi

dalam ukuran derajat inflamasi dan kedalamannya. Variasi ini akibat perbedaan imunitas hospes

dan spesies dari jamur.(5)

2.2 Epidemiologi

Tinea korporis merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai didaerah yang panas,
Tricophyton rubrum merupakan infeksi yang paling umum diseluruh dunia dan sekitar 47 %
menyebabkan tinea korporis. Tricophyton tonsuran merupakan dermatofit yang lebih umum
menyebabkan tinea kapitis, dan orang dengan infeksi tinea kapitis antropofilik akan berkembang
menjadi tinea korporis.. Walaupun prevalensi tinea korporis dapat disebabkan oleh peningkatan
Tricophyton tonsuran, Microsporum canis merupakan organisme ketiga sekitar 14 %
menyebabkan tinea korporis.(7)
Tinea korporis mungkin ditransmisikan secara langsung dari infeksi manusia atau hewan
melalui autoinokulasi dari reservoir, seperti kolonisasi T.rubrum di kaki. Anak-anak lebih sering
kontak pada zoofilik patogen seperti M.canis pada kucing atau anjing. Pakaian ketat dan cuaca

3
panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan beratnya erupsi. (2)
Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan tetapi mereka bisa
berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea korporis prevalensinya sama antara pria dan
wanita. Tinea korporis mengenai semua orang dari semua tingkatan usia tapi prevalensinya lebih
tinggi pada preadolescen. Tinea korporis yang berasal dari binatang umumnya lebih sering
terjadi pada anak-anak.(7,8) Secara geografi lebih sering pada daerah tropis daripada subtropis.(8)
Berdasarkan habitatnya dermatofit digolongkan sebagai antropofilik (manusia), zoofilik
(hewan), dan geofilik (tanah). Dermatofit yang antropofilik paling sering sebagai sumber infeksi
tinea, tetapi sumber yang zoofilik di identifikasi (jika mungkin) untuk mencegah reinfeksi
manusia.(9)
.

2. 3. Etiologi

Tinea korporis dapat disebabkan oleh berbagai spesies dermatofit seperti Trichophyton,

Microsporum, dan Epidermophyton. Variasi penyebabnya dapat ditemukan berdasarkan spesies

yang terdapat di daerah tertentu.(1,6) Namun demikian yang lebih umum menyebabkan tinea

korporis adalah T.rubrum, T.mentagrophytes, dan M.canis.(1)

2.4 Patogenesis

Dermatofitosis bukanlah patogen endogen. Transmisi dermatofit kemanusia dapat


melalui 3 sumber masing-masing memberikan gambaran tipikal. Karena dermatofit tidak
memiliki virulensi secara khusus dan khas hanya menginvasi bagian luar stratum korneum dari
kulit.(3)
Types Of Dermatophytes Based On Mode Of Transmission
Category Mode of transmission Typical clinical features
Antropofilik Manusia ke manusia Ringan, tanpa inflamasi, kronik
Zoofilik Hewan ke manusia Inflamasi hebat (mungkin pustula dan
vesikel), akut.
Geofilik Tanah ke manusia atau hewan Inflamasi sedang

Lingkungan kulit yang sesuai merupakan faktor penting dalam perkembangan klinis

4
dermatofitosis. Infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan
kulit yang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum korneum, dengan bantuan panas,
kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma, keringat yang berlebih dan
maserasi juga berpengaruh.(4,7,10)

Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringat
sehingga mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak
langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat dan
lain-lain. Infeksi dimulai dengan terjadinya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan difusi ke
dalam jaringan epidermis dan merusak keratinosit. (7,10)
Setelah masa perkembangannya (inkubasi) sekitar 1-3 minggu respon jaringan terhadap
infeksi semakin jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasi bagian perifer
kulit. Respon terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan meningkatkan proses proliferasi sel
epidermis dan menghasilkan skuama. Kondisi ini akan menciptakan bagian tepi aktif untuk
berkembang dan bagian pusat akan bersih. Eliminasi dermatofit dilakukan oleh sistem
pertahanan tubuh (imunitas) seluler.(7,10)
Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam stratum korneum, kadang-kadang disertai
tanda klinis yang minimal. Pada carier, dermatofit pada kulit yang normal dapat diketahui
dengan pemeriksaan KOH atau kultur.(10)

2.5 Gejala klinis

Tinea korporis bisa mengenai bagian tubuh manapun meskipun lebih sering terjadi pada
bagian yang terpapar. Pada penyebab antropofilik biasanya terdapat di daerah yang tertutup atau
oklusif atau daerah trauma.(6)
Keluhan berupa rasa gatal. Pada kasus yang tipikal didapatkan lesi yang berbatas tegas,
pada tepi lesi tampak tanda radang lebih aktif dan bagian tengah cenderung menyembuh. Lesi
yang berdekatan dapat membentuk pola gyrate atau polisiklik. Derajat inflamasi bervariasi,
dengan morfologi dari eritema sampai pustula, bergantung pada spesies penyebab dan status
imun pasien. Pada penyebab zoofilik umumnya didapatkan tanda inflamasi akut. Pada keadaan

5
imunosupresif, lesi sering menjadi lebih luas.(6)
Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran tipikal, dimulai sebagai lesi
eritematosa, plak yang bersisik yang memburuk dan membesar, selanjutnya bagian tengah dari
lesi akan menjadi bentuk yang anular akan mengalami resolusi, dan bentuk lesi menjadi anular.
(1,5,7,10,11)
berupa skuama, krusta, vesikel, dan papul sering berkembang, khususnya pada bagian
tepinya. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya
merupakan bercak terpisah satu dengan yang lainnya.(10)
Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut biasanya tidak terlihat lagi.
Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela
paha. Dalam hal ini disebut tinea korporis dan kruris.(12)
Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum disebut
tinea imbrikata. Tinea imbrikata mulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-
lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar.
Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-
lingkaran skuama yang konsentris. (7)
Infeksi dermatofit secara zoofilik atau geofilik lebih sering menyebabkan respon
inflamasi daripada yang disebabkan oleh mikroba antropofilik. Umumnya, pasien HIV-positif
atau imunokompromise bisa terlihat dengan abses yang dalam dan meluas. (7)
Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai asimptomatik atau gatal ringan. Secara
obyektif tipikal lesinya mulai sebagai makula eritematosa atau papul yang menjalar dan
berkembang menjadi anular, dan lesi berbatas tegas, skuama atau vesikel, tepi yang berkembang
dan healing center. Tinea korporis lebih sering pada permukaan tubuh yang terbuka antara lain
wajah, lengan dan bahu.(13)

2.6 Diagnosa

Diagnosis ditetapkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya atau pemeriksaan


sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 20%, untuk melihat elemen jamur
dermatofit. Biakan jamur diperlukan untuk identifikasi spesies jamur penyebab yang lebih
akurat.(10)
Diagnosis pasti digunakan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
untuk mengidentifikasi adanya hifa dan spora untuk mengetahui infeksi dermatofit. Infeksi dapat

6
dikonfirmasi atau beberapa dari keadaan ini diidentifikasi dari hasil positif kerokan oleh kultur
jamur. (14)

2.7 Diagnosis banding

Bergantung variasi gambaran klinis, tinea korporis kadang sulit dibedakan dengan
beberapa kelainan kulit yang lainnya. Antara lain dermatitis kontak, dermatitis numularis,
dermatitis seboroik, ptiriasis rosea,(6,12) dan psoriasis.(6,7,12) Untuk alasan ini, tes laboraturium
sebaiknya dilakukan pada kasus dengan lesi kulit yang tidak jelas penyebabnya. (6)
Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai tinea korporis, biasanya
dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi, misalnya dikulit kepala, lipatan-lipatan kulit,
misanya belakang telinga, daerah nasolabial dan sebagainya. Psoriasis dapat dikenal dari
kelainan kulit dari tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku dan punggung.
Kulit kepala berambut juga sering terkena pada penyakit ini. Adanya lekukan lekukan pada kuku
dapat pula menolong untuk menentukan diagnosis. (12)
Pitiriasis rosea, yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas, tubuh dan bagian

proksimal anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa heral patch yang dapat

membedakan penyakit ini dengan tinea korporis. Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat

memastikan diagnosisnya. (12)

2.8 Tatalaksana

Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu


kering dan memakai baju yang menyerap keringat.
A. Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup
pada jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan alilamin tersedia dalam berbagai
formulasi. Dan semuanya memberikan keberhasilan terapi (70-100%). Terapi topikal
digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan. Topikal azol
dan allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.(7)
Berikut obat yang sering digunakan :
1. Topical azol terdiri atas :

7
a. Econazol 1 %
b. Ketoconazol 2 %
c. Clotrinazol 1%
d. Miconazol 2% dll.
Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase
pada pembentukan ergosterol membran sel jamur. (7,15)
2. Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur skualen 2,3 epoksidase
sehingga skualen menumpuk pada proses pembentukan ergosterol membran sel
jamur.(10) yaitu aftifine 1 %, butenafin 1% Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti
inflamasi ) yang mampu bertahan hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7 hari
berturut-turut.(7,15)
3. Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja menghambat masuknya
bahan esensial selular dan pada konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur
merupakan agen topikal yang bersifat fungisidal dan fungistatik, antiinflamasi dan
anti bakteri serta berspektrum luas.(7)
4. Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa ditambahkan pada regimen
anti jamur topikal untuk menurunkan gejala. Tetapi steroid hanya diberikan pada
beberapa hari pertama dari terapi. (5,7)
B. Terapi sistemik
Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Dermatology menyatakan
bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis
terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien
imunokompromais, atau pasien tidak responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal.
(15)

1. Griseofulvin (7,15)
Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih dianggap baku emas pada
pengobatan infeksi dermatofit genus Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton.
Berkerja pada inti sel, menghambat mitosis pada stadium metafase.
2. Ketokonazol (15)
Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik, termasuk
golongan imidazol. Absorbsi optimum bila suasana asam.

8
3. Flukonazol (15)
Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan imidazol, namun absorbsi tidak
dipengaruhi oleh makanan atau kadar asam lambung.
4) Itrakonazol (15)
Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik, spektrum luas, bersifat fungistatik
dan efektif untuk dermatofita, ragi, jamur dismorfik maupun jamur dematiacea.
Absorbsi maksimum dicapai bila obat diminum bersama dengan makanan.
5. Amfosterin B (15)
Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi oleh Streptomyces nodosus.
Bersifat fungistatik, pada konsentrasi rendah akan menghambat pertumbuhan jamur,
protozoa dan alga. Digunakan sebagai obat pilihan pada pasien dengan infeksi jamur
yang membahayakan jiwa dan tidak sembuh dengan preparat azol.
2.9 Prognosis

Untuk tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik dengan tingkat
kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol topikal atau allilamin atau dengan
menggunakan anti jamur sistemik. (7)

9
10
11

You might also like