You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Kekuasaan negara kerap membuat penyelenggaranya lupa diri. Ujungnya, tindakan
penyimpangan kewenangan terus dilakukan penyelenggara negara dan/atau lembaga negara
Sekalipun kewenangan itu telah dibatasi oleh konstitusi, penyelenggara negara dan/atau
lembaga negara sulit menghindar dari melakukan dosa besar ketatanegaraan yaitu
mengabaikan kehendak konstitusi. Pengabaian terhadap kehendak konstitusi itu setidaknya
tergambar dalam peluncuran Barometer Mala-Konstitusi (BMK) 2015 oleh Pusat Studi
Konstitusi (PUSaKO) yang mengukur seberapa banyak pengabaian terhadap UUD 1945 telah
dilakukan lembaga negara dan/atau penyelenggara negara sepanjang satu tahun yang telah
berlalu.
Hasilnya mengejutkan, dari 387 kasus, ternyata pengabaian terhadap amanah konstitusi
terbesar dilakukan pemerintah dan pemerintahan daerah. Pemerintah (presiden, menteri, dan
lembaga setingkat menteri) telah melakukan 214 tindakan yang mengabaikan amanah UUD
1945. Sedangkan pemerintah daerah mengabaikan UUD 1945 sebanyak 116 perbuatan.
Berturut-turut setelah itu pelanggaran dilakukan oleh legislatif (30 kasus), lembaga
independen (13 kasus), dan lembaga yudikatif (8 kasus), serta enam kasus pengabaian
konstitusi terjadi disebabkan sengketa antarlembaga negara. Pengabaian terhadap konstitusi
itu meliputi pasal hak asas manusia, hukum, sosial, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan
lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan begitu banyaknya pengabaian terhadap konstitusi oleh Negara maka perlu penjelasan lebih
mengenai :

1. Penjelasan pengertian Negara


2. Penjelasan pengertian konstitusi
3. Kedudukan konstitusi dalam Negara
4. Tujuan dan fungsi Konstitusi
5. Contoh kasus

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian tentang Negara.
2. Untuk mengetahui tentang pengertian konstitusi, tujuan, fungsi dan kedudukannya
dalam negara
3. Mengerti contoh kasus akibat pengabaian Negara terhadap konstitusi

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara


Negara berbeda dengan bangsa. Jika bangsa merujuk pada kelompok orang atau
persekutuan hidup, sedangkan negara merujuk pada sebuah organisasi sekelompok orang
yang berada di dalamnya. Istilah negara merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris,
state; bahasa Belanda dan Jerman, staat, serta bahasa Prancis, etat. Kata-kata tersebut diambil
dari bahasa Latin, status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak serta tetap atau sesuatu
yang memiliki sifat-sifat yang tegak serta tetap. Di Indonesia, istilah negara berasal dari
bahasa Sanskerta, yaitu nagari atau nagara yang berarti wilayah atau penguasa.

Secara terminologi, negara diartikan sebagai oraganisasi tertinggi di antara suatu


kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu
dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif
dari sebuah negara yang menyaratkan adanya unsur dalam sebuah negara yaitu rakyat,
wilayah, kedaulatan dan pengakuan dari negara lain.

Berikut ini pendapat beberapa pakar kenegaraan berikut ini tentang negara.

1. Aristoteles

Menurut Aristoteles, negara (polis) adalah suatu persekutuan dari keluarga dan
desa untuk mencapai kehidupan yang sebaikbaiknya.

2. Mac Iver

Negara adalah persembatanan (penarikan) yang bertindak lewat hukum yang


direalisasikan oleh pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa
dalam satu kehidupan yang dibatasi secara teritorial mempertegak syaratsyarat lahir
yang umum dari ketertiban sosial.

3. Logeman

Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan


untuk mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.

2
2.2 Unsur-unsur Terbentuknya Negara
Unsur-unsur negara adalah bagian yang penting untuk membentuk suatu negara, sehingga
negara memiliki pengertian yang utuh. Jika salah satu unsur tidak terpenuhi, maka tidak
sempurnalah negara itu. Negara dapat memiliki status yang kokoh jika didukung oleh
minimal tiga unsur utama, yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah berdaulat. Selain itu, ada
satu unsur tambahan, yaitu pengakuan dari negara lain.

1. Rakyat
Suatu negara harus memiliki rakyat yang tetap. Rakyat merupakan unsur terpenting dari
terbentuknya negara. Rakyat menjadi pendukung utama keberadaan sebuah negara. Hal ini
karena rakyatlah yang merencanakan, mengendalikan, dan menyelenggarakan sebuah negara.
Dalam hal ini rakyat adalah semua orang yang berada di wilayah suatu negara serta tunduk
pada kekuasaan negara tersebut.

2. Wilayah
Adanya wilayah merupakan suatu keharusan bagi negara. Wilayah adalah tempat bangsa
atau rakyat suatu negara tinggal dan menetap. Wilayah yang dimaksud dalam hal ini meliputi
daratan, lautan, udara, ekstrateritorial, dan batas wilayah negara.Wilayah merupakan unsur
kedua setelah rakyat. Dengan adanya wilayah yang didiami oleh manusia, negara akan
terbentuk. Jika wilayah tersebut tidak ditempati secara permanen oleh manusia, mustahil
untuk membentuk suatu negara. Wilayah memiliki batas wilayah tempat kekuasaan negara itu
berlaku. Wilayah suatu negara sebagai berikut.

 Wilayah daratan, meliputi seluruh wilayah daratan dengan batas-batas tertentu dengan
negara lain.
 Wilayah lautan, meliputi seluruh perairan wilayah laut dengan batas-batas yang
ditentukan menurut hukum internasional.
 Wilayah udara atau dirgantara, meliputi wilayah di atas daratan dan lautan negara yang
bersangkutan.

4. Pemerintahan yang Berdaulat


Kedaulatan sangat diperlukan bagi sebuah negara. Tanpa kedaulatan, sebuah negara tidak
akan berdiri tegak. Negara tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur rakyatnya sendiri,
terlebih mempertahankan diri dari negara lain. Oleh karena itu, kedaulatan merupakan unsur
penting berdirinya negara. Jadi, pemerintah yang berdaulat berarti pemerintah yang

3
mempunyai kekuasaan penuh untuk memerintah baik ke dalam maupun ke luar. Kedaulatan
suatu negara mempunyai empat sifat sebagai berikut.

 Permanen. Artinya, kedaulatan itu tetap ada pada negara selama negara itu tetap ada
(berdiri) sekalipun mungkin negara itu mengalami perubahan organisasinya.
 Asli. Artinya, kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi, tetapi
asli dari negara itu sendiri.
 Bulat/tidak terbagi-bagi. Artinya, kedaulatan itu merupakan satusatunya kekuasaan
yang tertinggi dalam negara dan tidak dapat dibagi-bagi. Jadi, dalam negara hanya ada
satu kedaulatan.
 Tidak terbatas/absolut. Artinya, kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapa pun sebab
apabila bisa dibatasi berarti ciri kedaulatan yang merupakan kekuasaan tertinggi akan
hilang.

5. Pengakuan dari Negara Lain


Pengakuan dari negara lain diperlukan sebagai suatu pernyataan dalam hubungan
internasional. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ancaman dari dalam (kudeta) atau
campur tangan negara lain. Selain itu, pengakuan dari negara lain diperlukan untuk menjalin
hubungan terutama dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.
Macam-macam bentuk pengakuan ialah sebagai berikut.

 Pengakuan de facto, artinya pengakuan menurut kenyataan. Suatu negara diakui


karena memang secara nyata telah memenuhi unsur-unsurnya sebagai negara.
 Pengakuan de jure, artinya pengakuan berdasarkan hukum. Dalam hal ini, suatu
negara diakui secara formal memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh hukum
internasional untuk dapat berpartisipasi aktif dalam tata pergaulan internasional.

2.3 Sifat Negara


Miriam Budiardjo menyatakan bahwa setiap negara mempunyai sifat-sifat berikut:

1. Memaksa

Sifat memaksa artinya negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa kekerasan fisik
secara sah. Tujuannya ialah agar peraturan perundang-undangan ditaati, ketertiban
dalam masyarakat tercapai, serta anarki (kekacauan) alam masyarakat dapat dicegah.
Alat pemaksanya bermacam-macam, seperti polisi, tentara, dan berbagai persenjataan
lainnya. Contohnya, setiap warga negara harus membayar pajak. Orang yang

4
menghindari kewajiban ini dapat dikenakan denda atau harta miliknya disita, bahkan
dapat dikenakan hukuman kurungan.

2. Monopoli
Sifat monopoli yaitu hak negara guna melaksanakan sesuatu sesuai dengan tujuan
bersama dari masyarakat. Contohnya, menjatuhkan hukuman kepada setiap warga
negara yang melanggar peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan warga
negaranya untuk mengangkat senjata jika negaranya diserang musuh, memungut pajak,
menentukan mata uang yang berlaku dalam wilayahnya, serta melarang aliran
kepercayaan atau aliran politik tertentu yang dinilai bertentangan dengan tujuan
masyarakat.

3. Mencakup semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang-undangan (misalnya
keharusan membayar pajak) barlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Hal ini
memang diperlukan karena kalau sesorang dibiarkan berada di luar ruang lingkup
aktivitas negara, maka usaha negara kearah tercapainya cita-cita negara.

2.4 Pengertian Konstitusi


Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Prancis) yang berarti
membentuk. Maksudnya yaitu membentuk, menata, dan menyusun suatu negara. Demikian
pula dalam bahasa Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau
menyusun. Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang
berarti undang-undang dasar.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan
yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat
menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Selain itu, beberapa ahli juga mengemukakan pengertian konstitusi sebagai berikut.
1. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.

5
2. KC. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk an mengatur pemerintahan negara.
3. Herman Heller
Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu:
 Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang mencerminkan
kehidupan politik masyarakat.
 Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan kesatuan kaidah yang hidup
di dalam mayarakat.
 Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai
undang-undang.
4. CF. Strong
Menurut CF. Strong, konstitusi merupakan kumpulan asas yang didasarkan pada
kekuatan pemerintah, hak-hak yang diperintah, serta hubungan-hubungan antara
keduanya yang diatur

5. Sri Soemantri
Konstitusi merupakan naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-
sendi sistem pemerintahan negara.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada dua
pengertian konstitusi, yaitu
 Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum dasar
yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang mengatur
mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu negara;
 Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen yang berisi
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari ketatanegaran suatu
negara.

2.5 Kedudukan Konstitusi Dalam Negara

6
Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat penting
karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-
aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat dalam
ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sebagai hukum dasar


Dalam hal ini, konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai penyelengara
negara, yaitu badan-badan/lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan kekuasaan
serta prosedur penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.

2. Sebagai hukum tertinggi


Dalam hal ini, konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap
peraturan-peraturan yang lain dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan demikian,
aturan-aturan di bawah konstitusi tidak bertentangan dan harus sesuai dengan aturan-
aturan yang terdapat pada konstitusi.

2.6 Jenis-jenis Konstitusi


Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.

1. Konstitusi tertulis,
yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan) kerangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan serta menentukan cara kerja dari badan-badan
pemerintahan tersebut. Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang
dasar.

2. Konstitusi tidak tertulis,


merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang ada dan dipelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara di suatu negara. Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan
sebutan konvensi.

2.7 Unsur-unsur Konstitusi


Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman adalah:
1. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari
kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah;

7
2. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak dan
kewajiban warga negara dan badan-badan pemerintah;
3. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka pembangunan
pemerintah.

2.8. Sifat Konstitusi


Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo: 1985), suatu konstitusi
dapat bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah prosedur untuk mengubah
skonstitusi itu sudah sama dengan prosedur membuat undang-undang di negara yang
bersangkutan atau belum. Dengan demikian, sifat dari konstitusi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu
1. Konstitusi yang bersifat kaku (rigid), hanya dapat diubah melalui prosedur yang
berbeda dengan prosedur membuat undang-undang pada negara yang bersangkutan;
2. Konstitusi yang bersifat supel (flexible), sifat supel disini diartikan bahwa konstitusi
dapat diubah melalui prosedur yang sama dengan prosedur membuat undang-undang
pada negara yang bersangkutan.

2.9 Tujuan Konstitusi


Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan
penyelenggara negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat menjamin hak-
hak warga negara. Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang dinamakan dengan
konstitusionalisme. Maksud dari konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang
pemerintah (penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.

2.10 Fungsi Konstitusi


Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut.
1. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
2. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-
citakan dalam tahap berikutnya.
3. Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan
tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya, baik penguasa maupun
rakyat (sebagai landasan struktural).

8
2.11 CONTOH KASUS
Contoh kasus paling menarik pelanggaran konstitusi lembaga yudikatif adalah
perbedaan putusan Mahkamah Agung (MA) dengan Mahkamah Konstitusi (MK) perihal
peninjauan kembali (PK) perkara. Menurut MK, PK bagi masyarakat yang mencari
keadilan dapat dilakukan berkali-kali, sedangkan menurut MA, PK hanya boleh
dilakukan sekali. Akibat perbedaan itu, masyarakat pencari keadilan akan bingung
melihat ketidakpastian hukum.
Di satu sisi putusan MK adalah final dan mengikat (binding ) bagi siapa pun,
namun jika hendak beperkara mengajukan PK, persidangannya akan dilaksanakan di
MA. Bencana konstitusional perlindungan kepastian hukum (Pasal 28D UUD 1945) itu
disebabkan MK tidak memahami substansi kewenangan MA.
Sebaliknya, MA juga tidak memahami sifat putusan MK. Padahal, pada dua
puncak kekuasaan kehakiman itu telah bernaung ”para resi ilmu hukum” Tanah Air.
Kondisi pengabaian konstitusi yang sama juga terjadi pada lembaga independen. Kerap
antara lembaga independen tidak mampu bekerja sama dan terkesan hanya
mengutamakan ”ego” kelembagaan.
Banyak kasus lain yang dapat mengancam apabila negara mengabaikan kontitusi
karena apabila hakim salah melakukan ”ketukan palu keadilannya”, dampak
ketidakadilan tersebut akan dirasakan oleh banyak pencari keadilan, bahkan dalam
kasus tertentu akan berdampak bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB III PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Negara adalah oraganisasi tertinggi di antara suatu kelompok masyarakat yang
mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara

9
yang menyaratkan adanya unsur dalam sebuah negara yaitu rakyat, wilayah, kedaulatan dan
pengakuan dari negara lain.

Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan


suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan
yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik
penyelenggaraan negara

4.2 Analisis masalah


Melindungi UUD 1945
Melihat pengabaian konstitusi oleh lembaga negara dan/ atau penyelenggara negara
sepanjang 2015 yang cukup tinggi itu, perlu kiranya dilakukan refleksi menyeluruh agar
pengabaian terhadap UUD 1945 tidak kembali terulang. Misalnya, dengan memberikan peran
nonyustisi kepada Mahkamah Konstitusi untuk mengingatkan pada lembaga-lembaga negara
lain agar menghormati UUD 1945.
Hal itu sejalan dengan fungsi kelembagaan MK sebagai the guardian of the
constitution melalui kewenangan pengujian undang-undang. Peran baru MK itu tidak harus
melalui perubahan UUD 1945. Cukup dengan menerapkan kebiasaan (konvensi)
ketatanegaraan sebagai reminder bagi setiap pengabaian atau potensi pengabaian UUD 1945
yang mungkin dilakukan lembaga negara dan/atau penyelenggara negara lainnya.
Peran menjaga konstitusi itu dapat pula diberikan kepada Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) yang saat ini berharap diberikan kewenangan baru. MPR yang membentuk
UUD 1945 dapat mengingatkan setiap tindakan lembaga negara dan/atau penyelenggara
negara yang tindakannya tidak sesuai niat asli pembentukan (original intent ) UUD 1945 .
Teguran MPR tersebut akan lebih sahih jika disertai penjelasan pasal-pasal mana saja
yang telah dilanggar dan apa tujuan asli dari pembentukan pasal-pasal UUD 1945 tersebut
sesungguhnya. Dua tawaran itu menjadi hal yang penting bagi Indonesia untuk melindungi
UUD 1945 pada masa depan.
Perlindungan UUD 1945 adalah penting karena– meminjam adagium Lord Acton–
para pemegang kekuasaan cenderung akan menyimpangkan kewenangannya dan perbuatan
menyucikan penyimpangan tersebut adalah bidah (berkonstitusi–pen) yang paling buruk.

10
Daftar pustaka

https://id.m.wikipedia.org/wiki/negara

https://id.m.wikipedia.org/wiki/konstitusi

http://koran-sindo.com/page/news/2016-02-06/1/1/Ketika_Konstitusi_Diabaikan_Negara

11
12

You might also like