Indonesia adalah negeri yang kaya akan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh hewan dan tumbuhannya. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi kedua didunia setelah Brazil dengan 7000 jenis tanaman berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan serta peningkatan derajat kesehatan. Hal ini dikarenakan banyak tanaman mengandung senyawa-senyawa yang mempunyai khasiat sebagai pengobatan, yang dikenal sebagai senyawa fitokimia, Kelompok senyawa alami yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Senyawa fitokimia tanaman yang memberikan efek farmakologis adalah kelompok senyawa metabolit sekunder, antara lain golongan minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, steroid dan triterpenoid yang akan memberikan aroma, rasa dan bau yang sangat spesifik pada tanaman asalnya (Hernani, 2011). Antibiotik merupakan obat antimikroba yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus, streptococcus, enterococcus dan sebagainya (Desrini S, 2015). Infeksi oleh bakteri sendiri merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang banyak dijumpai khususnya di negara berkembang. Hampir 50.000 orang meninggal setiap harinya karena penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Nirosha N, 2013). Kemampuan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri ini mulai menimbulkan masalah, hal ini dikarenakan penggunaan yang irasional dan tidak efektif lagi sehingga bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik (Farida H, dkk., 2008 dan WHO, 2006). Jika tidak segera diatasi, resistensi antibiotik ini akan membahayakan nyawa pasien dan menimbulkan masalah-masalah lain yang merugikan bagi pasien, seperti infeksi menjadi sulit diobati, kesakitan yang dialami menjadi lebih lama sehingga pasien semakin lama dirawat di rumah sakit yang mengakibatkan semakin tinggi biaya kesehatan yang ditanggung pasien (Desrini S, 2015). Masalah resistensi tersebut menjadi pertimbangan mulai dikembangkannya penelitian untuk mencari sumber antibakteri baru dengan menggunakan bahan alami sekaligus berfungsi untuk meminimalisir efek samping dari penggunaan antibiotik. Staphylococcus aureus merupakan bakteri jenis gram positif yang diperkirakan 20-75% ditemukan pada saluran pernapasan atas, muka, tangan, rambut dan vagina. Infeksi bakteri ini dapat menimbulkan penyakit dengan tanda- tanda yang khas, seperti peradangan, nekrosis, tampak sebagai jerawat, infeksi folikel rambut, dan pembentukan abses. Diantara organ yang sering diserang oleh bakteri Staphylococcus aureus adalah kulit yang mengalami luka dan dapat menyebar ke orang lain yang juga mengalami luka. Staphylococcus aureus adalah bagian terbesar dari flora normal manusia dan termasuk beberapa spesies yang bersifat patogen yang penting untuk diketahui, karena bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada kulit. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis atau sepsis dengan supurasi di tiap organ (Jawetz et al, 2001). Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pengobatan berbagai penyakit telah dikenal dan dilakukan oleh nenek moyang kita sejak jaman dahulu kala. Pemanfaatan tersebut dilakukan untuk mengurangi efek samping yang mulai timbul dari penggunaan obat-obatan sintetis. Beberapa tanaman di Indonesia yang memiliki khasiat sebagai pengobatan penyakit, salah satu tanaman yang berkhasiat untuk pengobatan khususnya sebagai antimikroba adalah biji pepaya. Biji pepaya diketahui mengandung berbagai senyawa seperti tokoferol, terpenoid, flavonoid, alkaloid seperti karpain, tanin, saponin dan berbagai enzim seperti enzim papain dan lisozim. Kandungan terpenoid, karpain dan flavonoid dalam biji pepaya telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri yang dapat membunuh bakteri dengan merusak integritas membran sel bakteri itu (Martiasih et al., 2012). Penelitian Jyotsna et al (2014) melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak biji pepaya dan daun pepaya terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Salmonella typhi. Hasil penelitian didapatkan bahwa biji pepaya dan daun pepaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri- bakteri tersebut. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik meneliti tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang dilakukan secara in vitro.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada latar belakang ini adalah: 1. Apakah ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus? 2. Berapa diameter zona hambat ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus? 3. Apakah ada perbedaan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi ekstrak?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Biji buah pepaya (Carica papaya L.) yang digunakan adalah biji buah pepaya yang tua. 2. Bakteri yang digunakan untuk pengujian ini hanya Staphylococcus aureus. 3. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara maserasi
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui efek antibakteri ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 2. Mengetahui berapa diameter zona hambat ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 3. Mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi ekstrak. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan dan mengetahui adanya efek ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. b. Menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama menjalani pendidikan. 1.5.2 Manfaat bagi Instansi a. Menambah referensi tentang adanya efek antibakteri ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. b. Menambah informasi dan literatur dalam bidang mikrobiologi. c. Dapat diketahui potensi tanaman yang memiliki kandungan antibakteri serta efektivitas zat antibakteri tersebut dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Kegiatan ini dapat dimasukkan dalam kegiatan praktikum. 1.5.3 Manfaat bagi Masyarakat a. Memberikan informasi tentang manfaat ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. b. Meningkatkan pemanfaatan biji pepaya (Carica papaya L.) sebagai alternatif obat bahan alam untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. 1.5.4 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan a. Sebagai bahan referensi dan bacaan bagi peneliti lainnya tentang pemanfaatan biji buah pepaya (Carica papaya L.) 1.5.5 Manfaat bagi Peneliti selanjutnya a. Dapat mengembangkan kemampuan daya hambat bakteri dari ekstrak biji buah pepaya dengan menggunakan bakteri lain.
Mekanisme Difusi Molekul Dengan Melalui Kristal Kmno4 Dalam Pelarut Dan Menentukan Tekanan Osmotic Cairan Sel Pada Daun Rhoe Discolor Dalam Larutan Glukosa