You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negeri yang kaya akan keanekaragaman hayati yang
dimiliki oleh hewan dan tumbuhannya. Indonesia memiliki keanekaragaman
hayati tertinggi kedua didunia setelah Brazil dengan 7000 jenis tanaman
berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan serta peningkatan derajat
kesehatan. Hal ini dikarenakan banyak tanaman mengandung senyawa-senyawa
yang mempunyai khasiat sebagai pengobatan, yang dikenal sebagai senyawa
fitokimia, Kelompok senyawa alami yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga
kesehatan dan mengobati penyakit. Senyawa fitokimia tanaman yang memberikan
efek farmakologis adalah kelompok senyawa metabolit sekunder, antara lain
golongan minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, steroid dan triterpenoid yang akan
memberikan aroma, rasa dan bau yang sangat spesifik pada tanaman asalnya
(Hernani, 2011).
Antibiotik merupakan obat antimikroba yang paling banyak digunakan pada
infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,
streptococcus, enterococcus dan sebagainya (Desrini S, 2015). Infeksi oleh
bakteri sendiri merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang banyak
dijumpai khususnya di negara berkembang. Hampir 50.000 orang meninggal
setiap harinya karena penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Nirosha N,
2013). Kemampuan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri ini mulai
menimbulkan masalah, hal ini dikarenakan penggunaan yang irasional dan tidak
efektif lagi sehingga bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik (Farida H, dkk.,
2008 dan WHO, 2006). Jika tidak segera diatasi, resistensi antibiotik ini akan
membahayakan nyawa pasien dan menimbulkan masalah-masalah lain yang
merugikan bagi pasien, seperti infeksi menjadi sulit diobati, kesakitan yang
dialami menjadi lebih lama sehingga pasien semakin lama dirawat di rumah sakit
yang mengakibatkan semakin tinggi biaya kesehatan yang ditanggung pasien
(Desrini S, 2015). Masalah resistensi tersebut menjadi pertimbangan mulai
dikembangkannya penelitian untuk mencari sumber antibakteri baru dengan
menggunakan bahan alami sekaligus berfungsi untuk meminimalisir efek samping
dari penggunaan antibiotik.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri jenis gram positif yang
diperkirakan 20-75% ditemukan pada saluran pernapasan atas, muka, tangan,
rambut dan vagina. Infeksi bakteri ini dapat menimbulkan penyakit dengan tanda-
tanda yang khas, seperti peradangan, nekrosis, tampak sebagai jerawat, infeksi
folikel rambut, dan pembentukan abses. Diantara organ yang sering diserang oleh
bakteri Staphylococcus aureus adalah kulit yang mengalami luka dan dapat
menyebar ke orang lain yang juga mengalami luka. Staphylococcus aureus adalah
bagian terbesar dari flora normal manusia dan termasuk beberapa spesies yang
bersifat patogen yang penting untuk diketahui, karena bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi pada kulit. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan
pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis atau sepsis dengan supurasi di tiap
organ (Jawetz et al, 2001).
Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pengobatan berbagai
penyakit telah dikenal dan dilakukan oleh nenek moyang kita sejak jaman dahulu
kala. Pemanfaatan tersebut dilakukan untuk mengurangi efek samping yang mulai
timbul dari penggunaan obat-obatan sintetis. Beberapa tanaman di Indonesia yang
memiliki khasiat sebagai pengobatan penyakit, salah satu tanaman yang
berkhasiat untuk pengobatan khususnya sebagai antimikroba adalah biji pepaya.
Biji pepaya diketahui mengandung berbagai senyawa seperti tokoferol, terpenoid,
flavonoid, alkaloid seperti karpain, tanin, saponin dan berbagai enzim seperti
enzim papain dan lisozim. Kandungan terpenoid, karpain dan flavonoid dalam biji
pepaya telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri yang dapat membunuh bakteri
dengan merusak integritas membran sel bakteri itu (Martiasih et al., 2012).
Penelitian Jyotsna et al (2014) melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak biji
pepaya dan daun pepaya terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, dan Salmonella typhi. Hasil penelitian didapatkan
bahwa biji pepaya dan daun pepaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri-
bakteri tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik meneliti tentang aktivitas
antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang dilakukan secara in vitro.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada latar belakang ini
adalah:
1. Apakah ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus?
2. Berapa diameter zona hambat ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?
3. Apakah ada perbedaan aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi ekstrak?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Biji buah pepaya (Carica papaya L.) yang digunakan adalah biji buah pepaya
yang tua.
2. Bakteri yang digunakan untuk pengujian ini hanya Staphylococcus aureus.
3. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
maserasi

1.4 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui efek antibakteri ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
2. Mengetahui berapa diameter zona hambat ekstrak biji buah pepaya (Carica
papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
3. Mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
dengan berbagai konsentrasi ekstrak.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan mengetahui adanya efek ekstrak
biji buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus.
b. Menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama menjalani
pendidikan.
1.5.2 Manfaat bagi Instansi
a. Menambah referensi tentang adanya efek antibakteri ekstrak
biji buah pepaya (Carica papaya L.) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
b. Menambah informasi dan literatur dalam bidang mikrobiologi.
c. Dapat diketahui potensi tanaman yang memiliki kandungan
antibakteri serta efektivitas zat antibakteri tersebut dalam
menghambat pertumbuhan bakteri. Kegiatan ini dapat
dimasukkan dalam kegiatan praktikum.
1.5.3 Manfaat bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi tentang manfaat ekstrak biji pepaya
(Carica papaya L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
b. Meningkatkan pemanfaatan biji pepaya (Carica papaya L.)
sebagai alternatif obat bahan alam untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat.
1.5.4 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
a. Sebagai bahan referensi dan bacaan bagi peneliti lainnya
tentang pemanfaatan biji buah pepaya (Carica papaya L.)
1.5.5 Manfaat bagi Peneliti selanjutnya
a. Dapat mengembangkan kemampuan daya hambat bakteri dari
ekstrak biji buah pepaya dengan menggunakan bakteri lain.

You might also like