Professional Documents
Culture Documents
ABOUT
CONTACT
ERROR PAGE
HOME
FACEBOOK PAGE
o
DESIGN PHOTOSHOP
COMPETISI BLOG
GAMES
TECHNOLOGY
REVIEW
Text to Search...
A. Latar Belakang
Di Indonesia, pelaksanaan hukum Islam diwakili oleh beberapa institusi. Majlis Ulama Indonesia
(MUI) lebih dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga yang berusaha menyelesaikan banyak
permasalahan agama dengan mengeluarkan fatwa. Disamping itu, ormas-ormas Islam seperti Nahdhatul
Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan yang lainnya memiliki institusi yang bertugas
untuk mendalami dan merekomendasikan pendapat (bahkan sikap) organisasi terhadap persoalan
(hukum) yang terjadi di masyarakat.
Sedangkan, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai jam’iyyah sekaligus gerakan diniyah islamiyah sejak
awal berdirinya telaha menjadikan faham Ahlussunah Waljamaah sebagai basis teologi,(dasar
beraqidah) dan menganut salah satu mazhab dari empat mazhab sebagai pegangan dalam berfiqih, yaitu
Imam Syafi’i. NU dalam kesehariannya lebih banyak menggunakan fiqih masyarakat Indonesia yang
bersumber dari mazhab Imam Syafi’i
B. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
· Sejarah
Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 oleh K.H. Hasyim Asy’aridi
Surabaya.Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan
politik dunia Islam kala itu. Dalam Anggaran Dasarnya yang pertama (1927), dinyatakan bahwaNU
bertujuanuntuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu madzhab empat.
· Perkembangan NU
Periode pertengahan, yakni ketika NU sebagai organisasi keagamaan, berubah fungsi menjadi
sebuah partai politik atau menjadi unsur formal dalam sebuah partai. Era ini dimulai sejak tahun 1930,
yakni ketika NU bersama ormas lain mengadakan demo atas represi yang dilakukan oleh pemerintahan
kolonial. Setelah Indonesia merdeka, NU beraliansi dengan Masyumi menjadi partai politik sebagai
wahana artikulasi politik umat Islam.Karena itu NU keluar dari Masyumi dan berdiri sendiri sebagai
partai politik sampai pada akhirnya tahun 1971 fusi menjadi Partai Persatuan Pembangunan.Di PPP pun,
NU tidak dapat berbuat banyak bagi kepentingan bangsa dan negara.Sebagai akumulasi dari kehampaan
dalam dunia politik, NU kembali ke khittah 1926.
Periode ketiga, NU kembali pada aktivitas sosial keagamaan.Periode ini sebagai tonggak sejarah
baru NU dalam berkhidmat kepada bangsa dan Negara.[1]
Mekanisme kerjanya, semua masalah yang masuk ke lembaga ini di inventarisir, kemudian
disebarkan ke seluruh ulama, anggota Syuriah dan para pengasuh pondok pesantren yang ada dibawah
naungan NU.Selanjutnya para ulama melakukan penelitian terhadap masalah itu dan dijadikan rujukan
dari pendapat-pendapat ulama madzhab melalui kitab kuning (Klasik).Selanjutnya mereka bertemu
dalam satu forum untuk saling beradu argument dan dalil rujukan.Dalam forum ini seringkali mereka
harus berdebat keras dalam mempertahankan dalil yang dibawanya, sampai akhirnya ditemukan dasar
yang paling kuat.Barulah ketetapan hukum itu diambil bersama.
Pada umumnya, rujukan itu mengikuti pendapat Imam Syafi’I, karena madzab ini paling banyak
diikuti kaum muslimin dan lebih sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan geografis Indonesia. Jika
pendapat Imam Syafi’I tidak tersedia maka pendapat ulama yang lain diambil, sejauh masih dalam
lingkungan madzhab yang empat (syafi’I, Maliki, Hambali dan Hanafi). Meskipun semua dasar selalu
merujuk pada pendapat ulama pendahulu, namun kondisi masyarakat selalu dijadikan pertimbangan
dalam penerapannya.[2]
Dalam penelitiannya Dr. Ahmad Zahro ‘menemukan’ bahwa dalam mengaplikasikan pendekatan
mazhaby, Lajnah Bahtsul Masa’il menggunakan tiga metode istinbat hukum yang diterapkan secara
berjenjang, secara ringkas nya adalah:
a. Metode Qauliy
Merupakan suatu metode dalam istinbat hukum yang digunakan ulama /intelektual NU dengan
mempelajari masalah yang dihadapi, kemudian mencari jawaban jawabannya kepada kitab Imam yang
empat dengan mengacu dan merujuk secara langsung pada teksnya dengan kata lain mengikuti
pendapat-pendapat yang sudah ‘jadi’ dalam lingkup mazhab tertentu. Dalam realitanya, menurut warga
NU dan para ulama bahwa metode bahtsul Masa’il dengan mengacu pada kitab Imam empat mazhab
dengan metode qauliy ini masih refresentatif untuk menjawab segala kebutuhan masyarakat dalam
segala zaman berikut tantangannya.
b. Metode Ilhaqy
Ilhaqiy yang dimaksudkan adalah menyamakan hukum suatu kasus yang jawabannya tidak terdapat
dalam kitab al-mu’tabarah dengan hukmun atau masalah serupa yang telah dijawab dalam kitab al-
mu’tabarah. metode ini secara operasional sebagaimana qauliy juga telah lama diperaktekkan ulama NU
untuk menjawab permasalahan yang diajukan masyarakat Nahdliyyin. Metode ini secara opersional
sebagaimana qauliy juga telah lama diperaktekkan oleh ulama yang meskipun secara implisit belum
dinamakan ilhaqiy.[3]
Dalam perakteknya ilhaqiy menggunakan prosedur dan persyaratan mirip qiyas, karenanya juga
dinamakan qiyas versi NU, namun ada perbedaan dari kedua term ini, qiyas memperbandingkan dengan
al-Qur’an dan as-sunnah sedangkan ilhaqiy memperbandingkan dengan kitab al-mu’tabarah.
c. Metode Manhajiy
Yang dimaksudkan dengan metode manhajiy adalah bermazhab dengan mengikuti jalan pikiran dan
kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh Imam mazhab.[4] Sebagaimana qauliy dan lhaqiy ,
manhajiy sebenarnya sudah diperaktekkan Ulama-ulama NU terdahulu, walaupun tidak dengan istilah
“manahjiy” ataupun keputusan resmi namun jika dilihat dari kriteria dan ‘identitasnya’ metode ini sudah
lama dipakai. Sebagai contoh, dalam keputusan Muktamar 1 thn 1926: yang menguraikan dapatnya
pahala si mayit atas sodaqoh yang dikeluarkan keluarga dan atau orang lain yang masih hidup, hal ini
disandarkan jawabannya dengan mengutip hadis yang diriwayatkan Imam al-Bukhari:
- عبَّاس َ عن ابْن َ َع ْن ع ْكر َمة َ ع ْمرو بْن دينَار َ الرحيم أ َ ْخ َب َرنَا َر ْوح بْن ع َبا َدة َ َح َّدثَنَا زَ كَريَّاء بْن إ ْس َحاقَ قَا َل َح َّدثَنى َ َح َّدثَنَا م َح َّمد بْن
َّ عبْد
َ َ صلى هللا عليه وسلم إ َّن أ َّمه توف َيتْ أ َ َي ْنفَع َها إ ْن ت- ّللا
َ ص َّد ْقت
ع ْن َها قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَإ َّن لى م ْخ َرافًا َّ رضى هللا عنهما أ َ َّن َرجلً قَا َل ل َرسول
َ َ َوأ ْشهدكَ أَنى قَ ْد ت
َ ص َّد ْقت
ع ْن َها
Artinya: Ibnu Abbas meriwayatkan bahwasanya ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw,
sungguh ibuku telah meninggal, apakah dia memperoleh manfaat apabila saya bersedekah untuknya??
Maka beliau menjawab ‘ya’ dapat, Dia berkata sungguh saya mempunyai keranjang buah, maka
kupersaksikan kepadamu bahwasanya saya telah menyedekahkannya untuk dia.[5]
Keputusan diatas dikategorikan sebagai keputusan yang didasarkan pada metode manhajiy karena
langsung merujuk kepada hadits yang merupakan dalil yang dipergunakan oleh keempat Imam mazhab
setelah al-Qur’an.
Dengan melihat metode penyelesaian masalah dalam Lajnah Bahtsul Masa’il diatas dapat
disimpulkan dalam meyelesaikan persoalan ummat, NU dapat dikatakan tidak ‘enggan’ memakai hadis,
kendati memakai suatu hadis namun Nahdiyyin tidak serta merta langsung merujuk kepada teks hadis
melainkankan memahaminya dengan mereferens kembali kepada pemahaman Imam yang empat
terhadap hadis tersebut (kitab al-Mu’tabarah).
ü Dalam kasus ketika bisa dicukupi oleh Ibarat Kitab dan disana terdapat hanya satu qaul/wajah, maka
dipakailah qaul/wajah sebagaimana yang diterangkan dalam ibarat tersebut.
ü Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh Ibarat Kitab dan disana terdapat lebih dari satu
qaul/wajah, maka dilakukan tahrir jama’i untuk memilih satu qaul.
mengambil pendapat yang lebih mashlahat atau yang lebih rajah (kuat);
ü Dalam kasus tidak ada qaul sama sekali yang memberikan penyelesaian, maka dilakukan prosedur Ilhaq
(menyamakan hukum suatu masalah yang belum dijawab oleh kitab dengan masalah serupa yang ada
dalam kitab).
ü Dalam kasus tidak ada qaul sama sekali dan tidak mungkin dilakukan Ilhaq, maka bisa dilakukan Istinbath
jama’i dengan prosedur bermazhab secara manhaj.
b. Analisis Masalah
Ø Analisa hukum (fatwa tentang suatu kasus) setelah mempertimbangkan latar belakang dan dampaknya di
segala bidang. Keputusan ini mepertimbangkan :
- Analisa tindakan, peran dan pengawasan (apa yang harus dilakukan sebagai konsekuensi fatwa
diatas).[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Nahdhatul Ulama (NU) merupakan salah satu ormas Islam yang berperan dalam Pembaharuan Hukum
Islam di Indonesiayang mempunyai misi mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan, pendidikan,
ekonomi dan sosial.
Semua masalah yang masuk ke lembaga ini diinventarisir, kemudian disebarkan ke seluruh ulama,
anggota Syuriah dan para pengasuh pondok pesantren yang ada dibawah naungan NU.Selanjutnya para
ulama melakukan penelitian terhadap masalah itu dan dijadikan rujukan dari pendapat-pendapat ulama
madzhab melalui kitab kuning (Klasik).Selanjutnya mereka bertemu dalam satu forum untuk saling
beradu argument dan dalil rujukan. Dalam forum ini seringkali mereka harus berdebat keras dalam
mempertahankan dalil yang dibawanya, sampai akhirnya ditemukan dasar yang paling kuat.Barulah
ketetapan hukum itu diambil bersama.
Daftar Pustaka
Fadeli, Soeleiman dan Moh. Subhan, ,2008, Antologi NU, Khalista: Surabaya
KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Irsyad al-Syari ed.Muhammad Ishomuddin Hadziq Jombang: Pustaka
Warisan Islam.
Zahro, Ahmad Tradisi Intelektual NU Lajnah Bahtsul Mas’ail 1926-1999 ,Yogyakarta: LKIS. 2004
[1] Mohamad Sobary, NU dan keindonesiaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010) Hlm.226
[2] Soeleiman Fadeli dan Moh. Subhan, Antologi…, Ibid., hlm. 35-36
[3] Martin Bruinessen, NU Tradisi, Relasi-relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru (Yogyakarta: LKIS. 1994) Cetakan I, Halaman 213,
juga Ahmad Zahro Tradisi Intelektual NU.....hlm 116
[5] Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Bab idza Wuqifa Ardlan Walam Yubayyin al-Hudud, no : 2770 dalam
Maktabah al-Syamilah juga Kitab al-Muhadzdzab, Bab al-Wasiyyat.
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical
Info" field in the user admin panel.
RELATED POSTS
Makalah Bab Akad Fiqh Muamalah
0 komentar:
bercomentar baik pasti di tanggapi baik pula
Older PostHome
Google+ Badge
Popular Post
Iklan
Category
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini pasti membutuhkan aturan atau hukum dalam menjalani kehi...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan bantuan dari oran...
suatu pe...
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu, sesuatu yang diketahui ...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan kebebasan hati nurani sebagai norma moral subjektif bukanlah sebuah persoalan y...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, pelaksanaan hukum Islam diwakili oleh beberapa institusi. Majlis Ul...
Tips Memilih Jasa Ekspedisi Pengiriman Barang - Bisnis perdagangan barang dalam negeri kini sangat di gandrungi oleh masyarakat Indones...
Pengertian, Tips dan Trik Membuat Kartu Nama yang Memenuhi Fungsinya
Kartu Nama adalah sebuah kartu yang menggambarkan informasi tentang sebuah perusahaan atau individu yang disampaikan hanya sebagai
...
Dalam kesempatan ini sya akan membagikan contoh edit foto berupa WPAP menggunakan Photoshop Cs6. Dan tutorial nya akan saya update
di...
Salam Blogers TAU GAK SIH?. Ada yang baru nih,apaan coba ?, itu tu ?, ah belom tau ya….? Ok deh Kang tecno kasih tau sedikit apa ...
FOLLOWERS
ADVERTISEMENT
FIND US ON FACEBOOK
POPULAR POSTS
Nissan X-Trail Mobil SUV Tangguh dan Sporty Terbaik
peran filsafat hukum dalam pembentukan hukum di Indonesia
LABELS
competisi blog
design photoshop
Filsafat Hukum
Hukum Perdata
review nissan x-trail
Teknologi Informasi
Ushul Fiqh
SUBCRIBE BY EMAIL
Submit
FANSPAGE FACEBOOK
Created By Sora Templates & Blogger Templates
HOME
ABOUT
CONTACT
FACEBOOK PAGE