You are on page 1of 8

Admissions dan Discharge Di Rumah Sakit

by klikharry on Desember 4, 2013

Admissions dan Discharge Di Rumah Sakit

I. TEORI

Tata cara dan pengaturan pasien rawat inap (admissions) dan prosedur pasien pulang
(discharge sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pasien pada semua
sektor pelayanan di rumah sakit. Kerjasama sangat dibutuhkan untuk memastikan pelayanan
kesehatan yang diberikan itu telah direncanakan, diatur dan diberikan sesuai dengan
pendekatan berbasis pasien (patient centered) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan memberikan rasa berkeadilan.

Perubahan pola pelayanan kesehatan yang berbasis pasien ini menuntuk rumah sakit untuk
bersungguh-sungguh memperhatikan pasien bahkan sebelum pasien tersebut dirawat. Saat
ini, keputusan perawatan pasien itu bukan diatur oleh pemerintah dan perusahaan asuransi,
tetapi oleh pasien dan dokter mereka sendiri.

Berdasarkan buku tentang Admissions and Discharge Guidelines Health Strategy


Implementation Project tahun 2003. Pelayanan terhadap pasien yang akan dirawat hingga
pasien pulang, pelayanan yang diberikan itu
harus bersifat sebagai berikut:

 Berbasis kepada pasien yang


mengutamakan keselamatan pasien, kualitas
dan standar pelayanan klinik
 Pasien harus turut serta dalam
pengambilan keputusan dalam masa
perawatan.
 Pelayanan kedokteran dan perawatan
harus berdasarkan evidence base dan update ilmu terbaru.
 Pelayanan harus berdasarkan sistem yang baik mulai dari direktur, staf, tim audit dan
tim medis.
 Pelayanan rumah sakit dibagi menjadi tiga bagian yang independen. Rawat jalan,
gawat darurat dan pemeriksaan medis rutin (medical check up).

1. ADMISI (ADMISSIONS)

Proses admisi di rumah sakit itu bisa bersifat elektif dan gawat darurat tergantung dari kasus
yang ditemukan oleh dokter. Admisi yang bersifat elektif biasanya pada pasien yang tidak
mengalami sakit yang mendadak dan tidak mengancam nyawa, sedangkan admisi yang
bersifat gawat darurat itu bersifat mendadak, mengalami trauma berat, penyakit dalam grade
lanjutan dan penyakit yang mengancam nyawa pasien.
Dokter adalah orang yang menentukan apakah pasien perlu dirawat atau tidak. Proses admisi
ini sangat penting karena ditakutkan akan terjadi tumpang tindih dan perebutan jenis
pelayanan tertentu antara pasien yang berasal dari unit elektif (rawat jalan) dan unit gawat
darurat.

Untuk mempermudah proses admisi ini, maka rumah sakit di luar negeri telah membuat suatu
unit atau departemen sendiri yang disebut departemen admisi yang tugasnya mengatur alur
pasien, mengatur tujuan pengiriman pasien ke ruang bangsal dan menentukan posisi pasien
dalam daftar tunggu (waiting list) untuk mendapatkan pelayanan-pelayanan penunjang.

Jika tidak bisa membentuk satu unit atau departemen sendiri maka rumah sakit bisa
menunjuk satu orang yang bertugas mengawasi proses admisi ini (Admission Manager) yang
memiliki kebijakan dan kewenangan dalam mengatur alur pasien.

i. Sebelum dirawat di rumah sakit (pre admission)

Harus diketahui bersama bahwa proses admisi bukan hanya proses saat pasien tersebut telah
tiba di rumah sakit, namun sebelum pasien tersebut datang ke rumah sakit yang biasanya
bersifat elektif.

Garis besar penting yang harus diperhatikan dalam proses pre-admission ini adalah:

 Harus jelas terlebih dahulu apakah pasien itu akan masuk melalui pintu rawat jalan
atau gawat darurat. Penjelasan tersebut harus berdasarkan rujukan dan keputusan dari
dokter keluarga/ dokter pelayanan primer.
 Pasien yang baru akan dirawat (pre-admission) masih belum dianggap sebagai pasien
rawat inap (outpatient) jika masih ada tatalaksana yang seharusnya masih dilakukan
oleh dokter keluarga/ dokter layanan primer yang masih belum dilakukan oleh pasien
(misalnya pemeriksaan penunjang radiologi dan laboratorium).
 Pasien harus diberikan penjelasan mengenai kondisi kesehatannya, rencana terapi dan
prosedur yang akan dijalaninya.

ii. Admisi Elektif (electif admissions)

Inti dari pelayanan admisi elektif ini adalah perencanaan. Setiap pasien yang masuk secara
elektif (rawat jalan) harus sudah melalui proses pre-admission terlebih dahulu. Proses pre-
admission ini harus menjadi prosedur standar untuk semua admisi elektif dalam pelaksanaan
pengobatan pasien.

Selain itu pada admisi yang bersifat elektif ini harus ada penjadwalan yang baik, waiting list
yang tersentralisasi sehingga memudahkan pasien untuk mengetahui posisi mereka pada saat
ini. Bahkan pada proses admisi ini harus sudah bisa merencanakan waktu pasien pulang
(discharge) pasien sejak dari hari pertama pasien itu datang ke rumah sakit.

Pasien yang bisa melakukan admisi elektif adalah yang tidak mengalami kegawatdaruratan,
misalnya:

 pasien rujukan dari dokter keluarga/ dokter pelayanan primer


 pasien yang datang dengan rencana operasi
 pasien yang masuk berdasarkan hasil konsultasi dan pemeriksaan di poliklinik
iii. Admisi Gawat Darurat (emergency admissions)

Admisi Gawat Darurat didefinisikan sebagai proses masuknya pasien yang tidak
direncanakan dikarenakan trauma (cedera) atau penyakit akut yang tidak bisa ditangani
sebagai pasien rawat jalan. Prinsip pelayanan melalui ke bagian gawat darurat adalah
hanyalah pasien yang mengalami kegawatdaruratan.

Faktor yang penting dalam memasukkan pasien melalui gawat darurat adalah sebagai berikut:

 adanya proses triase, penilaian kondisi klinis pasien, pemeriksaan radiologi dan
patologi klinik yang cepat.
 dari hasil tersebut dapat dilakukan pendiagnosisan penyakit yang cepat
 adanya keputusan dari dokter senior saat pengambilan keputusan perawatan.
 adanya kerjasama antar multidisiplin ilmu.

Menurut Texas Department of Aging and Disability Services tahun 2013 ada tiga tipe admisi
rumah sakit.

i. Tipe Expedited Admission:

Ketika individu itu dicurigai mempunyai Penyakit Mental, Disabilitas fisik dan Disabilitas
intelektual dan ditemukannya kriteria seperti dalam kondisi stadium terminal, penyakit dalam
kondisi berat, delirium, dan koma

ii. Tipe Exempted Hospital Discharge:

Ketika dokter telah bisa menentukan individu yang Penyakit Mental, Disabilitas fisik dan
Disabilitas intelektual itu mempunyai waktu perawatan kurang dari 30 hari sejak individu itu
dirawat

iii. Pre-admission:

yaitu ketika seseorang itu dicurigai mempunyai Penyakit Mental, Disabilitas fisik dan
Disabilitas intelektual tapi tidak termasuk ke dalam dua tipe di atas.

2. OBSERVASI (OBSERVATION)

Saat pasien masuk rumah sakit, tidak serta merta pasien tersebut pasti dirawat, karena tidak
semua pasien yang masuk ke rumah sakit baik itu melalui poliklinik maupun gawat darurat
itu dirawat. Rumah sakit mengenal istilah observasi. Observasi adalah salah satu cara rumah
sakit untuk mengurangi angka pasien yang tidak perlu dirawat (inpatient) namun memerlukan
perhatian khusus. Observasi adalah saat ketika dokter masih belum bisa memutuskan apakah
pasien tersebut perlu rawat inap atau tidak, karena itu dokter akan mengevaluasi kondisi
pasien di ruang observasi.

Menurut Departement Of Health And Human Services Amerika Serikat pada tahun 2013, ada
beberapa penyakit yang paling banyak diobservasi di rumah sakit, penyakit itu diantaranya:

 Nyeri dada
 Gangguan saluran pencernaan
 Pingsan
 Gangguan gizi
 Denyut jantung tidak teratur
 Gangguan peredaran darah
 Gangguan pernafasan

78% pasien yang diobservasi ini adalah pasien yang berasal dari unit gawat darurat,sementara
9%-nya berasal dari pasien yang baru selesai operasi. Sisanya adalah pasien dengan tindakan
ringan, diagnostik maupun terapi; CT-Scan kontras, BNO-IVP, pemeriksaan darah dan bedah
minor.

Di Amerika Serikat, adanya ruang observasi ini menjadi isu penting karena biaya pasien
yang berada di ruang observasi itu jauh lebih besar dibandingkan biaya pasien di rawat inap
biasa. Selain itu, beberapa perusahaan asuransi yang menjamin perawatan pasien, tidak
memasukkan perawatan di ruang observasi sebagai salah satu klausul pasien yang dirawat
inap (inpatient). Pasien yang berada di ruang observasi masih dianggap outpatient sehingga
asuransi tidak akan membayar biaya pengobatan dan perawatan pasien yang masih berstatus
outpatient.

Karena itulah, maka diperlukan suatu cara agar tidak terjadi kesalahpahaman apakah pasien
tersebut cukup diobservasi atau perlu dirawat inap dikembangkan instrumen yang disebut
Appropriateness Evaluation Protocol (AEP). AEP dikembangkan pada tahun 1981 oleh
Gertman dan Restuccia disusun berdasarkan tiga kriteria tertentu yang jika salah satunya
terpenuhi maka pasien perlu dirawat inap. Kriteria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan bantuan hidup, serta faktor kondisi
pasien.(Vijay Aruldas, 1999)

3. DISCHARGE PLANNING

Selesainya pasien dari proses perawatan bukanlah suatu proses biasa. Proses ini memerlukan
pengaturan dan pelajaran sendiri. Rumah sakit harus mempunyai kebijakan operasional
tersendiri dan dalam hal memulangkan pasien (discharge) dan di dalam standar prosedurnya
harus bisa menjaga segi kepuasan dan kualitas perawatan pasien.

Kunci utama dalam proses discharge ini adalah:

 Adanya transfer ilmu dari perawat ke keluarga atau orang yang akan merawat pasien
di rumah.
 Adanya keterlibatan dan partisipasi aktif dari anggota keluarga yang merawat selama
proses perawatan pasien di rumah sakit.
 Menjadikan anggota keluarga sebagai mitra dan ikut bekerjasama di dalam tim
perawatan dalam proses discharge.
 Perencanaan pasien pulang (discharge planning) itu sudah dimulai bahkan sebelum
pasien tersebut dirawat inap.
 Jika selama perawatan ditemui penyakit yang lebih kompleks dan dibutuhkan
perawatan tambahan, maka dokter harus memberikan perkiraan waktu pulang kepada
pasien dan mendiskusikan hal tersebut kepada pasien dan keluarga pasien.
 Rumah Sakit harus waspada untuk setiap variasi keluhan pasien yang dapat
memperpanjang LOS.
 Edukasi mengenai obat-obatan pulang, interaksi yang mungkin terjadi dan efek
samping obat yang paling sering muncul setelah pasien pulang.

II. KONDISI NYATA DI RUMAH SAKIT

Pola pelayanan kesehatan yang diberikan berbasis rumah sakit dan belum berbasis pasien dan
masih berjalan secara konvensional. Keputusan untuk merawat pasien ditentukan sepenuhnya
oleh dokter. Pasien tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. Pelayanan yang diberikan
hanya terdiri dari dua jenis saja yaitu rawat jalan dan gawat darurat.

1. ADMISI (ADMISSIONS)

Proses admisi rumah sakit hanya dianggap proses biasa, tidak ada departemen adsmisi
ataupun dokter penanggung jawab yang berfungsi sebagai Manager Admisi. Belum ada
prosedur khusus mengenai proses preadmisi. Bahkan pasien yang akan dirawat dan
seharusnya masuk ke dalam rawat inap elektif malah masuk melalui pintu gawat darurat.

Pasien yang akan dirawat langsung dianggap sebagai pasien rawat inap walaupun
pemeriksaan penunjang dan rujukan dari dokter keluarga/ dokter layanan primer belum
lengkap. Belum jelasnya rantai rujukan tersebut membuat hubungan antara rumah sakit dan
dokter layanan primer terputus. Pada saat preadmisi ini juga pasien juga tidak mendapatkan
penjelasan apapun mengenai kondisi kesehatannya rencana terapi dan prosedur yang akan
dijalaninya.

Pada pasien yang masuk melalui unit gawat darurat biasanya akan dilakukan pemeriksaan
singkat mengenai kondisi pasien. Keputusan untuk merawat atau tidak merawat pasien berada
pada dokter unit gawat darurat. Dokter akan menilai kondisi klinis pasien dan melakukan
pemeriksaan radiologi dan patologi klinik jika diperlukan.

Dasar penilaian perlu tidaknya dirawat berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang. Belum ada protokol khusus atau checklist yang mengatur apakah pasien ini
perlu dirawat inap atau cukup diobservasi. Keputusan yang diambil dokter ini berdasarkan
data-data dasar anamnesis yang meliputi:

· Sumber Informasi

· Keluhan Utama

· Riwayat Penyakit Sekarang

· Riwayat Penyakit Dahulu

· Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan

· Informasi Biografis

· Riwayat Keluarga

· Riwayat Psikososial
2. OBSERVASI (OBSERVATION)

Seperti halnya dalam memutuskan untuk merawat pasien, saat ini rumah sakit belum punya
protokol khusus yang menentukan bahwa pasien perlu dimasukkan ke dalam ruang observasi.
Dalam hal ini dokter UGD akan meminta pendapat dokter spesialis apakah pasien bisa
dirawat inap atau perlu diobservasi terlebih dahulu.

3. DISCHARGE PLANNING

Selesainya pasien dari proses perawatan dianggap proses biasa dengan alur sebagai berikut:

 Dokter menyatakan bahwa pasien pulang.


 Perawat membuat resume medis pasien pulang, verifikasi seluruh biaya, dan
menyiapkan obat pulang.
 Perawat memberitahukan jumlah biaya kepada keluarga pasien.
 Perawat menceritakan resume diagnosis dan perawatan, rencana tindak lanjut, dan
memberikan kertas kontrol ulang kepada pasien.
 Perawat melakukan edukasi obat-obatan kepada pasien dan keluarga pasien, memberi
obat pulang .
 Perawat mengantar pasien hingga ke pintu depan untuk memastikan pasien tetap
aman sampai keluar dari rumah sakit.

Pada saat ini, rumah sakit dan perawat hanya melakukan transfer ilmu keperawatan secara
terbatas, dalam artian tidak menyediakan waktu khusus dalam rangka melakukan edukasi
pasien yang akan pulang. Selain itu, rumah sakit belum melibatkan anggota keluarga sebagai
mitra dalam merawat pasien.

III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

1. Pembuatan Kebijakan

 Kebijakan yang diambil dalam strategi pengembangan rumah sakit adalah utnuk
menciptakan alur (pathway) perawatan pasien yang yang aman dan dilaksanakan
secara konsisten.
 Objektif dari kebijakan yang akan dibuat adalah untuk membuat standar klinis yang
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan admisi dan discharge pasien.
 Kebijakan yang dibuat harus melibatkan semua lini pelayanan dari rumah sakit mulai
dari direktur utama, direktur umum, kepala bagian hingga para staf pelaksana.
 Kebijakan yang diambil harus bisa memastikan bahwa semua kebutuhan pasien
terpenuhi secara adil dan merata.

2. Tujuan

 mencegah admisi yang tidak penting


 mengurangi angka timbulnya re-admisi
 meminimalkan adanya kejadian delayed discharge
 meyakinkan pasien bahwa ia dilayani tepat waktu dan tepat terapi dan sesuai dengan
kebutuhan
 mendukung pengelolaan tempat tidur rumah sakit, hari rawat dan interval penggunaan
tempat tidur secara optimal.
 memastikan pasien dan anggota keluarga lainnya bahwa mereka menerima informasi
yang sama dan jelas serta terlibat langsung mulai dari proses admisi sampai proses
discharge.

3. Pembuatan Pedoman Pelayanan yang terdiri dari:

 Ruang lingkup tugas unit pelayanan


 Tugas tiap unit pelayanan
 Tanggung jawab tiap unit pelayan
 Penentuan jenis admisi dan observasi
 Penetapan kriteria admisi, elektif dan gawat darurat
 Penetapan kriteria ekslusi admisi

4. Pembuatan standar prosedur operasional yang terdiri dari

 Prosedur alur proses admisi


 Prosedur alur pasien yang diobservasi
 Prosedur alur proses discharge
 Pembuatan alur tanggung jawab berjenjang
 Pembuatan alur kerjasama dan koordinasi antar unit yang terkait.

IV. SUMBER REFERENSI

 Hospital Forum, NHS Confederation, May 2013. The non-executive directors’ guide
to hospital data. Part two: Elective hospital admissions, waiting times and patient
experience.
 The Health Board Executive, 2003. Admissions and Discharge Guidelines. Health
Strategy Implementation Project.
 National Audit Office NHS Executive, 2000. Inpatient Admissions and Bed
Management in NHS acute hospitals.
 Vijay Aruldas, 1999. Appropriateness Evaluation Protocol: An Application in a
Multi-speciality Hospital
 Department of Health and Human Service, 2013. Memorandum Report. Hospitals Use
of observation Stays and Short Inpatient Stays for Medicare Beneficiaries.

You might also like